Ev. Xin Lan | Kejadian 14-17 |

Hari ini kita melanjutkan untuk melihat tokoh Alkitab, Abraham.

Terakhir kali, kita sudah belajar bahwa di dalam Alkitab, Abraham disebut sebagai “Bapa orang beriman”. Kenapa Abraham disebut demikian? Apakah yang istimewa tentang imannya? Kita melihat ada dua aspek:

  • Abraham percaya pada janji Allah dan karena itu dia meninggalkan kampung halamannya dan mengembara. Dia merantau sepanjang hidupnya dengan sepenuhnya mengikuti pimpinan Allah. Namun, semasa hidupnya dia tidak mendapatkan negeri yang Allah janjikan. Inilah iman yang melihat pada apa yang tidak dapat dilihat oleh mata jasmani kita.
  • Abraham percaya bahwa Allah pasti akan memelihara dirinya, karena itu dia tidak memperebutkan tanah yang terbaik dengan Lot. Justru karena sikapnya ini, Allah memberikan kepadanya negeri yang terbaik.

Itulah yang telah kita pelajari terakhir kali. Hari ini, mari kita meneruskan untuk melihat iman Abraham.


Oleh iman, Abraham memisahkan dirinya dari dosa

Kejadian pasal 14 mencatat satu peristiwa semacam itu. Ketika sembilan raja memisahkan diri ke dalam dua kubu, satu kubu dipimpin oleh Raja Kedorlaomer, dan kubu yang satu lagi dipimpin oleh Raja Sodom, mereka masing-masing memimpin pasukan mereka yang terbaik. Mereka menyiapkan formasi perang dan ingin bertarung untuk melihat siapa yang terkuat di Lembah Sidim (Laut Mati). Kuda perang meringkik, genderang perang ditabuh dan suara pembantaian kedengaran di mana-mana. Kedua pihak memulai perang yang bengis. Sebagai hasilnya, Raja Sodom mengalami kekalahan besar di tangan raja Kedorlaomer. Pasukan Raja Sodom dipukul kalah dan mereka lari kacau balau. Raja Kedorlaomer terus menyerang dengan penuh kemenangan, menawan kota Sodom dan Gomora dan menjarah semua barang serta penduduk kota. Pada waktu itu, Lot keponakan Abraham berada di Sodom, dan Lot serta segala kepunyaannya jatuh ke dalam tangan musuh.

Pada waktu itu, Abraham tinggal di dekat pohon-pohon Tarbantin kepunyaan Mamre orang Amori. Seseorang yang beruntung lolos dari medan pertempuran memberitahu Abraham kabar penawanan Lot. Ketika Abraham mendengar bahwa Lot keponakannya telah ditawan, dengan segera dia memimpin sebuah pasukan yang terdiri dari orang-orangnya yang terlatih, yang lahir di rumahnya yang jumlahnya tiga ratus delapan belas orang. Bersama-sama dengan tiga Raja yang telah bersekutu dengan Abraham, mereka pergi mengejar pasukan Kedorlaomer sampai ke Dan. Waktu itu sudah malam, atau Abraham memang sengaja menunggu sampai malam karena pasukan musuh jauh lebih banyak daripada pasukan Abraham. Mereka tidak dapat bertarung satu lawan satu.

Pada malam hari, pasukan yang sudah menang itu tidak lagi bersiaga. Mereka dengan gembira merayakan kemenangan, berpesta pora dan bernyanyi. Mereka tidak menyangka ada orang yang akan menyerang mereka. Abraham membagi-bagi pelayan-pelayannya ke dalam beberapa kelompok yang berbeda. Dengan sekali perintah mereka menyerang tenda itu dari berbagai arah. Mungkin sebelum tentara-tentara itu menyadari apa yang telah terjadi dan belum sempat mengambil senjata, mereka sudah langsung dibunuh. Ada yang mati dalam keadaan masih mabuk dan belum sadar. Bagi mereka yang tidak mabuk, mereka melarikan diri sebisa mungkin. Hasilnya Abraham memenangkan pertempuran walaupun pasukannya lebih kecil dari pasukan musuh. Dia memenangkan pertempuran dengan sempurna, mengejar mereka sampai ke Hoba, di sebelah utara Damsyik. Abraham dan pasukannya berhasil mengambil kembali harta benda dan membebaskan tawanan perang, termasuk Lot dan segala kepunyaannya.

