Hudson Taylor |
Filsafat hidup Hudson Taylor adalah “Kita harus menggerakkan orang lewat Allah – yaitu dengan doa.” Hudson Taylor adalah pendiri China Inland Mission yang sekarang disebut Overseas Mission Fellowship (OMF). Sewaktu ia masih muda ia mendengar suara dari Surga, “Pergilah ke Cina untuk-Ku.” Sejak awal Taylor sadar bahwa panggilan yang sulit itu akan tergenapi hanya jika Allah yang bekerja lewat doa. Sepanjang hidupnya ia telah dengan baik dan berhasil membuktikan filsafatnya yang berbunyi, “Hanya lewat doa segala hal dapat dilakukan.”
Pada tahun 1851, tidak lama setelah menerima panggilan Tuhan, Taylor tahu ia harus mulai menyiapkan dirinya jika ia mau menjadi seorang misionaris ke Cina. Keluarganya tergolong kelas menengah dan ia tinggal bersama orang tua dan kedua adiknya di rumah yang cantik di kawasan perumahan yang bagus. Sebagai latihan sebelum ia mulai bekerja di ladang Tuhan, ia pindah ke daerah kumuh dan tinggal di antara orang-orang miskin. Ia mendapatkan pekerjaan di suatu klinik praktek yaitu sebagai seorang asisten dokter. Tujuan Taylor memisahkan diri dari kenyamanan hidup yang dijalani sebelumnya adalah agar ia dapat membiasakan diri dengan kesendirian dan bahaya yang muncul dari hidup di suatu tempat asing di mana hanya Tuhan yang akan menemaninya. Ia memilih pekerjaan sebagai asisten dokter karena ia tahu pengetahuan medis akan sangat membantunya di Cina nanti. Usianya baru 19 tahun pada waktu itu.
Melihat pada integritas rohani Taylor sejak awal perjalanannya dengan Tuhan, tidaklah mengherankan bahwa Tuhan dapat memakainya dengan begitu luar biasa. Pada malam hari setelah tugasnya selesai, Taylor seringkali meluangkan waktu untuk bersaksi dan berdoa bagi tetangganya. Suatu malam, ia diminta untuk mendoakan seorang wanita yang sedang sakit. Suasana rumah wanita itu sangatlah murung, karena bukan saja ibu itu sakit tetapi anak-anaknya juga sedang dalam keadaan kelaparan. Waktu Taylor berdoa, sulit sekali baginya untuk mengucapkan kata-kata penghiburan karena terjadi pergumulan yang berat di dalam hatinya. Di dalam kantongnya ia memiliki sekeping koin perak yang dapat menjawab doa dan penderitaan keluarga miskin itu. “Munafik!” suara hatinya mengutuk dia. “Berbicara tentang Bapa Surgawi yang baik dan pengasih – tetapi saya sendiri tidak siap untuk mempercayai-Nya – untuk memberikan segala sesuatu yang saya miliki dan hidup tanpa uang sepeser pun!” Selesai berdoa, Taylor mengikuti suara hatinya dan memberikan uang koin satu-satunya kepada keluarga tersebut. Sepulang ke kamarnya ia menikmati hidangannya yang terakhir – semangkok bubur yang sudah dingin. Dengan memberikan uangnya kepada keluarga miskin itu, ia menjadi sama miskinnya dengan mereka. Walaupun ia tidak tahu apa yang harus dimakannya besok, ia teringat akan satu ayat di Kitab Suci yang berkata, “Dia yang memberi kepada orang miskin, memberi kepada Tuhan.”
Keesokan harinya tanpa diduga ia menerima kiriman paket. Di dalamnya terkandung sekeping uang emas – nilainya 4 kali lebih besar dari uang perak yang diberikannya di malam sebelumnya. Taylor langsung berseru, “Itu bunga yang tinggi sekali! Ha! Ha! Saya berinvestasi di bank Tuhan selama dua belas jam dan ia mengembalikan ini! Itulah namanya bank!”
Di ‘sekolah Tuhan’ di daerah kumuh itu, Taylor belajar bahwa ia dapat percaya dan taat sepenuhnya kepada Tuhan dalam setiap sisi kehidupannya. Memang masih terlalu banyak yang harus dipelajarinya, tetapi pelajaran awal yang didapatnya adalah bahwa janji dan ucapan Tuhan dapat diandalkan. Pengalamannya di waktu itu mengajarkan kepadanya bahwa tidak ada yang lebih mendatangkan sukacita dibandingkan dengan doa dan jawaban terhadap doa. Ia telah belajar bagaimana untuk menggerakkan orang lewat doa. Ia tidak pernah meminta dari manusia untuk hal-hal materil. Semua kebutuhannya ia bentangkan di hadapan Tuhan.
Waktu Taylor mulai bekerja sebagai asisten dokter, dokter yang dengannya ia bekerja pernah berkata, “Taylor, ingatkan saya ya, kapan saya harus membayar upahmu. Karena sering terlalu sibuk dengan pekerjaan, saya pasti akan lupa.” Dan dokter itu benar-benar lupa. Tetapi Taylor tahu bahwa di Cina nanti, ia tidak akan dapat meminta pada siapa pun, melainkan hanya kepada Tuhan. Jadi ia memutuskan untuk hanya meminta kepada Tuhan dan menyerahkan hal mengingatkan sang dokter ini pun kepada Tuhan.
Tiga minggu setelah itu sang dokter tiba-tiba teringat ia belum membayar gaji mingguan Taylor, tetapi pada malam itu ia kebetulan tidak punya uang karena semuanya sudah disetorkan ke bank. Taylor waktu itu telah sama sekali tidak memiliki uang dan ia harus membayar uang sewa kamarnya. Dan ia juga tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Sepanjang hari itu sebetulnya ia sudah berdoa sambil bekerja agar sang dokter itu akan ingat. Sesuai doanya, sang dokter itu memang ingat tetapi ingat pada saat ia kehabisan uang! Pada malam itu Taylor bekerja sampai jam 10 malam, walaupun letih tetapi ia merasa lega karena setidaknya ia tidak perlu pulang lebih awal dan menghadapi tuan rumahnya yang pasti akan menagih uang sewa kepadanya. Waktu ia sedang berkemas untuk pulang, sang dokter tiba-tiba masuk ke ruangannya dan berkata, “Aneh sekali, pasien saya baru saja datang dan membayar tagihannya! Ia salah satu pasien saya yang paling kaya dan ia bisa saja membayar lewat cek kapan-kapan saja tetapi ia datang membayar dengan uang kontan jam 10 di malam minggu!” Lalu ia menambahkan, “Oh ya, Taylor, sebaiknya kamu ambil saja uang ini. Saya tidak punya uang receh, tapi gajimu yang selebihnya akan saya bayar minggu depan… Selamat malam!”
Doanya terjawab! Ia bukan saja punya uang untuk membayar sewa kamar tetapi juga uang makan untuk minggu yang akan datang. Ia telah membuktikan sekali lagi dalam kehidupan sehari-harinya bahwa Tuhan menjawab doa dan menggerakkan orang. Ia telah siap untuk pergi ke Cina!
Catatan: Hudson Taylor merupakan misionaris yang paling besar dipakai Tuhan di dalam sejarah penginjilan di Cina. Selama 51 tahun pelayanannya, China Inland Mission yang didirikanya membangun 20 pos misi, mengirim 849 misionaris, melatih 700 pekerja pribumi dan mengumpulkan dana sebanyak empat juta dolar dengan iman (mengikuti contoh George Mueller), dan mengembangkan gereja Cina dengan jemaat 125,000 orang. Diperkirakan setidaknya 35,000 jiwa merupakan hasil langsung pelayanannya dan ia membaptiskan sekitar 50,000 orang. Taylor memiliki karunia luar biasa untuk menginspirasi orang-orang Kristen untuk memberikan diri dan kekayaan mereka bagi Kristus.