Pastor Eric Chang | Matius 23:37-24:2 |

Bagaimana cara Allah berurusan dengan kita?

Untuk pembahasan hari ini, kita akan melihat pada Matius 23:37-24:2, dan selanjutnya kita akan beralih ke Lukas pasal 21.

“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau (perhatikan secara khusus kalimat tetapi kamu tidak mau). Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”

 

Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Yesus berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan”

Bagian pertama dari khotbah ini, kita akan memfokuskan pada ayat 37: “Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” Berdasarkan ayat ini, kita ingin melihat bagaimana Allah menangani kita: apa sikap hati Allah terhadap manusia pada umumnya dan terhadap kita secara khusus. Bagaimana cara Allah berurusan dengan kita?

Di ayat-ayat ini kita membaca bahwa kehancuran sedang menghampiri Yerusalem. Kehancuran itu sudah dekat sekali. Dan Yesus berkata, “Aku rindu untuk mengumpulkanmu seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya saat ada bahaya; apakah badai atau burung rajawali yang sedang mengincar anak-anak ayam itu.” Anak-anak ayam selalunya akan langsung mendengar dan mengenali suara induknya, dan akan segera berlari mencari perlindungan di bawah sayap sang induk. Sang induk siap  melindungi anak-anak ayam itu dengan taruhan nyawanya.”

Saya sudah pernah menyampaikan tentang kebakaran di sebuah kandang di suatu peternakan. Setelah kandang itu sudah habis terbakar, orang-oang menemukan seekor induk ayam yang masih melindungi anak-anaknya di bawah sayapnya. Si induk ayam ini mati terbakar namun ada beberapa anaknya yang masih hidup. Induk ayam ini telah melindungi anak-anaknya dengan mengorbankan nyawanya. Ia bisa saja melarikan diri, namun keselamatan anak-anaknya jauh lebih penting baginya daripada keselamatannya sendiri.

Dan sudah lazim diketahui bahwa ketika seekor induk ayam melihat ada rajawali yang terbang berputar-putar di atas, ia akan segera memanggil anak-anaknya untuk berlindung di bawah sayapnya dan melindungi mereka di sana. Demikianlah, dalam pengertian yang sama, Yesus sedang berkata, “Aku rindu untuk mengumpulkanmu di bawah sayapku, tetapi kamu tidak mau.” Apa yang akan terjadi jika anak-anak ayam itu tidak berada di bawah sayap induknya? Mereka bisa saja mati terbakar, mereka bisa saja dimangsa oleh rajawali.


Kita bisa berkata “tidak” kepada Allah

Saya saya ingin menekankan bahwa: ciri kesukarelaan dari komitmen kita pada panggilan dan otoritas Allah. Jika kita tidak memperlakukan Allah sebagai Otoritas dan Pelindung kita, jika anak-anak ayam itu tidak memandang si ayam betina sebagai induknya, lalu mengabaikan kewenangan dari sang induk saat dia memanggil, tentu saja anak ayam itu tidak akan datang dan berlindung di bawah sayapnya. Yesus mengubah gambaran ini di dalam Yohanes pasal 10 menjadi gambaran tentang gembala dan domba-dombanya. Si gembala memiliki kewenangan atas domba-dombanya, namun tentu saja hal ini bergantung pada apakah domba-domba itu mengenali suaranya. “Domba-dombaku mendengar suaraku,” demikian kata Yesus, “dan mereka yang bukan dombaku tidak akan mendengarkan suaraku.”

Kata ‘mendengar’ ini memiliki makna ganda di dalam bahasa Yunani; bisa bermakna menyimak dan juga mentaati. Mendengar suaranya bukan berarti bahwa telinga Anda mendengar suatu suara. Makna yang dimaksudkan lebih dari itu. Maksudnya adalah menanggapi suaranya dan mentaatinya.

Anda bisa saja mendengarkan suara saya yang berbicara kepada Anda lalu tidak menanggapinya. Anda mungkin tidak mentaati firman Tuhan yang sedang disampaikan. Tanggapan itu selalu dalam bentuk sukarela. Ini adalah prinsip yang sangat penting.

Bagaimanakah panggilan, otoritas dan Firman Allah sampai pada kita sekarang ini? Anda tidak mendengarkan suara guruh yang berbicara kepada Anda. Anda mendengarkan FirmanNya berbicara melalui orang-orang. Karena ini, Anda harus membedakan sendiri, apakah itu Firman Allah atau hanya sekadar pendapat orang itu sendiri? Hal ini sangatlah penting untuk dibedakan. Jika Anda anggap bahwa saya hanya sekadar menyampaikan pendapat saya sendiri, maka tentu saja pendapat Anda juga tidak kalah bagusnya, dan Anda tidak perlu menerima pendapat saya. Akan tetapi, jika saat Anda mendengarkannya, Anda melihat bahwa saya sekadar menyampaikan pesan tentang hidup kekal, lalu Anda berkata, “Pesan ini tampaknya benar; pesan ini berisi kebenaran,” maka Anda berhadapn dengan suatu pilihan: perlukah aku menanggapinya atau tidak? Dan Anda bisa memilih untuk tidak menanggapinya.