Ketika Abraham kembali dalam kemenangan, Alkitab mencatat sesuatu yang istimewa. Mari kita lihat pada Kejadian 14:17-24:

Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja. Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya. Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu.” Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi Yahweh, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing.” (Kejadian 14:17-24)

Hal yang dicatat di sini sangat istimewa. Ada dua Raja yang keluar menyongsong Abraham. Raja Sodom dan Melkisedek, Raja Salem. Kedua Raja itu memberikan persembahan kepada Abraham. Namun, Abraham hanya menerima persembahan dari satu Raja dan menolak persembahan Raja yang lain. Abraham menerima berkat dari Raja Salem, roti dan anggurnya. Namun, semua persembahan yang diberikan oleh Kerajaan Sodom, Abraham tidak bersedia menerima suatu apa pun, bahkan hal sekecil sehelai benang atau tali kasut pun tidak. Kenapa Abraham bertindak sedemikian?

Melkisedek adalah seorang yang sangat istimewa dan misterius di dalam Alkitab. Dikatakan di sini bahwa dia adalah imam Allah yang Mahatinggi. Namun, kita tahu setelah Musa membawa Israel keluar dari Mesir, baru Allah menetapkan sistem keimaman. Sebelum itu, Alkitab tidak mempunyai catatan tentang imam Allah, hanya Melkisedek. Mengenai peristiwa tentang Melkisedek, di samping catatan di Kejadian pasal 14, tidak ada catatan lain. Tidak ada sebelum maupun sesudah peristiwa ini. Setelah Abraham menang dalam pertempuran, Melkisedek tiba-tiba muncul, siapakah dia? Mari kita buka kitab Ibrani di Perjanjian Baru, di Ibrani 7:1-3

Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Dari namanya, Melkisedek berarti pertama-tama, raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. (Ibrani 7:1-3)

Kitab Ibrani membandingkan Melkisedek dengan Yesus, anak Allah. Melkisedek mewakili Yesus dan Allah. Perhatikan apa yang dikatakan Melkisedek kepada Abraham, “Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Kita dapat melihat Abraham memperoleh kemenangan dalam pertempuran itu karena dia bergantung sepenuhnya pada Allah dan Allah menjadikan dia berkemenangan. Abraham memberikan persepuluhan dari apa yang dia dapatkan kepada Allah, sama seperti keturunan Abraham, yaitu orang Israel dan juga kita sekarang ini. Kita semua memberikan persepuluhan kepada Allah karena kemenangan yang diberikan Allah kepada kita dalam Kristus. Dapat dikatakan bahwa Abraham merupakan orang pertama yang dicatat di dalam Alkitab yang memberikan persepuluhan kepada Allah. Jadi, dari sikap Abraham terhadap Melkisedek, kita dapat melihat sikap Abraham terhadap Allah. Dia takut akan Allah dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

Mari kita melihat pada Raja Sodom. Dia ingin memberikan seluruh harta benda kota itu kepada Abraham untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Abraham yang telah menyelamatkan nyawanya. Jika kita adalah Abraham, itu merupakan hal yang kita harapkan yang kita anggap sebagai hak kita. Itu adalah imbalan dari hasil kerja keras kita. Saya telah membantu Anda dalam menjalankan usaha, Anda harus memberi saya beberapa persen. Memang wajar bagi Abraham untuk mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. Namun, Abraham berkata, “Aku tidak membutuhkan apapun darimu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak karena Allah yang menjadikanku kaya, Allah memberikan segala sesuatu dan aku tidak memerlukan apapun darimu.” Apakah artinya itu? Kenapa Abraham menolak untuk menerima hadiah dari Raja Sodom?

Untuk memahami Abraham, kita perlu membaca Kejadian 13:13,

Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Yahweh. 

Sodom merupakan sebuah kota yang sangat kaya pada waktu itu. Sekarang ini para arkeolog membuktikan hal ini berdasarkan penemuan mereka. Alkitab menyatakan bahwa penduduk Sodom tidak takut akan Allah dan dosa mereka sangatlah jahat di mata Allah. Pada akhirnya, di Kejadian 19, Allah menghapus kota ini karena dosa-dosanya. Raja Sodom mewakili dunia. Sekalipun kaya, orang-orang di kota itu tidak takut akan Allah dan berdosa terhadap Allah. Abraham menolak untuk menerima harta benda dari Raja Sodom. Dia menunjukkan pendiriannya. “Saya memutuskan untuk tidak memiliki hubungan apa pun dengan dunia ini. Dan saya tidak membutuhkan keuntungan apa pun dari dunia ini. Saya tidak ingin mendapat bagian dari dosamu, dan saya hanya ingin sepenuhnya bergantung pada Allah.”

