Pastor Eric Chang | Matius 10:34-36 | Lukas 12:51-53 |

Kita lanjutkan pengajaran Yesus hari ini dari Matius 10:34-36 

Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya

Ayat-ayat yang sejajar di Lukas 12:51-53 berbunyi,

“Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

Camkan baik-baik kedua perikop tersebut dan khususnya Matius 10:34-36. Saat saya membaca ayat-ayat Firman Allah ini, saya dipenuhi oleh kekaguman pada Firman Allah dan saya melihat visi rohani dari Firman Allah. Tetapi saya tidak yakin apakah saya akan dapat berhasil membagikan visi ini kepada Anda. Hal itu tergantung pada apakah Roh Kudus diizinkan untuk dalam berkarya di hati Anda agar Anda juga dapat melihat visi dari Firman Allah ini. Saat saya membaca perikop ini, saya dipenuhi oleh rasa kagum. Tapi mungkin Anda berkata, “Aku tidak melihat sesuatu yang perlu dikagumi dari perikop semacam ini.”

Tampaknya mungkin Anda berpikir bahwa perikop ini justru mempermalukan kita. Anda mungkin berkata, “Kalau Yesus berkata, ‘Aku datang ke dunia untuk membawa damai,’ jelas bahwa itu adalah kabar baik. Jadi aku punya bahan untuk diberitakan. Yesus datang untuk membawa damai. Itu memang hal yang sangat diinginkan oleh para penginjil untuk bisa diberitakan.” Tetapi Yesus malah berkata, “Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang.” Anda berkata, “Itu satu pernyataan yang sangat memalukan bagi kita.” “Aku datang bukan untuk membawa damai,” kata Yesus, “Aku datang untuk membawa pedang.”

Anda berkata, “Hei, sepertinya itu bukanlah omongan yang diucapkan oleh pemimpin agama. Seorang pemimpin agama seharusnya berbicara tentang damai.” Itu benar. Jadi, kita dibuat bingung akan hal ini: Yesus datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Anda lalu berkata, “Sungguh memalukan pernyataan ini! Aku bahkan tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada teman non-Kristenku.”

Dan yang lebih merumitkan lagi, di Lukas 10:6, ketika Yesus mengutus murid-muridnya, dia berkata, “Sampaikan Injil ini kepada orang yang layak menerima damai sejahtera.” Kita lihat di sana bahwa orang yang layak menerima damai sejahtera, orang yang hatinya terbuka bagi damai sejahtera, yang akan menerima Injil; Injil akan masuk pada orang yang layak menerima damai sejahtera. Tetapi di sini dikatakan bahwa Yesus datang bukan untuk membawa damai. Benar-benar kacau. Ada apa ini?

Lalu Paulus berkata di Efesus 6:15, bahwa Injil adalah Injil damai sejahtera. Jika Injil adalah Injil damai sejahtera, lalu bagaimana bisa Yesus berkata bahwa dia datang bukan untuk membawa damai? Yang dia bawa adalah Injil, yaitu Injil damai sejahtera.

Dan di Yohanes 14:27, Yesus berkata pada murid-muridnya, “Damai sejahtera yang kuberikan padamu, berbeda dengan yang diberikan dunia padamu, tetapi damai sejahtera itu kuberikan kepadamu dengan caraku sendiri.” Lantas, jika dia datang untuk memberi Anda dan saya damai sejahtera dan juga kepada murid-muridnya, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa dia datang bukan untuk membawa damai?


Dosa tak dapat diubah lewat pendidikan Kristen atau filsafat

Tidak heran dengan adanya komplikasi semacam ini, si penginjil memutuskan bahwa lebih baik dia mencari ayat lain untuk dikhotbahkan. Tetapi sebenarnya, ini adalah perikop yang sangat indah. Jangan pernah lari dari ayat-ayat yang tampaknya sulit untuk dipahami. Hadapilah dengan berimbang dan jujur; dan jangan pernah mencoba untuk mengencerkannya, yaitu menjelaskannya secara dangkal. Perhatikaan baik-baik firman dari Yesus. Apakah yang sedang dia sampaikan? Akan selalu muncul masalah jika Anda memahami Firman Allah secara dangkal. Perhatikan baik-baik setiap katanya dan Anda akan melihat bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan itu semua. Yesus tidak berkata, “Aku datang bukan untuk membawa damai.” Yang dia katakan adalah, “Aku datang bukan untuk membawa damai di bumi.” Dia datang bukan untuk membawa damai di Bumi, artinya, untuk mengubah struktur sosial di dunia, untuk membawa damai bagi dunia yang hidup di dalam dosa dan ketidak-taatan kepada Allah. Dia datang bukan untuk membawa kedamaian di masyarakat, itulah maksudnya.

