new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Elsie C. |

 

Di Matius 6. 25-34  Yesus meminta murid-muridnya untuk tidak khawatir. Di dalam sembilan ayat itu, kalimat “janganlah khawatir” diucapkan sebanyak tiga kali. Yesus tahu sebagai manusia kita cenderung untuk khawatir.

Sebelumnya  kita diminta untuk tidak mengumpulkan (Mat. 6.16-24). Justru karena kita tidak mengumpulkan, maka ini membuat kita mudah untuk khawatir.

Tidak kira siapakah kita. Apakah orang pintar, bodoh, kaya, miskin, tua atau muda. Semuanya punya kekhawatiran. Yang bodoh khawatir karena banyak hal yang tidak ia ketahui, yang pintar khawatir karena ia tahu terlalu banyak hal. Yang miskin khawatir karena ia merasa tidak cukup dan yang kaya khawatir karena ia takut kehilangan. Yang tua khawatir karena harus menghadapi maut dan yang muda khawatir karena harus menghadapi masa depan.

Riset oleh majalah Christiantianity Today menunjukkan bahwa 38% orang khawatir tentang pekerjaan/karir; 22% tentang uang; 10% karena anak; dan 9% kesehatan. Pekerjaan dan uang itu saling berkaitan karena kita bekerja untuk uang, jadi bisa dikatakan hampir 60% orang khawatir tentang uang. Seiring dengan peningkatan kemakmuran, maka kadar stress dan kekhawatiran juga akan meningkat.

Apa yang dapat kita katakan tentang kekhawatiran?

  1. Kekhawatiran itu sebenarnya adalah sesuatu yang sia-sia. Sama sekali tidak produktif dan tidak mungkin dapat mengubah keadaan. Karena itu kekhawatiran adalah suatu tindakan orang bodoh. Di ayat 27, Yesus bertanya, siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya? Dengan kata lain, apakah kekhawatiran dapat mengubah keadaan? Apakah dengan mengkhawatirkan hidup kita, kita dapat menambah hidup kita barang satu hari pun? Kekhawatiran itu tidak akan membuahkan hasil apa pun.Bukan saja tidak mengubah suatu apa pun, tapi malah menghilangkan sukacita. Dan tidak heranlah kekhawatiran merupakan senjata ampuh Iblis untuk melumpuhkan anak-anak Tuhan.
  2. Kekhawatiran itu juga bertentangan dengan iman. Kekhawatiran adalah lawan kepada iman. Kekhawatiran sama sekali tidak konsisten dengan imanYesus sedang memberi kita jaminan bahwa Allah Bapa kita yang memberi makan burung yang tidak berarti itu, tidakkah Dia akan memelihara Anda? Kalau rumput dan bunga yang hidupnya hanya satu hari saja didandani sebegitu indah oleh Allah, tidakkah Dia akan memelihara Anda yang jauh lebih beharga itu.  Kalau kita pecaya pada Allah sebagai Pencipta kita, mengapa kita tidak percaya bahwa Dia akan memelihara ciptaan-Nya?

    Dengan khawatir, kita sebenarnya sedang meragukan kata-kata yang disampaikan oleh Yesus di sini. Sebenarnya sangat tidak masuk akal untuk khawatir karena Alalh sudah berjanji Dia akan memelihara kita. Tapi kalau kita tetap saja masih khawatir, hal ini menunjukkanbahwa kita sebenarnya tidak percaya pada Allah. Dengan kata lain, kita bisa saja dianggap telah memandang ucapan Yesus itu sebagai ngomong kosong.

  3. Manusia diciptakan untuk Tuhan untuk tidak khawatir. Pakar medis sudah membuktikan adanya kaitan antara stres dan peningkatan resiko terkena penyakit. Stres membuat saraf kita mengirim sinyal ke otak untuk memberitahu seluruh jaringan saraf meresponi stres. Setelah itu detak jantung, pernapasan dan tekanan darah meningkat. Perubahan-perubahan ini menghambat pencernaan dan respon kekebalan tubuh. Karena itu orang yang stress mudah sekali jatuh sakit karena sistem pertahanan tubuh sudah lemah. Penyakit yang dikaitkan dengan stress termasuk, masalah pencernaan, darah tinggi, flu, sariwan, migran dan banyak lagi. Dengan kata lain, memang sudah dalam rencana Tuhan bahwa manusia itu diciptakan untuk hidup bergantung total kepada Tuhan. Kita hanya perlu menyerahkan semuanya pada Tuhan, dan Dialah yang akan memelihara kita. Kita tidak perlu khawatir tentang suatu apa pun.Sudah tentu, ini bukan alasan untuk bermalas-malasan karena burung itu hidup bergantung pada pemeliharaan Allah tetapi ia terbang dari pagi sampai sore mencari makanan. Kita bekerja dan menjalankan bagian kita, tetapi kita tidak perlu stress atau khawatir setelah kita melakukan bagian kita karena Allah sudah berjanji bahwa Dia akan memelihara kita.

