Pastor Eric Chang | Lukas 14:25-33 |
Di pesan yang lalu kita telah membahas tentang makna iman. Kita melihat bahwa iman adalah komitmen atau penyerahan diri yang sepenuhnya kepada Allah. Kita akan melanjutkan dengan membahas beberapa pertanyaan yang lebih mendalam. Saat kita mengaku bahwa kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Kristus, kita perlu meneliti hal apa saja yang tercakup di dalam pengakuan kita itu. Hari ini, oleh kasih karunia Allah, saya akan mencoba untuk menguraikan pengajaran yang berasal dari Lukas 14:25-33,
Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Sambil berpaling ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepadaku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut aku, ia tidak dapat menjadi muridku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridku.
Firman yang disampaikan di sini tampaknya sulit untuk dipahami. Namun Yesus selalu menyampaikan kebenaran, sekalipun kebenaran itu mungkin sulit untuk diterima, dia tetap menyampaikannya.
Syarat Iman yang Mengerikan
Di perikop ini ada banyak orang yang sedang mengikuti Yesus. Orang-orang ini tahu bahwa Yesus memiliki hal-hal yang mereka butuhkan. Ke manapun Yesus pergi, ada banyak orang yang mengerumuninya. Namun Yesus bukanlah jenis pengumpul massa, dia bukan jenis pribadi yang mengejar popularitas. Ketika orang banyak itu mengikutinya, perhatikanlah apa yang dia perbuat – dia berbalik menghadap mereka dan berkata…
Apakah yang dikatakannya? “Jikalau seorang datang kepadaku.” Yesus sedang berbicara kepada semua orang: “Jikalau seorang datang kepada-ku.” Dia tidak saja sedang berbicara kepada para rasul atau murid-muridnya. Ucapannya ini berlaku bagi setiap orang. Di ayat 27, Yesus berkata, “Barangsiapa tidak memikul salibnya.” Jadi, firman yang disampaikan ini berlaku pada diri Anda dan saya, karena Yesus menyampaikannya kepada orang banyak, yaitu orang-orang yang sedang mengerumuni dia pada saat itu.
Dia berkata, “Jikalau seorang datang kepadaku.” Pada saat itu mereka justru sedang datang kepadanya. Lalu apakah yang dimaksudnya dengan “datang kepadaku”? Bagaimana kita bisa datang kepada dia? Tentu saja, Yesus tidak sedang berbicara tentang kedatangan secara lahiriah, karena pada saat itu orang banyak tersebut sudah mendatangi dia secara jasmani. Yang dimaksudkan adalah yang datang secara rohani kepadanya. Ada orang-orang yang secara jasmani hadir di sini sekarang ini, tetapi secara rohani mereka tidak datang kepada Yesus.
Demikianlah, Yesus berbicara kepada mereka, “Jika kamu ingin datang kepadaku secara rohani, aku akan memberitahukan syaratnya kepadamu.” Lalu Yesus menyampaikan sesuatu hal yang tampaknya sangat sukar. Apakah yang dia sampaikan? “Jikalau seorang datang kepadaku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku.” Bukankah ini ucapan yang sungguh menakutkan bagi banyak orang? Ternyata banyak yang kemudian pergi meninggalkannya. Setelah mendengarkan Yesus, banyak yang berkata, “Kami tidak bisa menerimanya. Ucapan ini terlalu keras bagi kami.” Dan ada orang yang berkata kepada saya, “Jika Anda memberitakan Injil seperti yang dilakukan Yesus dulu, bukankah sebagian besar orang tidak akan mau menjadi Kristen?” Ya, Yesus tahu hal itu. Namun dia tidak berkata, “Kalian semua datang kepadaku. Itu bagus. Tak jadi soal bagaimana cara kalian mempercayaiku, selama kalian mempercayaiku, itu sudah bagus. Datang dan penuhilah tempat ini. Aku senang jika kalian ada di sini.” Tidak, Yesus tidak memberitakan Injil seperti ini. Yesus berkata, “Aku akan memberitahumu apa syaratnya.” Ini adalah ucapan yang sukar untuk diterima. Yang disampaikan Yesus kepada mereka adalah, “Jika Anda tidak membenci semua yang Anda kasihi, termasuk nyawa Anda sendiri, maka Anda tidak bisa menjadi muridku, Anda tidak bisa datang secara rohani kepadaku. Kalau Anda tidak melakukan hal ini, maka Anda tidak bisa menjadi murid dan pengikutku.”
Menurut Injil, seorang murid itu mengacu pada seorang Kristen. Setiap orang Kristen juga disebut sebagai murid. Murid bukanlah suatu kelompok khusus di dalam lingkungan orang Kristen. Para murid mendapat sebutan sebagai orang Kristen hanya belakangan, yaitu di Antiokhia di Kisah Para Rasul 11:26. Siapakah yang disebut sebagai orang Kristen? Para murid itulah yang disebut sebagai orang Kristen. Itu berarti orang Kristen dan murid adalah hal yang sama. Itulah sebabnya kita melihat bahwa kalimat pembuka dari firman tersebut ditujukan kepada setiap orang, yakni orang banyak tersebut.
Yesus tidak sedang mengajarkan pelanggaran terhadap Perintah Kelima
Apakah yang Yesus maksudkan ketika dia berkata, “Kamu harus membenci ayah dan ibumu”? Apakah yang dimaksudkan lewat kata-kata yang mengerikan itu? Banyak penginjil yang tidak mau berkhotbah tentang hal ini. Bagian lain tentang saling mengasihi dan mengasihi semua orang, dan pokok semacam ini lebih enak untuk dikhotbahkan. Pernahkah Anda mendengarkan penginjil yang mengkhotbahkan bagian yang ini? Saya sendiri belum pernah mendengarkan. Jadi, mungkin saya termasuk orang bodoh yang menyampaikan apa yang diajarkan oleh Yesus. Apakah yang Yesus maksudkan dengan, “Kamu tidak bisa datang kepadaku jika kamu tidak membenci ayahmu, ibumu bahkan termasuk nyawamu sendiri”? Perintah kelima di Keluaran 20 berbunyi, “Hormatilah ayahmu dan ibumu.” Bagaimana mungkin Yesus mengatakan bahwa Anda perlu membenci mereka? Ada musuh-musuh Injil yang gemar mengutip ayat ini dan memelintirnya, dan membuat banyak orang kebingungan.