Inilah kesalahan yang dibuat oleh pada teolog liberal pada abad ke-19. Mereka berbicara tentang “Injil sosial.” Mereka mengira bahwa Injil akan mengubah tatanan dunia, tatanan masyarakat, sampai suatu ketika di mana domba dan serigala bisa berbaring bersama, bahwa semua itu bisa dicapai oleh manusia dengan menggunakan Injil sebagai alatnya. Inilah akibat dari kegagalan dalam memahami karakter manusia. Kegagalan dalam memahami masalah sebenarnya dari umat manusia. Kegagalan dalam memahami masalah dosa. Mereka mengira bahwa dosa hanya sekadar masalah kerusakan pada manusia. Bukan sesuatu yang sangat serius. Hanya sedikit cacat pada manusia yang bisa diatasi dengan mengajarkan Injil pada mereka. Injil lalu menjadi alat pendidikan sosial. Ini adalah kesalahan yang sangat mendasar.

Yesus sangat memahami hakekat manusia dan dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Yesus memahami bahwa manusia duniawi kita ini sudah dikorupsi oleh dosa. Anda tidak bisa mengubah mereka dengan pendidikan Kristen.

Kesalahan ini juga terjadi pada kaum komunis. Mereka melakukan suatu kekeliruan yang mendasar dengan mengira bahwa dengan menata ulang pikiran orang-orang lewat filosofi komunis sebagai alat pendidikannya, maka watak manusia dapat diubah. Hal ini tidak dapat dilakukan. Saya tahu itu. Saya pernah tinggal di bawah pemerintahan Komunis selama tujuh tahun. Saya tahu bahwa kita tak dapat mengubah orang dengan cara ini. Saya sudah menyaksikannya sendiri. Tidak akan berhasil. Kita tidak dapat memanfaatkan pendidikan Kristen untuk mengubah manusia. Jika kita melakukannya, saya rasa kita akan melakukan kesalahan yang sama dengan kaum Komunis.

Banyak dari antara Anda yang pernah dididik di sekolah-sekolah Kristen, mungkin bahkan dari masa kecil sampai dewasa. Anda dididik di sekolah Katholik atau Protestan. Anda diajar untuk menghafalkan, misalnya, katekisme, sebagaimana saya pernah diajarkan hal itu di sekolah Katholik. Apakah hal itu mengubah watak saya? Apakah fakta bahwa saya hidup di lingkungan sekolah Kristen – lengkap dengan semua biarawan yang berkalungkan salib di leher – mengubah karakter saya? Sama sekali tidak. Bukan pendidikan yang mampu mengubah saya. Perlu sesuatu yang jauh lebih kuat, lebih mendalam, untuk dapat mengubah saya.

Kalau saya tidak diubah, maka saya tidak dapat menerima damai sejahtera dari Allah. Kitab Suci di dalam Perjanjian Lama berkata, “Tak ada damai bagi orang fasik, demikianlah firman Tuhan.” Dunia, bumi ini, fasik; dunia ini sedang hidup di dalam dosa. Mana mungkin memiliki damai? Yesus tidak bisa membawa damai bagi dunia dalam keadaannya yang seperti sekarang ini.


Damai sejahtera hanya bagi mereka yang bertobat

Akan tetapi Yesus membawa damai sejahtera bagi orang yang memohon, “Sucikanlah aku, ya Tuhan,”. Orang yang datang dan bertobat dari dosa mereka. Kepada orang-orang semacam inilah, bukannya kepada dunia secara umum, melainkan kepada orang-orang semacam inilah Yesus membawa damai. Damai diberikan kepada orang-orang yang menyadari bahwa Injil adalah Injil damai sejahtera. Damai itu adalah perdamaian antara Allah dengan saya melalui Yesus. Perdamaian antara Anda dengan Allah, dan semua yang di dalam Kristus yang telah bertobat dari dosa-dosa mereka.