Allah itu maha agung. Dia adalah Pencipta langit dan bumi, terlebih lagi, Dia juga adalah Penebus kita sehingga Dia memiliki otoritas ganda atas diri kita. Dia memiliki kewenangan atas diri kita berdasarkan kedudukanNya sebagai Pencipta dan juga sebagai Penebus yang telah membeli kita dengan harga yang mahal, yaitu darah PutraNya. Dia memiliki kewenangan ganda atas diri kita. Akan tetapi, Dia tidak memaksakan otoritas tersebut melalui cara-cara eksternal. Kita boleh memilih untuk menanggapi atau juga menolak otoritas tersebut. Kita bisa berkata tidak kepada Allah. Ini adalah hal yang sangat menakjubkan.

Kita hanyalah seperti debu di bumi ini, tubuh kita hanya merupakan kumpulan bahan-bahan kimia yang semuanya bisa ditimbang. Dan unsur-unsur kimia yang membentuk tubuh kita ini juga tidak memiliki nilai yang tinggi. Namun kita, walaupun nilai kita cukup menyedihkan, boleh berkata, “Tidak,” kepada Allah yang maha kuasa! Anda boleh berkata, “Tidak,” kepada Allah! Sungguh mengherankan! Sungguh ajaib!

Bagaimana kita boleh berkata tidak kepada Allah? Mengapa Allah mengizinkan kita untuk berkata, “Tidak,” kepadaNya? Inilah poin yang perlu kita camkan baik-baik.


Mengapa Allah tidak memaksa kita untuk mentaati-Nya?

Mengapa Allah tidak memaksa kita untuk menaati-Nya? “Akulah Allah, dan Aku menuntutmu untuk mentaati-Ku. Kalau kamu berkata tidak kepadaKu sekarang, maka Aku akan segera membinasakanmu!” Namun Dia tidak begitu. Di sini kita harus memahami ciri dari otoritas Allah. Dan dari situ juga ciri kewenangan dari para hamba Allah. Apakah cirinya? Mengapa Allah tidak memaksakan kuasa dan otoritas-Nya? Mengapa Allah tidak memaksa kita untuk taat kepada-Nya? Manusia gemar menekan sesamanya agar taat.

Pemerintahan duniawi selalu ingin berkata, “Aku sudah menetapkannya jadi kamu harus taat. Kalau kamu tidak melakukannya, aku akan memasukkanmu ke penjara. Aku akan mencuci otakmu dan mengirimmu ke kamp konsentrasi!” Manusia gemar memaksakan kewenangannya terhadap orang lain. Mengapa Allah tidak melakukan hal yang sama? Kita melihat ada orang yang menghujat Allah, menghina Allah, berbicara menentang Allah, namun Allah tidak mengambil tindakan apa-apa. Mengapa Allah tidak memencetnya sampai mati, seperti cara kita memencet semut? “Ha! Kamu berbicara seperti itu kepadaKu? Kamu ini siapa?” Lalu Dia memencet dan membasmi kita.

Mungkin jika Anda memiliki kuasa seperti kuasa Allah, jika Anda memiliki kedudukan seperti itu, dengan jutaan malaikat yang mendukung kewenangan Anda, lalu Anda mungkin akan berkata, “Beraninya kamu berbicara seperti itu kepadaku?” Namun Allah tidak bertindak apa-apa. Dia tidak memberi tanggapan.

Saya pernah melihat orang-orang yang berani menantang Allah dan berkata, “Aku akan berdiri di sini dan aku akan mengutuki Allah dan menunggu. Kalau Dia ada, biarlah Dia membasmi diriku.” Lalu dia mengutuki Allah akan tetapi Allah tidak bertindak apa-pa. Anda mungkin berkata, “Tuhan! Mengapa Engkau tidak membela kehormatanMu? Orang-orang sedang menghinaMu, mengapa Engkau tidak bertindak?” Namun Allah tidak bertindak. Sebagian orang berkesimpulan bahwa karena mereka bisa menghina Allah dan tidak mendapat tanggapan apa-apa dari Allah, berarti Allah tidak ada. “Lihat. Aku sudah memberitahumu bahwa Dia tidak ada. Aku menantang Allah, jika Engkau ada, binasakanlah aku! Aku tidak takut kepadaMu!” Namun mereka tidak mendapat celaka apapun, bukankah begitu? Mereka tidak terkena celaka apa-apa. Lalu Anda mulai berpikir, “Mengapa Allah tidak berbuat apa-apa?”

Yesus menyampaikan pesan kepada orang-orang Yahudi, memperingatkan mereka, namun mereka tidak mau mendengarkannya. Mereka menghinanya, dan tidak terjadi apa-apa. Mereka bahkan melakukan lebih dari itu. Mereka meludahi wajah Yesus! Tepat di mukanya! “Ayo! Apa tindakan engkau sekarang?” Tapi Yesus tidak menanggapi. “Baiklah, kalau begitu kami akan mencambukmu. Kami akan menamparmu. Jika engkau adalah anak Allah, engkau akan bertindak, bukankah begitu? Ayo, tunjukkan kuasamu!” Dia tidak berbuat apa-apa. Anda lalu kebingungan.

Lalu mereka membawa Yesus dan menyalibkannya, dan memakunya. “Ayo, jika engkau memang seperti yang engkau katakan, turunlah dari salib! Buktikan siapa dirimu! Seberapa jauh lagi perlakuan buruk yang bisa kau terima?” Dia tidak menanggapi.

