Pastor Eric Chang | Matius 11:28 |

Hari ini, saya ingin melanjutkan dengan membahas sedikit lebih jauh lagi beberapa poin penting yang belum kita singgung sehubungan dengan Matius 11:28,

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Hari ini saya akan memusatkan perhatian pada makna penting dari kata ‘memberi’ ini.

Perlu saya katakan dari awal bahwa karakteristik Allah yang dicerminkan dengan sempurna oleh Yesus adalah sifat Allah yang memberi. Ini adalah karena pada hakekatnya Allah adalah kasih. Kasih tidak dapat dipisahkan dari pemberian.  Saat Anda dalam kesulitan, ke mana Anda akan minta pertolongan? Anda akan pergi kepada orang yang mengasihi Anda. Mengapa Anda pergi kepada orang itu? Karena Anda tahu bahwa dia mengasihi Anda, entah orang itu adalah ibu atau ayah Anda, atau siapa pun dia, dia akan memberi apa yang Anda butuhkan.

Yesus berkata di Yohanes 8:12, “Akulah terang dunia.” Dia Matius 5:14 dia berkata, “Kamu juga adalah terang dunia.” Apakah Anda memperhatikan apa yang dikerjakan oleh cahaya? Cahaya bergerak ke luar. Ia memberi dirinya di sepanjang waktu. Di sini Yesus memilih gambaran dari sesuatu hal yang selalu memberi diri. Jika cahaya itu berhenti memberi, maka tidak ada lagi cahaya. Cahaya adalah sesuatu yang memancar, yang bergerak keluar dari sumbernya. Ini berarti bahwa Yesus, sebagai Terang dunia akan selalu memberi: memberi dirinya, atau terangnya. Dan itu juga berarti bahwa saat kita menjadi muridnya, maka kita akan menjadi seperti dia, sama seperti dia adalah seperti Bapa kita di surga. Kita akan menjadi terang yang terpancar dari dalam diri kita. Apakah Gereja sekarang ini berfungsi sebagai terang? Kita melihat bahwa Gereja tidak berfungsi sebagai terang.  Apakah alasannya? Karena Gereja telah menjadi organisasi yang setiap saat mengambil saja, bukannya Gereja yang setiap saat memberi.


‘Lubang Hitam’ yang menyerap segala sesuatu di sekitarnya

Anda tahu, ada dua jenis benda penting di luar angkasa. Yang satu adalah bintang-bintang; mereka memancarkan sinarnya di sepanjang waktu. Bintang-bintang itu banyak yang lebih besar daripada matahari di dalam tata surya kita. Ada yang puluhan ribu kali lebih besar daripada matahari, tetapi mereka terlihat kecil karena jaraknya sangat jauh. Dan Anda bisa baca dari koran dan majalah bahwa para ahli astronomi telah menemukan benda lain yang disebut sebagai ‘black hole (lubang hitam)’ di alam semesta ini.

Apakah lubang hitam itu? Lubang hitam itu dulunya adalah bintang-bintang berukuran raksasa. Beberapa dari antara mereka mungkin berukuran ribuan kali lebih besar daripada matahari yang kita miliki di dalam tata surya kita ini. Kemudian secara perlahan-lahan, api di dalam bintang tersebut mulai padam, bintang itu mulai menyusut, dan ketika apinya benar-benar padam, tekanan di bagian permukaannya menjadi terlalu berat untuk ditopang. Karena bagian dalamnya mulai menyusut maka tekanan yang semakin besar dari bagian permukaan membuatnya ambuk ke dalam.

Sekarang pikirkanlah jika sebuah bintang berukuran ribuan kali lebih besar daripada matahari ambruk secara tiba-tiba, semua unsurnya jatuh ke titik pusat. Dan berdasarkan ilmu fisika dasar, kecepatan akan meningkat sesuai dengan perbandingan peningkatan dari jaraknya. Saat bintang itu mulai tersedut ke dalam, gravitasinya meningkat karena keruntuhan bagian permukaannya itu bergerak mengarah ke dalam, dan keruntuhan itu akan berlangsung dengan kadar kecepatan yang semakin meningkat. Hasilnya adalah bintang itu akan menghisap segala sesuatu di sekitarnya. Malahan, daya hisapnya sedemikian kuat sehingga ia bahkan mampu menarik dan membengkokkan partikel cahaya, dan reruntuhan bintang itu menjadi benda yang luar biasa kepadatannya, dengan gaya gravitasi yang tak terkirakan besarnya yang mampu menarik segala sesuatu ke dalamnya. Bintang yang tadinya memancarkan sinar ribuan kali lebih terang daripada sinar matahari, sekarang berubah menarik segala sesuatu ke dalam dirinya, bahkan ia juga menarik cahaya ke dalamnya, semua partikel ditariknya ke dalam. Dan segala sesuatu yang masuk ke dalamnya akan lenyap ditelan oleh apa yang oleh para ahli sebutkan sebagai lubang hitam (black hole). Ia disebut sebagai lubang hitam karena ia bukan sekadar tidak memancarkan cahaya, tapi ia justru menghisap segala sesuatu ke dalamnya.


