new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Rick Warren |

Kita semua bisa marah, tetapi kita menunjukkannya dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang meledak-ledak. Yang lainnya merendam amarahnya. Namun tak ada satupun dari kita yang tak pernah marah. Rasa marah adalah reaksi normal dari manusia. Yesus pernah marah. Di dalam Perjanjian Lama ada 375 rujukan yang menyebutkan tentang kemarahan Allah. Alkitab berkata, “Dalam kemarahanmu, janganlah berbuat dosa.” Ada cara yang benar dan juga yang salah dalam menyatakan kemarahan. Bagaimana caranya agar Anda bisa menangani kemarahan dengan benar?

Saya akan beri Anda lima langkahnya:

  1. Pahami mengapa Anda sampai marahSemakin Anda bisa memahami diri Anda sendiri, maka semakin baik pula kemampuan Anda untuk mengendalikan kemarahan Anda. Kemarahan hanya sekadar suatu tanda peringatan. Kemarahan bukanlah persoalan Anda yang sebenarnya. Kemarahan menunjukkan ada sesuatu yang jauh lebih dalam yang salah.

    Kadang kala, penyebabnya adalah rasa sakit. Jika jempol Anda terkena palu, Anda akan merasa marah. Jika perasaan Anda terluka, maka Anda juga akan marah. Saya pernah membaca sebuah artikel di majalah Orange County Register beberapa waktu yang lalu, dan majalah itu menyebutkan, “Perceraian bukan akhir bagi pasangan yang masih menyimpan kemarahan. Dalam sebuah penelitian tentang orang-orang yang bercerai, sepertiga dari mereka, malah lebih dari sepertiga pria dan wanita yang bercerai, setelah lewat masa sepuluh tahun, masih menyimpan rasa marah berkaitan dengan penikahan mereka yang pertama.” Mengapa? Karena perceraian itu menyakitkan. Semakin Anda merasa terluka, maka Anda akan semakin marah. Jika luka ini Anda tangani, maka Anda juga sekaligus menangani rasa marah Anda.

    Kadang kala penyebabnya adalah rasa frustrasi. Kita sering merasa marah menghadapi hal-hal yang kelihatannya tidak berjalan mulus, kita tidak bisa melakukan apa yang mau kita lakukan, atau dipaksa menunggu sesuatu. Daripada membiarkan rasa frustrasi itu berubah menjadi marah, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri, “Apakah marah untuk urusan ini layak?” Saya pernah membaca sebuah artikel beberapa waktu yang lalu, tentang seorang remaja yang begitu frustrasi karena terjebak kemacetan sehingga dia mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke atas.

    Malangnya, tembakan itu mengenai seseorang.

    Anak itu, yang berasal dari keluarga Kristen, belakangan dia berkata, “Aku sudah membuat satu bencana besar dan aku harus menghadapinya. Aku layak masuk penjara. Setiap kali aku merenungkan hal itu. Peristiwa itu seperti menjadi mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Tak ada hal yang bisa kulakukan untuk mengubah hal itu. Aku hanya bisa berdoa setiap pagi dan malam bagi orang tersebut, kiranya Allah berkenan menjamah dan menyembuhkannya.” Layakkah anak itu menembakkan pistol hanya untuk menumpahkan rasa frustrasinya? Tentu saja tidak. Akan tetapi rasa frustrasi bisa dengan mudah berubah menjadi rasa marah jika tidak ditangani dengan benar.

    Kadang kala penyebabnya adalah rasa tidak aman. Kita bisa menjadi marah jika merasa terancam. Kita merasa seperti hewan yang sedang dipojokkan. Hal ini tentu saja tidak harus diartikan secara harfiah belaka. Hal ini juga bisa kita artikan seperti saat harga diri kita dilukai, saat kita dipermalukan, atau saat kita dikritik.

    Hal apakah yang bisa membuat Anda marah? Sebelum Anda bisa mengalahkan godaan rasa marah itu, Anda harus tahu apa penyebabnya.

  2. Dapatkan harga diri Anda dari Allah dan bukan dari manusiaRasa percaya diri memiliki peranan yang besar dalam mengendalikan amarah. Orang yang merasa tidak aman akan sangat mudah marah. Orang yang memiliki keyakinan besar tidak mudah marah. Jika Anda percaya diri, maka Anda bisa menangani luka hati, frustrasi dan rasa tidak aman dengan lebih mudah.

    Alkitab berkata, di dalam kitab Pengkhotbah 7:21, “Janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang.” Semakin kita merasa tidak percaya diri, maka – dalam rangka mengejar rasa percaya diri itu – kita cenderung untuk semakin bergantung pada pendapat orang lain atas diri kita. Jika Anda tidak percaya diri dan ada orang yang berkata buruk tentang Anda, maka kemarahan Anda akan meledak karena ketergantungan Anda pada penilaian orang lain atas diri Anda.

    Jika Anda ingin mengatasi rasa marah, Anda tidak boleh tegang saat ada orang lain yang mengritik Anda. Bagaimana supaya bisa mendapatkan rasa percaya diri yang sebesar itu? Amsal 14:26 berkata, “Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar (akan ada keyakinan dan rasa aman).” Untuk mengatasi rasa marah, percayalah pada apa yang dikatakan oleh Allah mengenenai diri Anda. Percayalah bahwa Dia memiliki rencana dan tujuan bagi hidup Anda. Jika Anda ingat akan hal itu, maka Anda tidak akan meledak saat orang lain mengritik Anda.

  3. Berhenti dan berpikir sebelum memberi reaksiGerakkan dulu pikiran Anda sebelum Anda menggerakkan mulut Anda. Seringkali, saat kita merasa marah, maka mulut kita sudah bertindak sebelum pikiran kita bisa menetapkan akan melakukan apa. Amsal 16:23 berkata, “Orang bijak berpikir sebelum mereka berbicara.” Karena kata-kata kasar akan sangat mudah membanjiri saat kita marah. Berpikir adalah kunci kepada pengendalian amarah. Anda perlu belajar untuk menunda reaksi.

    Thomas Jefferson pernah berkata, “Kalau kamu marah, hitung dulu sampai 10. Kalau kamu sangat marah, hitung dulu sampai 100.” Dan selama masa jeda itu, Anda perlu renungkan tiga pertanyaan ini:

    Mengapa aku sampai marah? Apakah karena rasa takut? Sakit hati? Frustrasi? Apa masalah yang sebenarnya?

    Apa sebenarnya hal yang aku inginkan? Tentunya Anda tidak terlalu menginginkan pembalasan karena membalas dendam sangat jarang membuahkan hasil sesuai harapan Anda. Malahan, tindakan semacam itu hanya akan membawa Anda lebih jauh dari hal yang sesungguhnya Anda harapkan.

    Apa cara terbaik untuk mencapai hasil yang kuinginkan? Sangat jarang Anda bisa mencapai hasil sesuai harapan dengan sindiran, menjatuhkan orang lain, membentak atau berpura-pura berdiam diri. Semua itu tidak ada gunanya.

    Anda mungkin mengira bahwa Anda tidak bisa menahan amarah, sebenarnya Anda bisa! Marah adalah suatu pilihan. Anda marah karena Anda ingin marah. Marah memang bisa memberi kelegaan. Namun Andalah yang menentukan bagaimana Anda mau meresponi.  Karena Anda memiliki pilihan, maka pilihlah untuk menunda sebelum bereaksi!

  4. Belajar untuk santaiAmsal 14:30 berkata, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh.” Kemarahan dan ketegangan selalu berjalan beriringan. Saat kita diberikan batas waktu untuk menyelesaikan sesuatu, dan saat mendekati batas waktu itu, kita cenderung mudah marah. Saat terhimpit waktu, kita cenderung mudah tersinggung. Sehari-harinya, saya adalah orang yang tenang, namun seminggu sekali saya terkena PMS (Pre Message Syndrome atau kegelisahan menjelang khotbah). Setiap akhir pekan, saya selalu gugup. Apa yang harus saya sampaikan kepada orang-orang nanti? Syukurlah, istri saya tidak keberatan kalau saya membawa mobil sendiri ke gereja. Hal ini cukup untuk menghindarkan banyak kejadian yang mungkin bisa membuat marah!

    Sebagian dari Anda mengalami luka hati yang begitu pedih sehingga segala sesuatu hal bisa memicu amarah Anda. Minggu demi minggu hidup Anda jalani dalam ketegangan, dan Anda heran mengapa setiap kali pulang ke rumah, Anda harus membentak-bentak ke sana kemari.

    Beikut ini adalah beberapa saran sederhana untuk membantu Anda bersikap tentang:

    Waspada jika ada ketegangan yang muncul dalam hidup Anda. Jika Anda sadar bahwa ada suatu ketegangan yang sedang terbentuk, maka Anda bisa mengendorkannya dengan cara yang benar.

    Membangun selera humor. Kadang kala, kita ini terlalu serius dalam menyikapi sesuatu hal. Saya pernah berkata kepada para staf saya, “Bersikaplah serius kepada Allah, namun jangan bersikap terlalu serius terhadap diri Anda sendiri.”

  5. Terus menerus memohon pertolongan AllahYang paling penting, Anda membutuhkan Allah untuk bisa mengatasi rasa marah Anda. Empat buah Roh yang pertama, yang tertulis di dalam Galatia 5:22 adalah kasih, sukacita, damai sejahtera dan kesabaran. Anda membutuhkan semua itu jika Anda ingin mengatasi kemarahan Anda.

    Saat dunia menekan Anda, dan Anda merasa tergencet, maka hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Anda akan mencuat keluar. Jika Anda dipenuhi oleh Roh Allah, maka kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelemah-lembutan, kebaikan, iman, keramah-tamahan dan pengendalian diri akan muncul.

Kemarahan itu adalah tanda peringatan atas persoalan lain yang lebih mendalam – entah itu rasa frustrasi, rasa tidak aman, atau pun penyebab lainnya. Allah ingin menolong Anda untuk menangani persoalan-persoalan tersebut. Bersediakah Anda mengijinkan Dia menanganinya?

(Diterjemahkan oleh Cahaya Pengharapan Ministries)