Saya yakin, seringkali hal ini membingungkan Anda. “Mengapa Allah tidak mengambil tindakan apa-apa saat Anak Manusia diperlakukan seperti itu?” Umat manusia telah meludahi wajah anak Allah. Mereka telah membunuh AnakNya dengan demikian menolakNya. Namun Allah tidak bertindak. Dia tidak melakukan tindakan apapun. Di mana Allah? “Di mana Engkau? Mengapa Engkau tidak berbuat sesuatu?”

Lalu mereka menganiaya umatNya, yang menurut Alkitb dipandang sebagai biji mataNya. Mereka akan menangkap dan menganiaya Anda. Mereka akan memenjarakan Anda; mereka akan membunuh Anda, hal yang telah mereka perbuat selama 2000 tahun ini, dan terus mereka perbuat di banyak tempat di dunia ini, di mana orang-orang Kristen dianiaya dan disiksa. Mereka melakukan hal ini kepada biji mata Allah. Saat mereka menganiaya orang-orang Kristen, sebenarnya mereka sedang menganiaya Allah. Anda tentu ingat apa yang diucapkan oleh Yesus kepada Saulus, “Mengapa kamu menganiaya Aku? Mengapa kau melakukan hal ini padaku?” Saulus tidak menganiaya Yesus; dia hanya menganiaya umatnya. Namun Allah tidak bertindak. Dia melihat umatNya dibunuh, dicabik-cabik oleh singa, dibunuh dengan berbagai cara yang mungkin tak terpikirkan, namun Allah tidak bertindak apa-apa!

Lalu di Matius 24, di dalam perikop ini, disebutkan, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaku.” dan Anda mungkin berkata, “Di mana Engkau Tuhan? Saat mereka membunuh kami, tidakkah seharusnya Engkau bertindak?” Dia tidak bertindak. Tidak. Anda akan dibunuh tetapi Dia tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Anda mungkin berkata, “Kalau ada orang yang melakukan sesuatu terhadap anakku, aku akan segera menangkap leher orang itu dan memutarnya kalau bisa, namun Engkau tidak berbuat apa-apa! Engkau melihat umatMu diserang, Engkau melihat umatMu diperlakukan dengan buruk, namun Engkau tidak berbuat apa-apa! Padahal kami menyanyikan lagu ‘Sungguh Besar Kau Allahku’!”

Di titik ini banyak orang Kristen yang tidak dapat bertahan, dan akan berpaling pada masa kesusahan besar karena mereka tidak memahami prinsip kerja Allah. Dia tidak respon. Saya telah melihat di China, dan juga di Amerika, yakni beberapa orang yang dengan angkuhnya menantang Allah dan berkata, “Kalau Engkau ada, tunjukkanlah! Ayo! Lakukan sesuatu! Lakukan sesuatu terhadapku!” Dia tidak menanggapi. Bagaimana memahami hal ini? Di sinilah saya melihat keunggulah hikmat dan kuasa serta kemuliaan Allah. Di titik inilah manusia cenderung menganggap hal itu sangat megusik hati dan tidak bisa memahami bahwa justru disaat seperti ini kuasa dan kemuliaanNya ditunjukkan. Bisakah Anda melihatnya?


Allah yang maha kuasa menoleransi k
eangkuhan dan penghinaan dari manusia!

Melainkan Anda memahami prinsipnya, maka Anda tidak akan bisa bertahan. Bukan saja Anda tidak akan bisa bertahan pada penganiayaannya, Anda juga tidak akan bertahan terhadap tipuannya. Saat Kristus palsu, si Anti Kristus, datang, maka dia akan berperilaku sangat berbeda dengan Kristus yang sejati. Ini adalah pokok yang harus Anda pahami. Karena di dalam perikop ini kita telah diperingatkan: Anti Kristus akan datang dan dia akan menyesatkan banyak orang karena dia akan menunjukkan perilaku yang sangat memuaskan pikiran duniawi Anda. Dia akan datang dengan penuh kuasa, dan hal ini disebutkan di Matius 24. Dia akan memamerkan kuasanya sedangkan Yesus tidak memamerkan hal tersebut. Ini hal yang penting. Di sana, Anda akan melihat perbedaannya.

Apakah kita ini adalah burung elang atau burung bangkai? Kalau kita bukan seperti elang, maka kita tidak akan bisa membedakan kebenaran. Kita tidak akan bisa membedakan manakah kehidupan. Seperti burung bangkai, kita akan mengejar apa yang sudah mati. Hidup tidak ada di sana. Kita mengira bahwa hidup itu mengungkapkan dirinya melalui pameran kekuasaan. Tidak begitu. Anda akan sangat terkejut.

Mungkinkah Allah yang lewat Yesus mengajari kita untuk memberikan pipi yang sebelah lagi, lalu Allah akan membinasakan orang yang menghinaNya? Allah akan menjadi tidak konsisten dengan ajaranNya. Dia akan menjadi tidak konsisten dengan diriNya sendiri jika Dia menyuruh kita untuk menanggung penghinaan sementara Dia sendiri tidak mau menanggungnya. Hal yang ajaib adalah bahwa Allah siap untuk dihina oleh manusia dan mendiamkannya.