Yang Yesus maksudkan adalah, “Aku datang ke dunia bukan dengan maksud agar Injil menghapuskan peperangan dari muka bumi. Umat manusia akan tetap saling membunuh. Mereka akan terus berkelahi. Injil tidak akan menghentikan hal itu.” Perhatikanlah dunia ini. Injil sudah berada di dunia ini selama sekitar 2000 tahun. Anda dapat lihat kebenaran dalam ucapan Yesus, “Aku datang bukan untuk membawa damai di atas bumi.” Perhatikan betapa peperangan malah semakin parah. Setiap kali umat manusia bertikai, bumi menjadi semakin rusak. Injil itu tidak akan membawa damai di muka bumi. Lihat saja perang-perang yang telah terjadi, dan lihat juga sudah berapa banyak perang yang dimulai oleh pihak-pihak yang menyebut diri sebagai ‘negara Kristen’, yang memuliakan Allah dengan bibir mereka tetapi menyangkal Dia lewat kehidupan mereka! Dan ketika mereka meluncurkan kapal perang untuk maju berperang, apa yang mereka lakukan? Mereka meminta seorang pendeta setempat untuk mencurahkan anggur – dengan memecahkan sebotol sampanye ke badan kapal, untuk berdoa bagi kemenangan armada mereka. Seorang pendeta bersedia berdoa buat kapal perang, agar meriam-meriamnya bisa menenggelamkan kapal musuh adalah suatu hal yang sangat mempermalukan Injil. Pendeta macam apa itu? Banyak orang yang seperti ini, mereka mengenakan jubah kebesaran keagamaan tetapi mereka membawa aib pada Injil!

Tak akan ada damai di bumi sebelum manusia berubah di dalam hatinya. Dan kapankah hati manusia diubah? Ketika salib masuk ke dalam hidupnya. “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Pedang yang akan memecah keluarga-keluarga. Pedang itu akan memisahkan orang-orang, saudara laki-laki dan saudara perempuan.


Yesus mengubah pedang menjadi salib: dari kematian menjadi kehidupan

Mungkin Anda berkata, “Sampai saat ini, masih belum terlihat sesuatu hal yang mengagumkan dari pembahasan Anda. Sejauh ini, visi dari Firman Allah ini sangatlah menyedihkan. Yang Anda sampaikan sejauh ini adalah tragedi dari dunia yang berkubang di dalam dosa. Dan saya masih belum melihat visi mengagumkan yang Anda bicarakan tadi.”

Baiklah, sekarang renungkanlah kata-kata berikut ini barang sejenak, “Aku datang untuk membawa pedang.” Pikirkanlah dengan cermat tentang pedang itu. Perhatikanlah pedang tentara Roma. Apakah yang terlihat oleh Anda? Mungkin kalau pedang Roma itu saya tancapkan di tanah, dan saya minta Anda untuk memperhatikannya, apakah yang terlihat oleh Anda? Pedang besar Roma yang tertancap di bumi, besar dan kokoh, pedang yang menaklukkan berbagai belahan dunia, dan yang telah menewaskan begitu banyak orang. Jika saya ambil pedang itu dan saya tancapkan ke tanah, dan saya berkata, “Apakah yang terlihat oleh Anda sekarang? Apakah yang terlihat?” Saya beritahu Anda hal apa yang terlihat oleh saya. Yang saya lihat adalah salib. Perhatikanlah pedang tersebut. Anda tahu kalau pedang Roma bentuknya lurus dengan satu silangan di antara badan pedang dan gagangnya. Tancapkanlah pedang itu di tanah, dan Anda akan melihat gambarannya. Anda akan melihat bentuk pedang itu. Tuhan akan mengambil pedang tersebut dan menjadikannya salib. Dia akan mengambil salib Roma dan menjadikannya alat keselamatan. Inilah hal mengagumkan yang saya lihat. Dia mengambil alat kematian dan menjadikannya alat kehidupan. Semakin Anda renungkan tentang pedang tersebut, semakin Anda memahami makna dari salib. Tahukah Anda apa makna salib? Dapatkah Anda menangkap visi salib ini berikut kekayaan maknanya?


Salib akan menimbulkan perpecahan

Renungkanlah tentang pedang ini barang sejenak. Hal apa yang dilakukan oleh sebilah pedang? Pedang memotong dan membelah, seperti yang telah kita baca sebelumnya. Justru hal itulah yang Yesus katakan akan terjadi. Kemanapun salib itu dipakai, ia akan membelah – membagi dua. Artinya, salib mengakibatkan pemisahan. Ia memisahkan yang benar dari yang tidak benar; dan memisahkan orang berdosa dari dosa-dosa mereka. Pedang itu sungguh luar biasa.