Jadi, kita kembali melihat iman Abraham. Justru karena dia mempercayai Allah dan mengikuti Allah, maka dia memutuskan untuk tidak mempunyai bagian dalam dunia dan dosa. Dia rela memisahkan dirinya untuk menjadi kudus. Justru karena itu, Allah memberikan upah kepadanya. Dengan segera di pasal 15 dituliskan, “Setelah hal-hal ini”, tentu saja, semua hal itu termasuk peristiwa di pasal 14,

Kemudian datanglah firman Yahweh kepada Abram dalam suatu penglihatan, “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”

Allah berkata, “Akulah perisaimu.” Perisai adalah senjata pelindung dalam pertempuran. Allah berkata, “Aku akan berperang bagimu, Aku akan melindungimu. Aku akan memberikan upah yang besar bagimu.”

Sebagai manusia Allah dan orang Kristen, Alkitab memberitahu kita agar tidak menjadi sahabat dunia dan kita harus menjadi kudus. “Kudus” artinya “dipisahkan” dari dunia. Apakah kita bersahabat baik dengan dunia ini?


Setelah melewati pencobaan iman, Abraham memperoleh janji Allah

Di dalam Alkitab, hanya ada beberapa orang yang memperoleh anak dari janji Allah. Abraham merupakan salah satu orang yang mendapat janji istimewa ini. Bagaimanakah Allah memberikan janji ini kepada Abraham? Anda akan menemukan sesuatu yang sangat istimewa di sini. Allah tidak memberikan Abraham janji untuk memiliki anak dengan sekaligus, tetapi Allah memberikannya janji itu langkah demi langkah. Mari kita melihat janji Allah dari awalnya. Dalam Kejadian 12:1-3,

Berfirmanlah Yahweh kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 12:1-3)

Di sini tidak dikatakan apa pun tentang keturunan Abraham. Ketika tiba pada pasal 13, Allah baru mulai menyebutkan tentang keturunan Abraham. Kejadian 13:15-16,

Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah Yahweh kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. (Kejadian 13:15-16)

Di sini disebutkan tentang keturunan Abraham, tetapi tidak dikatakan yang mana. Mari kita membaca Kejadian pasal 15 ketika Allah berkata,

“…Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” Lalu Yahweh membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Kejadian 15:4-5)

Mari kita lihat lagi Kejadian pasal 17. Di sini Allah membuat sebuah perjanjian sunat dengan Abraham. Setelah itu Allah memberitahu Abraham,

“Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”

Pada waktu itu Abraham memiliki seorang anak yaitu Ismael anak dari Hagar hambanya Sarai. Abraham berpikir bahwa Ismail adalah keturunan yang dijanjikan Allah, maka, dia berkata kepada Allah “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Tetapi Allah berkata, “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” Dan pada waktu itulah Allah berbicara dengan jelas bahwa anak yang akan dilahirkan Sarai adalah anak perjanjian.

Mari kita melihat lagi pasal 18. Allah menampakkan dirinya kepada Abraham dekat pohon Tarbantin di Mamre. Abraham menyambut Allah dengan semangat. Allah memberitahu dia, “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Di sini Allah memberitahu Abraham dengan rinci kapan anak ini akan dilahirkan.

Jadi, kita dapat melihat bahwa Allah memberikan janjinya secara lebih panjang lebar dan terperinci secara perlahan-lahan dan langkah demi langkah. Kenapa? Di bagian pertama kita telah melihat bahwa pimpinan Allah terjadi langkah demi langkah. Jika kita taat, Allah akan memimpin kita menuju langkah berikutnya. Inilah iman Abraham karena janji Allah pada awal-awal agak samar-samar. Namun, Abraham tetap percaya bahwa janji Allah akan menjadi kenyataan. Maka dia mengambil langkah pertama dan meneruskan dengan langkah kedua. Dengan cara demikianlah dia mengikuti janji Allah sepanjang hidupnya.