Alkitab memberitahu kita Yesus memiliki banyak lawan dan lawan-lawan tersebut selalu mencari kesempatan untuk menyerang Yesus. Jika ada perlanggaran, seperti ketika para muridnya memetik gandum di hari Sabat, mereka akan berteriak, “Ha! Engkau melanggar hukum Taurat!” Lawan-lawan Yesus ini, yaitu orang-orang Farisi dan para ahli kitab, selalu siap menyerang seperti burung bangkai, yang selalu mencari kesempatan untuk mencuri sepotong tulang. Namun perhatikan tidak sekalipun orang-orang Farisi dan ahli-ahli kitab ini menyerang Yesus berdasarkan ucapannya di sini. Bukankah ucapan ini merupakan kesempatan untuk menyerang Yesus? Maksud saya, jika dibandingkan dengan tindakan sepele seperti memetik gandum, yang pernah mereka jadikan dasar untuk menyerangnya, tindakan tersebut akan terasa kecil jika dibandingkan dengan ucapannya yang sekarang ini. Mereka bisa saja berkata, “Yesus mengajarkan agar orang-orang tidak menghormati ayah dan ibu mereka, dan itu tentunya merupakan pelanggaran terhadap Perintah yang kelima!” Wah! Ini akan benar-benar memojokkan Yesus! Anehnya, para lawan Yesus tidak pernah memanfaatkan kata-katanya di perikop ini untuk menyerang Yesus.
Tahukah Anda mengapa? Karena orang-orang Yahudi itu tahu persis apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Yesus tidak sedang mengajarkan pelanggaran terhadap Perintah yang kelima, dan orang-orang Yahudi juga tahu itu. Malahan, di Markus 7:9 dan seterusnya, Yesus justru menegur orang-orang Farisi dan para ahli kitab karena mereka tidak menghormati ayah dan ibu mereka. Lalu bagaimana mungkin, di satu pihak dia menegur mereka karena tidak menghormati ayah dan ibu mereka, sedangkan di pihak lain, dia justru berkata, “Jika kamu ingin datang kepadaku secara rohani, kamu harus membenci ayah dan ibumu.” Lalu, apakah yang dimaksudkan oleh Yesus? Bagaimana orang-orang Yahudi itu memahami maksud ucapan Yesus ini?
“Membenci” berarti “Yang tidak Anda Pilih”
Di kalangan masyarakat Yahudi, istilah “membenci” bukan berarti Anda lantas pergi membunuh ayah dan ibu Anda untuk menunjukkan kebencian Anda kepada mereka. Bukan begitu. Ungkapan ini tidak berarti itu. Jadi ketika Yesus berkata, “Kamu harus membenci nyawamu sendiri,” dia tidak bermaksud menyuruh Anda pergi ke tempat yang tinggi lalu melompat dari atas karena Anda membenci nyawa Anda sendiri. Maksud ungkapan ini adalah ketika Anda berhadapan dengan suatu pilihan, maka Anda akan memilih hal yang lebih Anda kasihi. Dan menurut istilah di kalangan orang Yahudi, hal yang tidak Anda pilih itu disebut sebagai hal yang “dibenci”. Jadi, jika Anda dipaksa untuk memilih di antara dua hal, maka hal yang Anda pilih tentunya adalah yang lebih Anda kasihi, dan hal yang tidak Anda pilih, dapat diartikan sebagai hal yang Anda “benci”.
Hal ini dapat diilustrasikan dari Kejadian 29:30-31. Di sini Yakub mengasihi istrinya yang satu dan membenci istrinya yang lain. Kebencian di sini bukan berarti dia sampai ingin membunuh sang istri tersebut. Maknanya adalah dia tidak memilih yang satu itu, dan di dalam menghadapi pilihan tersebut, dia lebih menyukai yang satu dibandingkan dengan yang lainnya.
Setelah memahami hal ini, kita akan mulai mengerti apa yang sedang Yesus ajarkan di sini. Dia berkata bahwa Anda bisa saja sangat mengasihi keduanya, tetapi salah satu yang lebih Anda sukai atau yang menjadi preferensi Anda adalah yang Anda lebih kasihi; dan yang kurang Anda sukai, itulah yang menurut pepatah orang Yahudi menjadi hal yang Anda “benci”.
Apa yang disampaikan oleh Yesus adalah, “Jika kamu ingin mengikut aku, jika kamu ingin datang kepadaku secara rohani, kamu harus menempatkanku di atas segala-galanya.” Anda harus mengasihi Yesus lebih dari ayah dan ibu Anda. Anda memang harus mengasihi ayah dan ibu Anda. Anda harus mengasihi mereka. Namun Anda harus mengasihi Allah, Anda harus mengasihi Yesus lebih dari mereka. Anda harus mengasihi Yesus lebih dari semua anggota keluarga yang terdekat bagi Anda. Dan Anda harus mengasihi Yesus lebih dari nyawa Anda sendiri.
Seorang Kristen Membayar Harga akibat Pilihannya
Di sesi yang lalu (Apa artinya Iman), kita melihat bahwa menjadi seorang Kristen artinya berkomitmen total. Anda mungkin berkata, “Komitmen total, yang ini tentunya tidak sulit. Aku hanya perlu berkata, ‘Ya Allah, inilah aku, kuserahkan segenap hidupku kepada-Mu,’” Jangan terburu-buru. Yesus ingin Anda menghitung dulu ongkosnya. Yesus tidak ingin orang bergegas datang dan tanpa berpikir panjang berkata, “Baik, sekarang aku sudah jadi orang Kristen.” Dua kali di dalam perikop ini Yesus berkata, “Duduk dan hitung biayanya.” Seringkali, di dalam KKR penginjilan yang besar, emosi orang-orang dibangkitkan dan dikendalikan, apakah dengan memakai musik yang indah, atau yang lainnya, dan orang-orang begitu dihanyutkan sehingga ketika Anda berkata, “Marilah, ke depan,” mereka akan berduyun-duyun maju ke depan. Namun Yesus berkata, “Tidak, tidak! Duduk dan hitung dulu ongkosnya.” Ongkos dari komitmen total itu sangatlah mahal. Jangan dibuai emosi sesaat.