Apakah Anda ini termasuk bintang atau lubang hitam?

Saat saya membaca uraian tersebut, hal ini mengingatkan saya pada dua macam orang Kristen. Jenis yang satu adalah yang memancarkan kehangatan serta terang dan hidup kepada orang lain, seperti matahari, di mana kita tidak bisa hidup tanpa sinarnya. Kita akan segera mati tanpa adanya sinar matahari. Bukan saja kita akan mati kedinginan tapi tidak ada satu makhluk pun yang bisa bertahan hidup tanpa sinar matahari.

Namun jenis yang lainnya, yang juga menyebut dirinya sebagai ‘orang Kristen’, tapi karena api dari Allah sudah padam di dalam dirinya –  mereka mengalami keruntuhan yang mengarah ke dalam seperti lubang hitam dan menghisap segala sesuatu ke dalam dirinya. Mereka bahkan sama seperti orang non-Kristen. Saat Allah menciptakan Adam, Adam memiliki kemuliaan Allah di dalam gambar dan rupa Allah. Namun ketika dia berdosa, terang itu hilang. Dan jika Anda mengamati dunia ini, yang akan Anda lihat adalah orang-orang berdosa yang sama seperti lubang hitam yang menghisap segala sesuatu ke dalam dirinya. Setiap orang berdosa adalah lubang hitam, entah dia memakai label sebagai orang Krsiten atau pun tidak. Jadi, ada dua macam orang di  dunia ini: jenis lubang hitam dan jenis bintang. Sungguh indah melihat bahwa di bagian akhir dari kitab Daniel disebutkan tentang pengikut Allah yang sejati digambarkan sebagai bintang-bintang. Mereka semua bersinar terang seperti bintang-bintang selama-lamanya. Hari ini, yang menjadi persoalan adalah apakah Anda termasuk jenis lubang hitam atau jenis bintang?


Tanda dari seorang Kristen sejati adalah memberi

Gereja seharusnya menjadi jemaat yang secara kolektif bersinar sebagai terang bagi dunia. Namun untuk bisa bersinar, Anda harus bisa memberi, dan bersedia untuk selalu memberi, jadi pengertian seorang Kristen sejati adalah orang yang selalu memberi. Saya bersyukur kepada Allah karena banyak dari antara Anda yang sedang menjadi murid yang sejati, membawa tanda murid yang sejati ini dengan belajar untuk memberi setiap saat.

Saya lihat sekarang ini banyak yang mulai dengan belajar memberi uang. Sebagai contoh, beberapa minggu yang lalu, seseorang memberi beberapa ribu dolar untuk Dana Pelatihan. Hari Minggu yang lalu, kembali lagi, ada orang yang memberi $2000, secara anonim, seribu untuk Dana Pelatihan dan seribu lagi untuk gereja. Saya bertanya-tanya, apakah ini merupakan total tabungan dari seseorang. Saya tidak tahu apakah ada orang kaya di antara kita, atau, kalau pun ada, mungkin jumlahnya hanya sedikit orang. Tidak ada pimpinan perusahaan yang besar di sini. Bagi mereka, mungkin uang sebesar $2000 tidak ada artinya, akan tetapi bagi kebanyakan dari antara kita, nilai $2000 sangatlah besar. Dan banyak orang yang bahkan tidak memiliki uang sebanyak ini yang ternyata telah memberi uang sejumlah ratusan dolar juga. Kami bersyukur kepada Allah untuk hal ini, karena kita tahu bahwa nilai ini sangatlah besar bagi si penyumbang. Dan kebanyakan dari Anda memberikan uang tersebut karena kasih Anda kepada Tuhan. Kita semua sedang belajar memberi.

