new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Seorang santo bertanya kepada murid-muridnya, “Mengapa kita berteriak ketika marah? Mengapa orang-orang berteriak pada satu sama lain ketika mereka marah?”

Murid-muridnya berpikir sebentar, kemudian salah satu dari mereka berkata,  “Karena kita kehilangan kesabaran kita, maka kita berteriak.”

“Tetapi , mengapa harus berteriak kalau orang satunya berada disebelah-mu?” tanya santo itu. “Bukankah mungkin untuk bicara dengan suara yang lembut?  Mengapa kamu harus berteriak pada orang lain ketika kamu marah?”

Murid-muridnya memberikan jawaban yang lain tetapi tidak ada satu pun yang memuaskan santo tersebut.

Akhirnya dia menjelaskan, “Ketika dua sedang saling marah, satu terhadap yang lainnya, hati mereka sangat menjauh. Untuk menjembatani jarak yang jauh itu mereka harus berteriak agar dapat mendengar apa yang dikatakan orang itu. Semakin marah mereka, semakin keras mereka harus berteriak kepada yang lainnya melalui jarak yang jauh tersebut.”

Kemudian santo itu bertanya, “Apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tidak berteriak satu dengan yang lainnya, tapi mereka akan berbicara dengan lembut, mengapa? Karena hati mereka sangat dekat. Jarak diantara mereka sangat dekat…”

Santo itu melanjutkan, “Ketika cinta mereka semakin dalam, apa yang terjadi? Mereka tidak berbicara, hanya berbisik dan mereka menjadi semakin dekat dan semakin dalam kasihnya. Akhirnya mereka bahkan tidak perlu berbisik, mereka hanya saling melihat dan itu sudah cukup. Itulah yang terjadi ketika dua orang saling mencintai.”

Pelajaran: Ketika engkau berdebat jangan membiarkan hatimu menjauh, jangan mengatakan kata-kata yang dapat menjauhkan satu sama yang lain, karena itu akan membuat jarak Anda semakin jauh satu dengan yang lain sehingga Anda tidak menemukan jalan untuk kembali.