new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Charles Swindoll |

Pada hari Yesus disalibkan, kekelaman menutupi matahari dan membungkus Yerusalem dalam kegelapan yang jahat. Seolah-olah setiap orang bisa melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kegelapan, iblis dan maut telah mengalahkan Anak Allah untuk selamanya.

Perlu saya akui bahwa ketiga D (darkness/kegelapan, devil/iblis dan death/maut) itu melandasi hampir semua kekuatiran yang saya alami. Saya menguatirkan death [maut] – terutama kematian orang-orang yang saya kasihi. Saya kuatir pada darkness [kegelapan], baik yang alamiah maupun yang rohaniah. Saya juga kuatir pada hal-hal yang akan dilakukan oleh devil [iblis].

Iblis, kegelapan dan maut…ketiganya bekerja dengan giat di sepanjang pelayanan Yesus yang berpuncak pada hari yang panjang dan menyengsarakan itu. Namun, hal yang luput dari pengamatan orang-orang adalah bahwa kematian Mesias itu justru menghunjam jantung sang iblis.

Tiga hari setelah Yesus dibaringkan dalam kubur, pada Minggu pagi, Maria Magdalena dan beberapa perempuan yang lain pergi kekuburan. Saat mendekati kuburan tersebut, mereka dapati bahwa batu besar penutup pintu kuburan telah tersingkir. Maria Magdalena segera lari memberitahukan Petrus dan Yohanes, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yohanes 20:2).

Saat Maria Magdalena pergi, salah satu dari perempuan yang tinggal itu mendekati kuburan. Lubang pintu kuburan itu terbuka. Bagian dalam kuburan itu sendiri tetap seperti sedia kala, hanya saja sudah kosong. Tidak ada jenazah di sana. Mereka terheran sesaat, sampai kemudian menyadari keberadaan dua malaikat di belakang mereka. Yang satu duduk di atas batu sedangkan yang seorang lagi berdiri di dekatnya. “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea.” (Lukas 24:5-6).

Saat mereka berlari dari kuburan itu, mereka bertemu seseorang yang meredakan ketakutan mereka. “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ … ‘Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.’” (Matius 28:9-10).

Saat para perempuan itu menceritakan apa yang telah terjadi, para murid menganggap itu hanya omongan orang gila, celotehan tanpa arti. Sementara itu, Maria Magdalena menemui Petrus dan Yohanes. Pada awalnya, mereka juga mengabaikan ceritanya, namun rasa ingin tahu akhirnya mendorong mereka untuk lari ke kuburan.

Saat Yohanes tiba, dia berhenti di pintu masuk dan melihat ke dalam. Petrus berlari masuk ke dalam dan dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. Saat masuk bersama Petrus ke dalam kuburan, saya senang membayangkan bahwa Yohanes berbisik kepada Petrus, “Dia hidup!”

Saat berita itu tersebar, banyak murid lalu berkumpul di sebuah rumah di Yerusalem. Dalam keadaan pintu rumah itu terkunci, tiba-tiba terdengar suara di tengah ruangan, “‘Damai sejahtera bagi kamu!’ Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.” (Yohanes 20:19-20). Lalu mereka percaya.

Sayangnya, Tomas – salah satu dari kedua belas murid – saat itu tidak berada di sana. Saat dia tiba, semua orang bercerita kepadanya tentang kejadian tersebut. Tomas tidak mau percaya. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25). Delapan hari kemudian, ketika Tomas sedang berada di rumah itu, dengan pintu yang terkunci lebih rapat dari sebelumya, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yohanes 20:26). Yesus kembali berdiri di tengah ruangan, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (Yohanes 20:27). Tomas tidak bergerak. Dia bahkan tidak mengangkat satu jari pun. Dia menjawab seperti lazimnya seorang murid Yesus mampu menjawab, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).

Tanggapan orang-orang yang akrab dengan Yesus, pada Minggu pagi itu, sama dengan reaksi yang saya temui setiap hari sebagai seorang pemberita kabar baik di zaman modern ini.

Ada yang langsung percaya. Mereka menerima informasi tersebut, mengingat lagi akan hal-hal yang telah dinubuatkan oleh Yesus selama pelayanan-nya, dan menerima kebangkitan-nya sebagai hal yang benar-benar terjadi.

Ada yang percaya lewat bukti tidak langsung. Awalnya mereka meragukan cerita ini, namun setelah menerima informasi lainnya – misalnya dengan melihat kuburan yang telah kosong itu – lalu tahulah mereka bahwa Yesus telah bangkit.

Ada yang percaya lewat bukti-bukti langsung. Mereka baru percaya bahwa Yesus telah bangkit setelah melihat Kristus secara langsung.

Demon (iblis), darkness (kegelapan) dan death (maut) telah dikalahkan, namun mereka masih melampiaskan kebencian mereka yang meluap-luap terhadap ciptaan Allah. Tetapi jangan kuatir…Yesus hidup dengan hidup baru yang benar-benar ingin dia bagikan kepada siapa saja yang percaya. Apakah Anda termasuk yang percaya? Atau apakah Anda sekarang sadar bahwa Anda butuh Juruselamat? Kesadaran yang bagus buat Anda!

Devil [iblis], darkness [kegelapan] dan death [maut] boleh saja menggertak dan membual, kepedihan hidup mungkin masih akan menghunjam dalam beberapa waktu, akan tetapi bala tentara kejahatan sedang menghembuskan nafas terakhir mereka. Jadi, tak ada yang perlu dikuatirkan… Dia telah bangkit! Dia memang telah bangkit!

(Diambil dari Charles R. Swindoll, “Not to Worry…He’s Risen!” Insight, (Maret 2008): 1-2)