new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

George Barna |

Proses mengizinkan Allah mengubah Anda menjadi orang yang Dia rencanakan merupakan suatu tantangan seumur hidup. Seringkali, kita mengira bahwa kita telah menangani persoalan dosa hanya dengan mengucapkan beberapa kalimat mengundang Yesus sebagai Juruselamat kita, dan setelah membuat keputusan itu kita melanjutkan untuk menghadapi tantangan lain di dalam hidup kita. Kita merasa dihiburkan karena menyakini bahwa tempat kita di surga sudah aman dan kita tidak perlu lagi mengkhawatirkan tentang ancaman Iblis atas kehidupan kekal kita.

Sayangnya, kelihatannya adalah banyak kesalahpahaman dan urusan yang belum selesai dalam hubungannya dengan keselamatan kita. Riset yang saya lakukan menyarankan bahwa jutaan orang mengucapkan “doa menerima Tuhan” yang mereka anggap sudah mengamankan keselamatan kekal mereka. Riset itu juga meneguhkan bahwa sebagian besar dari orang-orang ini tidak pernah mengembangkan suatu “hubungan” yang nyata dengan Kristus. Mereka belum mematahkan hubungan dengan dosa, dan tidak sesungguhnya hidup untuk tujuan-tujuan Allah. Jutaan orang yang mengucapkan doa keselamatan itu telah gagal untuk memenuhi syarat utama penawaran keselamatan itu: bahwa Anda harus menghancurkan dosa, keakuan dan hubungan dengan dunia agar Anda sesungguhnya dimerdekakan untuk menjadi pengikut Kristus.

Kebanyakan orang Kristen mengira bahwa Anda dapat diselamatkan tanpa mengalami keremukan (brokeness) itu.

Sayangnya, mereka keliru. Tidak ada keselamatan tanpa keremukan.

Alkitab sangat jelas tentant pentingnya keremukan ini. Pertimbangkan bukti-buktinya:

  • Raja Daud menjalani hidup yang penuh persoalan. Di antara dosanya adalah berahi, terlibat dalam pezinahan dan pembunuhan. Untuk mendapatkan perhatian Daud dan mengajarkan tentang keseriusan apa yang telah dia dilakukan secara sadar, Allah mengizinkan pernikahan Daud hancur, bayinya meninggal, dan anak-anaknya memberontak terhadap dia. Daud adalah orang yang mengejar hati Allah tapi Allah harus meremukkan dia. (2 Sam 11-15)
  • Rasul Paulus adalah seorang sarjana yang brillian dan sangat terampil dan fasih berdebat. Tapi dia membenci orang Kristen dan juga adalah orang yang sombong.  Allah cukup mengasihi Paulus dan memprosesnya lewat kebutaan, pemukulan, pemenjaraan, keraguan akan kerasulannya dan juga pengaiban di tempat umum. (Kis 9, 2 Ko 6, 12)
  • Jonah seorang nabi yang enggan dan tidak taat. Dia mendengar tapi menolak panggilan Allah, lebih memilih untuk musuh-musuhnya menerima penghakiman Allah yang keras. Keegoisan dan kurangnya belas kasihan Jonah terhadap para pendosa yang lain mengakibatkan hidupnya ditandai oleh kekacauan emosional, bahaya fisik, dan juga penolakan orang banyak. (Jonah 1-3)
  • Musa adalah seorang anak yatim piatu yang terpelajar, dibesarkan dalam lingkungan yang mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin. Tetapi setelah memisahkan diri dari lingkungan Mesirnya, dia kembali memimpin umat Yahweh. Sayangnya, di dalam suatu peristiwa yang khusus, dia tidak taat pada Allah dan memukul batu dengan kayu, dan mengklaim mukjizat mengeluarkan air dari batu yang dilakukan Allah sebagai dari dirinya. Tindakan membangkang ini mengungkapkn keangkuhan dan amarah yang terpendam di dalam hati Musa. Allah meresponi dengan mengizinkan pemimpin Israel ini menyelesaikan pekerjaan memimpin jemaat sampai ke perbatasan Tanah Perjanjian tapi melarang Musa dari memasuiknya (Bilangan 20).

Perhatikan bahwa di dalam setiap kasus, respons dari Allah itu lebih dari suatu hukuman yang sederhana. Hukuman itu bertujuan untuk meremukkan hati orang yang telah berbuat dosa dan membuatnya memperbarui hubungannya dengan Allah.