Apakah harga yang perlu dibayar? Harganya yang perlu dibayar adalah pilihan yang harus ditetapkan mulai sekarang. Setiap kali Anda berhadapan dengan pilihan antara Allah atau ayah, ibu, anak-anak, bahkan diri Anda sendiri, maka Anda telah menetapkan untuk memilih Allah. Sanggupkah Anda melaksanakannya? Jika Anda berkata bahwa komitmen total itu mudah, bisakah Anda melakukannya?
Mungkin Anda berkata, “Wah! Jika Anda berkhotbah seperti itu, siapa dari antara kita yang mau menjadi Kristen? Sulit sekali menjadi orang Kristen dengan pandangan seperti ini.” Namun sobat, bukan saya yang mengatakan hal ini. Bukan saya yang menyampaikan syarat-syarat ini. Yesuslah yang memberitahukan syarat apa yang dia inginkan dari kita.
Kita sangat mengasihi ayah dan ibu kita. Kita mengasihi istri dan anak-anak kita. Dan kita juga sangat mengasihi nyawa kita. Jika kita ingin menjadi pengikut Kristus yang sejati, Yesus berkata, “Mengasihi mereka memang benar, tetapi sama seperti aku, kamu harus lebih mengasihi Allah.” Komitmen total bermakna Allah selalu diutamakan di dalam hidup Anda. Jika Anda mengaku sebagai seorang Kristen, maka izinkanlah saya bertanya, “Apakah Allah selalu menjadi yang utama di dalam hidup Anda? Dapatkah Anda mengatakan dengan sejujurnya bahwa di sepanjang hari ini, Allah selalu menjadi yang utama di dalam hidup Anda? Dapatkah Anda mengatakan dengan setulusnya bahwa Allah lebih penting daripada pendidikan Anda, daripada bisnis Anda, dan daripada semua anggota keluarga Anda?”
Ibu yang Memilih Tuhan di atas Nyawa Anak-anaknya
Saya akan memberikan ilustrasi mengenai apa yang Yesus maksudkan. Ilustrasi ini memberikan gambaran bagaimana, pada saat kita menghadapi ujian – pada saat kita harus memilih, maka orang Kristen yang sejati akan memilih Tuhan. Ilustrasi ini adalah sebuah kisah nyata, kisah yang selalu membangkitkan keharuan saya saat membacanya. Catatan kisah ini terdapat dalam literatur masyarakat Yahudi.
Kejadian ini berlangsung di masa raja Yunani yang menguasai Siria sedang menganiaya orang-orang Yahudi. Raja ini sedang berusaha menghentikan penyembahan orang Yahudi terhadap Allah mereka, Yahweh. Pada masa ini, ada satu keluarga, yang terdiri dari seorang ibu dan tujuh anak laki-lakinya, dan mereka hidup bersama-sama di dalam kasih yang sangat mendalam kepada Tuhan. Mereka bersatu dalam kasih mereka kepada Tuhan. Tak ada keluarga yang memiliki kesatuan yang utuh dibandingkan dengan keluarga yang bersatu hati mengasihi Tuhan. Sang ayah sudah meninggal, dan ibu ini telah membesarkan anak-anaknya; mereka semua sangat berharga baginya.
Kemudian, sampailah harinya ketika raja Yunani ini menuntut agar semua orang Yahudi berhenti menyembah Yahweh. Dan setiap orang yang menyembah Yahweh akan dihukum mati. Setiap keluarga akan diuji dengan cara menyuruh mereka membakar kemenyan di mezbah berhala. Lalu tibalah giliran keluarga ini. Para prajurit Yunani datang dan menyeret ibu dan ketujuh anak laki-lakinya keluar dan berkata, “Nah, persembahkan kemenyan di atas mezbah itu!” Tak satupun dari antara mereka yang mau mempersembahkan sesuatu di atas mezbah. Mereka tidak sudi menyembah berhala. Kemudian, mereka diseret ke hadapan Gubernur.
Lalu Gubernur itu bertanya, “Ada apa ini? Kalian tidak mau menyembah dewa kami?”
Mereka menjawab, “Tidak.”
Lalu dia berkata kepada sang ibu, “Bujuk dan nasehatilah anak-anakmu untuk menjalankan hal ini karena kalau kamu tidak melakukannya, maka aku akan menghukum mati anak-anak kamu semua satu per satu.” Pada masa itu, banyak orang yang telah tewas karena menolak untuk berbuat demikian.
Demikianlah, anak yang pertama menolak menyembah berhala, lalu Gubernur itu berkata, “Jika kata-kata tidak dapat membuatmu membujuk anak-anakmu, mungkin sedikit tindakan bisa membuatmu mau membujuk anak-anakmu.” Lalu dia menarik anak yang sulung itu dan membunuhnya di hadapan sang ibu dan anak-anaknya yang lain. Kemudian Gubernur ini berkata, “Nah, apakah kamu mau mempertimbangkan untuk berpaling dari Tuhanmu sekarang? Apakah kamu senang melihat anakmu mati? Apakah kamu mau melihat mereka mati semua?”
Ibu ini menjawab, “Silakan kamu lakukan apapun yang kamu kehendaki. Aku mengasihi anakku, tetapi tak akan ada satupun dari mereka yang akan berpaling dari Tuhan.”
Lalu, satu demi satu, anak yang kedua, ketiga, keempat, kelima, sampai dengan yang keenam, mereka semua dihukum mati di hadapan sang ibu dan juga penduduk desa. Gubernur ini menanyai setiap anak tersebut, “Maukah kamu sekarang berpaling dari Tuhanmu?” Dan tak satupun dari mereka yang bersedia.
Lalu tibalah giliran anak yang bungsu, yang saat itu masih berusia remaja. Kemudian Gubernur ini berkata, “Nah, kamu masih anak-anak. Kamu tidak perlu mati. Kehidupanmu masih terbentang luas di hadapanmu. Kamu cukup berpaling dari Tuhanmu dan kamu akan baik-baik saja.”
Tetapi anak muda itu berkata, “Jangan buang-buang waktu. Jalankan saja hukumannya!”
Kemudian, Gubernur itu berkata kepada sang ibu, “Bujuklah anakmu itu!”
Kemudian, ibu ini berkata kepada anak bungsunya, dalam bahasa Aram yang tentunya tidak dipahami oleh orang-orang Yunani. Ibu ini berkata, “Bertahanlah sampai penghabisan, anakku. Aku tidak ingin kehilangan kamu.” Artinya, ibu ini tidak mau kehilangan si anak di masa kekal nanti. Kehilangan anak itu untuk masa sekarang berarti tidak akan kehilangan dia di masa kekal nanti. Sang ibu harus mengambil pilihan, dan dia sudah memilih.