Jika Anda melihat ayat-ayat di dalam Lukas pasal 12, Anda akan menemukan ucapan yang mirip. Di sana Yesus berkata bahwa di dalam sebuah keluarga dengan jumlah lima orang akan terjadi tiga melawan dua. Pedang itu akan membelah di tengah-tengah keluarga tersebut menjadi dua. Jika Anda mempelajari Kitab Suci, ini adalah perkara yang menarik. Pertama, Anda akan melihat bahwa ucapan ini mengacu pada Mikha 7:6. Dan ayat-ayat di Mikha pasal 7 dipandang orang-orang pada zaman Yesus sebagai rujukan pada hari kedatangan Mesias, hari Sang Juruselamat.

Jika Anda pelajari ayat-ayat tersebut secara teliti dan menyeluruh, Anda akan menemukan sesuatu hal yang menarik. Siapakah yang dua di satu sisi dan yang tiga di sisi lainnya? Di satu sisi, Anda akan melihat ayah dan ibu, dan di sisi yang lainnya terdiri dari anak laki-laki, anak perempuan dan menantu perempuan. Sangat menarik. Anda mungkin bertanya, “Apanya yang menarik?” Yang menarik adalah bahwa pedang itu membelah dan membuat pemisahan antar generasi, antara yang muda melawan yang tua. Bukankah hal ini sangat cocok dengan pengalaman kita.

Jika Anda telah memberitakan Injil selama bertahun-tahun, Anda akan menemukan sesuatu hal yang menarik. Hal itu adalah: yang tua selalu terbukti lebih keras penolakannya pada pesan dari salib. Sedih tetapi memang begitulah kebenarannya. Yang muda lebih terbuka pada pesan dari salib berikut pengorbanan yang dibutuhkannya. Berkali-kali kami melihat hal yang sama terjadi, yang muda datang kepada Tuhan di tengah penolakan keras dari orang tua mereka. Para orang tua selalu saja mencoba untuk menahan kemajuan orang-orang muda sekalipun mereka sendiri orang percaya. Para orang tualah yang berusaha untuk memperlambat perkembangan rohani yang muda dengan berkata, “Jangan maju terlalu jauh. Jangan terlalu fanatik.” Inilah hal yang dikatakan oleh Kitab Suci, dan kenyataannya memang benar begitu. Kita menemukannya berkali-kali, bahwa yang tua selalu merasa bahwa mereka akan merugi terlalu banyak. Sedangkan yang muda tidak merasa ada kerugian apa-apa. Yang muda masuk dalam kategori orang miskin. Mereka tidak punya banyak uang, tidak ada status sosial, tidak ada nama baik yang harus dipertaruhkan – mereka tidak merasa banyak kehilangan. Mereka masuk ke dalam kategori orang miskin.

Dan tentu saja, yang tua jauh lebih bergantung pada cara hidup lama mereka ketimbang yang muda, yang muda tidak memperoleh banyak keuntungan dari cara hidup lama mereka dan mereka jadi tidak terlalu bergantung pada hidup lama itu. Yang tua sudah begitu terbiasa dengan cara hidup lamanya. Mereka membuat alasan untuk dosa-dosa mereka dengan berkata, “Aku telah begitu lama hidup dalam dosa. Tapi tidak terlalu buruk. Orang lain juga melakukan hal yang sama.” Jadi, di manapun pedang salib itu memotong, Anda akan mendapati bahwa seringkali ia memotong di titik antar generasi. Lukas 21:16, menyebutkan bahwa para orang tua akan menyerahkan anak mereka kepada para penganiaya, ini adalah ayat yang membuat saya gemetar. Apa artinya ‘menyerahkan kepada para penganiaya’? Ayat yang sama mengatakan bahwa mereka akan dikirim pada kematian: “…dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh.”