Mereka yang masuk dalam pelatihan telah memberikan segala-galanya. Mereka bukan saja telah mempersembahkan semua tabungan mereka kepada Tuhan, tetapi juga segenap waktu dan hidup mereka. Mereka telah belajar apa artinya mengikuti jejak langkah Kristus dalam memberikan segala-galanya. Dengan demikian, kita mulai belajar untuk bisa bersinar. Kita perlu melangkah lebih dari sekadar memberikan uang, menuju ke arah memberikan tenaga, waktu, kasih dan perhatian kita terhadap setiap orang. Sering saya khawatir kalau-kalau uang dianggap sebagai pengganti bagi pemberian diri. Kita cukup memberikan uang kita sehingga kita tidak usah lagi memberi diri kita. Jika pemberian uang itu dipandang sebagai langkah awal dalam memberi diri kita ini, maka saya bersyukur kepada Allah akan hal itu. Dan dari titik itu, kita belajar untuk benar-benar peduli satu dengan yang lain sampai diri kita ini benar-benar tahu apa artinya memberi segenap waktu yang kita miliki dan tak pernah letih dalam memberi. Karena jika kita sampai letih dalam memberi, maka terang kita itu akan memudar. Kita akan mulai menjadi egois.

Saya perlu menyatakan hal ini, terutama kepada diri saya sendiri. Kadang kala, saya merasa begitu lelah dan kehabisan energi, sampai-sampai kepala saya terasa seperti dihantam oleh palu. Dan kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah saya bisa bertahan sampai akhir tahun. Sering kali, bahkan seperti yang terjadi di pagi ini, paru-paru saya terasa sangat berat, saya merasa seperti ada beban yang sangat berat di dada saya. Lalu saya membatin, “Apa yang sedang kamu kerjakan? Apakah kamu sedang membunuh dirimu sendiri? Apakah kamu mau mati sebelum Tuhan datang?” Namun jika saya mulai berpikir, “Tidak, aku harus menyelamatkan nyawaku. Ini sudah cukup,” maka itu berarti saya sudah mulai menyerap dan bukannya memberi, dan terang saya akan meredup. Seperti pepatah yang mengatakan, “Lebih baik habis terbakar daripada habis dimakan karat,” setidaknya Anda bisa bersinar sampai titik penghabisan.

Demikianlah, tanda dari seorang murid yang sejati adalah memberi. Jika Anda ingin tahu bagaimana Gereja bisa berfungsi sebagai terang dunia, adalah dengan cara memberi. Itu sebabnya mengapa Gereja di zaman awal bersinar sebagai terang dunia di tengah-tengah kegelapan. Kemanapun mereka pergi, mereka memberi, entah kepada orang miskin atau orang yang memerlukan pertolongan, atau memberikan penghiburan. Mereka selalu memberi, dan mereka bersinar sebagai terang di dalam kekaisaran Romawi. Saya beritahu Anda sesuatu: jika Anda adalah seorang Krsiten yang sejati, maka Anda pasti selalu punya sesuatu untuk diberikan. Jika Anda bukan seorang Kristen, maka Anda tidak punya apa-apa untuk diberikan. Yesus berkata di dalam Yohanes 7:38-39 bahwa

Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.

Saya sudah menyampaikan khotbah tentang hal itu di mana saya berkata bahwa jika Anda adalah seorang Kristen yang sejati, maka Anda pasti punya sesuatu untuk diberikan. Aliran-aliran air hidup akan mengalir melalui Anda. Akan tetapi, jika Anda tidak memberikan sesuatu apa pun, maka lebih besar kemungkinannya bahwa Anda ini adalah lubang hitam ketimbang sebuah bintang.

Apakah Anda tidak bisa memberi dorongan semangat kepada orang lain? Apakah mungkin Anda bahkan tidak punya senyum untuk diberikan kepada orang lain? Tidak bisakah Anda memberi dorongan semangat ataupun senyuman kepada orang lain jika Anda tidak punya uang untuk diberikan? Selalu ada sesuatu yang bisa diberikan jika Anda mau memberi. Anda tidak perlu menunggu sampai Anda memiliki sumber mata air untuk bisa memberi. Anda bahkan bisa memulai dengan secangkir air sejuk. Yang menjadi persoalan di sini adalah masalah sikap hati. Orang yang bersedia memberi secangkir air akan segera mendapati bahwa Tuhan akan memberinya seember air untuk dibagikan. Dan jika Anda bagikan seember air dari Tuhan itu, Anda akan mendapati bahwa Tuhan akan memberi Anda sekolam penuh air untuk dibagikan. Dan jika Anda berikan juga yang itu, maka Anda akan mendapati bahwa Dia akan memberi Anda sumber mata air untuk dibagikan. Selanjutnya, Anda akan tahu apa artinya menjadi aliran air hidup. Sangatlah indah bagi Anda untuk pergi ke kampus, kantor atau ke rumah sakit tempat Anda bekerja, di mana pun itu, dan mulai memberi di sana, memberi terang, pancaran kehangatan, kemanisan, dan keharuman Kristus. Apakah Anda tidak punya sesuatu untuk diberikan? Orang Kristen macam apakah Anda? Jadi, saya mohon Anda mengingat ajaran yang alkitabiah bahwa tanda seorang Kristen yang sejati adalah memberi, bukannya selalu menerima.


“Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”

Demikianlah, rasul Paulus mengutip kata-kata dari Yesus di Kisah 20:35 – 

“Dan harus mengingat perkataan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

Di bagian manakah Yesus pernah mengucapkan kata-kata seperti itu? Di bagian mana Yesus pernah secara khusus mengatakan bahwa memberi itu lebih berbahagia daripada menerima? Kita tidak menemukan pernyataan semacam itu di dalam Injil. Lalu kita berkata, “Paulus, dari mana Anda mendapatkan pernyataan semacam itu?’ Sudah lazim kita temukan pernyataan-pernyataan di dalam Kitab Suci yang berbentuk kutipan dari bagian lain dengan kalimat: “Seperti yang dikatakan oleh nabi itu”, namun Anda tidak mendapati bahwa nabi yang bersangkutan pernah berkata seperti itu.

Kita salah jika kita berpikir bahwa pernyataan ini pastilah merupakan suatu kutipan langsung dari bagian lain dalam Alkitab. Sebenarnya Paulus sedang berkata, “Inilah inti dari apa yang diajarkan oleh Yesus.” Pernyataan itu bukanlah suatu kutipan langsung melainkan suatu ungkapan tentang keseluruhan jiwa dari ajaran Yesus. Seperti suatu rangkuman dari apa yang telah Anda dengar dari orang lain. Orang itu telah menyampaikan banyak yang yang luar biasa, tetapi Anda merangkumnya ke dalam satu kalimat dan berkata, “Dia berkata begini.” Kutipan Anda bukanlah suatu kutipan langsung melainkan suatu rangkuman dari semua yang telah disampaikan dari orang itu. Sekarang Anda bisa lihat betapa mantapnya pemahaman rohani dari Paulus. Dengan jelas dia bisa melihat bahwa apa yang Yesus ajarkan tentang hal menjadi seorang Kristen itu bisa dinyatakan dengan sempurna lewat kata-kata tersebut.

Bagi Anda yang cenderung berpola pikir akademis, mungkin Anda akan berkata, “Yah, mungkin ini adalah pernyataan yang dikutip dari Agrafa, yaitu ucapan Yesus yang tidak tercatat di dalam Injil.” Namun, sejauh yang kami ketahui, tidak ada Agrapha yang menyebutkan tentang hal ini. Ucapan Paulus ini lebih mengungkapkan tentang segenap jiwa dari ajaran Yesus mengenai apa itu seorang murid yang sejati.

Jika kita telusuri pengajaran Yesus, Anda akan mendapati hal-hal semacam itu, sebagaimana yang bisa kita lihat di Matius 10:38-39 misalnya, di mana dia berkata, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Apakah artinya kehilangan nyawa Anda itu? Anda hanya bisa kehilangan nyawa Anda itu dengan cara memberikannya. Tak seorang pun yang bisa mengambilnya dari Anda. Andalah yang memberikannya. Andalah yang memilih untuk kehilangan nyawa Anda, yaitu memilih untuk memberikan nyawa Anda. Dan di saat Anda melakukan hal itu, berarti Anda menjadi seorang murid. Dan di saat Anda menjadi seorang murid, Anda akan tahu apa artinya menerima terang dari Tuhan.


Yang mencuri harus bekerja untuk dapat memberi

Pokok ini ada terus di dalam ajaran Yesus dan juga di dalam ajaran para rasul. Misalnya di Efesus 4:28. Paulus mengungkapkan hal ini dengan sangat sempurna tentang perubahan yang terjadi di saat orang yang tidak percaya menjadi Kristen. Dia berkata,

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi…”

Ini adalah bagian di mana kebanyakan dari kita akan mengatakan, “OK, kalau kamu menjadi Kristen, berhentilah mencuri.” Akan tetapi Paulus tidak berhenti sampai di sana. Dia berkata,

Tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, (Untuk apa?) Supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Bukankah ini luar biasa? Bekerja supaya Anda bisa memberi. Dia tidak sekadar berkata, “Bekerjalah.” Tetapi dia berkata, “Bekerjalah supaya kamu bisa memberi.” Tujuan utama dari bekerja adalah untuk memberi. Sekarang Anda bisa lihat perbedaan antara ajaran Paulus dengan ajaran yang sudah sering kita dengarkan. Kita berhenti di titik yang paling rendah. Kita berkata, “Pencuri tidak boleh mencuri lagi. Itu saja. Jadi, saat Anda menjadi seorang Kristen, Anda berhenti mencuri.” Akan tetapi Paulus berkata, “Tidak, tidak. Itu belum menjadi orantg Kristen sepenuhnya. Menjadi seorang Kristen berarti kamu tidak sekadar berhenti mencuri, tetapi kamu harus bekerja supaya bisa memberi.”


Memberi bertolak belakang pola pikir manusia duniawi

Ajaran Yesus sangatlah bertentangan dengan jalan pikiran dunia, bukankah begitu? Di Lukas 12:15, Yesus menyatakan hal ini:

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Yesus sedang mengatakan, “Waspadalah terhadap segala bentuk keserakahan; karena hidup seseorang tidak bergantung pada kekayaannya.” Apakah makna dari kata ‘ketamakan’ atau ‘keserakahan’ ini? Kata ini di dalam bahasa aslinya berarti menginginkan hal yang lebih lagi. Ada hasrat untuk mendapatkan hal yang lebih lagi. Dan Yesus berkata kepada kita, “Waspadalah terhadap keinginan untuk selalu mendapatkan hal yang lebih banyak lagi.”

Namun sudah menjadi watak alami kita untuk ingin mendapatkan lebih banyak lagi. Kita lihat ada orang lain yang memiliki sesuatu, dan kita langsung ingin memilikinya juga. Anda lihat orang di sebelah Anda memiliki jam tangan yang bagus, dengan berbagai tombol di sekelilingnya, begitu penuh tombol sehingga terlihat seperti duri landak, dan saat Anda menekan salah satu tombol, misalnya, maka akan ada lampu yang menyala. Itu semua adalah hal yang memikat hati, lalu dengan segera Anda berkata, “Aku mau punya jam tangan yang seperti itu.” Yesus berkata, “Waspadalah terhadap keinginan untuk mendapatkan yang lebih banyak lagi.” Anda melihat orang lain membawa kamera yang bagus, barang yang mungil itu, lalu Anda berkata, “Wah! Bagus sekali! Saya mau punya juga.” Demikianlah, kita selalu ingin mendapat hal yang lebih banyak lagi. Yesus berkata, “Waspadalah terhadap hasrat semacam ini.” Saat Anda melihat seseorang menaiki mobil yang dilengkapi dengan peralatan canggih, Anda berkata, “Bagus sekali!” Segera saja hati Anda menginginkannya. Mata Anda mulai membuat Anda terhanyut, hasrat mata, hasrat kedagingan. Watak alami manusia adalah selalu ingin memiliki. Watak alami manusia itu seperti sebuah lubang hitam, menghisap dan menyerap segala sesuatu ke dalam dirinya.

Ada berapa banyak remaja putra yang melihat seorang gadis cantik yang berlalu dan bisa berkata, “Ah cantik, tapi tidak ada kaitannya dengan saya”? Mereka akan cenderung berkata, “Ah! Seandainya saja gadis itu bisa menjadi pacarku, atau malah mungkin jadi istriku.” Kita semua ingin memiliki hal-hal yang bagus, yang menyenangkan. Saat melihat ada gadis cantik yang lewat, kita tidak bisa berkata, “Terpujilah Engkau Tuhan, Engkau telah menciptakan sesuatu yang sangat indah! Aku bersyukur melihatnya,” lalu kita tidak menginginkan gadis itu. Bisakah Anda berkata, “Tuhan, kiranya dia boleh melayani-Mu, kiranya dia boleh bersinar buatMu”? Keserakahan adalah hal yang sangat manusiawi. Kita ingin memiliki sendiri segala sesuatu.

Sungguh luar biasa melihat betapa semua anak kecil adalah seperti lubang hitam! Mereka menghisap segala sesuatu ke dalam diri mereka, terutama manisan. Tampaknya, satu-satunya kalimat yang dipahami oleh seorang ank kecil adalah, “Aku mau.” Selalu saja, “Aku mau.” Sedangkan untuk hal memberi, mereka tidak akan sudi berpisah dengan mainan mereka, bahkan sekadar mengizinkan anak lain untuk bermain dengan mainan itu selama tiga menit saja. Tidak akan! Mereka adalah lubang-lubang hitam rohani, lubang hitam yang sangat manis, namun tetap saja lubang hitam secara rohani. Jika Anda memiliki anak kecil yang sangat murah hati, itu adalah hal yang sangat indah. Berarti di punya potensi yang sangat besar. Saya masih belum pernah bertemu dengan anak yang seperti itu. Namun tentunya ada satu atau dua anak seperti itu di sini. Cara Anda mendidik anak tentulah sangat istimewa, dan saya pikir seharusnya Anda memberi kita yang lain ini kesempatan untuk bisa belajar dari Anda.

Watak manusia secara alami selalu ingin memiliki lebih. Dan Yesus berkata di Lukas 12:15, hidup ini tidak bergantung kepada kekayaan yang Anda miliki. Hal ini bertentangan dengan jalan pikiran manusia karena segenap pandangan hidup manusia berdasarkan pada pemahaman bahwa hidup ini bergantung kepada seberapa besar kekayaan yang Anda miliki. Oleh karena itu, maka Anda harus bekerja keras supaya Anda bisa memiliki hal-hal yang menyenangkan. Anda bisa menikmati TV berwarna, bukan sekadar yang kecil, melainkan yang berukuran besar, sebesar 26 inci. Anda bisa memiliki sebuah mobil yang bagus, bahkan mungkin dua. Di zaman sekarang ini, saya lihat ada beberapa rumah yang punya tiga garasi. Dua mobil saja tidak cukup, Anda harus punya tiga mobil. Lalu Anda beralih dari rumah dengan satu garasi ke rumah yang memiliki dua, kemudian tiga garasi. Dan akhirnya, saat Anda memiliki semua itu, Anda kemudian memiliki landasan untuk helikopter. Selanjutnya, Anda kemudian memiliki rumah di tepi pantai atau danau, dan Anda memiliki kapal pesiar. Siapa bilang hidup ini tidak bergantung pada kekayaan yang kita miliki? Dan setelah Anda memiliki satu TV, Anda ingin memiliki dua supaya Anda bisa menikmati dua acara secara bersamaan, supaya Anda tidak ketinggalan acara. Inilah kehidupan dalam pola pikir ingin memilki supaya Anda bisa pamer. Anda cuma punya satu TV? Lihat saya. Saya punya dua! Anda memiliki mobil Toyota? Lihat saya, saya mengendarai Mercedes! Inilah jalan pikiran kita.

Kita mendapati bahwa pengajaran Yesus itu bertentangan sepenuhnya dengan pandangan manusia: jika Anda memberi lebih lagi, maka Anda tidak bisa membeli Mercedes. Anda akan tergusur dari rumah yang besar ke rumah yang kecil, dari rumah yang kecil ke rumah yang lebih kecil lagi. Memberi bukanlah pandangan hidup dunia.


Anda harus diubahkan untuk bisa berpikir: “Adalah lebih berbahagia memberi”

Berpikir seperti cara pikir Yesus bahwa, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima,” hanya mungkin jika Anda sudah diubahkan, jika cara berpikir Anda telah diperbaharui. Kehidupan orang Kristen menuju ke arah yang berlawanan, jika dikaitkan dengan jalan kehidupan orang dunia. Hal yang sangat menyolok adalah bahwa seorang murid yang sejati merindukan satu hal: pada akhirnya nanti, ia tidak sekadar kehilangan segala-galanya, tetapi dia juga menyerahkan nyawanya demi Tuhan. Dia terus saja memberi, sampai dengan nafasnya yang terakhir, dia terus memberi.

Seperti yang sudah saya sampaikan, ada beberapa murid sejati yang luar biasa di tengah Gereja. Ada orang-orang yang saya kenal sebagai orang yang telah menyerahkan warisan, dan segala-galanya, tahap demi tahap sampai akhirnya mereka tidak punya apa-apa lagi selain hidup mereka. Saya teringat pada seseorang yang saya kenal di sekolah teologi, ia memperoleh penghargaan kelas satu di Cambridge dalam bidang teknik, dan dia memiliki warisan yang sangat besar, akan tetapi dia meninggalkan warisannya, dia meninggalkan pekerjaannya yang bergaji besar, dia mengabaikan ijazah dengan penghargaan kelas satunya dan pergi menginjil. Tuhan memakainya secara luar biasa di Jepang.

Orang-orang ini meninggalkan segala-galanya mana kala orang lain justru merindukan uang. Orang lain merindukan gelar, pekerjaan berpenghasilan bagus, akan tetapi orang-orang ini justru meninggalkan gelar dan pekerjaan bagus mereka. Tak heran jika mereka menjadi orang-orang yang luar biasa di mata dunia. Orang-orang mengamati mereka dan berkata, “Wah! Ini luar biasa!” Terang memancar dari orang-orang semacam ini dan setiap orang memperhatikannya. Mereka adalah para ‘bintang’ bagi Yesus, berlian di mahkota yang memancarkan terang Tuhan. Kita bersyukur kepada Allah akan adanya orang-orang seperti itu. Jika bukan karena orang-orang tersebut, Gereja hanya akan menjadi hal yang membuat malu saja di sepanjang waktu!

Pada waktu saya masih di sekolah teologi, ada tujuh orang dari Cambridge University yang berpaling dari karir, dari pekerjaan mereka, untuk pergi memberitakan Injil. Mereka adalah orang-orang yang belajar untuk menjadi murid yang sejati. Mereka belajar apa artinya memberi dan memberi. Dunia tidak bisa memahami orang-orang seperti mereka, akan tetapi dunia memperhatikan mereka, dan kesaksian dari orang-orang ini melanda dengan kuasa yang luar biasa. Orang-orang semacam inilah yang menjadi tulang punggung Gereja karena mereka belajar tentang hal yang justru sedang kita bahas hari ini, yaitu bahwa watak dari seorang murid yang sejati adalah memberi. Dan di dalam memberi itulah mereka menjadi serupa dengan Kristus.


Bagaimana Yesus memberikan kelegaan?

Seperti apakah Yesus itu? Betapa mudahnya kita membaca kata-kata di Matius 11:28, “…Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tahukah Anda berapa besar pengorbanan yang harus dia lakukan untuk bisa memberi kita kelegaan? Tahukah Anda bagaimana arahnya memberi kelegaan bagi jiwa? “Aku akan memberi kelegaan kepadamu,’ kedengarannya mudah, bukankah begitu? Seolah-olah Anda cukup datang kepada Yesus dan dia akan memberi Anda sesuatu hal yang bernama ‘kelegaan,’ Anda tidak bisa memperoleh kelegaan dengan cara itu.

Tahukah Anda dengan cara apa Yesus memberi Anda kelegaan? Dengan memberikan dirinya kepada kita. Tidak mungkin Anda bisa membagikan kelegaan darinya kepada orang lain tanpa memberikan diri Anda. Malahan, tak ada satu hal pun yang bisa Anda berikan tanpa memberi diri Anda. Dalam setiap tindakan memberi, Anda telah memberikan sesuatu yang berasal dari diri Anda.

Jadi, dalam kesimpulannya, saya ingin menyampaikan secara singkat tentang tujuh hal yang telah Yesus berikan kepada kita dalam rangka memberi kita kelegaan. Dan ketujuh hal yang dia berikan ini semuanya diambil dari Injil Yohanes. Dalam rangka memberi kita kelegaan, Yesus telah memberikan kepada kita:

Daging, atau tubuhnya. Kita lihat hal itu di dalam Yohanes 6:51.

“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Aku akan memberimu makan dengan dagingku, tubuhku sendiri. Anda tidak akan bisa beristirahat dengan tenang jika perut Anda kosong, demikian pula, Anda juga tidak bisa memperoleh kelegaan jika perut rohani Anda kosong. Silakan Anda coba sendiri bagaimana rasanya beristirahat dengan perut kosong. Tak ada yang namanya kelegaan jika Anda kelaparan. Namun Yesus memberi kita makan dengan tubuhnya sendiri, dengan dagingnya sendiri. Tubuhnya dipecahkan di kayu salib supaya kita memperoleh hidup.

