new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Francis Frangipane

Ada sangat banyak contoh kepahlawanan Daud. Di masa mudanya, sebagai misal, ketika orang lain pada gemetar, Daud siap dan bersemangat melawan Goliat. Daud adalah contoh orang pilihan Allah, orang yang semangatnya dalam menyenangkan hati Allah mampu membuatnya bertahan di hampir sepanjang hidupnya.

Namun Daud juga memberi contoh tentang apa yang akan terjadi pada orang benar jika mereka menjadi pasif di saat mereka seharusnya berperang. Karena ada satu peristiwa di mana Daud tidak memerangi musuh-musuhnya dan akibatnya sangatlah berat. Hal ini terjadi karena dia membiarkan roh pasif menaklukkan kehendaknya.

Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.” (2 Samuel 11:1)

Pada saat raja-raja maju berperang, Daud membiarkan roh pasif membekukan semangatnya. Selanjutnya, kita bisa saksikan raja ksatria ini tak berdaya melawan serangan rohani yang berlangsung secara terbuka.

Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.” (2 Samuel 11:2)

Perempuan itu adalah Batsyeba, istri Uria. Dari mulai saat Daud menerima pengaruh roh pasif ini, pertahanan rohaninya melemah; terjadi kelumpuhan hati nurani. Kitab Suci menyebutkan, “… pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya…” Mungkin ini merupakan kebiasaannya di kala beristirahat di sore hari, namun – hal yang mengejutkan bagi saya adalah tindakan Daud yang tidak lazim – bersantai di waktu pasukannya sibuk berperang. Sangatlah mungkin istirahat di petang hari ini bukan merupakan hal yang dia butuhkan saat itu melainkan sekadar perwujudan dari kemalasan yang mencengkeramnya. Dia berbaring santai sampai ‘petang’.

Kemalasan yang mencengkeram Daud ini sebenarnya merupakan bagian dari suatu rencana serangan rohani yang rapi dan dahsyat. Sisi lain dari serangan rohani ini adalah dorongan dalam hati Batsyeba untuk mandi di tempat yang bisa dilihat oleh Daud. Akhirnya, karena tak mampu bertahan dan berlawanan dengan apa yang menjadi kualitasnya,  Daud lalu, “…menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia…” (2 Samuel 11:4)

Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah: kegagalan moral yang mengerikan ini tidak dilandasi oleh berahi Daud ataupun semangat pemberontakan kepada Allah. Tetapi roh pasiflah yang  telah menuntun Daud ke dalam dosa! Masalah utamanya adalah, ketika raja-raja lain pergi berperang, Daud justru tinggal di rumah.

Kita sendiri juga tengah berada di tengah peperangan. Roh Allah memanggil kita untuk berperang demi jiwa kita dan juga demi keluarga, kota dan bangsa kita.

Bahkan Firman Allah menyatakan, “TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya.” (Yesaya 42:13)

Apakah semangat ini ada di dalam hati Anda? Adakah seruan perang itu di dalam diri Anda? Jika Anda lahir baru, seruan itu ada di dalam diri Anda, walaupun seruan itu mungkin sudah dibungkam oleh kelesuan.

Kita tidak akan pernah berhasil menjadi pemenang tanpa memiliki seruan perang dari Allah di dalam roh kita. Jangan lagi menolak panggilan untuk berdoa; kita harus merangkul realitas peperangan rohani; kita harus berperang dengan perlengkapan perang yang telah disediakan oleh Allah buat kita, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk mereka yang kita kasihi.

Ketahuilah, begitu Anda menerima roh pasif, maka Anda perlu sadari satu hal, yakni bahwa cobaan yang mengincar kelemahan Anda akan segera datang. Mungkin bukan Batsyeba; bisa saja berupa pornografi dari internet. Atau bisa juga rekan kerja yang tiba-tiba saja menjadi sangat memikat hati Anda di saat Anda dan pasangan Anda sedang dalam pertengkaran. Area apapun yang lemah di dalam diri Anda akan menjadi sasaran tembak setan. Kemungkinan besar, bentuk serangannya tidak berupa serangan besar-besaran secara terbuka; jika Anda mengendorkan penjagaan Anda dan bersantai-ria, maka dia akan melucuti Anda dengan roh pasif. Jika musuh berhasil dalam serangannya, Anda akan dapati diri Anda terjerat dalam cengkeraman yang bisa menghancurkan diri Anda dan orang-orang yang Anda kasihi.

Ada orang yang mungkin akan berkata, “Aku berjalan bersama Allah. Aku adalah hamba Tuhan. Aku tidak bisa diserang.” Ingatlah akan apa yang disampaikan oleh Tuhan kepada jemaat di Tiatira, “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.” (Wahyu 2:20)

Yesus sangat prihatin, bukan pada pengaruh yang merusak dari Izebel ini kepada dunia; Dia prihatin akan para pemimpin jemaat yang menjadi semakin toleran. Terlebih lagi, rayuan Izebel ini tidak hanya ditujukan kepada jemaat yang nakal atau pun yang masih baru, Izebel ini juga telah menyesatkan hamba-hamba Allah.

Sekalipun tidak mengidentifikasikan nama dari roh sundal ini, kitab Amsal juga memberi peringatan akan adanya godaan dari roh Izebel. “Perempuan yang bebal dan cerewet,” dia mengundang “orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus jalannya; siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari.” (Amsal 9:4-8)

Siapakah orang yang diincar oleh roh ini?

Mereka yang “lurus jalannya“. Karena itu marilah kita berwaspada terhadap roh yang pasif.

(Francis melayani sebagai hamba senior di River of Life Ministries di Cedars Rapids, Iowa.)