new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Elsie C. |

Jalan menuju kehidupan adalah jalan yang sesak dan sempit

Hal keselamatan di dalam ajaran Yesus bukanlah suatu hal yang sederhana dan mudah. Yesus memberitahu kita di Matius 7:14 bahwa jalan menuju kepada kehidupan, sangatlah sesak dan sempit dan sedikit orang yang mendapatinya.”

Bukan hanya sekedar sangat sedikit orang yang mendapatinya – namun Yesus juga memberitahu kita bahwa sekalipun kita telah menemukannya, kita belum tentu dapat masuk! Dikatakan di Lukas 13.24 bahwa kita masih harus berjuang untuk masuk sekalipun kita telah menemukannya. Dan pada kenyataannya, banyak orang yang akan berusaha untuk masuk tapi tidak dapat. Kita dapat membaca ini di Lukas 13:23-24,

“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Rasul Petrus juga memberi kesan yang sama saat ia berkata bahwa orang benar juga hampir-hampir tidak diselamatkan (1 Petrus 4.18).

Namun harus kita akui bahwa pesan yang kita dapatkan dari gereja masa kini justru bertentangan dengan yang dikatakan oleh Yesus. Apakah mungkin kekristenan hari ini telah jatuh ke dalam bahaya yang diperingatkan oleh Yesus? Pas setelah Yesus memberitahu kita bahwa jalan menuju hidup kekal itu tidak mudah, Yesus melanjutkan untuk memperingatkan kita untuk berwaspada pada nabi-nabi palsu (Mat. 7.15).

Di dalam Kitab Suci, kata waspada itu sering dipakai Tuhan dalam hubungan dengan kepalsuan yang muncul dalam berbagai bentuk. Hanya di dalam bidang agama, terdapat begitu banyak kepalsuan – dalam hal melakukan kewajiban agama untuk dilihat orang; mengucapkan hal yang tidak kita maksudkan; kemunafikan dalam menampilkan diri sebagai lebih baik dari yang sebenarnya dan masih banyak lagi yang lain (Mat. 6).

Kepalsuan inilah yang turut membuat jalan menuju keselamatan itu begitu sesak dan sempit. Akan terdapat banyak nabi-nabi dan pengajar-pengajar palsu yang akan membuat kita salah jalan. Jalan yang disiapkan Tuhan bagi kita adalah jalan yang sempit akan tetapi para pengajar zaman ini telah menggelabui  kita untuk berjalan di jalan yang lebar dan luas. Namun, sadarkah kita bahwa jalan yang lebar dan luas itu tidak akan membawa kita ke jalan kehidupan?

Bagaimana mengenal nabi-nabi palsu?

Pertanyaannya adalah bagaimana kita menghindar dari nabi-nabi yang palsu itu? Bagaimana kita dapat mendeteksi nabi-nabi atau pengajar-pengajar palsu ini. Hal ini, tentunya bukan hal yang sederhana karena Yesus memberitahu kita bahwa semuanya akan datang sebagai domba-domba. Mereka akan menyamar sebagai domba-domba untuk menutupi diri mereka yang sebenarnya, yakni serigala yang buas dan ganas.

Sebagai domba, tentu saja mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh domba. Kita diberitahu (di Mat.7-15-23) bahwa mereka akan bernubuat, melakukan mukjizat dan menyembuhkan dalam nama Tuhan. Dengan adanya iklim kemunafikan yang begitu kentara di kalangan orang religius, ditambah lagi dengan kemampuan mereka bernubuat, melakukan mukjizat dan menyembuhkan, apakah akan terlintas di pikiran orang bahwa mereka ini adalah nabi palsu? Saya pikir tidak.

Berwaspadalah terhadap hal-hal yang spektakuler

Cara pertama untuk menjaga diri kita daripada terpedaya, adalah untuk jangan pernah terkesan dengan mukjizat, kesembuhan atau hal-hal yang spektakuler. Jangan pernah lupa bahwa Yesus sendiri mengingatkan kita bahwa nabi-nabi palsu akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mukjizat-mukjizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga (Mt. 24.24).

Ingatlah bahwa Iblis juga bisa mengadakan mukjizat. Setiap mukjizat  yang dilakukan oleh Musa dengan kuasa Allah juga dapat ditiru oleh ahli-ahli sihir yang dipanggil Firaun (Kel. 6). Perlu juga ditekankan bahwa pengalaman rohani tidak semestinya membuktikan kerohanian seseorang. Pengalaman rohani bukanlah jaminan bahwa orang yang mengalaminya itu rohani. Umpamanya dalam kasus kesembuhan. Saat mukjizat kesembuhan terjadi, hal ini tidak membuktikan bahwa yang menyembuhkan maupun yang disembuhkan itu rohani. Dalam banyak kasus, orang yang disembuhkan bahkan tidak hidup di dalam Tuhan. Hal ini hanya membuktikan bahwa Allah Yahweh kita adalah Allah yang berbelas kasihan.

Berwaspadalah terhadap orang yang memanfaatkan orang lain

Yang kedua, kita perlu mengingat bahwa pada intinya nabi-nabi atau pengajar-pengajar palsu itu adalah serigala – namun tragedinya adalah mereka adalah serigala yang tidak tahu bahwa mereka itu serigala. Mereka 100% menyakini bahwa mereka itu benar-benar domba dan bukannya serigala yang berkulitkan domba!

Hanya dari natur mereka kita tahu apakah mereka itu serigala atau domba. Serigala saat berhadapan dengan domba pasti ada maunya. Merupakan naturnya serigala untuk memangsa domba. Dengan kata lain, gembala-gembala yang adalah serigala berkulitkan domba akan mencari keuntungan dari domba-dombanya. Di mata serigala, domba-domba itu eksis untuk mengenyangkan dan memberinya keuntungan. Karena itu, berwaspadalah terhadap pelayan-pelayan yang mengambil kesempatan atas domba-dombanya.

Berwaspadalah pada orang  yang hidup menurut keinginan daging

Yang ketiga, dari buahnya kita akan tahu. Buah yang dimaksudkan oleh Yesus di Matius 7 adalah buah roh. Dan di Galatia 5, buah roh di pertentangkan dengan perbuatan daging. Ini berarti nabi-nabi atau pengajar-pengajar palsu dapat diketahui dari kehidupan sehariannya, apakah mereka menunjukkan ciri-ciri dari buah roh seperti kasih, damai, penguasaan diri dan lainnya atau malah perbuatan-perbuatan daging seperti perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri dan roh pemecah? Serigala adalah hewan yang agresif, berwaspadalah terhadap orang yang agresif yang sering menyerang sesama.

Banyak orang percaya yang sedang berjalan di jalan yang lebar dan luas

Yesus memberitahu kita bahwa sangat sedikit yang akan masuk ke dalam jalan kehidupan. Ini berarti bahwa hanya minoritas, hanya yang sisa (remnants) yang akan menemukan dan masuk ke dalam keselamatan. Hal ini memberitahu kita bahwa mayoritas orang, bukannya sedang berjalan menuju kehidupan, tapi kebinasaan. Dan ingatlah bahwa di Matius 7, Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang berseru kepadanya, “Tuhan, Tuhan…” Ini memberitahu kita bahwa orang yang dimaksudkan oleh Yesus sebagai yang sedang berjalan di jalan yang lebar dan luas itu adalah orang-orang percaya, bukannya orang-orang yang belum mengenal Tuhan! Tragisnya, orang percaya yang sedang berada di jalan yang lebar dan luas ini merupakan kalangan mayoritas!

Kiranya kita ditemukan di antara kalangan minoritas yang sedang berjalan di jalan yang sesak dan sempit yang menuju hidup kekal itu.