    Kekhawatiran sebenarnya menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan iman kita. Karena kita tahu iman dan kekhawatiran itu bertolak belakang. Kalau kita beriman, kita tidak akan khawatir. Justru karena kita khawatir, itu menunjukkan bahwa kita tidak beriman atau ada masalah dengan iman kita.

Kurangnya keyakinan bahwa Allah mengasihi kita

Seorang anak, tidak akan pernah khawatir apakah bapanya akan menberinya makan. Dia tahu, saat dia lapar, makanan akan tersedia. Dalam hubungan anak dan orang tua, anak itu sama sekali tidak punya kekhawatiran. Dia yakin orang tuanya akan menyediakan.  Dia hidup dalam keyakinan akan kasih orang tua kepadanya. Yang menjadi masalah kita adalah, kurangnya keyakinan bahwa Allah itu mengasihi kita sebagaimana seorang bapa mengasihi anaknya. Kita tidak yakin akan hal itu. Kerana itu kita ragu apakah Allah benar-benar akan memelihara kita. Ini juga menunjukkan bahwa hubungan kita dengan Bapa di surga itu kurang nyata atau riil.

Jadi, untuk kita tidak khawatir, kita perlu terlebih dahulu mengenal siapa Dia yang kita percaya. Kita harus menjalin hubungan anak-bapa yang nyata lewat pengalaman supaya kita tiba pada suatu tingkat di mana kita yakin bahwa Allah Bapa itu sangat mengasihi kita dan karena kasih-Nya itu pada kita, Dia akan memelihara dan memerhatikan kita, dan karena itu, kita tidak perlu khawatir.

Gambaran Gembala dan Domba

Kitab Suci juga menggambarkan hubungan Allah dengan kita sebagai hubungan Gembala dengan domba.

Mazmur 23.1-6 Allah adalah gembala dan kita adalah domba-Nya Allah. Apa yang menjadi tugas seorang Gembala?

  1. Gembala mencari padang rumput dan sungai atau oases di mana domba-dombanya bisa makan dan minum. Domba tidak perlu khawatir tentang makan minumnya.
  2. Gembala memastikan bahwa kawanan dombanya aman dari musuh. Gembala melindungi domba-domba dari cuaca dingin dan juga ancaman serigala dan hewan pemangsa yang lain.
  3. Gembala memimpin dan memastikan domba-domba berada di jalur yang sudah dia tentukan

Tugas domba hanyalah untuk taat dan mengikuti pimpinan Gembala. Sama halnnya dengan hubungan di antara Allah dan kita. Tugas kita hanyalah untuk taat dan menuruti setiap pimpinan-Nya.

Apa yang dapat dilakukan saat kita khawatir?

Namun sebagai manusia yang masih mengejar kesempurnaan, kita kadang kala bisa saja tetap khawatir. Apa yang harus kita lakukan saat kita khawatir?

  1. Renungkan kasih Allah bagi kita. Kalau Allah rela mengorbankan putra-Nya yang terkasih demi kita, tidakkah Dia akan memelihara kita, hal yang sangat mudah bagi-Nya.
  2. Berdoa. Kekhawatiran tidak dapat mengubah apa-apa namun Doa  dapat mengubah segalanya. Saat kita khawatir, kita bisa panik atau berdoa.Filipi 4.6 berkata, janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

    1 Petrus 5.7 Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihar kamu.

  3. Mengucap syukur. Panjatkan doa dengan ucapan syukur (Fil. 4.6). Saat kita dapat mengucap syukur, di saat itu kekhawatiran kita hilang.
  4. Fokuskan pada hal yang dari atas. Pikirkanlah semua yang benar, yang mulia, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan semua yang patut dipuji. Di saat kita stress dan khawatir, fokuskanlah pikiran pada hal-hal yang membangun.

Kiranya kita menjadi anak Tuhan yang bebas dari kekhawatiran dan stress.