SC Chuah | Yohanes 8:30-45 |
30 Sementara Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
31 Kemudian, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, “Jika kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku,
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan kamu.”
33 Mereka menjawab kepada-Nya, “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Jadi, mengapa Engkau berkata, ‘Kamu akan bebas?'”
34 Yesus menjawab mereka, “Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa.
35 Seorang hamba tidak tinggal di sebuah keluarga untuk selamanya, tetapi seorang anak tinggal untuk selamanya.
36 Jadi, apabila Anak membebaskan kamu, kamu benar-benar bebas.
37 Aku tahu bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu ingin membunuh-Ku karena ajaran-Ku tidak mendapat tempat di dalammu.
38 Aku mengatakan tentang hal-hal yang telah Aku lihat bersama Bapa-Ku, demikian juga kamu melakukan hal-hal yang kamu dengar dari bapamu.”
39 Mereka menjawab dan berkata kepada-Nya, “Abraham adalah bapa kami.” Yesus menjawab, “Jika kamu keturunan Abraham, kamu seharusnya melakukan apa yang Abraham lakukan.
40 Akan tetapi, kamu berusaha membunuh Aku, orang yang memberitahumu kebenaran, yang Aku dengar dari Allah. Abraham tidak melakukan hal itu.
41 Jadi, kamu hanya melakukan apa yang dilakukan bapamu sendiri.” Mereka berkata kepada-Nya, “Kami tidak dilahirkan dari hasil perzinaan. Kami memiliki satu Bapa, yaitu Allah.”
42 Yesus berkata kepada mereka, “Jika Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku karena Aku datang dan berasal dari Allah. Dan, Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dia yang mengutus Aku.
43 Apa sebabnya kamu tidak mengerti apa yang Aku katakan? Itu karena kamu tidak dapat mendengar firman-Ku.
44 Kamu berasal dari bapamu, yaitu setan dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Dia adalah pembunuh dari sejak semula dan tidak berpegang pada kebenaran karena tidak ada kebenaran di dalam dirinya. Jika dia mengatakan kebohongan, dia mengatakannya dari karakternya sendiri karena dia adalah pembohong dan bapa kebohongan.
45 Akan tetapi, karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. (Yohanes 8:30-45)
Kita baru saja membaca sebuah nas yang sangat terkenal dan penting, yaitu bahwa kebenaran itu membebaskan. Kebenaran bukan saja merupakan ilmu pengetahuan yang dipahami melainkan sebuah kuasa yang membebaskan. Ini merupakan konsep yang sangat asing!
YANG PERCAYA JADI TIDAK PERCAYA
Jika saudara membaca ayat yang pertama (ay 30) dari kutipan di atas dan bandingkan dengan ayat terakhir (ay 45), saudara akan perhatikan bahwa terjadi sesuatu yang sangat disayangkan dalam proses percakapan. Para pendengar yang mulai percaya pada awal percakapan, ternyata menjadi tidak percaya pada akhir percakapan! Apa yang dikatakan oleh Yesus membuat mereka tersinggung berat. Yesus berasumsi bahwa mereka tidak bebas, bahwa mereka adalah hamba dosa. Di ayat 33, mereka menyatakan protes keras mereka terhadap pernyataan Yesus itu. Tidak banyak orang yang suka disebut “hamba dosa”. Di akhir nas, pada ayat 44, Yesus tidak berbasa basi dan menyatakan dengan jelas bahwa mereka adalah “anak-anak setan”!
Kita dapat memastikan bahwa Yesus tidak pernah membaca buku How to Make Friends and Influence People (Bagaimana Bersahabat dan Mempengaruhi Orang Lain). Kepada orang-orang yang sudah mulai percaya, Yesus membuat mereka tersinggung sehingga mereka tidak ingin mempercayainya lagi. Yesus sangat berbeda dari banyak penginjil zaman ini yang sangat takut menyinggung perasaan orang. Ada yang bahkan dengan sengaja menghindari kata “dosa” dalam pemberitaan mereka.