Bagaimana pendapat Anda? Menurut Anda, apakah ini sikap mengasihi atau membenci si anak? Tentu saja, ibu ini mengasihi anaknya. Tetapi Anda bisa lihat, apakah anak-anak itu mengasihi nyawa mereka sendiri? Tentu saja mereka mengasihi nyawa mereka. Tak seorangpun yang senang mati. Akan tetapi mereka mengasihi Tuhan lebih dari nyawa mereka sendiri. Jadi perhatikanlah, jika dibandingkan dengan kasih mereka kepada Tuhan, mereka bisa dikatakan membenci nyawa mereka sendiri. Akhirnya, sang ibu pun dihukum mati juga, setelah menyaksikan semua anaknya dihukum mati di hadapannya.
Pengabdian Mutlak kepada Allah, Bekal untuk Memberitakan Injil
Ini merupakan gambaran yang menjelaskan dengan tepat pengajaran Yesus ini, yaitu mengenai keputusan yang harus Anda ambil ketika dihadapkan dengan suatu pilihan. Sang ibu bersama anak-anaknya, mereka mengasihi Allah lebih dari segala yang lain, juga lebih dari nyawa mereka sendiri. Komitmen semacam inilah yang dituntut oleh Yesus bagi setiap orang yang ingin datang kepadanya. Inilah pengabdian kepada Allah. Jika setiap orang di dalam gereja memiliki pengabdian yang semacam ini kepada Allah, maka akan sungguh luar biasa gereja sekarang ini! Orang Kristen macam apakah yang kita dapatkan di gereja? Orang Kristen macam apakah yang kita miliki? Kiranya Allah berkenan berbicara kepada kita! Yesus tidak mau gereja sekadar dipenuhi oleh orang-orang. Dia menginginkan pria dan wanita dari jenis kualitas yang seperti ibu dan anak-anaknya itu. Renungkanlah baik-baik. Itulah harga yang diminta oleh Yesus dari kita jika kita ingin datang kepadanya. Iman adalah komitmen total, apakah menurut Anda komitmen total merupakan standar yang terlalu tinggi yang ditetapkan oleh Alkitab bagi kita? Teliti lagi persyaratan Yesus tersebut dan lihat sendiri apa yang dia sampaikan. Yesus menginginkan agar setiap orang Kristen menjadi orang yang penuh pengabdian.
Bagaimana kita bisa melakukan misi penginjilan ke dunia dengan berbekal orang-orang Kristen yang tidak panas dan tidak dingin ini? Bagaimana kita bisa menjadi terang dunia di saat kita sendiri berada dalam keadaan remang-remang? Saya dengar ada yang ingin memberitakan Injil ke China, tetapi apakah kita siap untuk memberitakan Injil ke China? Tahukah Anda bahwa orang-orang komunis tergolong sebagai orang-orang yang memiliki tingkat pengabdian yang sangat tinggi di dunia ini? Apakah kita memiliki pengabdian yang sama pada Tuhan?
Saya tinggal di China ketika Perang Korea berlangsung. Tahukah Anda ketika para tentara China itu pulang dari garis depan, mereka membawa cerita lucu tentang tentara Amerika dan PBB? Tentara Amerika mereka sebut dengan istilah ““朱古列 soldiers” atau “chocolate soldiers (tentara cokelat)” dan juga istilah “shao yie”. Artinya, jika mereka tidak mendapatkan jatah cokelat harian mereka, maka mereka tidak bisa bertempur dengan baik. Dan masih banyak lagi ejekan tentang pasukan pihak sekutu ini. Sedangkan pasukan China, tahukah Anda apa yang mereka makan jika ransum tidak tersedia? Mereka mengambil sabuk kulit dan merebusnya, mereka juga memakan sepatu kulit mereka. Pada saat maju bertempur, mereka sering maju dalam keadaan lapar dan kedinginan, tetapi mereka bertempur dengan penuh pengabdian.
Pasukan Amerika gemar meminta dukungan pemboman. Mereka meminta dukungan artileri jarak jauh. Tak heran ketika saya tinggal di Hong Kong, saat itu ada seorang perwira Angkatan Udara Amerika yang sedang diajak berjalan-jalan oleh saya dan beberapa teman ke perbatasan China. Dia baru datang dari medan perang Korea, dan kami tunjukkan kepadanya, “Di seberang sana itu China.”
Dan dia berkata, “Di seberang sana itu China? Ayo cepat pergi dari sini!”
Lalu kami bertanya, “Ada apa? Jangan kuatir, mereka ada di seberang perbatasan.”
Dia menjawab, “Mereka membuat saya ketakutan setengah mati!”
Mengapa? Karena tingginya tingkat pengabdian pasukan China. Lalu Anda ingin memberitakan Injil kepada orang-orang yang tingkat pengabdiannya yang tinggi ini? Kapan Anda bersedia mengunyah sabuk kulit Anda demi Kristus? Kapan Anda bersedia menempuh sungai-sungai sedingin es di Korea, terserang rasa dingin yang membeku, bahkan celanapun ikut menjadi kaku dan dingin seperti es, seperti mereka yang tetap teguh melanjutkan pertempuran? Berapa banyak orang Kristen yang rela melakukan hal ini? Saya rasa, jika orang-orang Komunis mendengarkan ajaran Yesus, mereka dengan mudah dapat memahaminya – mereka akan berkata, “Ya, sudah pasti, pengabdian semacam inilah yang seharusnya! Engkau memang tidak boleh menuntut kurang dari itu.”
Namun jika tuntutan ini disampaikan kepada “tentara shao yie”, kepada “tentara cokelat”, mereka akan berkata, “Oh! Syarat ini terlalu tinggi! Terlalu berlebihan!” Prajurit macam apakah yang kita miliki di gereja sekarang ini? Apakah kita siap melangkah keluar memberitakan Injil dengan orang-orang semacam ini?
