new-header-kesaksian

 

“Saya menghabiskan bertahun-tahun dalam kamp kerja Soviet,” awal dari surat tulisan tangan itu. Kalimat berikutnya rapi namun terlihat ada sedikit gemetar pada tangan penulis mengingatkan pada usia yang tua dan masa bertahun-tahun dalam penjara.

“Dalam kamp, saya dipaksa bekerja di bawah tanah dalam sebuah tambang. Kerjanya keras dan para penjaga kami tidak punya simpati maupun kebaikan manusaiwi. Suatu hari, di tambang itu, ada suatu kecelakaan. Punggung saya terluka, sejak saat itu saya menjadi bongkok.

“Sutua hari,” lanjut surat itu, “ada seorang anak laki-laki yang tidak berhenti menatap saya. “Tuan,’ tanyanya, ‘apa yang Anda miliki di punggung Anda?’

“Saya yakin bahwa sebuah gurauan kasar sedang ditujukan pada saya, namun bagaimanapun saya berkata, ‘kebongkokan.’

“Anak itu tersenyum dengan hangat. ‘Bukan,’ katanya, ‘Tuhan itu kasih. Ia tidak pernah memberikan suatu kesalahan bentuk. Anda tidak memiliki suatu kebongkokan; ada sebuah kotak di bawah bahu Anda. Ada sayap-sayap malaikat tersembunyi di dalam kotak itu. Suatu hari, kotak itu akan terbuka dan Anda akan terbang ke surga dengan sayap-sayap malaikat itu.’

“Saya mulai menangis karena bersukacita. Bahkan sampai sekarang,” kesimpulan dari surat itu, “saat saya menulis kepada Anda, saya menangis.”

Banyak umat Kristen teraniaya menanggung tanda pengalaman mereka pada tubuh mereka. Terkadang Tuhan harus mengingatkan mereka, sekalipun melalui suara dari anak kecil yang polos, tentang berkat-berkat tersembunyi di bawah bekas luka-luka tersebut.

(Dikutip dari Devosi Total oleh Voice of Martyrs)