Pada dasarnya Yesus memberi tahu mereka akan sejenis perbudakan atau perhambaan yang jauh lebih berat, bahkan jauh lebih berat daripada perbudakan di Mesir sekalipun. Sebelum kita dapat menghargai kabar baik Injil, kita harus memahami kenyataan pahit ini terlebih dulu, yaitu bahwa kita semua adalah hamba dosa.
Dalam pesan ini, saya ingin menyampaikan kepada saudara dua hukum rohani.
Yang pertama, bagaimana cara kita mengetahui atau mengenal kebenaran? Siapakah yang berbicara kebenaran?
KEBENARAN MEMBEBASKAN DARI PERBUDAKAN DOSA
Sekarang ini ada macam-macam gereja seperti macam-macam merek kopi atau teh. Ada gereja Katolik dan Protestan, dan gereja Protestan sendiri terdiri dari berbagai macam jenis. Ada Baptis, Metodis, Reform, dst. Demikian juga ada gereja aliran Karismatik, Pentakosta, yang berbagai macam ragam dan gaya mereka masing-masing. Belum lagi gereja Ortodoks dll. Semuanya mengeklaim bahwa mereka berbicara kebenaran menurut paham mereka masing-masing. Jadi, bagaimana kita tahu bahwa kita berada dalam kebenaran? Bagaimana cara kita mengetahuinya? Yesus di sini memberikan sebuah petunjuk yang amat sangat jelas, sebuah definisi yang amat sangat sempit, yaitu kebenaran itu membebaskan. Bukan kebebasan ala-Amerika yang tidak jelas melainkan kebebasan dari kekuatan tertentu yang sangat spesifik, yaitu dosa. Kebenaran dari Allah yang disampaikan oleh Yesus adalah kebenaran yang membebaskan saudara dari dosa. Dosa di sini digambarkan sebagai kekuatan yang memperbudak, atau tuan yang memaksa kita melakukan kehendaknya. Inilah hal pertama yang ingin saya sampaikan kepada saudara dengan sejelas-jelasnya.
Artinya, jika saudara bergabung dengan sebuah gereja dengan alasan apa pun, mungkin karena musiknya bagus, khotbahnya lucu, pengkhotbahnya bagus dll., jika setelah satu dua tahun berada di komunitas itu saudara masih berbuat dosa atau terikat pada dosa, saudara harus memikirkan pertanyaan ini. Ada yang kurang beres dengan saudara ataupun dengan kebenaran yang diberitakan di gereja di mana saudara beribadah. Tentunya dalam kebanyakan kasus, salahnya bukan pada kebenaran melainkan pada kita sendiri. Itu sebabnya fokus utama dari pelayanan ini bukan tentang doktrin ini atau doktrin itu melainkan supaya setiap orang mengalami kebebasan atau kemerdekaan yang total dari dosa melalui kuasa Allah.
Sekali lagi saya tekankan: jika saudara bergabung dengan sebuah komunitas, tetapi saudara justru tetap seorang pemfitnah dan tukang gosip, saudara tetap hidup dalam kekalahan demi kekalahan, atau tetap nonton pornografi seperti dulu, tetap cinta uang seperti dulu, tetap hidup dalam kepahitan dan kebencian di hati, saudara belum mengenal kebenaran sehebat apa pun komunitas itu. Tanpa transformasi di hati, saudara belum mengalami kebenaran sama sekali. Yesus memberikan kepada kita pedoman yang amat sangat jelas, yaitu kebenaran yang dibicarakannya selama ini adalah kebenaran yang membebaskan kita dari dosa. Titik. Itulah definisi kebenaran dalam arti yang paling sempit.