Pernahkah Anda mendengar tentang peristiwa Long March (perjalanan panjang pasukan Komunis China) yang menempuh jarak 25,000 mil menurut standar mil China, atau 8000 mil standar mil barat? Saya pikir orang-orang Komunis akan membuat malu orang Kristen. Jika kami mengajak orang berjalan-jalan, saat harus berjalan kaki melintasi beberapa gunung, mereka akan memandang bahwa hal ini sudah berlebihan. “Kakiku pegal. Bahuku pegal.” 8,000 mil? Berjalan sejauh 8 mil saja mereka tidak bisa apa lagi 8,000 mil! Di London, saya sering terkejut. Para saudari kita yang dari Hong Kong tampaknya sudah sangat terbiasa duduk di dalam bus kota. Saat kami berkata, “Mari berjalan kaki tiga blok ke arah sana,” mereka akan berkata, “Wah! Tiga blok? Tidak, tidak. Mari kita panggil taksi!”
Yang diminta oleh Yesus dari kita adalah pengabdian. “Kalau kamu ingin menjadi muridku, aku akan beritahu apa syaratku kepadamu.” Apakah menurut Anda Yesus ingin gerejanya dipenuhi oleh “tentara cokelat”? Tidak, Yesus menghendaki prajurit dengan pengabdian yang tinggi. Sejujurnya kepada Anda, jika saya tidak bertemu dengan para saudara seiman di China, maka saya tidak akan pernah menjadi orang Kristen. Karena saya telah melihat kehidupan dari orang-orang yang penuh pengabdian semacam inilah, baru saya berkata, “Tuhan, aku siap untuk menjadi orang Kristen yang semacam itu. Inilah jenis orang Kristen yang masuk akal.” Itulah sebabnya mengapa saya sering bersyukur bahwa pihak Komunis menguasai China, karena jika mereka tidak menguasai China, maka saya tidak akan pernah menjadi orang Kristen.
Sebelum kaum Komunis masuk ke China, gereja-gereja sangatlah penuh. Setiap hari Minggu, Anda harus berjuang untuk bisa masuk ke dalam gereja. Begitu banyak orang yang hadir dengan berbagai pakaian dan topi yang indah, mereka semua berdatangan ke gereja. Ketika tentara Komunis semakin mendekati Shanghai, gereja malah menjadi semakin penuh. Namun ketika kaum Komunis tiba di Shanghai, gereja langsung menjadi sepi karena orang-orang begitu ketakutan dan melarikan diri. Orang Kristen yang tetap tinggal adalah orang-orang Kristen yang berpengabdian tinggi.
Apakah Anda yang masih akan menghadiri kebaktian, jika di depan gereja dipasang sebuah meja, dan di sana duduk petugas yang akan mencatat nama dan alamat Anda sebelum Anda melangkah masuk ke gereja. Saya berminat untuk mengetahui apakah Anda akan datang atau tidak. Saya rasa akan sangat sedikit yang mau hadir. Suatu hari, pada masa itu, saya pergi ke gereja dan suasana sepi itulah yang saya temui di gereja di Shanghai. Pada pagi itu, tepat di depan pintu gereja, seorang petugas keamanan dari pemerintah duduk di sana sambil mencatat nama setiap orang yang masuk ke gereja. Saya melihat ada beberapa orang yang mendekati gereja, ketika mereka melihat petugas itu – segera saja mereka berbalik! Hanya sedikit orang yang mau datang ke gereja dan melapor ke petugas dari pemerintah, “Nama saya adalah …” Dan petugas itu berkata, “Tuliskan di buku daftar ini.”
Menjadi Kristen Ibarat Membangun sebuah Menara
Di Lukas 14:26-27, Yesus menyampaikan lagi tentang hal memilih untuk mengasihi Allah lebih dari mengasihi orang-orang yang dekat dengan Anda. Di ayat 28, Yesus membandingkan hal ini dengan pekerjaan membangun menara serta menyelesaikannya. Perhatikan maknanya ketika kita berbicara bahwa kehidupan Kristen itu ibarat seseorang yang sedang membangun sebuah menara. Hal pertama yang terlihat dari sebuah menara adalah menara itu tidak dibangun menyamping, menara dibangun lurus ke atas. Jadi, kehidupan Kristen yang sejati adalah kehidupan yang dibangun ke atas, menuju kepada Allah.
Kedua, sama halnya dengan menara, kehidupan Kristen yang sejati terlihat menonjol dibandingkan cara hidup yang lain.
Jika Anda membangun kehidupan Anda, apakah Anda membangunnya ke atas atau Anda membangunnya ke samping? Jika Anda membangun ke arah samping, maka Anda tidak sedang membangun menara. Seorang Kristen, hidupnya akan mengarah ke atas, seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Pikirkanlah hal-hal yang berasal dari atas.” Namun jika Anda berbicara dengan kebanyakan orang Kristen, maka mereka akan berbicara tentang model mobil yang paling mutakhir, mereka tahu banyak tentang seluk beluk mobil. Mereka tahu hal-hal yang terbaru tentang mobil, atau perkembangan gadget yang terbaru. Mereka tahu semua hal semacam itu. Namun mengenai perkara rohani, mereka tidak tahu apa-apa; pengetahuan mereka sebatas yang pernah mereka dapatkan di sekolah minggu. Minat mereka tidak menuju ke atas; geraknya menuju ke samping di sekitar lantai dasar saja.
Tidaklah mengherankan jika kehidupan mereka, bukannya seperti menara, malah tidak menonjol sama sekali di tengah orang banyak. Kehidupan Kristen yang sejati itu ibarat sebuah menara. Terlihat menyolok di tengah kehidupan orang banyak; tegak berdiri untuk bisa dilihat oleh semua orang. Terangnya memancar kemana-mana.
Dan ketiga, Anda akan melihat bahwa sebuah menara, karena bentuknya yang tinggi, dibangun dengan sangat kokoh. Seringkali, di kebanyakan reruntuhan peninggalan purbakala, yang tetap berdiri tegak adalah menara-menara. Di Yerusalem, saya pernah mengunjungi sebuah menara kuno. Di beberapa bagian bangunan utamanya, banyak tembok yang telah runtuh, akan tetapi bagian menaranya masih berdiri tegak karena sangat kokoh. Jadi, sebagai orang-orang Kristen, kita harus membangun untuk masa yang kekal, kita harus membangun hal-hal yang abadi, bukannya yang fana. Sebagai seorang Kristen, apakah Anda menjalani hidup dengan pandangan ke arah kekekalan atau Anda sekadar membangun untuk kepentingan masa hidup ini saja, dengan hasil yang segera runtuh?