Hal yang kita dapati sangat sukar untuk dipahami adalah bahwa Allah yang maha kuasa ini siap untuk menolerir keangkuhan dan penghinaan dari manusia yang tidak ada artinya itu. Inilah hal yang membuat benak saya bingung! Saya bisa mengerti bahwa Allah itu maha agung karena telah menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi, bahwa Dia bisa menanggung penghinaan, keangkuhan dan kebodohan manusia tanpa melakukan pembalasan. Hal ini sangatlah sukar untuk dipahami. Di sanalah keagungan rohani Allah bisa ditemukan. Di mana keagungannya? Jika ada orang yang memukul Anda lalu Anda balas memukul, apakah itu mengagumkan? Tak ada yang keagungan di sana. Jika ada orang yang memukul Anda lalu Anda tidak balas memukul, di sana terlihat bahwa dibutuhkan pengendalian diri untuk tidak membalas, di sanalah terlihat keagungannya. Dan justru di saat Anda memiliki kuasa untuk membalas dengan sangat fatal tetapi Anda tidak melakukannya. Itulah keagungan! Saya perlu menguraikan hal ini karena saya melihat bahwa kita merasa sangat sukar untuk memahami hal ini.

Lalu, mengapa Allah bertindak secara mengherankan ini?


Manusia sangat terpesona pada kuasa dan kekuasaan

Jelaslah bahwa jika Allah memamerkan kuasaNya sekarang ini, seluruh dunia akan segera percaya kepadaNya. Jika Allah memunculkan diriNya dalam segenap kuasaNya di zaman ini, maka setiap orang akan percaya, setiap orang akan berlutut karena manusia sangat terpesona pada kuasa. Kuasa adalah hal yang sangat mempesona, bukankah begitu?

Saat Anda melihat tentara yang sedang berbaris dengan seragam mereka, dengan senapan mereka yang mengkilat disinari matahari, sungguh memukau! Oh! Hal ini membangkitkan perasaan Anda! Sungguh mempesona! Anda bersedia untuk mengagumi dan menundukkan diri Anda pada kekuasaan semacam ini. Saat pesawat-psawat tempur meraung di udara dengan roket-toket yang siap ditembakkan, sungguh memukau! Dan ketika kapal-kapal perang berlabuh di pelabuhan dengan semua meriam dan peluncur roketnya. Oh! Sungguh mempesona! Anda bersedia berlutut untuk hal-hal ini. Itulah hal yang diupayakan oleh dunia untuk mendapatkan penghormatan dan persekutuan dari Anda.

Tahukah Anda mengapa di dalam Perang Dunia II begitu banyak orang yang terkesan pada Hitler? Dan begitu banyak orang yang beranggapan bahwa dia adalah Anti Kristus karena dia tahu bagaimana memukau pikiran orang. Seragam tentara Jerman – bahkan sampai sekarang ini, sangat memukau. Lambang burung rajawali di topinya sungguh mengagumkan! Pilihan warna, bentuk, segala sesuatunya dirancang untuk memukau hati. Dan cara prajurit Jerman berbaris, hentakan sepatu boot mereka. Sungguh mempesona! Segala sesuatunya sangat rapi, bahkan jika Anda menonton filmnya di zaman sekarang ini, Anda tidak bisa menahan kekaguman Anda. Benar-benar membuat Anda tertakluk. Anda takluk pada kuasa semacam ini. Bahkan sekalipun Anda tidak menyukainya, Anda tetap saja berkata, “Mereka memang hebat! Mereka benar-benar layak dihormati!” Dan pada zaman itu, tentu saja, jutaan orang terbuai oleh pameran fasisme ini.


Kita percaya karena kebenaran, bukan karena terkesan dengan kekuasaan

Namun Yesus, yang sepenuhnya mencerminkan siapa Allah itu, tidak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut. Jika Anda mencari pameran kekuasaan, Anda tidak akan melihatnya. Jika Anda mencari kemuliaan di dalam Kristus, Anda tidak akan melihatnya. Yang akan Anda lihat hanyalah salib dengan seseorang yang meneteskan darah karena tusukan ranting berduri dan paku. Ini bukanlah pemandangan yang memukau. Yang seperti ini tidak akan membuat Anda takluk dalam kekaguman. Anda bertanya-tanya, “Ada apa dengan orang itu? Apa yang telah dia perbuat sampai harus menanggung semua ini?”

Mengapa Allah bekerja dengan cara seperti ini? Mengapa Allah tidak menunjukkan kuasaNya untuk mempesona dunia supaya semuanya taat dan tidak ada yang tidak mau datang? Ketika Dia berkata, “Marilah!” maka semua orang akan berlari ke arahNya, karena jika Anda tidak berlari ke sana maka roketlah yang akan diluncurkan ke arah Anda. Dengan begitu Anda wajib menanggapi kedaulatanNya. Allah bisa saja memberikan pemeran kekuatan yang akan membuat bala tentara Jerman terlihat menggelikan. Namun Dia tidak melakukannya. Dia bisa saja memamerkan bala tentara surgawi yang akan membuat semua bala tentara manusia terlihat tidak ada artinya.

Namun Allah tidak melakukannya. Tidak ada pameran kekuatan, tidak ada pameran kemuliaan, lalu apa yang dipamerkan? Kelemahan. Pameran kelemahan! Renungkanlah hal itu. Yang ditampilkan adalah pameran kelemahan mutlak. Seperti yang dikatakan oleh Paulus di 2 Korintus 13:3-4, Anak Mansia disalibkan di dalam kelemahan. Dan Paulus menguraikan hal ini di 1 Korintus 1:23 bahwa bagi orang Yunani, salib adalah kebodohan, sedangkan bagi orang Yahudi, salib adalah batu sandungan.

