David Yonke |
Joe Eszterhas menulis buku yang mengejutkan, tetapi ini bukan buku yang akan membuat dia menjadi kaya dan terkenal. Buku yang akan diterbitkan oleh penulis buku misteri pembunuhan seperti Basic Instinct dan Jagged Edge menceritakan tentang perubahan dan penemuan dedikasi dirinya kepada Tuhan dan keluarga.
Di buku berjudul Crossbearer: A Memoir of Faith (Pemikul Salib: Catatan mengenai Iman), Eszterhas menceritakan mengenai perubahan hidupnya pada musim panas tahun 2001.
Dia dan istri keduanya, Naomi baru saja pindah dari Malibu ke pinggiran kota Cleveland – dimana dia dibesarkan; Istrinya berasal dari kota Mansfield yang juga di dekat sana. Mereka merasa bahwa Ohio adalah tempat yang cocok untuk membesarkan ke empat anak laki-laki mereka (Eszterhas memiliki dua anak yang sudah dewasa dari pernikahan pertamanya).
Sebulan setelah pindah, Eszterhas didiagnosa dengan penyakit kanker pada tenggorokkannya. Dokter-dokter di klinik di Cleveland telah mengangkat 80% dari tenggorokkannya dan menaruh pipa di sana, dan berkata kepadanya untuk segera berhenti minum dan merokok.
Pada usia 56 tahun, setelah menjalani kehidupan yang bebas, Eszterhas tahu bahwa mengubah gaya hidupnya sangatlah tidak mudah. Suatu hari di musim panas sesudah menjalani operasi, dia berjalan di lingkungan di perumahannya yang penuh dengan pohon di kota Bainbridge, di saat itu, Eszterhas telah mencapai titik puncak.
“Saya akan menjadi gila. Saya sangat resah. Mata saya berkedip-kedip. Tubuh saya gemetar. Saya tidak memiliki kesabaran terhadap apapun… Setiap syaraf di tubuh saya meminta saya untuk minum dan merokok,” ia menulis.
Dia duduk di pinggiran jalan dan menangis. Tersedu-sedu, bahkan. Dan untuk pertama kalinya sejak dia kecil, dia menangis dan berseru kepada Tuhan: “Tuhan tolonglah saya.”
Eszterhas sangat terkejut dengan doanya sendiri.
“Saya tidak percaya saya berkata itu. Saya tidak tahu mengapa saya mengucapkan doa itu. Saya belum pernah berbuat itu sebelumnya,” ia menulis.
Tetapi dia merasakan suatu kedamaian yang luar biasa. Jantungnya berhenti berdegup. Tangannya berhenti gemetar. Dia melihat, “Cahaya yang sangat terang yang hampir membutakan sehingga dia harus menutup mata dengan kedua tangannya.” Seperti Saul di jalan menuju Damsyik, Eszterhas telah dibutakan oleh Tuhan. Dia berdiri, menghapus air matanya dan berjalan menuju rumah sebagai manusia baru.
Pada wawancara telpon minggu ini, Eszterhas berkata “itu adalah suatu pengalaman yang luar biasa,” Dia dari orang yang tidak percaya bahwa dia dapat hidup tanpa alkohol dan rokok, menjadi orang yang dapat “mengalahkan diri saya sendiri dan menang.”
Sejak saat itu dia dan Naomi sangat setia datang ke misa hari minggu di gereja Katolik dan seperti judul buku itu, Joe memikul salib di lorong gereja. Dia masih menunjukkan ke-eksentrikannya dengan memakai jeans dan kaos Rolling Stones ketika memikul salib tersebut. Meskipun memakai baju seperti itu , dia berkata bahwa dia memikul salib dengan lebih hormat ketimbang orang kebanyakan.
Meskipun dia adalah pengikut Katolik yang setia, Esterhas menulis dengan berani kejijikannya terhadap room-romo yang fedofilia (menyukai anak kecil) dan uskup yang berusaha menyembunyikan hal-hal ini. Dia dan Naomi dengan pemikiran yang jernih memutuskan untuk tidak mendonasikan sedikit pun uang mereka ke gereja karena skandal seksual di dalam gereja.
Dia telah menolak penawaran yang besar untuk menulis naskah film dengan jalan cerita yang jahat atau tema-tema yang gelap seperti 16 naskah yang telah dia tulis dan beberapa yang telah dibuat filmnya – yang salah satu naskahnya berharga 3 milyar US dolar.
Eszterhas telah menjalani hidupnya dengan terlalu banyak meninjau sisi gelap dari manusia dan tidak mau kembali kesana lagi.
Dia dilahirkan di Hungaria pada saat perang dunia II, dibesarkan di kamp-kamp pengungsian perang, dan kemudian dipindahkan ke Amerika dan hidup di daerah kumuh di Cleveland.
Dia bekerja sebagai penulis berita polisi di Cleveland dan “dulu dia sangat tertarik dengan kegelapan. Saya meliput penembakan-penembakan yang sudah tidak terhitung jumlahnya, kerusuhan massa, dan di dalam kasus-kasus tertentu saya datang sebelum polisi tiba karena saya memiliki radio polisi dan saya terbiasa untuk mengendarai kendaraan berkeliling kota dan menunggu sesuatu terjadi,” katanya.
Tetapi setelah perubahan rohani dalam hidupnya, dia berkata, dia sudah cukup melihat kematian, pembunuhan, darah, dan kerusuhan.
“Sejujurnya hidup saya berubah saat Tuhan masuk ke dalam hati saya. Saya tidak tertarik pada kegelapan lagi.” Katanya. “Saya memiliki empat putra yang sangat tampan, istri yang saya kagumi, saya mengasihi dan menikmati setiap saat dari hidup saya. Pandangan saya sudah berubah menjadi terang dan saya tidak mau kembali ke kegelapan lagi.”
Kasih Eszterhas dan penghargaannya terhadap kehidupan semakin diperbesar tahun lalu ketika dokter operasinya tidak menjadwalkan kedatangan berikut lagi baginya.
“Dia menggunakan kata ‘sembuh,’ kata yang tidak biasanya digunakan oleh dokter ahli kanker,” Eszterhas berkata. “Dia berkata Saya tidak harus kembali untuk diperiksa, jaringan-jaringan di tenggorokan-ku sudah diperbaharui sampai engkau tidak bisa melihat bahwa pernah ada kanker disana, dan juga sampai tidak bisa melihat adanya operasi di sana.
“Naomi dan saya, tentu saja sangat bahagia ketika dia mengatakan demikian. Saya pikir ini adalah mukzijat yang luar biasa.”
Buku terbarunya adalah buku pertama yang ditulisnya setelah ia berhenti minum alkohol. Ini adalah penyesuaian yang sulit menulis sesuatu untuk pertama kali di dalam hidupnya tanpa meminum arak atau cognac.
Tetapi dia terdorong untuk menulis Pemikul Salib sebagai “suatu ucapan terima kasih kepada Tuhan” dan “mengatakan kepada dunia apa yang telah Tuhan lakukan untuk saya.”
Ketika istrinya selesai membaca bukunya, dia berkata, istrinya memeluk buku itu dan berkata. “Itu juga yang saya pikirkan, Saya sangat bangga dengan buku ini.”
(Artikel ini terbit di The Toledo Times tanggal 23 Augustus 2008 di www.toledoblade.com)