Saya tidak mau ada orang-orang tua di sini yang beranggapan bahwa para orang tua tidak akan dapat datang kepada Tuhan. Bukan itu yang dimaksudkan oleh Kitab Suci. Allah mengasihi yang tua sama besarnya dengan kasih-Nya kepada yang muda. Allah mengasihi kita semua dengan sama. Akan tetapi ayat ini tidak sedang berbicara tentang kasih Allah. Ia berbicara tentang reaksi Anda terhadap Injil dan terhadap salib. Yesus berbicara tentang sikap Anda terhadap salib. Sangat sering yang tua berkata, “Tuntutan Allah ini terlalu tinggi buat saya, terlalu memaksa.” Bukan maksud saya untuk menyamaratakan semua orang yang berusia tua ketika saya berbicara tentang mereka yang tua. Jika Anda perhatikan orang-orang di gereja, Anda akan melihat betapa mereka yang telah menikah, seringkali mengalami pertumbuhan rohani yang lebih lambat ketimbang yang masih sendiri, seiring dengan pertambahan usia mereka. Betapa sering ketika mereka menikah, mereka jadi lebih tertarik pada pasangannya, pada anak-anaknya, pada rumah mereka, dan juga mobil mereka. Segenap perhatian mereka mulai terserap oleh dunia. Jadi saya sampaikan secara khusus pada mereka yang sudah berkeluarga, “Berhati-hatilah, jika pedang itu datang memotong, jangan sampai Anda berada di sisi yang salah.” Saat menyampaikan hal ini, saya bukan sedang mengkritik Anda. Saya juga mengarahkan peringatan ini pada diri saya, karena saya sendiri sudah menikah, sudah berkeluarga. Jadi, segera setelah Anda menikah, Anda tergolong ke dalam ‘generasi tua.’ Dan kita melihat dari Firman Allah bahwa kita harus berhati-hati dengan sikap kita terhadap salib. Itu sebabnya mengapa Yesus melanjutkan ucapannya di Matius 10:37, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Jika Anda menghargai seseorang lebih dari Kristus, Anda tidak layak baginya.


Salib menyingkapkan

Pernahkah Anda mengalami bagaimana salib memotong ke dalam hati Anda sedemikian hingga segenap pikiran di dalam hati Anda terungkap, terbuka dan telanjang di hadapan Allah? Salib punya cara untuk menghunjam ke dalam hati Anda dan menyatakan siapa Anda apa adanya, tepat seperti sabda di dalam bagian kedua dari Lukas 2:35 supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang oleh salib. Perikop di Lukas pasal 2 itu berbicara tentang salib. Suatu nubuat yang luar biasa tentang salib. Dan saya ingin agar Anda berpegang pada ayat-ayat itu saat kita masuk ke dalam poin yang lain nanti. Kemuliaan salib adalah bahwa ia seperti semacam sinar-X yang menyoroti hati Anda, hal yang tak dapat dikerjakan oleh yang lainnya, dan tiba-tiba mengungkapkan Anda apa adanya. Anda tadinya tak tahu betapa berdosanya Anda, sampai salib itu menghunjam ke dalam hati Anda.

Sebelum saya menjadi Kristen, saya mengira bahwa saya adalah orang yang cukup baik, saya sangat bangga dengan kebenaran duniawi saya. Saya sangat bangga dengan kebenaran duniawi saya sehingga saya meremehkan orang-orang Kristen. Saya dulu adalah orang yang berdisiplin di dalam jalan hidup saya yang lama. Dahulu saya menatap orang-orang Kristen yang lembek itu sambil berkata, “Hah! Siapa yang mau jadi Kristen? Lihat orang-orang ini! Pelayan-pelayan Tuhan itu tidak berdisplin dan terlalu banyak bersantai-santai. Seperti itulah orang-orang Kristen! Yang mereka cari hanya kenyamanan perasaan dari Allah. Mereka terlalu lemah untuk berdiri di atas kaki mereka sendiri, orang-orang ini hanya menginginkan candu agama. Yang mereka cari adalah satu suntikan di lengan untuk membuat mereka merasa enak. Mereka adalah jenis orang yang layak diremehkan yang hanya hidup mengikuti perasaan mereka saja.” Saya dipenuhi oleh kebanggaan pada kebenaran dan kesempurnaan saya, sampai pedang salib menusuk ke dalam hati saya dan menyingkapkan apa yang ada di dalamnya. Dan Tuhan berkata, “Apakah kamu sangat hebat? Perhatikanlah keadaanmu yang sebenarnya! Tataplah jauh ke dalam dirimu. Amatilah itu.” Saat itu saya hanya bisa merangkak dan berlutut, sambil berkata, “Tuhan, maafkan aku. Maafkan aku.”