Kita harus memahami natur dari otoritas rohani, bagaimana otoritas ini difungsikan atau cara kerja otoritas ini. Karena jika Allah memamerkan kekuasaanNya, maka kita memang pasti akan mempercayaiNya, namun kepercayaan kita itu dasarnya bisa saja karena rasa takut atau oleh alasan duniawi lainnya. Apa yang harus Allah perbuat jika Dia ingin kita berpihak padaNya, tapi keberpihakan ini tidak didasari oleh rasa takut atau kekaguman pada kekuatanNya? Apa yang harus Dia perbuat? Bagaimana untuk memastikan bahwa keberpihakan dan ketaatan kita kepadaNya itu benar-benar keberpihakan yang rohani, yang lahir dari pengenalan akan kebenaran? Tidak ada jalan lain. Itulah sebabnya mengapa saya katakan bahwa hikmat Allah begitu luar biasa, sungguh ajaib! Dia menyingkirkan semua tekanan lahiriah yang bisa memaksa kita untuk percaya. Tidak ada tekanan lahiriah yang diterapkan pada diri kita untuk mempercayai Dia. Jika ada penjelasan mengapa kita sampai mempercayai Dia, maka alasan tersebut hanya satu: bahwa kita telah mengenali kebenaran.

Saya tidak tahu apa landasan kepercayan Anda. Inilah sebabnya mengapa saya tidak suka dengan kegiatan ibadah massal, karena orang akan melihat pengunjung yang berjumlah sekitar 20.000 orang, dan berkata, “Nah, jika 20.000 orang di stadion ini percaya kepada Yesus tentunya akan lebih baik bagiku jika ikut percaya.”Itu adalah [penggunaan] psikologi massa dan kita tidak boleh memakai cara seperti ini. Tentu saja kita bisa melakukannya. Gereja bisa, dan sering juga, melakukan hal tersebut. Namun seharusnya kita tidak melakukannya. Cara ini menimbulkan tekanan eksternal yang muncul dari besarnya jumlah pengunjung, suatu pameran kekuatan, karena jumlah juga melambangkan kekuatan. Hal ini membuat orang terpukau. Jika Anda mengunjungi ibadah yang pesertanya sedikit, rasanya tidak begitu mempesona. Namun jika Anda mengunjungi KKR besar-besaran, misalnya KKR dengan pengunjung 1000 orang Kristen yang hadir di sana, wah, terasa sangat menyenangkan! “Aku termasuk yang 1000 orang ini! Aku tergabung dalam kumpulan besar!” Segera saja, Anda mulai merasakan hal semacam ini. Sungguh menyenangkan berada di tengah kumpulan orang banyak, bukankah begitu? Ya, terasa sangat menyenangkan. Dan ketika 1000 orang itu bernyanyi, rasanya berbeda dengan nyanyian dari 50 atau 60 orang. Suara dari 1000 orang adalah kekuatan, membuat orang merasa kuat! Ini adalah cara yang salah untuk menjadi Kristen karena Allah tidak ingin memakai tekanan lahiriah terhadap Anda, entah dalam bentuk paduan suara dari 500 orang, atau KKR yang ditata dengan rapi, sungguh berbahaya! Dan saya dapati bahwa orang-orang yang menjadi Kristen dalam keadaan semacam ini adalah orang-orang Kristen yang dangkal. Sangat dangkal.

Itulah sebabnya mengapa orang yang menjadi Kristen di China, di dalam kumpulan jemaat-jemaat rumahan yang kecil, dalam situasi mendapat banyak tekanan, adalah orang-orang Kristen yang sejati. Mengapa? Karena mereka menyerahkan dirinya dalam keadaan lemah, bukan saat merasa kuat, keadaan di mana mereka merupakan minoritas kecil. Sangatlah mudah untuk masuk ke dalam mayoritas besar dan merasa senang berada di dalamnya. Tidaklah mudah untuk mengenali kebenaran jika kebenaran itu membuat kita terpinggirkan. Orang-orang berkata, “Lihat, kamu hanya minoritas kecil,” seolah-olah yang minoritas itu selalu salah. Fakta sejarah membuktikan bahwa yang minoritas itu yang selalu benar.

Inilah pokok yang saya harap agar Anda camkan karena jika Anda tidak mengerti kebenaran ini, yakni bahwa Allah ingin menyingkirkan semua tekanan eksternal agar komitmen kita benar-benar bersumber dari komitmen kita kepada kebenaran. Bahwa sumber komitmen kita adalah, oleh kasih karunia Allah, kita telah mengenali kebenaran. Sudahkah Anda mengenali kebenaran? Apakah alasan Anda menjadi Kristen? Apakah Anda menjadi Kristen untuk mengejar kenyamanan? Mengejar dorongan emosi? Akibat rasa takut ataupun kagum pada kemewahan gereja? Di banyak tempat, gereja begitu tertata rapi dan sangat berkuasa. Namun semua itu bukanlah alasan yang benar. Satu-satunya alasan yang sejati, yang Allah inginkan ketika Anda menjadi Kristen adalah karena Anda telah melihat kebenaran di balik semua ini; Anda telah mengenaliNya.


