new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Charles Swindoll |

Terdapat dua saudara yang jahat. Mereka sangat kaya dan menggunakan uang mereka untuk menutupi kejahatan mereka dari orang banyak.

Mereka menghadiri gereja yang sama dan menampilkan bahwa mereka orang Kristen yang baik-baik. Lalu, pendeta lama mereka pensiun dan seorang pendeta baru mengambil alih gereja itu. Pendeta baru ini bukan saja dapat melihat karakter sebenar kedua saudara itu tetapi beliau juga merupakan seorang pembicara yang baik dan jujur. Di bawah pelayanannya jemaat semakin bertambah dan penggalangan dana diadakan untuk membangun gedung yang baru.

Tiba-tiba salah seorang dari dua saudara itu meninggal dunia. Satu hari sebelum upacara pemakaman, saudaranya yang satu lagi mencari pendeta baru itu dan menyerahkan selembar cek dengan jumlah uang yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan gedung baru, “Aku hanya mempunyai satu syarat”, katanya. “Di upacara pemakaman esok, engkau harus berkata bahwa saudaraku itu adalah seorang yang kudus (santo).”

Pendeta itu setuju dan mencairkan cek itu di bank. Pada keesokan harinya, pendeta itu sesuai dengan karakternya, berbicara jujur dan terus terang tentang saudara yang sudah meninggal itu, “Dia adalah seorang yang jahat,” katanya. “Ia tidak setia kepada istrinya dan melecehkan keluarganya.” Setelah panjang lebar mendaftarkan kejahatannya, ia menyimpulkan, “Tetapi dibandingkan dengan saudaranya yang satu lagi, ia dapat dikatakan sebagai seorang yang kudus.”