Hitung Apakah Anda Dapat Menyelesaikan Apa yang telah Dimulai
Yesus berkata, “Kamu harus menghitung biayanya.” Mengapa? “Bukan sekadar supaya kamu bisa memulainya, tetapi agar kamu juga bisa menyelesaikannya,” demikian ucapnya. Ada sangat banyak orang Kristen yang telah memulai, tetapi mereka tidak pernah menyelesaikannya. Ada sangat banyak orang yang seperti itu. Bahkan di kalangan mereka yang masuk ke dalam pelayanan, mereka memulai tetapi tidak pernah menyelesaikannya. Mereka bahkan sudah melangkah sampai ke Sekolah Teologia, dan hanya sampai di sana pencapaian mereka. Menjadi seorang Kristen bukan persoalan sekadar bisa memulai, Anda juga harus menyelesaikannya. Itulah arti kehidupan Kristen. Yesus berkata, “Jika kamu memulai tetapi tidak menyelesaikannya, maka orang-orang akan menertawaimu dan berkata, ‘Nah, orang ini telah memulai tetapi tidak bisa menyelesaikannya!’”
Banyak orang Kristen yang semacam ini, dan mereka telah sangat mempermalukan Kristus. Mereka telah memulai; mereka telah membuat pengakuan iman di dalam sebuah KKR – mereka mengacungkan tangan mereka, melangkah maju ke depan dan kemudian, mereka ternyata berpaling dari Kristus. Orang-orang ini telah menimbulkan kerusakan yang parah.
Sama seperti beberapa waktu yang lalu, ketika saya sedang berkhotbah di dalam sebuah kebaktian di London, Ontario, dan di sana ada seseorang yang berkata, “Anda tahu, setelah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, sekarang saya ini tidak lagi seorang Kristen.” Lalu saya berkata, “Tahukah Anda apa yang dimaksudkan sebagai seorang Kristen? Bisakah Anda beritahu saya apa arti menjadi seorang Kristen?” Dia ternyata sama sekali tidak tahu apa arti menjadi seorang Kristen. Tentu saja, dia akan mengaku sebagai seorang Kristen, walau kenyataannya dia tidak tahu apa-apa tentang artinya menjadi seorang Kristen. Orang semacam itulah yang tergolong mereka yang memulai tetapi tidak pernah menyelesaikan.
Seperti apakah kehidupan Kristen Anda itu? Apakah Anda membangun untuk kekekalan?
Perang Rohani tak Terhindar bagi seorang Kristen
Hal lain yang disampaikan oleh Yesus adalah kehidupan Kristen itu ibarat sebuah peperangan. Menjadi seorang Kristen berarti kita terlibat di dalam sebuah peperangan. Bagi yang belum menjadi orang Kristen, biarlah saya memberitahu Anda: menjadi seorang Kristen berarti Anda sedang melibatkan diri di dalam pertempuran rohani, di dalam peperangan rohani.
Banyak orang Kristen, ketika mendengar adanya “pertempuran rohani”, mereka dengan segera berkata, “Hei, aku sudah masuk ke tempat yang salah! Lari!” Lalu, apa pengertian Anda tentang hal menjadi seorang Kristen itu? Bertamasya? Saya pikir banyak orang yang menjadi Kristen memang karena mengira bahwa menjadi seorang Kristen itu seperti ikut tamasya. Sungguh menyenangkan. Anda ikut berangkat dan melihat-lihat kebun buah-buahan, menikmati pemandangan. Oh, ini memang bagus. Menjadi orang Kristen yang seperti itu tidak jadi masalah. Namun ketika Anda katakan kepada mereka, “Ini adalah perang,” ceritanya akan menjadi lain.
Alkitab berulang kali berkata bahwa ketika Anda menjadi seorang Kristen, maka Anda langsung terlibat di dalam peperangan rohani. Jika Anda sampaikan kepada seorang Komunis, “Kalau kamu menjadi seorang Komunis, maka kamu akan terlibat dalam sebuah peperangan,” dia akan berkata, “Saya sudah tahu. Ini memang sudah jelas.” Itulah sebabnya ketika Ketua Mao berkata, “Kita akan melakukan perjalanan sejauh 8,000 mil,” mereka segera bergerak! Namun jika Anda beritahu seorang Kristen bahwa kehidupan Kristen itu berarti peperangan, maka mereka akan berkata, “Aku tidak mau ikut perang, aku ingin ikut perdamaian!”
Saya berharap pada malam ini, Anda bisa benar-benar mengerti bahwa menjadi seorang Kristen itu berarti Anda melibatkan diri di dalam sebuah perjalanan yang sangat panjang – perjalanan sepanjang hidup Anda; suatu long march (perjalanan panjang) yang diawali sejak saat ini sampai kita bertemu secara langsung dengan Yesus. Dan di dalam perjalanan ini, Anda akan diserang silih berganti oleh semua musuh. Anda akan masuk ke dalam berbagai tekanan dan berhadapan dengan serangan musuh dari segala arah di sepanjang perjalanan hidup Anda. Dan janganlah berkata, “Kejadian aneh apakah ini?” Itulah sebabnya mengapa rasul Petrus berkata kepada orang-orang Kristen, “Janganlah mengira bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi atasmu ketika kamu mengalami aniaya dan ujian.”
Setiap orang Kristen Bertanggung jawab Penuh atas Kehidupannya
Perhatikanlah, Yesus berkata, “Seperti seorang raja yang akan berangkat perang.” Dalam pengertian tertentu, kita ini ibarat raja, dalam arti bahwa kita memiliki tanggung jawab penuh atas kehidupan kita. Kita yang akan memutuskan apa yang akan kita kerjakan atas hidup kita. Dalam hal ini, kita menjadi raja atas kehidupan kita. Contoh yang dikutip Yesus dalam pengajarannya selalu sempurna. Dia tidak berkata, “Ibarat seorang prajurit yang akan berangkat berperang,” tetapi dia berkata, “Seperti seorang raja yang akan pergi berperang.” Di dalam pengertian ini, seorang prajurit tidak mengambil keputusan apa-apa untuk masa depannya; komandannyalah yang membuat keputusan. Akan tetapi Yesus berkata, “Kamu harus memutuskan. Kamu bisa memutuskan hari ini, apa yang akan kamu kerjakan dengan kehidupanmu.”