Anda bebas berkomitmen dan juga bebas menarik kembali komitmen itu

Konsekuensi dari fakta bahwa komitmen kita bersifat sukarela, bahwa Anda membuat komitmen secara sukarela adalah bahwa komitmen ini juga bisa secara sukarela dibatalkan. Saya harap Anda paham akan hal ini. Tampaknya banyak orang Kristen yang tidak mengerti akan hal ini. Setelah Anda menjadi Kristen, tidak ada hal yang bisa menahan Anda untuk keluar dari kekristenan. Tidak ada tekanan lahiriah yang dapat menahan Anda.

Sebagai contoh, jika ada orang yang ingin meninggalkan gereja, apakah kami berusaha menahannya? Tidak sama sekali. Saya berusaha berhati-hati agar tidak sampai menimbulkan tekanan atas seseorang, yang setelah menghadiri kebaktian selama beberapa kali lalu berhenti datang, saya bahkan tidak serta merta mengunjungi orang tersebut karena bisa saja orang itu merasa bahwa kedatangan saya menimbulkan tekanan. Saya tidak ingin ada orang yang merasa mengalami tekanan eksternal. Saya harap semua orang memahami bahwa saya sangat mengasihi setiap orang namun tidak akan ada tekanan lahiriah yang akan dipakai di sini. Sama sekali tidak ada.

Adakah orang non-Kristen di sini yang pernah dipaksa untuk menjadi Kristen? Sama sekali tidak. Kami berusaha sebisa mungkin untuk menghindari hal-hal yang membuat seseorang merasa, “Nah, agaknya aku harus menjadi Kristen karena mereka terus saja mendesak aku untuk membuat keputusan untuk menjadi Kristen.” Tekanan eksternal yang mendorong Anda untuk menjadi Kristen tidak akan bertahan sebab Anda menjadi Kristen bukan karena telah mengenali kebenaran melainkan karena Anda merasa bahwa orang-orang di sekitar Anda mengharapkan Anda untuk memberi tanggapan. Ini adalah jenis tanggapan yang salah dalam hal menjadi seorang Kristen. Oleh karenanya, segala tekanan semacam itu harus disingkirkan.

Poin pertama adalah: komitmen terhadap kebenaran ini dibuat secara sukarela, maka Anda juga bisa dengan bebas membatalkannya. Saya sangat menyayangkan jika gereja memberikan tekanan eksternal terhadap orang lain agar membuat keputusan atau, memaksa orang yang telah meninggalkan gereja untuk kembali.

Banyak orang yang tidak mengerti mengapa saya tidak menahan orang yang meninggalkan gereja. Saya tidak mau melakukan ini karena saya mengerti prinsip kuasa Allah. Seperti apa cara Dia bekerja, demikian pula cara kerja saya. Saat para murid ingin meninggalkan Yesus, dia tidak berusaha menahan mereka. Perhatikan baik-baik hal tersebut di dalam Yohanes pasal 6. Ketika mereka ingin meninggalkannya, Yesus malah berkata, “Silakan. Kamu bebas untuk datang dan juga untuk pergi.” Jadi, ketika sebagian dari murid-murid itu meninggalkannya, Yesus berkata kepada yang lainnya, “Apakah kalian juga ingin pergi? Silakan saja. Aku sangat mengasihi kalian namun kalian tidak boleh sampai merasa bahwa aku ingin menahan kalian dengan berbagai cara. Kalian bebas untuk pergi.” Pokok ini sangatlah penting untuk dipahami.


Ketaatan kita pada otoritas Allah maupun para hambaNya bersifat sukarela

Hal yang sama juga berlaku dalam hal otoritas dalam gereja. Otoritas yang dijalankan oleh para hamba Allah murni merupakan otoritas yang bersifat rohani. Hamba Tuhan yang sejati tidak akan menerapkan tekanan eksternal. Otoritas yang dijalankan di dalam gereja ini juga murni bersifat rohani. Sebagai contoh, jika sebuah tindakan disiplin diambil terhadap seseorang, misalkan dengan melarangnya untuk mengikuti perjamuan kudus karena adanya dosa yang dia perbuat. Orang tersebut bebas, jika dia menginginkan, untuk pergi ke gereja lain yang tidak tahu bahwa dia sedang dilarang untuk mengikuti perjamuan kudus, lalu mengikuti pejamuan kudus di sana; dia bebas untuk melakukan itu. Tak ada hal yang bisa menghalanginya untuk melakukan hal semacam itu.

Namun perlu dipahami bahwa orang itu tidak sedang menipu orang lain melainkan dirinya sendiri. Dia sedang melanggar otoritas yang telah Allah berikan kepada para hambaNya. Harga yang harus ditanggung itu tidak akan bersifat lahiriah, dia yang harus Anda membayarnya secara rohani. Sama halnya dengan otoritas rohani, harga yang harus dibayar karena ketidaktaatan ini juga akan bersifat rohani.

Untuk apa Allah memberikan hambaNya otoritas? Bukan untuk dijadikan alat penindasan, melainkan untuk menunjukkan kepada seseorang bahwa jika dia melakukan dosa, hal ini tidak bisa ditolerir di dalam gereja Allah. Jika orang tersebut ingin selamat secara rohani, dia harus bertobat. Tentu saja dia boleh menolak otoritas tersebut. Dia boleh menolaknya. Tak ada hal yang bisa menghalanginya untuk menolaknya. Akan tetapi dia harus membayar harga yang bersifat rohani jika melakukan hal itu.