KEBENARAN MEMILIKI DEFINISI YANG SEMPIT
Pada dasarnya kebenaran itu definisinya sempit. Itu sebabnya kita tidak perlu peduli jika dituduh picik atau berpikiran sempit. 2+2 = 4, tidak mungkin 4,1 atau 4,2 atau 5 bahkan 6. Orang yang bersikeras bahwa 2+2 = 4, tidak akan dituduh picik atau berpikiran sempit. Yesus menyatakan dengan jelas bahwa jalan kebenaran itu jalan yang sesak dan sempit. Jikalau kita dituduh picik atau berpikiran sempit, kita terima saja karena hati kita tidak begitu lapang dan terbuka sehingga 2+2 bisa sama dengan 5 atau 6. Sebenarnya, 4,1 saja tidak dapat kita terima.
Jadi, saya harap saudara memahami dengan jelas bahwa jika saudara berbuat dosa, saudara tidak bebas. Orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Hanya ada satu cara untuk mengalami kebebasan, “Apabila anak membebaskan kamu, kamu benar-benar bebas.” Jadi itu sebabnya saya menjadikannya tujuan utama dalam pelayanan ini. Saya juga berharap semua rekan sekerja memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menantang setiap jemaat yang berada di umat ini untuk mengalami kebebasan dari dosa. Hal ini harus dimulai dengan keseriusan dalam menangani dosa.
Saya percaya tidak ada yang bergabung di jemaat ini karena musiknya, sekolah Minggunya, atau khotbahnya lucu dan hal-hal seperti itu. Saya hanya berharap di jemaat ini saudara mengalami kebebasan total dari perbudakan dosa. Saya tekankan pada kata “total”. Semua orangtua ingin anaknya bebas total dari segala bentuk penyakit. Tidak ada orang tua yang akan puas dengan dokter jika anaknya memiliki lima penyakit, disembuhkan empat dan menyisakan satu. Tidak ada yang akan puas dengan keadaan itu. Tidak ada orangtua yang akan puas sampai anaknya sehat total, sepenuhnya bebas dari sakit penyakit. Dalam hal tumor kanker, apakah ada penderita kanker yang akan puas jika tumornya mengecil sebanyak 90%?
Kekudusan pada dasarnya adalah kesehatan rohani. Kesehatan jasmani yang prima merupakan dasar bagi kehidupan jasmani yang maksimal. Dengan cara yang sama, kekudusan yang prima membawa pada kepenuhan hidup rohani yang sepenuh-penuhnya.
DOSA MUNGKIN TERSEMBUNYI, TETAPI TIDAK BERSIFAT PRIBADI
Saya juga ingin mengingatkan bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Dosa bisa saja tersembunyi, tetapi tidak pernah bersifat pribadi. Dosa, tersembunyi atau tidak, senantiasa menghasilkan buah yang mempengaruhi orang-orang terdekat dan jemaat kita. Itu sebabnya saudara tidak boleh berkata bahwa dosa itu adalah urusan anda sendiri dan bukan urusan orang lain. Saudara harus sadar bahwa dosa itu tidak bersifat pribadi sama sekali karena perilaku yang tidak kristiani yang kita lakukan di rumah kita, mau tidak mau akan mempengaruhi gereja secara negatif. Berdasarkan hukum tabur tuai, dosa-dosa yang kita lakukan secara tersembunyi di rumah atau dalam kamar kita sendiri akan menghasilkan buah yang dialami oleh orang sekitar kita.
Demikian pula, para gembala, para guru injil, atau para pengajar yang menyerah pada dosa secara tersembunyi, akan mempengaruhi gereja dan mencemari aliran-aliran air yang mengalir di dalam gereja. Dengan kata lain, gereja akan menjadi lebih buruk atau lebih baik sangat bergantung pada saudara.
