new-header-kesaksian

 

Peter merasa dia harus melakukannya apapun resikonya. Dia suka bepergian dengan pamannya Michael, seorang penginjil di Filipina, ke desa-desa terpencil di mana orang-orang begitu lapar untuk mendengar tentang Kristus.

Perjalanan ke desa-desa itu penuh petualangan dan sekaligus berbahaya, menjelajah hutan yang lebat selama berjam-jam. Rakyat Filipina sudah lama diteror oleh New People’s Army, kaki tangan Partai Komunis. Peter dan pamannya seringkali harus bersembunyi agar selamat dari bahaya. Peter mengasihi anak-anak dan senang melihat bagaimana antusiasnya mereka saat mereka pada akhirnya memahami betapa Allah mengasihi mereka.

Pada hari Jumat Agung, New People’s Army berketetapan untuk mengakhiri pelayanan paman Michael. Mereka menangkap Peter dan mengancam untuk membunuhnya jika pamannya tidak berhenti memberitakan Kristus. Orang tua Peter menjawab, “Kami tidak dapat meminta Michael untuk menghentikan pekerjaannya. Namun, kami memohon agar kalian mengembalikan anak kami. Dia tidak bersalah apa-apa”

Pada akhirnya, dengan tangan terikat di belakang tubuhnya, Peter mendengar orang tuanya berkata kepada para tentara itu, “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Dan dengan kata-kata itu Peter pulang untuk bertemu dengan Juru Selamatnya pada Jumat Agung yang kelabu itu. Setelah peristiwa itu, Paman Michael masih terus memberitakan kuasa kasih Kristus dan menceritakan kepada orang-orang di pergunungan tentang keponakannya yang masih muda dan setia yang bernama Peter.

Resiko adalah masalah pilihan. Ada orang yang mempertaruhkan kekayaannya pada hal-hal duniawi seperti hasil pertandingan sepak bola, bola basket atau pacuan kuda. Ada juga yang mempertaruhkan hidup dan kesehatan mereka dengan memilih aktivitas yang tidak memiliki nilai kekekalan.

Kristus memanggil orang untuk memilih sesuatu yang sangat berbeda. Dia berkata bahwa kita harus memilih untuk mempertaruhkan kenyamanan duniawi kita agar dapat memperoleh hadiah surgawi dalam melakukan kehendaknya. Melakukan kehendaknya membuahkan hadiah yang jauh lebih besar daripada uang tunai, dari keseruan berjudi atau rasa nyaman yang palsu yang datang dari kesenangan duniawi.

Orang yang melepaskan apa yang tidak dapat ia pertahankan untuk memperoleh apa yang ia tidak dapat kehilangan, bukanlah orang yang bodoh.

(Dikutip dari Devosi Total, Suara Martir -Voice of Martyrs)