Sangatlah penting untuk memahami bahwa pengakuan akan otoritas Allah maupun para hambaNya, termasuk semua hamba di dalam Kitab Suci dan juga Kristus sendiri, sepenuhnya bersifat sukarela. Sebagai contoh, Yohanes pembaptis adalah seorang hamba Allah yang besar, namun mereka, yakni sebagian besar pemimpin israel pada zaman itu, menolak kewenangannya, mereka tidak mengakui kewenangannya, dan Herodes bahkan menghukum mati dia. Banyak hamba Allah yang dihukum mati dan akan terus ada yang dibunuh, termasuk Yesus sendiri, namun Allah memang bekerja seperti itu. Dia juga terus bekerja seperti itu sampai sekarang ini supaya komitmen kita dilandaskan pada pemahaman akan kebenaran.


Kita diberi hak untuk menolakNya, namun kita bertanggungjawab atas keputusan kita

Ini berarti yang berada di atas semuanya adalah kehendak manusia. Manusia lewat kehendaknya bisa menolak Allah. Kehendak manusia bahkan di atas kedaulatan Allah. Tergantung pada manusia apakah mau menolak atau meneirmaNya. Oh, ajaran semacam ini tampaknya menempatkan manusia sebagai yang paling berdaulat, bukannya Allah. Akan tetapi, inilah ajaran yang alkitabiah, bahwa manusia memiliki kuasa dan hak yang diberikan oleh Allah untuk menolak Dia. Namun ini juga menempatkan manusia pada posisi harus menerima konsekuensi yang datang bersama dengan hak tersebut. Anda berhak untuk membuat keputusan akan tetapi Anda harus menanggung akibatnya jika keputusan Anda itu ternyata salah.


Ada yang mengajarkan bahwa tidak mungkin manusia dapat menolak Allah

Ada orang Kristen yang tidak bisa menerima bahwa manusia bisa berkata tidak pada Allah yang maha kuasa. Mereka sama sekali tidak mau menerima hal ini.  Augustinus dan Calvin menolak bahwa manusia bisa berkata tidak kepada Allah. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa berkata tidak kepada Allah yang maha kuasa. Hal ini akan menyangkal kedaulatan Allah. Menurut mereka, jika Anda berkata tidak kepada Allah, itu hanya sepertinya Anda yang berkata tidak, tapi sebenarnya Anda hanya sekadar menjalankan apa yang telah dikehendaki oleh Allah bagi Anda. Mereka tidak bisa menerima doktrin bahwa manusia bisa berkata tidak kepada Allah, dan mereka berpikir bahwa mereka sedang membela kedaulatan Allah. Niat Calvin dan Augustinus itu sebenarnya baik. Niat mereka sangat baik; sayangnya itu bukanlah kenyataannya.

Di dalam upaya kita untuk membela kedaulatan Allah, kita justru menyangkal kehendakNya yang berdaulat di zaman sekarang ini, yakni kehendak untuk memberi manusia hak untuk berperilaku sebagaimana adanya. Dia memberi Anda hak tersebut. Kedaulatan Allah terlihat di dalam fakta bahwa di dalam kedaulatanNya itu, Dia membolehkan Anda dan saya untuk berkata tidak kepadaNya. Namun sebagaimana yang telah saya sampaikan, ada sebagian teolog yang tidak bisa menerima pikiran semacam ini. Terlalu berlebihan jika manusia boleh berkata tidak kepada Allah. Terlalu merendahkan derajat Allah.

Namun itulah rencana Allah. Apakah Anda akan mengenali kebenaran atau tidak, bergantung pada persoalan apakah Anda menerima Allah sekarang ini, yang sepertinya terlihat lemah. Allah yang mengizinkan anak Manusia, Mesias yang diutusNya untuk disalibkan, ditampar dan diludahi oleh manusia. Inilah batu sandungan salib.

Allah sangatlah perkasa di hadapan umatNya. Namun jika Dia berurusan dengan orang-orang non-Kristen, Dia menjadi lemah. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kuasaNya. Saya telah menyaksikan kuasaNya terus menerus. Dia akan menunjukkan kuasaNya hanya kepada mereka, yang berdasarkan pemahaman mereka akan kebenaran, telah menyerahkan diri mereka kepada Allah. Anda akan melihat kuasaNya.

Saya terus menerus menyaksikan kuasaNya. Sudah seringkali saya memberi kesaksian kepada Anda tentang pengalaman-pengalaman saya akan kuasaNya. Namun Dia tidak akan pernah menyatakan kuasaNya kepada mereka yang tidak mau menerima batu sandungan salib. Banyak orang Kristen yang bertanya kepada saya, “Mengapa Anda bisa mengalami semua ini sedangkan saya sama sekali tidak mendapatkan pengalaman semacam itu?” Mungkin karena, di dalam kasih karunia Allah, saya telah menerima batu sandungan salib itu. Memang aneh, dari apa yang bisa saya amati dari kehidupan orang-orang yang telah menolak, juga dari biografi mereka yang telah menolak batu sandungan salib itu, saya tidak mendapati adanya kesaksian tentang pernyataan kuasa Allah yang bisa menjadi suatu kesaksian dalam hidup mereka. Ajaib, bukankah begitu? Aneh. Karena begitu Anda menolak fakta ini, yaitu kesediaan untuk memikul salib Kristus, maka Anda tidak akan pernah menyaksikan kuasa Allah. Dia tidak akan menyatakan kuasaNya kepada Anda. Namun jika Anda sudah menerimanya, Anda telah menyerahkan hidup Anda sepenuhnya ke dalam otoritasNya, berdasarkan penerimaan akan salib Kristus itu, maka Dia akan menyatakan kuasaNya. Inilah rahasia kehidupan rohani yang saya harap agar Anda pahami. Allah akan berkarya dan menyatakan diriNya namun tidak pernah secara langsung bagi mereka yang telah menolak batu sandungan salib Kristus.