Yesus berkata, “Aku datang membawa salib,” Syukur kepada Allah karena salib! Jika Anda tidak tahu seperti apa Anda sebelumnya, mana mungkin Anda mau berubah? Banyak orang yang tidak mau menjadi Kristen karena mereka masih memandang bahwa mereka sudah cukup baik. Mereka mengira bahwa setidaknya mereka sama baiknya dengan kumpulan orang-orang Kristen di sekitarnya. Tunggu sampai salib menghunjam ke dalam hati Anda dan mengungkapkan siapa Anda sebenarnya, layaknya pisau bedah, ia menusuk jauh ke dalam, dan semua nanah serta lendirnya akan mengalir keluar. Maka Anda akan mengerti apa yang dikatakan oleh Perjanjian Lama, Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yer 17:9). Akan tetapi Anda tidak akan mempercayai hal itu sampai saat salib menusuk ke dalam diri Anda. Sama seperti saya, Anda mungkin hidup dalam khayalan bahwa Anda adalah orang baik. Salib ini masih terus menusuk ke dalam hati saya hari demi hari. Setiap hari, saya merasa diingatkan, semakin diingatkan akan penyingkapan yang lebih besar akan kekotoran, keberdosaan, yang ada di dalam hati saya. Jalan menuju kekudusan adalah jalan yang penuh dengan kepedihan. Menyakitkan karena Anda akan terus melihat betapa jahatnya Anda. Anda terus saja melihat betapa jahatnya Anda karena salib itu terus saja masuk lebih dalam di hati Anda. Kemudian, segala kebenaran pribadi Anda habis. Anda tidak akan lagi berani menyerang orang lain atas dosa-dosa mereka. Anda hanya akan dapat berkata seperti si pemungut cukai itu, “Tuhan, kasihanilah aku, aku orang berdosa.” Dan bukan hal yang mengejutkan jika ada yang memusuhi salib karena salib sangat menimbulkan rasa tidak enak.


Salib mencabut nyawa

Hal ini membawa kita pada poin yang ketiga. Pedang bukan sekadar memisahkan orang-orang. Pedang tidak sekadar memotong dan mengungkapkan siapa diri kita. Pedang melakukan hal yang lebih dari itu. Apa yang dikerjakan oleh pedang? Pedang itu membunuh. Salib itu membunuh. Salib akan menusuk ke jiwa Anda, tepat seperti yang tertulis di dalam Lukas 2:35, di sana nabi itu berkata kepada Maria, ibu Yesus, “…dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Hamba Allah ini, Simeon, adalah nabi yang luar biasa! Sungguh nabi yang hebat! Pemahaman rohani yang dimilikinya sungguh hebat! Dia bisa memberitakan tentang salib sebelum penyaliban itu benar-benar terjadi! Dia orang yang dipenuhi oleh Roh Allah sebelum Hari Pantekosta, sebagai seorang nabi sejati, dia menubuatkan bahwa Injil berkaitan dengan salib. Dia berkata kepada Maria, “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Pikirkan lagi, pedang apakah yang menembus jiwa Maria? Pedang apa itu? Apakah itu saat ketika Yesus datang dalam kemegahan ke Yerusalem? Adakah pedang di sana? Dan kerumunan orang memuji Yesus dengan berkata, “Baruch Haba Hashem Adonai!” (dalam bahasa Ibrani). “Diberkatilah Dia yang datang di dalam nama Tuhan.” Tak ada pedang di sana. Hati Maria tentunya dipenuhi oleh sukacita melihat anaknya: “Lihat, anakku menunggang keledai dalam kemuliaan masuk ke Yerusalem! Mengapa Simeon dulu berbicara tentang pedang yang akan menembus jiwaku?” Akan tetapi pedang itu memang datang. Kapankah pedang itu menembus hatinya? Saat penyaliban! Itulah saat di mana salib menembus hatinya. Itulah pedangnya. Bahkan seorang nabi berbicara tentang salib dengan istilah pedang. Ketika Maria melihat Yesus tergantung di salib menjelang ajal, jam demi jam, kepedihan hati seorang ibu nyaris tak terkirakan. Itulah pedang yang dinubuatkan oleh Simeon. Salib akan menembus jiwanya. Apa yang terjadi ketika sebilah pedang menembus jiwa Anda? Jiwa Anda mati. Pedang itu membunuh.