Baru-baru ini, ada seseorang yang bertanya kepada saya. Orang ini mengakui dosanya yang sangat serius dan karena pengakuannya itu, kami menerapkan disiplin terhadap orang ini. Menurut Perjanjian Lama, orang itu harus dijatuhkan hukuman mati. Namun, orang ini juga bertanya: “Apa yang terjadi kalau saya tidak mengakui dosa? Apa yang terjadi kalau saya sembunyikan dosa ini?” Saya tidak pernah mengatakan hal seperti ini dalam hidup saya, tetapi saya memberikan jawaban yang sangat tegas, “kamu akan ke neraka.” Inilah pertama kalinya saya mengatakan kepada seseorang seperti itu, “Kamu akan ke neraka.” Selain itu saya juga sadar, jika dosanya ini tidak diakui dan tidak ditindaklanjuti, jemaat kita secara keseluruhan akan menanggung akibatnya dalam satu cara atau cara lain.
Tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Bisa saja tersembunyi, tetapi tidak bersifat pribadi.
KESELAMATAN DARI DOSA, BUKAN DARI NERAKA
Salah satu kesalahan besar dan fatal yang terjadi dalam dunia kekristenan adalah pemberitaan tentang keselamatan yang memberi kesan bahwa kita diselamatkan dari neraka untuk masuk surga. Itu kesalahan yang sangat-sangat besar karena di dalam firman Allah, kata “keselamatan” itu tidak pernah secara langsung dihubungkan dengan surga atau neraka. Keselamatan bukanlah keselamatan dari neraka untuk masuk surga, tapi keselamatan dari dosa ke dalam kehidupan yang benar. Kita diselamatkan dari dosa-dosa kita. Justru karena pemberitaan yang sangat keliru dan fatal ini, banyak orang Kristen, seperti orang Yahudi, berpikir bahwa mereka sudah diselamatkan. Banyak yang berpikir waktu yang tersisa di bumi ini tidak lain hanya sebuah penantian masuk surga! Mereka pikir mereka bagian dari umat Allah, meskipun mereka hidup dalam kekalahan terhadap dosa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam keseharian, mereka tetap nonton pornografi, marah-marah, suka bertengkar, berpikiran kotor, berbicara kasar, atau suka bertengkar. Saudara-saudara, keselamatan di dalam Perjanjian Baru ialah keselamatan dari dosa dan bukan dari neraka. Kata “keselamatan” dalam Perjanjian Baru berkaitan terutamanya dengan kehidupan kita di dunia ini, bukan dunia akan datang. Itu yang dinyatakan oleh Yesus dengan jelas kepada kita. Mari kita baca Matius 1:21
Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menyebut namanya Yesus (Yeshua) karena ia akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka.
Ayat ini sangat penting karena merupakan janji pertama yang disebut dalam Perjanjian Baru. Ayat ini juga menjelaskan kepada kita arti dari nama Yesus yang dalam bahasa Ibrani aslinya ialah Yeshua, yaitu “Yahweh menyelamatkan” atau “Yahweh adalah keselamatan”. Tanpa memahami Yesus sebagai Yeshua, kita tidak akan memahami kaitan antara namanya dengan tugasnya, yaitu “menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka”. Dalam ayat ini juga, kita melihat kata “selamat” dan kata “menyelamatkan” pertama kali dipakai di dalam Perjanjian baru. Matius 1:21 menyatakan dengan jelas janji Allah yang pertama di dalam Perjanjian Baru, yaitu melalui pribadi Yesus, Yahweh akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka.
Keselamatan di dalam Perjanjian Baru ialah keselamatan dari dosa. Banyak orang sekarang ini mengaku bahwa Yesus sebagai Juruselamat. Jika demikian, pertanyaan saya kepada saudara ialah: Apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari amarah saudara? Apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari pornografi? Apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari kepahitan dalam hati saudara? Apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari kebencian dalam hati saudara? Apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari cinta akan uang? Atau, apakah dia sudah menyelamatkan saudara dari rasa cemburu dan iri hati terhadap orang lain? Kalau belum, Yesus belum menyelamatkan saudara dari apa-apa! Dalam pengertian apa Yesus adalah Juruselamat saudara?