Anda bisa memutuskan apakah Anda akan hidup untuk Yesus; apakah Anda akan mengikut dia dalam long march ini, atau Anda akan memilih untuk mundur. Anda harus memutuskan apakah Anda akan pergi menuju hidup yang kekal, atau Anda sudah senang untuk hidup sekadar beberapa tahun lagi, lalu mati dan dikuburkan, dan menganggap bahwa hanya itu saja titik akhirnya. Tentu saja, bukan itu titik akhirnya karena Anda masih harus memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan nanti. Namun sekarang ini, Andalah yang menetapkan keputusan itu; Anda adalah raja atas kehidupan Anda sendiri. Dan Anda harus memutuskan apakah Anda akan bersedia menanggung biaya ini atau tidak. Anda tidak bisa mengalihkan tanggung jawab atas kehidupan Anda kepada orang lain. Anda akan dituntut pertanggungjawaban ke atas hidup Anda. Anda adalah majikan atas kehidupan Anda sekarang ini. Anda bisa berkata, “Aku akan menyerahkan segenap hidupku kepada Yesus” atau Anda akan berkata, “Aku mau mengerjakan apa yang aku suka walaupun aku akan mengacaukannya.”
Musuh hanya Dapat Dikalahkan dengan Kuasa dari Atas
Perhatikan juga keindahan dari ajaran Yesus. Dia mengibaratkan hal menghintung ongkos itu seperti raja yang akan maju berperang dengan 10,000 tentara untuk melawan musuh yang berkekuatan 20,000 tentara. Perhatikan kekuatan musuh di sini!! Anda memang seorang raja, tetapi Anda sedang berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Pepatah Inggris mengatakan, “There is no head that is so heavy, as a head that wears the crown (Tak ada kepala yang menyamai beratnya kepala yang mengenakan mahkota).” Anda termasuk orang yang bermahkota itu, orang bermahkota yang sedang berhadapan dengan bencana. Perhatikan, Yesus mengatakan bahwa perbandingannya tidak seimbang terhadap Anda. Anda menghadapi musuh yang jauh lebih kuat daripada Anda.
Lalu bagaimana Anda bisa memenangkannya? Anda akan memenangkannya dengan kekuatan Allah, atau tidak pernah menang sama sekali. Dan raja yang kalah perang itu nasibnya jauh lebih buruk daripada seorang budak. Budak yang kalah perang hanya akan berpindah majikan. Namun raja yang kalah perang akan dipenggal kepalanya! Yesus mengibaratkan hidup itu seperti ini: “Anda adalah raja, Anda harus hadapi kehidupan ini, tetapi situasinya tidak menguntungkan buat Anda. Anda sedang menuju kekalahan jika tidak memiliki kuasa dari atas. Jika Anda tidak berada di pihak yang benar, Anda akan kalah.” Demikianlah, pada hari ini, Anda harus menetapkan keputusan apakah Anda akan memenangkan peperangan ini atau tidak. Tak ada tempat netral di sini. Apakah Anda akan menjadi seorang Kristen yang sejati atau tidak?
Namun saat Anda menjadi seorang Kristen, musuh juga tetap akan menyerang Anda. Dunia akan menyerang Anda. Semua musuh akan menentang Anda. Segera setelah Anda berusaha menjadi seorang Kristen, Anda akan tahu bahwa Anda adalah seorang Kristen yang sejati karena semua musuh akan menyerang Anda. Jika Anda bukan orang Kristen yang sejati, maka Anda akan mengalami sangat sedikit pergumulan rohani. Di dalam diri Anda memang terdapat banyak persoalan rohani, tetapi musuh dari luar tidak akan menyerang Anda karena Anda tidak ada nilainya untuk diserang.
Orang yang Anda kasihi bisa menjadi musuh yang paling berat!
“Aku akan membunuhmu!”
Seperti apakah musuh kita? Kita bahkan akan menghadapi serangan dari mereka yang kita kasihi. Di titik inilah, kadang kala, kita harus memilih di antara ayah, ibu, istri, anak-anak atau Yesus. Di titik inilah, jika kita mengikut Yesus, kita sering berhadapan dengan keharusan untuk memilih. Hal yang aneh adalah, sering kali, orang-orang yang paling Anda kasihi akan menjadi lawan yang paling gigih jika Anda mengambil langkah untuk mengikut Kristus.
Baru-baru ini, ada beberapa jemaat kita di Inggris yang datang kepada Kristus. Ada seorang saudara seiman yang ingin dibaptiskan, dia ingin menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Dan kakak laki-lakinya adalah seorang ahli Kung Fu. Ketika mendengar bahwa adiknya ingin menjadi seorang Kristen, dia sangat marah! Lalu dia menelepon pendeta di gereja tempat kami akan mengadakan baptisan. Saat itu saya tidak sedang berada di sana, dan orang ini berkata kepada pendeta, “Kalau adikku dibaptiskan di gerejamu, aku akan menghentikan acara baptisan itu! Aku akan menghajar kamu!”
Ketika saya pulang, pendeta menelepon saya dan berkata, “Kamu harus datang dan melindungiku. Ada orang yang mau datang dan memukuliku di hari Minggu nanti!” Tidak gampang menjadi seorang Kristen!
Lalu saya bertanya, “Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan memanggil polisi?”
Dia menjawab, “Tidak. Aku tidak akan memanggil polisi.” Pendeta yang terkasih ini bersedia menanggung pukulan demi Kristus. Dia tidak ingin ada pihak lain yang ikut campur. Padahal orang itu berkata kepada sang pendeta, “Kalau adikku sampai dibaptiskan, aku beritahu kalian, aku akan membunuhnya!”
Lalu saya tanyakan kepada adiknya, “Kau tahu, kakakmu mengancam untuk membunuhmu dan mengacaukan gereja, apakah kamu masih tetap ingin dibaptis? Kalau kamu berniat mundur, itu bisa dimaklumi.” Namun dia mempunyai komitmen. Dia menjawab, “Tidak. Aku akan terus dengan baptisan jika Anda tidak keberatan.”
Ketika dia mengambil keputusan itu, kami lalu mendoakan kakaknya, dan sungguh ajaib, kakaknya berubah sikap sepenuhnya. Kakak dari saudara itu menelepon saya, dan saya mengira bahwa dia tentu ingin mengancam saya juga. Dia berkata, “Boleh saya bertemu denganmu?” Saya menjawab, “Silakan, silakan datang menemui saya.” Ketika dia datang, sikapnya telah sepenuhnya berubah. Dia berkata, “Maafkan saya telah sangat mengganggu Anda.” Saya berpikir, “Sungguh lucu, orang ini adalah orang yang sudah menelepon dan mendatangi pendeta, dan mengancamnya. Namun sekarang, dia justru menjadi teman baik saya setelah berbincang-bincang beberapa saat.”
“Aku akan menghentikan kiriman uang!”
Kasus lainnya, ada seseorang yang menjadi Kristen, dia seorang mahasiswa bidang fisika. Ketika dia menjadi Kristen, keluarganya berkata, “Kalau kamu menjadi Kristen, kami akan menghentikan kiriman uang.” Keluarganya sangat marah kepadanya. Itu berarti dia tidak akan bisa melanjutkan pendidikannya, karena tak ada lagi kiriman uang dari keluarganya.
Lalu saya bertanya, “Apakah kamu akan melanjutkan dengan baptisan? Sangatlah mahal untuk bisa menjadi Kristen. Kamu bisa kehilangan pendidikan, masa depan dan karirmu. Apakah kamu benar-benar ingin melanjutkan dengan baptisan?”
Saya ingat ketika saya ajukan pertanyaan ini, dia menundukkan kepalanya, dan beberapa saat kemudian, dia menatap saya dan berkata, “Saya akan melanjutkan.” Dia telah menghitung biayanya. Ongkos itu memang tinggi, tetapi dia bersedia meneruskannya. Itulah para prajurit Kristus. Mereka itulah para murid sejati.
Dia memang melanjutkan, keluarganya juga menghentikan kirmiman uang. Dia harus menghentikan kuliahnya. Akan tetapi jemaat bersatu menolongnya, dan kami akhirnya bisa menolongnya. Tentu saja, pada saat itu dia tidak tahu bahwa orang-orang Kristen akan mendukungnya. Karena dia sebelumnya bukan orang Kristen, dia tak tahu bahwa jemaat mengasihi dan mendukungnya. Mereka orang-orang yang menjadi Kristen dengan membayar harga yang sangat mahal! Tak heran jika Allah memakai mereka dengan sangat luar biasa. Allah sangat memberkati mereka.
Iman adalah Komitmen Total yang melibatkan Pengorbanan yang Sangat Mahal
Demikianlah saya sampaikan kepada Anda pengajaran dari Yesus. Apakah Anda bersedia untuk berkomitmen total? Perhatikanlah apa yang Yesus sampaikan kepada kita. Dia berkata, “Kamu harus menempatkan Allah di atas segala-galanya, bahkan di atas pendidikan, kepentingan diri, di atas segala-galanya! Allah harus di tempat pertama. Jika kamu bersedia hidup seperti ini, maka Allah akan memberikan diri-Nya kepadamu di dalam kepenuhan-Nya.” Karena Anda bisa saja berkata, “Jika aku serahkan hidupku dengan cara seperti ini, berserah diri sepenuhnya kepada Dia, lalu apa yang tersisa padaku?” Apa yang tersisa pada Anda? Allah-lah yang tersisa bagi Anda! Allah akan menjadi imbalan bagi Anda. Allah akan menjadi sukacita besar Anda. Allah akan menjadi kekuatan Anda. Saat Anda sudah tidak punya apa-apa lagi, maka Anda memiliki Allah. Bagaimana? Jika Anda menginginkan dunia, maka Anda tidak memiliki Allah. Jika Anda menginginkan Allah, maka Anda tidak memiliki dunia. Apakah yang menjadi pilihan Anda?
Ada begitu banyak orang Kristen yang berkata, “Aku datang kepada Allah dan berdoa, tetapi Allah tidak mendengarkanku. Aku tidak menikmati sukacita di dalam hidupku. Aku tidak memiliki kuasa di dalam kehidupan Kristen seperti yang ada pada orang-orang Kristen sejati itu.” Anda harus memilih: Anda akan menginginkan dunia atau Allah. Pesan dari Yesus kepada kita hari ini sangatlah jelas, “Kalau kamu menginginkan Tuhan, maka kamu harus tinggalkan semua yang lain. Tuhanlah yang akan menjadi hal yang paling berharga bagimu.”
Tidak ada hal yang lebih Berharga dibandingkan dengan Memiliki Tuhan
Apakah hal itu berharga? Saya bersaksi bahwa hal itu sangat berharga. Ketika saya menjadi orang Kristen, pelajaran itulah yang saya dapatkan. Dalam tahun-tahun tersebut, saya telah membuktikan bahwa jika Anda menempatkan Tuhan sebagai yang utama, jika Anda menjadikan Dia di atas segala-galanya, maka Anda akan tahu apa itu sukacita dan kuasa di dalam kehidupan Kristen. Akan tetapi jika Anda tidak bersedia melangkah di jalan ini, janganlah berkata bahwa Anda belum pernah diberitahu tentang bagaimana menjalani kehidupan Kristen di dalam kekayaan, kepenuhan dan berkelimpahan.
Itulah sebabnya mengapa begitu banyak orang Kristen yang hidup di dalam kemiskinan rohani. Sama seperti dokter yang kaya raya yang saya sebut di pesan yang lalu, dia memiliki segalanya, dia juga punya agama, segala-galanya dia miliki, tetapi dia tidak memiliki Allah, dan dia tetaplah sangat miskin. Anda tidak bisa meraih dunia dengan satu tangan, lalu meraih Tuhan dengan tangan yang lain. Tidak akan berhasil.
Demikianlah, kita telah melihat sekarang bahwa iman adalah komitmen total. Namun komitmen total itu melibatkan ongkos yang sangat tinggi. Akan tetapi, tak ada hal yang lebih berharga dari pada Tuhan. Saya sampaikan sekali lagi kepada Anda, jika Anda masih ingin tetap bergantung pada dunia, maka Anda tidak akan mendapatkan keduanya. Jika Anda ingin mendapatkan dunia, maka Anda tidak akan mendapatkan Tuhan. Saudara-saudariku, pahamilah hal ini.
Kita akan melanjutkan di pesan akan datang untuk meneliti seperti apa kehidupan Kristen yang berlimpah dengan kekayaannya itu. Namun, pertama-tama, kita harus menyusun kerangka dasarnya, kebenaran dasarnya; tentang bagaimana menjadi seorang Kristen yang sejati.