new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Bagi Yesus, makanannya adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus dia (Yoh.4.34). Ini berarti bagi Yesus melakukan kehendak Bapa di surga sangat nikmat dan menyenangkan, sebagaimana kita senang dan menikmati makanan kita. Tapi mengapa bagi kebanyakan dari kita melakukan kehendak Allah itu lebih seperti meminum obat yang pahit? Kita tahu bahwa hal itu baik bagi kita, maka kita melakukannya. Tapi bukan dengan sukacita dan kesenangan tapi lebih pada karena terpaksa dan kewajiban.

Mengapa kita mempunyai sikap demikian? Apakah mungkin hal ini terjadi karena kita tidak mengenal Allah dengan baik dan kerana itu kita tidak mengasihiNya? Karena motivasi di balik semua tindakan kita pada intinya adalah kasih dan kepedulian. Kalau ada kasih, sekalipun berat kita akan melakukannya. Dan dalam melakukannya, kita akan merasa ringan karena kita tidak melakukannya dengan kekuatan kita sendiri tetapi kekuatan yang timbul dari kasih itu sendiri.

Jika kita merasakan kita termasuk orang yang merasa susah untuk menaati dan melakukan perintah Allah Bapa di surga, maka kita harus bertanya apakah sebenarnya kita benar-benar mengenal Dia? Apakah kita benar-benar mengasihi Dia? Karena kalau kita mengasihi Dia, maka sekalipun berat kita akan mau taat untuk menuruti perintah dan kehendakNya.

Memang kita harus jujur bahwa tidaklah mudah untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Segala sesuatu di dalam diri kita seringkali menentang apa yang menjadi kehendak Bapa bagi kita. Yesus sekalipun, harus bergumul di Getsemani untuk melakukan kehendak Tuhan. Tapi dari pengalaman kita juga tahu bahwa, kepuasan yang muncul dari ketaatan itu sangatlah memerdekakan! Setiap kali kita melakukan sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, kita mengalami perkenan dari Allah yang menimbulkan sukacita yang luar biasa di dalam hati kita.  Kepuasan dan sukacita yang muncul dari ketaatan itu sangat memberikan ketenangan dan damai bagi jiwa kita. Dan sebaliknya, setiap kali kita melawan dan tidak menaati, hati nurani kita akan menyiksa kita dengan perasaan bersalah dan hati kita menjadi tidak tenang karena kita telah gagal untuk melakukan apa yang kita tahu kita harus kita lakukan.

Kita bisa banyak belajar dari apa yang terjadi Getsemani. Sangat jelas bahwa kehendak Yesus bertentangan dengan kehendak Bapa. Kalau bisa, Yesus tidak mau minum dari cawan penderitaan itu, tapi lewat proses pergumulan dan doa, Yesus akhirnya dapat berkata, “Bukan kehendakku, tapi kehendakMu yang jadi.” Peristiwa di Getsemani menyingkapkan bagi kita apa sebenarnya doa itu. Doa bukanlah tempat di mana kita meminta itu dan itu dari Allah. Doa adalah suatu proses di mana kita menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Bapa di surga. Doa adalah suatu proses di mana keinginan Bapa akhirnya menjadi kehendak kita, walaupun pada awalnya tidak demikian. Saat kehendak kita menyatu dengan kehendak Bapa, maka tidak heranlah kalau tidak akan ada satupun doa kita yang tidak terjawab (1 Yoh.5.14). Saat keselarasan kehendak ini terjadi, maka yang terjadi adalah 100% dari doa kita akan terjawab!

Di dalam Alkitab kita dapat menemukan setidaknya lima alasan mengapa kita melakukan kehendak Bapa di surga.

1. Untuk hidup selama-lamanya & Masuk ke dalam Kerajaan Allah

Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya – 1 Yoh.2.17.

Bukan setiap orang yang berseru kepadaku, “Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga melainkan dia yang melakukan kehenak Bapaku di sorga – Mat.7.21.

2. Menjadi Anggota Keluarga Yesus

Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapaku di sorga, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraku perempuan, dialah ibuku – Mat.12.50

3. Mengenal Kebenaran Allah

Inilah tandanya kita mengenal Allah, yaitu kita jikalau kita menuruti perintah-perintahNya – 1 Yoh.2.3

Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari diriku sendiri – Yoh.7.17

4. Memperoleh apa yang kita Minta

Dan apa saja yang kita minta, kita meperolehnya daripadaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya  –  1 Yoh.3.22

5. Memperoleh Janji-Janji Allah

Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu  –  Ibr.10.36

Biarlah kita hidup dengan suatu kesadaran penuh bahwa kehendak Allah bagi kita tidaklah sesulit yang kita bayangkan, dengan syarat bahwa kita tergolong di dalam kategori orang yang hatinya sudah ditransformasi oleh Allah. Dan satu ciri utama orang yang sudah diubahkan dari atas adalah suatu sikap hati yang dapat mengucap syukur dalam segala sesuatu. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”  –  1 Tes.5.18.

Marilah kita menjadi umat yang senantiasa menjadikan fokus kehidupan kita untuk melakukan kehendak Allah karena tidak hal yang lebih penting dari ini!