YESUS ADALAH PENYELAMAT, BUKAN HANYA PENGAMPUN
Saudara mungkin berkata, “Setiap kali saya marah, dia mengampuni saya. Setiap kali saya berbuat salah, bertengkar, dia mengampuni saya dan begitulah seterusnya seumur hidup saya.” Kalau memang begitu, Yesus hanya seorang pengampun, bukan penyelamat. Dia belum menyelamatkan saudara dari dosa-dosa saudara. Itu berarti saudara tidak berbeda dari orang Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat. Saudara seperti hidup di bawah hukum Taurat dan belum masuk ke dalam anugerah karena Yesus hanya datang untuk mengampuni saudara, tetapi belum menyelamatkan saudara dari dosa-dosa saudara.
Saya harap saudara bisa memahami dengan jelas bahwa Perjanjian Lama ataupun Taurat itu sendiri diberikan oleh Allah untuk memberi pengampunan. Agama orang Yahudi, Yudaisme, sebenarnya adalah agama pengampunan. Banyak orang Kristen yang salah dan keliru serta berpikir bahwa sebelum Yesus datang, tidak ada pengampunan tersedia bagi orang Yahudi. Banyak yang bahkan berpikir agama Yudaisme itu adalah agama kejam yang tidak mengenal pengampunan. Itu sebenarnya sebuah karikatur yang keliru. Ratusan tahun sebelum Yesus datang, pemazmur bermazmur seperti berikut:
Mazmur 103:2-3,
“… Pujilah YAHWEH, hai jiwaku, dan jangan melupakan semua kebaikan-Nya; yang mengampuni semua kesalahanmu…”
Juga di Mazmur 32:1-2,
“Alangkah diberkatinya orang yang pelanggarannya diampuni, yang dosanya ditutupi, Alangkah diberkatinya orang yang kepadanya YAHWEH tidak memperhitungkan kesalahannya, …”
Umat Perjanjian Lama mengalami pengampunan total melalui sistem persembahan di Bait Allah yang disiapkan oleh Allah bagi mereka. Allah tahu bahwa mereka semua itu hamba dosa. Justru karena itu, Allah memberikan satu jalan keluar untuk mengampuni mereka. Akan tetapi, pengampunan dari dosa tidaklah sama dengan pembebasan dari dosa.
DARAH YESUS BUKAN SAJA MENYUCIKAN MELAINKAN MEMATAHKAN KUASA DOSA
Yesus datang tidak hanya membawa pengampunan, tetapi membawa keselamatan total yang dimenangkan bagi kita melalui darahnya yang berharga. Itu sebabnya di Perjanjian Baru, umat Allah Perjanjian Baru seharusnya menjadi umat yang membenci dosa, bahkan amat sangat membenci dosa karena kita tidak lagi memandang dosa seperti sesuatu yang bisa dicuci dengan air ataupun sabun murahan. Dosa hanya bisa dihapus oleh darah Kristus yang begitu mahal yang dimenangkan bagi kita melalui penderitaan yang dahsyat. Jadi, bagaimana cara saudara berada di bawah anugerah dan bukan di bawah hukum Taurat? Firman Allah menyatakan dengan jelas di Roma 6:14,
“Sebab dosa tidak akan berkuasa atasmu karena kamu tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah.”
Di bawah hukum Taurat, memang ada pengampunan, tetapi dosa tetap berkuasa atas diri saudara. Itu sebabnya, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan. Namun, oleh karena saudara sekarang berada di bawah anugerah, saudara tidak lagi berada di bawah kuasa dosa.
Saya berharap kita tidak mengizinkan Iblis merampok kita semua dan menipu kita dari kepenuhan hidup yang disediakan oleh Allah bagi kita. Iblis menipu kita dan memberi tahu kita bahwa Yesus hanya datang untuk mengampuni, tetapi Yesus tidak sanggup melepaskan kita dari kuasa dosa itu sendiri. Tidak! Hidup dalam kekalahan bukanlah kehendak Allah bagi kita dalam Kristus. Yesus datang untuk menyelamatkan saudara dari dosa dan memiliki kehidupan bebas dosa justru karena bukan atas kemampuan kita sendiri, melainkan karena anugerah yang dia berikan kepada kita. Inilah yang disebut hidup yang berkelimpahan.
ANAK DAN BAPA MEMILIKI SIFAT YANG SAMA
Poin saya yang kedua berkaitan dengan hukum rohani yang kedua. Anak dari seorang bapa memiliki sifat yang sama seperti sang bapa. Yesus di sini sedang menuding orang Yahudi bahwa mereka telah melanggar hukum keturunan rohani. Yesus berkata bahwa mereka berperilaku seperti setan, seperti Iblis, tetapi mengaku sebagai anak Allah. Itu tidak sinkron.
Orang Yahudi pada dasarnya menegaskan pada Yesus, “Lihatlah catatan kami, lihatlah sejarah kami, kami adalah keturunan Abraham dan justru karena kami keturunan Abraham, kami adalah anak-anak Allah.” Yesus pula berkata kepada mereka, “Ya, aku melihat catatan dan sejarah kamu, tetapi bukan sejarah silsilah kamu. Aku melihat catatan dan sejarah perilaku kamu. Kalian semua memang keturunan Abraham, tetapi kalian bukan anak-anak Abraham karena perilaku kalian menunjukkan kepada aku bahwa kalian anak-anak setan.”
Untuk poin saya yang kedua ini, saya ingin saudara untuk sejenak melupakan sejarah hidup rohani saudara. Lupakan untuk sementara waktu pengalaman hidup masa lalu ketika saudara hidup dekat bersama Tuhan. Lupakan untuk sementara waktu saudara sudah dibaptis, berapa kali pun itu. Lupakan untuk sementara waktu pengalaman-pengalaman saudara dilawat Tuhan atau mengalami jamahan dari Tuhan. Lupakan untuk sementara waktu bahwa ayah saudara seorang pendeta atau Kristen yang serius, atau saudara sendiri pernah pernah masuk sekolah Alkitab, atau bahkan menjadi seorang misionaris. Lupakan untuk sementara pengalaman-pengalaman yang luar bisa dengan Tuhan yang lalu. Siapakah saudara menurut perilaku saudara? Itu adalah pertanyaan penting yang ingin saya sampaikan kepada saudara.
Perilaku kita dalam seminggu, kemarin, atau bahkan 3 jam yang lalu menunjukkan kepada kita siapa sebenarnya kita karena kita semua ini anak dari seseorang. Justru karena kita ini anak seseorang, kita diberikan dari orang itu sifat tertentu. Sifat itu, sifat yang diberikan kepada kita itu, itulah yang mendorong dan membuat kita berpikir serta bertindak dari sifat itu. Sifat itulah yang menghasilkan segala tindakan dan perilaku kita. Pertanyaan saya kepada kita, dari semua itu, perilaku, pikiran, atau keinginan kita, apa yang dibuktikan dari semuanya itu? Dari perilaku, cara berpikir, cara berbicara, dan cara bertindak kita, anak siapakah kita? Tingkah laku dan kelakuan kita menunjuk kepada sebuah sifat. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan ialah sifat siapa? Sifat Allah ataukah sifat Iblis? Apakah perilaku dan kelakuan kita dan cara berpikir kita selaras dan konsisten dengan seorang anak Allah?
Jika jawabannya “ya”, berbahagialah saudara! Saudara layak menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Kita bisa mengetahui jawaban kepada pertanyaan ini dengan jelas dan kita harus mengetahuinya karena Allah ingin kita mengetahuinya. Jika kelakuan dan perilaku kita konsisten dengan seorang anak Allah, saya akan katakan “Haleluya” dan kita bersyukur kepada Allah. Namun, jangan kendor dan jangan sombong.