Secara pribadi, reaksi Allah pada Musalah yang pada akhirnya membuat saya sadar tentang apa yang sedang terjadi. Selama bertahun-tahun saya merasakan Musa menerima perlakuan yang tidak adil. Iya, dia memang memukul batu itu dengan kayu karena dia sudah kelelahan mendengarkan orang Israel itu bersungut-sungut terus selama puluhan tahun. Tapi bagi saya perlanggaran Musa itu tidak setimpal dengan hukuman yang dijatuhkan yakni tidak mengizinkannya masuk ke tanah perjanjian, seorang pemimpin yang rajin yang harus menanggung keluhan dan keraguan orang Israel selama bertahun-tahun dan yang telah dengan setia melangkah berdasarkan imannya yang murni. Apa yang membuat Allah bertindak begitu keras terhadap kesalahan yang kecil ini? Menurut pemikiran manusiawi saya, hukuman itu tidak setimpal dengan kesalahannya; kelihatannya hukuman itu terlalu berat untuk perlanggarannya. Dari perspektif saya yang angkuh dan egois, hukuman itu terang-terangan tidak adil.

Tapi hukuman itu diperlukan sebagai suatu sarana menuju suatu pengakhiran yang mulia. Respon dari Allah itu menusuk langsung ke dalam roh Musa dan memampukannya menerima suatu anugerah yang luar biasa: keremukan. Lewat keremukan ini, Musa dapat mengenal Allah dengan lebih tulus, lebih dalam dan sepenuhnya. Dia dapat berjalan dengan lebih dekat padaNya dan melayaniNya dengan lebih tepat. Musa berubah dari kepemimpinan yang berpusat pada diri sendiri kepada pelayanan yang berpusat pada Allah. Dan dia dapat menerima kehilangan imbalan duniawi yang besar dan menukarnya dengan imbalan kekal yang tak ternilai harganya.

Oh, dan jangan pernah lupa bahwa Yesus juga diremukkan. Dia harus mengalami penghancuran, bukan karena apa yang dia lakukan, tapi karena dosa kita. Bahkan anak Allah yang kudus tidak dikecualikan dari sakit dan penderitaan yang dialaminya karena terpisah dari Allah dikarenakan oleh perlanggaran kita.

Fakta bahwa juruselamat kita yang kudus dan benar diremukkan adalah suatu tanda unggul bagi kita, para pendosa, tentang betapa pentingnya bagi kita untuk meninggalkan apa saja yang menghadang kita dari bergantung sepenuhnya pada Allah untuk menjalani hidup yang benar.

Hampir setiap pahlwan biblika yang besar diremukkan oleh Allah melalui serangkaian krisis kehidupan atau keadaan yang keras yang dirancang untuk tujuan itu. Tidak ada caranya untuk melangkahi realitas ini: bahkan yang terbaik dari kita juga perlu sepenuhnya diremukkan, untuk benar-benar untuk memisahkan kita dari dosa, keakuan dan masyarakat yang hidup dalam dosa.

Jika Anda meneliti individu yang terlibat dalam semua contoh di atas, Anda akan melihat bahwa Allah tidak memaksa kita untuk menerima keremukan. Dia selalu mengizinkan kita untuk memilih. Tapi jika Anda bijaksana, Anda akan menemukan bahwa entah Anda mengizinkan Allah memakai situasi untuk menyadarkan Anda dan meremukkan Anda, atau Anda bisa terus melawanNya dan menderita.

Banyak yang tidak menyadari bahwa keremukan itu sebenarnya adalah suatu karunia dari Allah yang menunjukkan kasihNya yang ajaib dan tak berkesudahan. Kita seringkali melihat situasi yang dirancang oleh Tuhan untuk memimpin kita dari suatu hubungan dangkal ke dalam suatu hubuan yang intim dan intens denganNya sebagai sesuatu yang membahayakan kesejahteraan kita. Pada kenyataannya, hal-hal itu merupakan cara dan sarana Allah untuk menuntun kita untuk bersujud di depanNya, bertobat sepenuhnya agar bisa melihat kebenaran tentang siapa kita, siapa Dia, bagaimana kita menangani Dia dan betapa belas asihnya Dia.

Di dalam kekeliruan kita karena pengaruh budaya duniawi yang mementingkan kenyamanan hidup, kita gagal melihat tujuan Allah tapi malah memfokuskan perhatian pada rasa sakit, penderitaan, kesulitan, penganiayaan, pengorbanan dan kehilangan yang didatangkan Tuhan dalam hidup kita. Kita secara keliru membuat asumsi bahwa karena kita mempercayai hal-hal yang menyenangkan tentang Allah dan menginvestasikan sedikit sumber daya untuk pengembangan iman kita, respons yang tepat dari Allah adalah peneguhan, penghiburan, kesenangan, imbalan dan kegembiraan.

Namun, hal itu terjadi hanya karena kita tidak memahami natur Allah ataupun indahnya keremukan.

Jika Anda serius tentang menghormati dan mengasihi Allah, mau melenyapkan rasa tidak puas dan kekurangan secara spiritual yang menggegoroti kehidupan batiniah Anda, dan mau menjalani hidup Anda sepenuhnya, maka Anda tidak ada pilihan melainkan merangkul keremukan dan mempercayai Allah untuk membawa Anda melewatinya!