Iman dibutuhkan untuk Memperoleh Janji

Di samping itu, terdapat poin yang khusus di Kejadian 15:6 yang berbunyi,

“Lalu percayalah Abram kepada Yahweh, maka Yahweh memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. (Kejadian 15:6)

Kenapa setelah Allah memberikan sebuah janji untuk memberikan anak kepada Abraham, lalu ayat ini dituliskan? Apakah artinya ini? Ayat ini memberitahu kita bahwa ketika Allah memberikan kita sebuah janji, kita membutuhkan iman untuk memperolehnya. Dari waktu Abraham pertama kali mendapatkan janji untuk memperoleh anak dari Allah, dibutuhkan hampir 20 tahun sebelum anak itu diberikan. Di sini kita kembali melihat iman Abraham lagi, waktu tidak menyebabkan dia kehilangan iman. Allah melihat iman Abraham dan akhirnya Dia memenuhi janji-Nya.

Kita lihat hal yang sama di dalam Perjanjian Baru. Allah memberikan kita janji bahwa kita akan masuk dalam Kerajaan Allah pada masa depan dan kita akan hidup bersama-sama dengan Dia selamanya. Dalam pengajaran Yesus dan juga rasul-rasulnya, hal iman sering disebut. Kenapa? Karena Allah memberikan kita janji, tetapi membutuhkan iman untuk kita benar-benar mendapatkan janji itu. Dengan berlalunya waktu, akankah kita kehilangan iman kita?

Bukan saja iman dibutuhkan untuk memperoleh janji, Allah juga akan menguji iman kita. Semakin kita setia dengan iman kita, semakin besar kesempatan kita untuk memperoleh janji itu. Abraham selalu berkemenangan dalam pengujian. Setiap kali dia lulus ujian, Allah menjadikan janji itu semakin teguh dan jelas. Kita dapat melihat bahwa setiap kali Abraham melewati ujian iman, Allah akan membuat janji kepada Abraham. Sebagai contohnya, Abraham tidak berseteru dengan keponakannya Lot, setelah itu Allah dengan segera berjanji bahwa Dia akan memberikan negeri itu kepadanya. Ketika dia mengalahkan raja Kedorlaomer dan dia bersikeras untuk tidak menerima hadiah dari raja Sodom, Allah memberitahu dia lagi, “Aku akan memberimu upah yang besar.” Abraham bersandar pada kesetiaan iman, akhirnya dia mendapatkan anak yang dijanjikan. Jadi, kita melihat bahwa Abraham sesungguhnya seorang yang beriman. Dia menunjukkan imannya yang tak tergoncangkan dalam pengujian yang datang silih berganti. Dalam seluruh pengujian iman di sepanjang hidupnya, ujian yang paling besar adalah mempersembahkan anak tunggalnya, Ishak.

Kita sudah melihat sebelumnya bahwa Abraham berhasil melewati begitu banyak pengujian iman. Pada akhirnya dia memperoleh janji dari Allah. Pada usia 100 tahun, Abraham mendapatkan seorang anak, yang dinamai Ishak. Namun, pengujian Allah belum berakhir. Di Kejadian 22:1-2,

“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22:1-2)

Korban bakaran melibatkan hewan dipotong-potong, dibakar dan dipersembahkan kepada Allah. Jadi, Ishak harus mati. Ishak adalah anak Abraham satu-satunya yang didapatkannya pada hari tuanya. Anaknya merupakan satu-satunya orang yang akan mewarisi harta Abraham. Dia sungguh merupakan hidupnya Abraham. Orang tua biasanya sangat mengasihi anak-anak mereka, khususnya anak tunggal. Sekarang ini, di Tiongkok banyak anak tunggal. Kebanyakan orang tua lebih bersedia mengambil tempat anak-anak mereka untuk mati karena mereka tidak mau melihat anak mereka menderita. Ishak merupakan pemberian Allah kepada Abraham. Abraham dapat berkata kepada Allah dengan alasan yang kuat, “Tuhan, aku tidak pernah meminta anak dari-Mu. Engkaulah yang memberikannya kepadaku. Sekarang Engkau mau dia mati, tidakkah Engkau mau membunuhku juga? Lagi pula, Engkau yang memberikanku Ishak, kenapa Engkau ingin mengambilnya kembali? Apakah Engkau dapat dipercaya? Apakah aku tidak salah mempercayai Engkau?”


Kenekatan Abraham

Kita tidak tahu apakah Abraham mempunyai pergumulan seperti itu di dalam pikirannya. Namun, kenyataannya adalah setelah menerima perintah itu, Abraham bersiap-siap berangkat dengan sikap yang nekat. Bagaimana kita tahu? Pertama, setelah mendengar instruksi dari Allah, pada hari berikutnya dia langsung bertindak pada pagi hari, tanpa ada menunda-nunda. Kedua, dia tutup mulutnya rapat-rapat dan tidak memberitahu siapa pun. Sebab, jika kabar seperti itu tersebar, dia takut dia tidak dapat membawa Ishak. Sara sudah pasti tidak akan dapat menerimanya dan akan menolak dengan keras. Tentu saja, semua hamba-hambanya tidak akan dapat memahaminya, dan mereka juga akan mencoba sejauh mungkin memohon agar dia tidak melakukannya. Maka Abraham tanpa memberitahu siapa pun, segera berangkat dengan Ishak. Dari hal ini kita dapat melihat tekad dari Abraham.

Abraham membawa anaknya dan hamba-hambanya, mereka berjalan selama tiga hari dan tiba di kaki sebuah gunung. Abraham berbicara dengan tenang kepada hamba-hambanya bahwa dia akan membawa Ishak untuk sembahyang. Dia masih tidak bersedia untuk membiarkan siapa pun tahu, dia sudah menyiapkan hatinya untuk melakukannya. Dia memikulkan kayu kepada Ishak sementara dia sendiri membawa api dan pisau. Mereka mulai mendaki gunung itu.

Mungkin Abraham sering membawa Ishak untuk memberikan persembahan sehingga Ishak sangat terbiasa dengan hal memberikan persembahan. Dia tahu apa yang harus dibawa sehingga dia menemukan kejanggalan. Dia bertanya kepada ayahnya, “Di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sekali lagi iman Abrahm terlihat di sini. Abraham berkata, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Dia percaya kepada Allah.

Akhirnya mereka tiba di tempat yang ditunjukkan Allah kepadanya. Abaham kemudian membangun sebuah mezbah dan menyusun kayunya. Ketika semuanya telah siap, Allah masih belum menyiapkan sesuatu untuk korban persembahan itu. Maka apa yang harus dilakukan? Abraham tidak berhenti untuk menunggu Allah menyediakannya. Sebenarnya dia tahu bahwa Allah ingin dia mempersembahkan Ishak. Jadi, Abraham mengikat Ishak, meletakkan dia di atas kayu mezbah itu dan mengulurkan tangannya untuk membunuh anaknya.

Jika Allah tidak turut campur, saya percaya Abraham akan benar-benar mempersembahkan Ishak. Namun, pada waktu itulah, malaikat Yahweh memanggil Abraham dari surga,

“Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”

Maka Allah menyediakan baginya seekor domba jantan sebagai pengganti Ishak. Iman Abraham yang sempurna sungguh menyentuh surga dan bumi.


Kesimpulan

Mari kita menarik beberapa kesimpulan dari apa yang sudah kita pelajari hari ini.

Kita telah melihat iman Abraham karena iman merupakan kualitas yang paling luar biasa dari karakternya. Kita dapat melihat imannya dari dua aspek:

Pertama, dengan iman Abraham memisahkan dirinya untuk menjadi kudus dan tidak mengambil bagian dalam dosa. Setelah dia memenangkan pertempuran, dia memberikan persepuluhan dari apa yang dia dapat kepada Melkisedek yang mewakili Allah. Dia tidak menginginkan hadiah apa pun dari raja Sodom.

Kedua, juga dengan iman Abraham akhirnya mendapatkan anaknya, Ishak, yang Allah telah janjikan kepadanya. Allah memberikan kita janji, tetapi dibutuhkan iman untuk mendapatkannya.

Yang terakhir, Allah akan menguji iman kita. Abraham sudah melewati berbagai ujian iman yang berbeda, termasuk yang paling sulit, yaitu mempersembahkan Ishak, anak tunggalnya. Abraham melewati setiap ujian dengan cemerlang, yang menunjukkan kesungguhan imannya kepada Allah.

Berikan Komentar Anda: