H.Ying |

Setelah empat tahun berpacaran selama kuliah, M dan saya mendaftarkan pernikahan kami di catatan sipil. M pulang ke kota kelahirannya dan saya mendaftar untuk mengikuti program pendidikan untuk menjadi seorang guru. Saya yakin setelah saya lulus, saya akan diutus ke kota kelahiran M. Setelah bekerja di sana, kami akan mengadakan pesta pernikahan dan mulai meniti kehidupan bersama. Inilah ambisi sederhana saya.

Namun yang terjadi tidak sesuai dengan perencanaan saya. Bukannya diutus ke kota kelahiran M, saya malah diutus ke tempat yang lain yang jauh dari keluarga saya. Dua minggu setelah saya pindah ke kota kecil itu di saat saya masih berusaha untuk beradaptasi di tempat kerja yang baru dan kolega baru, saya mendapat kabar yang mengejutkan. Ternyata M mempunyai seorang pacar di tempat kerjanya dan mereka sudah berpacaran bahkan sebelum kami mendaftarkan pernikahan kami! Yang membuat kesal adalah M bahkan tidak merasa bersalah. Dia berkata dia akan memutuskan hubungan dengan pacarnya kalau saya sudah dipindahkan ke kotanya.

Saya tidak dapat menerima ketidak-setiaannya dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Saya mulai mencari nasehat hukum. Setiap pengacara yang saya datangi berkata bahwa penikahan saya itu legal dari segi hukum karena saya sudah melakukan catatan sipil. Saya harus mengajukan permohonan cerai dan status saya akan menjadi janda. Saya tidak dapat menerima bahwa saya harus menyandang status seorang janda. Pada waktu itu, saya merasa lebih baik mati dari menjadi seorang janda. Saya marah besar karena  semua itu adalah ulah M mengapa saya harus menderita akibatnya?

Setiap akhir pekan saya akan menempuh perjalan selama tiga jam untuk pulang ke keluarga saya dan mencari orang untuk curhat. Namun saya menemukan setiap kali saya membagikan kesedihan saya, orang yang mendengarkan akan menangis karena mereka sangat mengasihani saya. Mereka bahkan lebih sedih dari saya. Lama-kelamaan saya merasa bersalah karena telah menyebarkan kesedihan ke semua orang. Lalu, saya menahan diri untuk tidak lagi membagikan pergumulan saya dengan orang lain dan berusaha menanggung semuanya sendiri.

Sewaktu saya di SMA, teman sekelas saya yang baru dibaptis mengundang saya ke gerejanya. Waktu itu saya sangat tertekan dengan studi dan saya juga sedang mencari makna kehidupan. Jadi saya mengiyakan undangannya. Saya menghadiri kebaktian selama satu atau dua bulan dan menjadi sangat tertarik dengan kehidupan orang Kristen. Saya merasakan sukacita di dalam kehidupan mereka. Suatu hari, saya dengan senang memberitahu ibu bahwa saya mau menjadi orang Kristen. Karena pengakuan saya itu, orang tua saya langsung melarang saya ke gereja lagi! Setelah itu karena disibukkan dengan kehidupan, saya melupakan urusan menjadi orang Kristen ini.

Di titik terendah di dalam hidup saya, entah mengapa saya teringat sesuatu yang pernah saya dengar saat saya menghadiri gereja dulu. “Saat Anda tidak dapat berbicara kepada orang, Anda bisa berbicara kepada Allah.” Jadi saya mulai berbicara kepada Allah setiap hari, saat saya sedih atau saat saya tidak bisa tidur. Saya merasa nyaman berbicara dengan Tuhan, dan saya tidak perlu khawatir akan membebani Allah karena Dia pasti dapat menanggungnya.

Hal-hal yang menakjubkan mulai terjadi saat saya mulai berbicara kepada Allah. Sekalipun Allah tidak kelihatan, tetapi saya dapat merasakan Dia nyata karena Dia menjawab doa-doa saya. Sebagai contoh, ada kalanya saya akan berkata bahwa Tuhan, “Saya tahu Engkau mendengarkan, tetapi Anda tidak berbicara. Saya sangat sedih sekarang dan sangat membutuhkan orang untuk berbicara kepada saya.” Langsung setelah itu telpon saya akan berdering.

Pada waktu itu, saya bahkan belum kembali ke gereja dan belum pernah membaca Alkitab. Saya tidak kenal siapa itu Allah dan Yesus. Namun Allah telah menjadi sahabat baik saya. Bercakap-cakap dengan Allah telah menjadi kebiasaan saya. Selesai pekerjaan, saya akan bercakap-cakap dengan Dia.

Pada waktu itu, urusan perceraian saya belum selesai. Setiap hari saya memberitahu Allah, “Saya tidak tahu mengapa saya harus menderita semuanya ini. Saya tidak dapat menerima bahwa saya harus menyandang status seorang janda.” Lewat pengaturan Allah, saya menemukan seorang pengacara yang berkata dia akan berusaha untuk dapat membantu saya membatalkan pernikahan saya dan saya tidak perlu mengajukan perceraian. (Pembatalan pernikahan atau anulmen adalah pengajuan kepada pengadilan untuk mendeklarasi bahwa pernikahan itu tidak terjadi secara teknis dan karena itu tidak valid). Prosesnya memang tidak sederhana, tetapi setelah satu setengah tahun, pengadilan memutuskan pernikahan saya tidak valid. Saya mendapat kembali status saya sebagai belum pernah bernikah. Yang aneh adalah setelah kasus saya berhasil, seorang teman saya berada dalam situasi yang sama dan saya memperkenalkan dia kepada pengacara ini. Pengacara memberitahu saya tidak mengambil kasus seperti itu. Lalu, mengapa dia mengambil kasus saya? Sangat aneh cara Allah bekerja!

Sekalipun urusan ini sudah selesai namun, saya masih dihantui oleh sikap tidak mengampuni. Kekosongan dan kepahitan mengisi hati saya; saya tidak mempunyai tujuan hidup. Saya menyibukkan diri dengan banyak kegiatan. Saya mengikuti kelas aerobik, yoga, dansa dan giat bermain bulutangkis. Saya juga mencari penghasilan tambahan dengan memberi les. Semua penghasilan akan saya hamburkan dengan berbelanja. Saya benar-benar orang yang kehilangan arah dan tujuan hidup. Saya melakukan apa saja yang saya inginkan namun di momen-momen saya berdiam diri dan sendirian, saya dapat melihat dengan jelas, manusia batin saya tidak bahagia. Jiwa saya kosong dan kering.

Tidak lama setelah itu saya mulai berkenalan dengan seorang cowok dan saya jatuh ke dalam dosa. Pada waktu itu, saya sebenarnya tidak tahu saya sudah berbuat dosa. Namun, hati nurani saya sangat terganggu dan saya merasa sangat bersalah. Sejak itu, saya merasakan suatu perbedaan yang cukup besar saat saya berdoa. Allah tidak ada lagi di sekitar saya. Selama berminggu-minggu saya tidak dapat tidur, dan saya tidak lagi merasakan hadirat Allah. Hidup saya sangat melarat pada waktu itu. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk putus dengan pacar saya karena saya menemukan dia bukan orang yang benar.

Saya mulai berdoa dengan serius dan tanpa henti-henti kepada Allah. “Saya tidak pasti apakah saya telah berbuat dosa terhadap Engkau, tetapi saya merasa saya telah berbuat salah karena hati nurani saya sangat tidak tenang. Saya meminta pengampunan.”

Jauh di dalam lubuk hati saya, saya tidak dapat mengampuni diri saya sendiri. Jadi saya mulai berkata kepada Allah, “Tuhan, saya mau bertemu orang. Saya membutuhkan teman-teman, dan saya mau hidup seperti orang yang normal.” Lewat seorang teman dari teman saya, saya diajak bermain bulutangkis dengan sekelompok orang Kristen. Mereka semua anggota sebuah jemaat. Pada waktu itu, saya mulai melihat Allah mau saya bertemu dengan umat-Nya!

Saat saya mulai bergabung dengan jemaat ini, saya melihat bagaimana suami dan istri saling menghormati dan mengasihi. Kehidupan keluarga mereka terlihat bahagia dan penuh kasih. Hati saya yang dingin mulai mencair. Walaupun jemaat terdiri dari orang yang dari latar belakang yang berbeda, mereka saling menerima dan bergaul. Mereka tidak dipisahkan oleh status sosial. Saya merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka.

Setelah agak lama ke gereja, ada seorang teman yang memberikan Alkitab kepada saya. Setiap hari saya akan membacanya dan air mata akan mengalir, tetapi saya terus membaca. Semakin saya membaca, hati saya semakin tersentuh, karena saya menemukan diri saya orang yang sangat berdosa. Terkandung di dalam buku ini, ajaran yang sangat menakjubkan. Saya sangat menyesal, saya tidak membacanya lebih awal.

Tanggal yang sangat berarti bagi saya adalah 11 November 2011. Terdapat enam angka ‘1’ di tanggal itu. Hal yang penuh kenangan bagi saya karena di hari itu, saya buat kedua kalinya mengikuti kelas pendalaman Alkitab (PA). Di akhir PA itu, Pendeta itu berbicara tentang dosa. Sepulang saya ke rumah pada malam itu, saya menangis tanpa henti-henti.  Saya berkata kepada Allah, “Aku tahu aku telah berbuat salah di mata Engkau, tetapi apa yang sudah terjadi, tidak bisa dibalikkan lagi. Bukankah Engkau telah mengampuni aku? Tetapi mengapa saat orang berbicara tentang dosa, hati nurani aku menjadi tidak tenang? Jika Engkau tidak memberitahu aku, bagaimana aku akan tahu bahwa Engkau telah mengampuni aku? Apa yang harus aku lakukan sekarang??”

Setelah hati saya mulai tenang, saya membaca Alkitab seperti biasa. Yang membuat saya takjub adalah Allah menjawab saya lewat Yohanes 8.11

Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh 8:11 ITB)

Di malam itu, jiwa saya yang dirantai oleh dosa untuk sekian lama dibebaskan! Sejak itu, Firman Allah menjadi sangat atraktif bagi saya. Hanya Firman yang dapat memuaskan kehausan saya.

Belakangan saya menemukan ayat 2 Korintus 5.17

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Ko 5:17 ITB)

Karena janji ini, saya membuat keputusan untuk berpegang kepada Allah, karena firman-Nya berkata, “di dalam Kristus, saya memperoleh hidup baru.”

Di hidup lama saya, saya didorong oleh ketakutan, kemarahan, kebencian dan rasa bersalah. Saya merasa hidup itu begitu melelahkan dan tanpa tujuan. Allah telah satu per satu menghancurkan rantai yang membelenggu saya – dan telah mengizinkan saya untuk mencicipi sedikit dari kemerdekaan yang akan datang.

Satu minggu sebelum baptisan saya, saat saya sedang membenahi rak buku, foto mantan tunangan saya jatuh dari salah satu buku. Foto itu memaparkan wajahnya yang tersenyum gembira. Saat saya masih menyimpan dendam di dalam hati saya, saya sudah pasti akan mencabik-cabik foto itu.Tetapi pada momen itu, saat saya melihat foto itu, saya bisa tersenyum. Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya berharap dia menjalani hidup yang bahagia. Saya sendiri tidak menyangka saya dapat berpikiran positif terhadapnya karena saya tahu saya orang yang pendendam, tidak mudah untuk mengampuni. Di saat itu saya tahu, kasih Allah Yahwehlah yang telah memenuhi hati saya dan menyingkirkan semua kebencian.

Saya sangat mengagumi hikmat Allah. Dulu saya tidak pernah mengerti kenapa, kalau dia mengasihi saya, Dia mengizinkan saya melewati semua penderitaan ini. Yang lebih berat adalah, mengapa Allah mengutus saya ke kota yang begitu jauh dari keluarga dan saya harus menghadapi semua masalah sendirian. Awalnya saya sering menuduh Allah tidak mengasihi saya. Tetapi sekarang, saya dapat melihat hikmat Allah dengan jelas. Dia begitu memperhatikan kehidupan saya, mengatur semua dengan sempurna setiap detil kehidupan saya, agar pada akhirnya saya lewat darah Yesus dapat kembali kepada Dia. Sekarang dosa saya sudah diampuni dan saya sudah diperdamaikan dengan Dia!

Hanya di saat saya berada di dalam situasi tanpa jalan keluar, saya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati mencari Allah. Allah juga terbukti sangat setia mendampingi saya di saat-saat penderitaan saya. Saya tidak pernah ditinggalkan sendirian, Dia selalu ada bersama saya. Dia mendengarkan, dan Dia adalah kekuatan dan penopang saya. Yang lucu adalah, pada saat saya terpuruk, bulutangkis adalah satu-satunya hal yang mendatangkan sukacita di dalam hidup saya. Dan Allah memakai kegemaran saya bermain bulutangkis untuk membawa saya ke gereja. Kasih karunia-Nya yang telah memimpin saya langkah demi langkah sampai ke hari ini. Saya telah memutuskan untuk mengkomitkan kehidupan saya ke dalam tangan-Nya. Mengenal Allah Yahweh adalah berkat yang paling besar di dalam hidup saya!

Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rom 5:8 ITB)