Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa jika setiap orang Kristen hidup sesuai dengan ajaran Kristus, maka tidak akan ada orang yang tidak mengikut Yesus. Pernyataan ini merupakan satu tantangan bagi setiap pengikut Yesus apakah di India ataupun di belahan dunia yang lain. Bagi kita yang mengetahui apa yang terjadi di dalam gereja, di antara orang-orang Kristen, seringkali kita hanya dapat menangis saat melihat kualitas kehidupan orang-orang yang memanggil diri mereka Kristen tetapi tidak ditemukan ciri-ciri Kristus di dalam diri mereka. Tetapi syukurlah, walaupun jarang tetapi terkadang masih dapat kita menemukan bintang-bintang cerah yang bagaikan menara api di tengah-tengah kegelapan lautan dunia ini.
Pada tanggal 23 Januari 1999, seluruh dunia, bukan saja umat Kristen dikagetkan apabila koran-koran utama memberitakan tentang seorang misionari, Graham Staines bersama kedua putranya, mati apabila mobil mereka hangus dibakar massal. Peristiwa ini terjadi di Orissa, India tempat di mana Graham sudah melayani selama 35 tahun di Rumah Sakit Kusta Mayurbhanj. Pada malam itu mereka baru saja selesai mengadakan kebaktian bersama umat Kristen di sebuah desa dan saat mereka sedang tidur nyenyak di dalam mobil, massal yang tidak menyukai kegiatan mereka mengepung dan membakar mereka hidup-hidup. Peristiwa ini sudah tentu sangat mengguncang India. Tetapi hal yang terjadi setelah itulah yang benar-benar membuat masyarakat umum mulai bertanya siapa mereka ini dan apa yang memotivasi keluarga Staines meninggalkan kenyamanan kehidupan di Australia dan mengabdikan diri mereka untuk membantu orang sakit kusta di tempat terpencil di utara India itu. Saat berdiri di hadapan tiga peti mati berisi mayat suami dan kedua putranya yang tercinta, istri Graham, Glades dengan tenang dan penuh kasih mengumumkan pengampunan kepada orang-orang yang sudah membunuh keluarganya. Di hadapan krew televisi dan kerumunan orang banyak yang menghadiri pemakaman itu, Glades bersama putrinya, Esther, menyanyikan lagu “Because He Lives” [Karena Dia Hidup]. Kristus diproklamirkan dari halaman utama koran-koran di India. Tidak lama setelah peristiwa ini seorang pekerja membagi traktir tentang Kristus di sebuah kota di India. Salah satu orang yang menerima traktir itu bertanya, “Apakah ini Yesus yang dipercayai oleh Glades Staines itu? Jika ya, saya juga mau mengenal-Nya.”
Hanya apabila Yesus itu nyata bagi kita barulah dapat kita menyatakan-Nya kepada orang lain. Glades mempunyai hubungan yang nyata dan hidup dengan Tuhan yang dilayaninya. Inilah yang dikisahkan oleh Glades saat ia ditanya bagaimana ia dapat dengan tenang melewati pencobaan yang berat itu, “Saya percaya Tuhan secara khusus berbicara kepada saya pada tanggal 14 Januari, [6 hari sebelum pembunuhan sadis keluarganya], saat saya sedang melakukan renungan pagi. Saya menggunakan buku renungan harian. Kisah pada hari itu adalah: Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di rumah sakit yang sedang kehilangan penglihatannya. Pendetanya mengunjungi dia dan gadis itu memberitahu pendetanya, “Pak Pendeta, Tuhan sedang mengambil penglihatan saya.” Buat waktu yang lama, pendeta itu tidak berkata apa-apa, kemudian ia menjawab, “Jessie, jangan mengijinkan-Nya.” Jessie bingung dan pendeta yang bijaksana itu berkata, “Berikan kepada-Nya.”
Saat merenungkan kisah ini, suara hati saya bertanya apakah saya juga rela untuk memberikan semua yang saya kasihi – suami saya, anak-anak dan segala harta milik saya kepada-Nya. Saya meluangkan waktu yang lama merenungkan hal ini. Dengan air mata berlinangan di pipi, saya berkata kepada Tuhan, “Yesus, ya saya sanggup. Ambil semua yang ku-miliki bagi Engkau – suamiku, anak-anak dan semua yang ku-miliki. Aku menyerahkan semuanya kepada Engkau…”
Tanpa hubungan yang hidup dan akar yang mendalam di dalam Kristus, tidaklah mungkin bagi Glades untuk bertahan melewati peristiwa yang begitu menyedihkan itu. Siapakah kita sebenarnya, apakah kita berakar atau tidak terlihat bukan saat segalanya mulus, saat kita tersenyum manis ketika bertemu dengan teman-teman sekali seminggu di gereja. Seperti buah jeruk, apakah manis atau asam hanya diketahui saat jeruk itu diperas. Begitu jugalah dengan kita, siapa kita sebenarnya, apakah kita menebarkan bau harum kehidupan atau bau busuk kematian, hanyalah terlihat saat penindasan dan penganiayaan datang.
Setelah tragedi yang terjadi ke atas keluarganya, banyak orang yang menduga Glades dan putrinya akan meninggalkan India dan kembali ke Australia. Namun hal itu tidak terjadi. Sampai ke saat ini Glades masih dengan tekun dan penuh kasih melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai oleh suaminya. Satu menara api yang masih dengan terang menerangi dunia yang gelap ini.