Kuasa dan kemuliaan Allah akan dinyatakan setelah zaman kasih karunia berakhir

Sebagai kesimpulannya kita baca dari Lukas 21:24-27

“… dan mereka (yakni orang-orang Yahudi yang telah menolak Yesus) akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.

Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaannya

Pokok yang disampaikan di sini adalah bahwa Allah akan menyatakan kuasaNya, namun tidak di masa sekarang. Hanya pada masa ketika iman tidak dibutuhkan lagi, di akhir periode kasih karunia. Yesus akan datang dan menyatakan kuasa dan kemuliaannya yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya. Masa yang sekarang ini – dapat disebutkan sebagai zaman di mana hanya orang yang beriman yang akan melihat kekuasaan Allah. Dia tidak akan menyatakan kuasaNya. Ini adalah masa ketika Dia ingin memastikan apakah Anda akan mempercayai Dia dengan iman. Akan tetapi nanti, akan tiba masanya ketika Allah akan menyatakan kuasaNya melalui Yesus, dan semua lutut akan bertelut menyembah Dia. Semua orang di bumi ini akan tersungkur di hadapan Allah. Setiap orang akan percaya kepada Allah. Akan tetapi kepercayaan pada saat itu tidak menyelamatkan mereka. Tidak ada lagi iman yang menyelamatkan pada saat itu.


“Zaman bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” berkaitan dengan zaman Allah terlihat “lemah”

Sebelum semua ini terjadi, di sini kita melihat ada masa yang disebut sebagai ‘zaman bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’. ‘Zaman bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’ ini, atau masa sela ini, adalah periode di mana Allah terlihat lemah. Dia tidak menyatakan kuasaNya. Di periode ini Allah tidak menyatakan kuasaNya kepada dunia. Dia memang menyatakan kuasaNya kepada kita yang telah memiliki iman oleh kasih karuniaNya. Namun kepada dunia Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kuasaNya sama sekali. Itulah yang dimaksudkan sebagai ‘zaman bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’. Masa ini bermula dari saat keruntuhan Yerusalem sampai dengan kedatangan Yesus kembali. Itulah yang disebut sebagai ‘zaman bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’ – kata aslinya secara harfiah bermakna ‘bangsa-bangsa’ – yakni zaman ketika Injil disebarkan ke seluruh dunia namun tanpa tanda kuasa Allah yang kasat mata.


Akan ada banyak tanda sebelum kedatangan
Yesus yang kedua kali

Akan ada banyak tanda yang tidak langsung. Dan salah satu tanda tersebut adalah tanda yang terjadi di langit, disebutkan dalam ayat 25, “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang” – akan ada tanda-tanda di lingkungan matahari dan planet-planetnya. Dengan semakin dekatnya akhir zaman ini, akan terjadi banyak tanda, dan saya akan menguraikan hal-hal tersebut dengan lebih terperinci di pesan yang akan datang. Untuk sekarang ini, saya akan hanya akan menyampaikan bahwa sebagian dari tanda-tanda tersebut akan bisa diamati oleh umat manusia, namun mereka akan mengabaikan peringatan tersebut karena semuanya bersifat tidak langsung. Anda akan menyaksikan hal-hal yang aneh terjadi pada di dunia ini. Tetapi manusia, tentu saja, tidak akan mengaitkan hal-hal tersebut dengan Allah. Malahan, sekalipun Anda melihat suatu keajaiban, Anda masih akan mencari penjelasan yang alami untuk mengartikannya. Watak manusia tidak pernah mau memberikan kemuliaan bagi Allah. Jika ada orang yang disembuhkan secara ajaib, mereka akan berkata, “Mungkin ada suatu penjelasan ilmah akan peristiwa ini.” Dan oleh karenanya, mereka tidak akan mengaitkan hal tersebut dengan kuasa Allah. Akan tetapi tanda-tanda itu akan muncul, dan juga akan semakin meningkat menjelang akhir zaman ini.


Anda harus mempertanggungjawabkan keputusan Anda di hadapan Allah nanti

Anda bisa saja berkata ‘tidak’ kepada Tuhan. Dia berkata, “Marilah kepadaKu. Berlindunglah di celah Gunung Batu. Berlindunglah di bawah sayapKu. Penghakiman yang mengerikan sedang datang, yang sudah ditunjukkan melalui tanda-tandanya.” Akankah Anda mencari perlindungan di bawah sayapNya? Atau, akankah Anda berkata, “Nah, semua hal ini tidak ada urusannya denganku. Aku tidak peduli dengan kewenangan Allah. Aku tidak mengakui kewenanganNya.” Anda boleh saja berkata seperti itu, Dia tidak akan mengambil tindakan apa-apa terhadap Anda saat ini. Namun ingatlah, kita semua akan berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan keputusan kita. Kiranya Allah menganugerahi Anda pengenalan akan kebenaran tersebut, kiranya kebenaran Allah dinyatakan kepada Anda dan Anda akan menanggapinya, dengan kasih karunia Allah, agar bisa memperoleh hidup yang kekal.

 

Berikan Komentar Anda: