“Kehidupan manusia merupakan kematian yang terus menerus, kecuali Kristus hidup di dalam dirinya” – Ignasius
Ignasius adalah murid rasul Yohanes dan secara terbuka mengkritik Kaisar Trajan di Antiokhia karena menyembah berhala. Karena itu, Trajan bersumpah untuk membalas dendam secara publik atas Ignasius atas hinaannya yang memalukan.
Ignasius ditahan dan dibawa ke Roma. Saat ia digiring ke lubang singa, ia memberitahu umat percaya lainnya, “Yesusku yang terkasih, Juru selamatku, terukir sangat dalam di hatiku, sehingga aku merasa yakin jika jantungku dibelah dan diiris-iris, nama Yesus akan ditemukan dalam setiap irisan.”
Saat orang banyak berkumpul untuk menyaksikan kematiannya, Ignasius dengan berani berseru kepada kerumunan yang bersorak-sorak. “Aku adalah gandum Tuhan. Aku digiling oleh gigi binatang buas ini supaya aku didapati sebagai roti murni Kristus, yang bagiku adalah Roti Kehidupan.”
Segara setelah ia berbicara, dua singa lapar memakannya. Ia dikenal dengan nama keluarganya, Theophorus, “penanggung Tuhan.” Sampai matinya, ia membawa nama Tuhan dan Juru selamatnya di bibirnya.
Ia sering berkata, “Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya dan sepenuhnya cintaku.”
Dan sampai matinya, ia merasakan ketenangan dalam kebenaran yang sederhana ini: “Seperti dunia membenci umat Kristen, demikianlah Tuhan mengasihi mereka.”
Yeremia 15:16 Sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya Yahweh, Allah semesta alam
(Dikutip dari Devosi Total oleh The Voice of Martyrs)