Ketika Allah mengubah seseorang, Dia mengerjakan seluruhnya; Anda harus mati sebelum Anda hidup. Jika Anda belum mati maka Anda tidak akan hidup. Jika Anda tidak tahu apa artinya mati, maka Anda juga tidak tahu apa artinya hidup. Anda tidak akan memiliki hidup yang baru sebelum pedang itu membunuh kehidupan lama Anda. Ketika Yesus masuk ke dalam hidup Anda, dia tidak akan puas dengan sekadar melakukan penambalan untuk memperbaiki watak lama Anda; mengambil hidup Anda yang lama, yang penuh dosa dan kotor, lalu melabur Anda sehingga Anda terlihat bagus dan putih, seperti kebiasaan orang Farisi melabur kuburan mereka: yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Itulah hal yang diberikan oleh agama kepada Anda. Agama melabur Anda. Yesus tidak berminat pada agama dalam pengertian yang semacam itu. Dia berminat pada revolusi total dari seseorang. Dia berniat menjadikan manusia baru dari Anda. Tapi pertama-tama, yang lama harus mati dahulu sebelum yang baru datang. Inilah pokok dasar dari pesan Kristus. Itulah isi dari baptisan. Anda dikuburkan bersama dengan Kristus, Anda mati bersama dia  dan Anda bangkit dalam hidup yang baru. Itulah ajaran dari baptisan pada kita. Akan tetapi Anda tidak akan bangkit kembali jika Anda belum mati. Jadi pedang itu membunuh; salib itu membunuh cara hidup Anda yang lama.

Saya ingin tahu apakah Anda orang Kristen hasil laburan atau seorang Kristen yang tahu apa artinya memiliki salib di dalam hati Anda. Di semua gereja selalu terdapat dua macam orang Kristen. Yang dilabur putih, dengan gambar salib di bagian depannya. Salib itu terletak di luar hidup Anda. Salib hanya menjadi hiasan bagi Anda, memang merupakan hiasan yang bagus, tetapi tidak memunculkan manusia baru dari diri Anda. Orang Kristen sejati adalah orang yang memiliki salib di dalam dan di luar dirinya. Di dalam, salib membunuh watak lama Anda dan masih terus melakukannya. Watak lama itu akan selalu berusaha bangkit dari kuburannya. Sangat sudah dibunuh. Sama seperti cacing, jika Anda potong, bagian yang satunya akan mulai tumbuh kembali. Jika Anda potong lagi, ia akan tumbuh lagi. Ini merupakan suatu peperangan. Anda harus selalu siap dengan pedang Anda. Yang saya bicarakan ini bukanlah salib dalam wujud aslinya, melainkan dalam penerapannya dengan kehidupan sehari-hari.

Ingatlah akan poin yang ketiga ini: salib itu membunuh, akan tetapi Allah memakainya untuk membunuh demi menciptakan kehidupan. Itulah poinnya. Sebenarnya hal ini sudah dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Sungguh ajaib Perjanjian Lama itu! Di dalam Ulangan 32:39 dikatakan, “Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan.” Dia mematikan dalam rangka menciptakan kehidupan! Ucapan yang mirip ada di dalam 1 Samuel 2:6. Di sana Hana, dipenuhi oleh Roh, menubuatkan tentang hal di masa depan akan hal yang akan Allah Yahweh kerjakan. Itulah tepatnya hal yang Allah kerjakan melalui salib: salib membunuh untuk menciptakan kehidupan.


Salib memberi hidup

Kita juga menemukan hal ini di Lukas 2:34, di mana Simeon, nabi besar mengucapkan hal yang luar biasa ini, Sesungguhnya Anak ini (melalui salib-Nya) ditentukan untuk menjatuhkan (mematikan) atau membangkitkan banyak orang. Perhatikan, baik mematikan dan membangkitkan dinyatakan dalam satu kalimat. Sungguh indah penyampaiannya! Dan kata yang di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan, membangkitkan banyak orang,  adalah kata yang sangat luar biasa. Apa arti membangkitkan ini? Kata ini di dalam bahasa aslinya memiliki makna kebangkitan kembali. Kata anastasis, secara harfiah artinya berdiri lagi. Itulah sebabnya kata ini dipakai untuk makna kebangkitan kembali. Ucapan yang sangat indah. Tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian. Dan itulah tepatnya hal yang dinubuatkan oleh Simeon.

Pedang akan membunuh. Ada yang akan tetap mati tetapi yang lainnya akan mati untuk bangkit dalam hidup yang baru. Pedang itu akan memberi dampak pada setiap orang di dunia. Tidak ada yang lolos dari pedang salib. Jangan ada dari antara Anda yang berkata, “Nah, salib itu tak akan pernah mempengaruhiku.” Pedang itu sudah menimbulkan dampak pada diri Anda, karena begitu Anda duduk di sana, Anda sudah menentukan sikap Anda pada salib itu. Dan dengan menentukan sikap Anda terhadap salib, Anda telah menentukan sikap Anda terhadap Allah. Itu sebabnya, salib itu telah mempengaruhi Anda. Tidak ada orang yang bisa lolos dari efek salib itu. Seperti itulah hikmat Allah! Jadi, entah salib akan membangkitkan Anda kembali ke dalam hidup yang baru atau menuntun pada kebinasaan Anda.

Tidakkah mengagumkan melihat betapa pedang rohani Allah itu membuat pemisahan? Betapa salib itu laksana pedang yang menyingkapkan? Dan bagaimana salib itu laksana pedang yang membunuh? Salib itu laksana pedang rohani Allah yang menghidupkan karena memerdekakan Anda dari dosa. Semuanya ini adalah hal-hal yang sangat mengagumkan. Begitu besar kekayaan makna dari salib! Janganlah ada orang yang setelah mendengarkan Firman Allah masih berkata bahwa dia tidak mengerti arti salib. Setiap kali Anda memikirkan tentang salib, pikirkanlah tentang pedang yang ditancapkan di bumi, bersinar seperti salib yang besar.


Salib melambangkan penghakiman

Di dalam Alkitab, pedang juga melambangkan penghakiman. Dan Anda akan menghadap ke penghakiman itu jika pedang tersebut tidak menghidupkan Anda. Pada Hari Penghakiman nanti, di hadapan salib itu, setiap orang akan diminta untuk menjelaskan mengapa dia tidak datang kepada hidup melalui salib itu. Saya beritahukan sesuatu pada Anda: Allah tidak terlalu menghukum Anda atas dosa-dosa yang telah Anda perbuat – atas percabulan, pencurian atau bahkan pembunuhan yang mungkin Anda lakukan – karena sekalipun Anda telah melakukan dosa-dosa tersebut, Anda seharusnya bisa diampuni melalui salib itu. Salib itu, dengan mematikan watak lama Anda akan menghapuskan semua dosa dari watak lama Anda. Itulah tepatnya poin yang diutarakan oleh Paulus melaui surat-suratnya: jika aku mati, maka Hukum Taurat tidak berlaku atas diriku. Salib masuk untuk melakukan hal itu bagi Anda. Semua dosa Anda akan dihapuskan sejalan dengan matinya cara hidup Anda yang lama, karakter Anda yang lama.  

Lantas, apa yang perlu Anda pertanggungjawabkan? Anda akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan mengapa Anda menolak salib yang bisa menghidupkan Anda? Anda perlu menjelaskan kepada Allah mengapa dan apa sikap Anda terhadap salib.


Salib menghancurkan kuasa Iblis dan memerdekakan kita

Hal yang lebih ingin saya lakukan itu mirip dengan yang Yesus katakan di sini, agar tiap orang memikul salibnya. Saya sendiri justru ingin memeluk salib itu di hati saya, karena tahu bahwa sekalipun ia menembus jauh ke dalam hati saya dan membunuh watak lama saya, ia akan menghidupkan saya karena, sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus, karena Injil (tentang salib) adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rom 1:16). Dan di bagian akhir Galatia 6:14, dia berkata, “Sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia“. (Aku telah dimatikan bagi dunia tetapi dihidupkan bagi Allah).

“Pedang penghakiman juga menghancurkan kuasa Iblis. Di Yohanes 12:31, Yesus berkata bahwa:

“Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.”

Kapankah ‘sekarang’ itu? Jika Anda membaca konteks Yohanes 12, Anda akan melihat, sebelum dan sesudah ayat itu, yang dibicarakan adalah kematian Yesus di kayu salib. Penindas terbesar dihancurkan kuasanya oleh salib ini. Kita dimerdekakan oleh salib dan  kita masuk ke dalam hidup yang baru.

Dapatkah Anda menangkap visi dari salib yang saya sebutkan di bagian awal tadi? Dapatkah Anda melihat salib yang bersinar, yang Yesus tancapkan di bumi dengan darah Kristus yang mengalir di batang salib itu? Bukankah itu visi yang harus dilihat? Kiranya Allah membantu Anda untuk melihatnya!

 

Berikan Komentar Anda: