Pendeta Florescu tidak tahan melihat anak laki-lakinya dipukuli oleh petugas Komunis. Dia sendiri telah mengalaminya, dan dia tidak dapat tidur selama dua minggu karena takut diserang oleh tikus-tikus yang kelaparan yang sengaja dimasukkan ke dalam sel oleh orang-orang Komunis itu. Kepolisian Rumania menghendaki Florescu untuk menyerahkan para anggota gereja bawah tanahnya supaya mereka juga dapat ditangkap.
Mengetahui bahwa pukulan dan siksaan tidak membawa hasil, orang-orang Komunis itu membawa Alexander, anak laki-laki Florescu yang hanya berusia empat belas tahun, dan mulai memukuli anak laki-laki itu. Sementara Florescu menyaksikan, mereka memukuli anak laki-laki itu tanpa ampun, mereka mengatakan bahwa mereka akan memukulinya hingga mati jika dia tidak mengatakan keberadaan orang-orang percaya yang lainnya.
Akhirnya, Florescu berteriak dengan penuh kemarahan meminta mereka untuk menghentikannya.
“Alexandar, aku harus mengatakan apa yang mereka inginkan!” dia berkata kepada anaknya. “Aku tidak tahan lagi menyaksikan engkau dipukuli.”
Dengan tubuh penuh luka, dan darah mengalir dari hidung dan mulutnya, Alexander menatap mata ayahnya. “Ayah, jangan melakukan ketidak-adilan padaku dengan mempunyai ayah seorang pengkhianat. Tetaplah kuat! Jika mereka membunuhku, aku akan mati dengan kata “Yesus” di bibirku.
Keberanian anak itu membuat orang-orang Komunis itu marah, dan mereka memukulinya hingga mati dengan disaksikan oleh ayahnya. Anak itu tidak hanya bertahan dalam imannya, namun dia juga telah menguatkan ayahnya untuk melakukan hal yang sama.
Tidak adakah keadilan di dunia ini? Ketika kita membaca kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak berdosa,kita mulai bertanya-tanya. Iman kita mungkin menjadi goyah saat kita mendengar penderitaan yang mengerikan di tangan orang-orang jahat.
Kita mungkin menjadi lemah hati saat belas kasihan itu tidak kunjung datang. Tidak adakah keadilan di dunia ini?
Sebagai jawaban atas terikan kita ini, Alkitab mengajarkan prinsip, “Ya, dan belum.” Ya, ada orang jahat yang harus menghadapi peradilan di dunia ini sekarang. Namun, tangan perkasa Allah yang adil belum terjadi atas bumi ini. Hal itu disediakan bagi akhir zaman. Kita melemah saat menunggu, namun Allah tidak berubah.
(Dikutip dari Suara Martir, the Voice of Martyrs)