Namun, jika jawabannya “tidak” atau “tidak jelas”, saya harap hal ini mengganggu saudara. Sebaiknya saudara merasa gelisah, resah, dan kuatir sampai saudara berbuat sesuatu mengenai hal ini. Saya bukan seorang psikolog dan tidak dibayar untuk menjadi psikolog. Itu sebabnya saya tidak punya kewajiban untuk menenangkan hati saudara jika saudara berperilaku seperti setan. Seorang psikolog menerima uang dan mereka wajib mengatakan apa saja untuk menghibur saudara supaya saudara bisa tidur. Saudara akan merasa lebih enak tentang diri saudara dan saudara bisa tidur nyenyek sekalipun saudara berada di jalan menuju neraka. Itu bukan tujuan saya sebagai seorang gembala. Saya tidak ingin tidur nyenyak jika sedang berada di jalan menuju neraka. Kalau saudara dan saya berperilaku seperti iblis, saya harap kita tidak akan diberikan rasa tenang. Saya harap kita tidak bisa tidur dan batin menjadi tersiksa karena itu adalah suara Tuhan berteriak meminta kita berbuat sesuatu. Apa yang harus saudara lakukan? Untuk itu saya akan tutup dari Keluaran 2:23-25.
23 Beberapa lama berselang, Raja Mesir pun mati. Namun, keturunan Israel masih mengerang karena perbudakan, lalu mereka pun berseru-seru, dan seruan mereka karena perbudakan itu naik kepada Allah.
24 Allah mendengar erangan mereka dan Allah ingat akan perjanjian-Nya dengan Abraham, dengan Ishak, dan dengan Yakub.
25 Allah melihat keturunan Israel dan Allah memperhatikan mereka.
BERSERU MINTA TOLONG!
Dalam bahasa Inggris, tiga kata berbeda dipakai untuk menggambarkan erangan bangsa Israel: sigh (berkeluh kesah), cry out (berteriak menangis), dan groan (merintih). Untuk sekian lama selama ratusan tahun bangsa Israel puas menjadi budak. Mereka puas menjadi hamba. Mereka tidak mengeluh, mereka baik-baik saja sekalipun menjadi hamba. Akan tetapi, tiba waktunya suatu saat ketika mereka tidak tahan lagi karena disiksa oleh perhambaan mereka. Saya harap saudara semua secepatnya mencapai tahap itu. Dikatakan bahwa seruan itu “naik kepada Allah”, “Allah mendengar”, “Allah ingat”, “Allah melihat” dan terakhir, “Allah memperhatikan”. Pada zaman itu, Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan mereka.
Bagi saudara yang merasa tersiksa oleh perbudakan dosa, saudara yang bosan hidup dalam kekalahan demi kekalahan, inilah waktunya untuk “berseru minta tolong”, “berkeluh kesah”, “berteriak menangis”, “mengerang” dan “merintih”. Kalau saudara berseru minta tolong kepada Allah, Dia akan mengutus Roh-Nya untuk melepaskan saudara. Di Surat 2 Korintus 3:17,
Tuhan adalah Roh dan di tempat Roh Tuhan hadir, di sana ada kemerdekaan.
Dikatakan dengan jelas di tempat ada Roh Tuhan, di situ ada kebebasan, di situ ada kemerdekaan. Hanya di dalam hadirat Allah, kita mengalami kebebasan yang sejati. Yesus di sini sedang bicara tentang sebuah perbudakan terhadap dosa yang sebenarnya dalam kenyataannya jauh lebih serius, lebih parah, dan bahkan lebih buruk daripada perbudakan di Mesir. Seburuk-buruknya perbudakan bangsa Israel di Mesir itu tidak seburuk perbudakan rohani kita, yaitu perbudakan terhadap dosa yang tentu akan membawa kepada kebinasaan total. Saya harap firman hari ini memberkati saudara dengan cara yang unik dan saya harap setiap dari jemaat ini ialah jemaat yang mengenal kebenaran.
Jadi, apabila Anak membebaskan kamu, kamu benar-benar bebas.