Di Yohanes 10:11, kita melihat hal kedua yang Yesus berikan, yaitu nyawanya.

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”

Anda tidak akan bisa memperoleh kelegaan selama Anda masih berada dalam belenggu dosa, dan di dalam rangka memberi kita kelegaan itu, untuk melindungi kita, untuk membebaskan kita dari belenggu dosa, Yesus telah memberikan nyawanya kepada kita, Ia kehilangan nyawanya bagi kita.

Ketiga, dalam rangka memberi kita kelegaannya, Yesus telah memberi kita contoh teladannya. Untuk bisa mendapat kelegaan, kita harus belajar hidup sebagaimana hidup yang telah dia jalani. Alasan mengapa kita tidak memperoleh kelegaan adalah karena kita menjalani hidup ini di jalur yang salah, kita mengerjakan berbagai hal dengan cara yang salah. Kita harus belajar hidup seperti dia. “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:29). Dan Yesus memberi kita teladannya, teladan dalam hal memberi kepada orang lain, yang bisa kita lihat di Yohanes 13:15

“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Yang keempat, Allah memberi kita Penghibur, yaitu Roh Kudus, melalui syafaat Yesus. Hal ini terlihat di Yoh 14:16, 

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”

Supaya kita memperoleh pertolongan terus menerus selama mengikuti teladan itu; supaya kita tidak harus memperjuangkan hal itu dengan kekuatan kita sendiri, hal yang akan membuat kita letih dan tidak akan mendapatkan kelegaan yang kita perlukan. Sang Penghibur akan memampukan kita untuk bisa tetap berada dalam kelegaan rohani, kelegaan di dalam batin kita.

Selanjutnya, kita sampai pada hal yang kelima yang Yesus berikan kepada kita: yaitu damai sejahteranya. Tanpa damai sejahtera itu, Anda tidak akan bisa mendapat kelegaan. Coba saja beristirahat di saat anak-anak Anda sedang berlari-larian sambil berteriak-teriak di sekitar Anda. Tidaklah mudah mendapatkan kelegaan tanpa damai sejahtera. Allah memberi kita damai sejahtera melalui perdamaian, dan dengan damai sejahtera itu kita memperoleh kelegaan. Di Yoh 14:27 – 

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Selanjutnya, hal keenam yang Yesus berikan kepada kita adalah firman hidup, pengajaran, kabar keselamatan, sebagaimana yang tertulis di Yoh 17:8 dan 14, di mana Yesus berkata,

“Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Dan, “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu,” sabdanya di Yoh 15:3, jadi, kita dimerdekakan dan memperoleh kelegaan dari dosa.

Dan terakhir, hal yang ketujuh adalah bahwa Yesus telah memberi kita kemuliaannya. Hal yang sangat indah. Di Yoh 17:22 – 

“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”

Dia telah memberikan kita segala-galanya, termasuk kemuliaannya, supaya kita bersinar sebagai terang. Jika Anda telah menerima kemuliaannya, bukankah jelas bahwa Anda pasti akan bersinar? Bahwa Anda pasti bisa memberi?

Demikianlah, Yesus telah memberi kita tujuh hal, yang merupakan pemberian segala-galanya yang dia miliki. Indah sekali! Selanjutnya Yesus berkata, “Datang dan ikutlah Aku”; dan lakukanlah hal yang sama.


Hidup bergantung pada berapa banyak yang kita berikan, bukan yang kita dapatkan

Allah menolong kita untuk tidak menjadi lubang hitam tetapi untuk bisa menjadi bintang yang bersinar di tengah angkatan ini, dan supaya kita bisa memiliki pikiran Kristus di dalam diri kita. Dalam kehidupan Yesus, dia tidak bertanya, “Apa yang bisa kudapatkan?” Tetapi dia datang untuk memberi dan untuk memberikan segalanya. Itulah sebabnya dia menjadi terang dunia. Dan Yesus ingin kita melakukan hal yang sama, supaya kita menjadi terang dunia. Allah menolong kita untuk bisa berubah sepenuhnya di dalam cara berpikir kita, yaitu bahwa hidup ini bergantung pada berapa banyak yang bisa kita berikan. Dengan demikian, maka kita akan menjadi terang bagi dunia ini. Mari kita berdoa.

 

Berikan Komentar Anda: