Pastor Jeremiah C | Yakobus 4:1-4 |

Hari ini kita akan melihat pada Yak  4:1-4. Setelah membaca ayat ini, apa yang Anda rasakan? Gereja seperti apa yang digambarkan oleh Rasul Yakobus di sini? Apa yang kita lihat disini adalah sebuah gambaran perang. Rasul Yakbus sedang memberitahu kita tanpa segan-segan bahwa gereja itu seperti sebuah medan perang; penuh dengan pergumulan, iri hati, pembunuhan dan percabulan. Apakah ini kelihatan seperti gereja Allah? Apakah ini benar-benar gereja Allah?

Mari kita merenung sejenak dan melihat apa hubungan pasal 4 dengan pasal 3. Tepat di awal pasal 4 dikatakan bahwa gereja memiliki iri hati, peperangan dan pertengkaran dan terdapat persaingan yang disebabkan oleh iri hati di antara saudara seiman. Apa yang sebenarnya di perjuangkan oleh mereka? Semua ini ada hubungannya dengan masalah yang disinggung di pasal 3, yaitu keinginan untuk menjadi guru. Rasul Yakobus sudah berbicara mengenai masalah iri hati dan pertengkaran di Yak 3:14 and 16. Iri hati dan pertengkaran ini tentunya ada hubungannya dengan perkelahian di antara sesama mereka dalam hal ingin menjadi guru. Mengapa mereka sampai bertengkar untuk hal itu?

Jika Anda adalah seorang Kristen yang hati dan pikirannya belum ditransformasi, Anda akan secara alami melihat status seorang guru dari perspektif dunia. Banyak orang Kristen mau menajdi guru rohani sebagai cara untuk menaikkan status mereka di gereja; bahkan 12 murid Yesus juga memiliki masalah yang sama. Mari kita membaca Luk 22:24-27. Kita melihat bahwa ke-12 murid juga bertengkar mengenai siapa yang terbesar diantara mereka. Yesus harus berulang kali mengingatkan mereka bahwa prinsip kerajaan Allah berlawanan dengan dunia.

Dalam cara yang sama, ada banyak orang Kristen sekarang ini yang ingin menjadi guru karena kesombongan dan ego mereka. Itulah sebabnya Rasul Yakobus mengingatkan mereka di ayat 6, Allah menentang orang yang congkak. Jika masalah seperti itu muncul pada gereja mula-mula dimana mereka dipimpin oleh rasul-rasul, apa lagi kita! Oleh sebab itu, janganlah kita cepat mengkritik ataupun memandang rendah mereka.

Yak 4:1 memberitahukan kita bahwa pertengkaran adalah manifestasi dari keinginan egois dan ketamakan. Jika Anda sudah lama di gereja, Anda akan tahu bahwa apa yang digambakan oleh Yakobus ini adalah sesuatu yang sangat nyataa. Dalam gereja, Anda akan selalu melihat banyak pendeta bertengkar dengan sesama pendeta karena kuasa atau status. Pertengkaran seperti ini tidak ada habisnya dalam gereja. Kadang-kadang mereka akan menyerang dan memfitnah satu sama lain di depan umum, di hadapan orang-orang yang belum percaya. Tentu saja kita punya banyak alasan yang baik untuk mendukung sikap kita. Kita bisa berkata bahwa kita sedang mempertahankan kebenaran Kristus dan kita bisa berkata bahwa kita memperjuangkan apa yang baik bagi gereja. Ini juga alasan mengapa banyak gereja mulai terpecah walaupun sudah cukup lama bersama. Pemimpin mereka sedang mengincar status, kuasa dan bahkan kekayaan dalam geraja. Seringkali, jemaat akan terbawa dalam perebutan tersebut demi mendukung pendeta tertentu. Dan hasilnya, seluruh jemaat menjadi medan pertempuran seperti yang dideskripsikan oleh Yakobus di Yak 4:1-3.

Apakah Anda benar bertarung untuk kebenaran Kristus? Atau apakah Anda sedang bergumul dalam kedagingan? Apakah motivasi Anda sesungguhnya karena kepedulian akan gereja Allah? Perhatikanlah ayat Yak 4:1-3 dengan hati-hati. Anda perlu untuk meminta Alah menilai hati Anda dan melihat apakah semangat Anda berasal dari keserakahan atau keinginan egois yang membuat Anda mengacau balaukan gereja. Saya mengenal dua pendeta, keduanya melayani dan menderita demi Tuhan namun mereka sudah bertahun-tahun berkelahi. Tidak ada yang tahu mengapa suatu ketika mereka mulai menyerang satu sama lain dan menuduh bahwa yang lain itu sesat dan bahkan saling memfitnah kepribadian satu sama lain. Mereka juga mencoba untuk memaksa jemaat untuk mendukung posisi mereka. Pada akhirnya, gereja itu terpecah menjadi dua karena pertengkaran mereka. Setelah gereja itu terpecah, mereka masih menghardik satu sama lain. Di samping itu, mereka juga mencari pendeta-pendeta lain untuk mendukung posisi dan cara pandang mereka. Setelah mereka berpisah, kondisi rohani saudara/i di gereja semakin merosot. Kedua pendeta itu memakai nama Tuhan untuk menimbulkan perpecahan dan tujuan pokoknya adalah untuk mengamankan kuasa dan status mereka dalam gereja. Sebagai akibat dari pertengkaran ini, mereka kehilangan berkat Allah. Apa yang dikatakan Yakobus adalah benar! Ketika kita saling bersaing satu, kita sebenarnya adalah musuh Allah. Jika kita adalah musuh Allah, bagaimana kita dapat menerima berkat dari Allah?

Bilamana kita memiliki pemikiran permusuhan seperti itu terhadap sesama, lebih baik kita menilai diri kita terlebih dahulu karena pemikiran seperti ini sering kali muncul dari keinginan egois kita dan bukan dari Roh Kudus. Yak 3:17-18 sudah memberitahukan pada kita bahwa efek dari hikmat yang dari atas adalah kesatuan, bukan iri hati ataupun pertengkaran karena hal itu tidak akan pernah menjadi kehendak Tuhan dan bukanlah pekerjaan Roh Kudus.

Dalam pelajaran kita waktu lalu, saya berbicara mengenai bagaimana kita semua harus memilih untuk menyenangkan Roh Kudus dalam kehidupan seharian kita. Poin ini sangat penting. Jika Anda tidak menyenangkan Roh Kudus dalam apa yang Anda kerjakan ataupun dalam hubungan Anda dengan sesama, maka Anda akan mengerjakann segalanya dan behubungan dengan sesama menurut keinginan egois Anda sendiri. Ini adalah fakta yang kita alami setiap hari. Inilah yang ditekankan oleh Yakobus: iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Iman seperti apa yang Anda miliki itu akan diungkapkan lewat perbuatan Anda. Tingkah laku Anda akan secara natural mengungkapkan iman Anda. Jika kita hidup dalam kedagingan setiap hari, secara alami kita akan membawa kekacauan dan semua hal yang buruk pada orang yang ada di sekeliling kita.

Biarkan saya dengan singkat menyimpulkan kunci tema Yak 4:1-4 dalam beberapa poin:

Yang pertama, Yakobus mengingatkan kita di ayat 2 bahwa apa saja yang dilakukan dengan semangat atau motivasi dari keinginan yang egois tidak akan efektif. Sekalipun pada permukaannya kelihatan efektif, namun hasilnya tidak akan bertahan karena hal itu bukan pekerjaan Allah tapi dari keinginan egois kita. Sebab itu, kita harus berhati-hati dengan semangat kita karena tidak semua semangat berasal dari Allah.

Kedua, dalam Yak 4:2, kita melihat Yakobus menggunakan kata yang sangat mengagetkan “pembunuh”. Pembunuh berarti membunuh seseorang. Mengapa ia menggunakan kata yang sedemikian keras? Gereja tidak dapat mengelak dari pertengkaran dan iri hati, tapi setidaknya tidak sampai menghilangkan nyawa seseoarang akibat iri hati dan pertengkaran. Sampai sekarang, saya belum pernah melihat dengan mata saya sendiri pertengkaran di gereja sampai menghilangkan nyawa seseorang. Kata “pembunuh” ini berarti membunuh orang secara literal.

Bagaimanapun, kita harus mengerti bahwa kata “membunuh” yang di dalam Alkitab tidak selalu berarti membunuh orang tertentu. Mari kita membaca Roma 3:13-17. Perhatikan beberapa kata khusus di sini, seperti tenggorokan, lidah, bibir, mulut dan beberpa kata lain yang digunkan untuk menggambarkan pembunuhan seperti kuburan, gas beracun, pertumpahan darah, mutilasi dan sebagainya. Paulus sedang memberitahukan pada kita bahwa ketika seseorang tidak memiliki rasa takut akan Allah, ia pada akhirnya akan menjadi seorang pembunuh. Senjata yang ia gunakan bukanlah pisau atau senapan tetapi lidah. Apakah kita menyadari bahwa lidah kita adalah senjata pembunuh yang efektif yang dapat membunuh seseorang tanpa meneteskan darah.

Ketika kita memiliki iri hati dan pertengkaran akibat keinginan egois, namun sebagai seorang Kristen sudah pasti kita tidak akan menggunakan metode-metode dunia untuk menyerang musuh kita. Kita akan menggunakan metode yang lebih “rohani” untuk menangani mereka. Kita akan menggunakan lidah kita untuk menuduh mereka di belakang mereka. Tentunya, kita akan sangat “berhikmat” dalam melakukannya karena kita tahu bahwa Alkitab tidak mengijinkan kita untuk memfitnah orang lain. Ketika ketika kita menyerang orang lain dengan lidah kita, kita juga tahu bagaimana mendukung kata-kata kita dengan ayat-ayat Alkitab, supaya kita kelihatan rohani, seolah-olah kita sedang berjuang demi kebenaran Alkitab.

Setelah membaca pasal 4 dari kitab Yakobus, saya benar-benar berpikir bahwa jika hati dan pikiran kita tidak ditransformasi oleh Allah, tingkah laku kita akan sering kali menjadi lebih jahat dari orang-orang yang belum percaya. Itu sebabnya Alkitab menggambarkan mereka yang kelihatan beragama tetapi tidak ada kesalehan dalam hati mereka seperti ular berbisa.

Ketika orang-orang non-Kristen bertengkar, mereka akan menggunakan pisau dan senjata untuk bertarung dengan sesama secara terbuka di hadapan semua orang. Untuk kita, sebagai seorang Kristen, sering kali menggunakan jalan yang jauh lebih jahat, yaitu kita memfitnah mereka di belakang mereka. Lebih lagi, kita akan menggunakan nama Tuhan dan Alkitab untuk mendukung hasrat egois kita. Oleh karena itu, saudara/i kekasihku, tolong diingat bahwa, ketika Alkitab berbicara mengenai pembunuhan, ia bukan sedang menunjuk kepada pembunuhan manusia. Tapi, yang dibicarakan adalah tentang menyerang dan memfitnah dengan lidah. Tingkah laku seperti itu dipandang sebagai pembunuhan di mata Allah. Dosa seperti ini lebih serius daripada membunuh seseorang.

Yang ketiga, mari kita membaca ayat 4. Ayat 4 berkata, persahabatan dengan dunia menjadikan kita musuh Allah. Rasul Yakobus mengulangi frasa ini sebanyak dua kali. Ketika Anda membaca ayat ini, apakah Anda terkejut? Anda harus ingat bahwa seluruh kitab Yakobus ditujukan pada orang Kristen dan tidak ada satu ungakapan untuk non-Kristen. Yakobus sering berkata, “saudara/i” yang membuktikan bahwa kata-kata ini ditujukan untuk orang percaya.

Sesuai dengan pengertian rata-rata orang hari ini, orang percaya sudah diselamatkan dan sudah diperdamaikan dengan Allah. Tidak peduli seberapa jahat tingkah laku kita, kita akan tetap selamat pada akhirnya, karena keselamatan bergantung iman dan bukan kelakuan kita. Oleh sebab itu, keselamatan kita sangat aman dan tidak tergoncangkan.

Bagaimanapun, dalam Yak 4:4, Yakobus memperingati bahwa persahabatan dengan dunia menjadikan kita musuh Allah. Apa artinya? Apakah orang percaya belum atau tidak diperdamaikan dengan Allah? Bagaimana mungkin kita masih menjadi musuh Allah? Apakah mereka yang menjadi musuh Allah akan diselamatkan? Saya kira kebanyakan Kristen akan berkata bahwa sejauh kita percaya pada Yesus, kita akan tetap selamat pada akhirnya, sekalipun tingkah laku kita membuat kita menjadi musuh Allah. Kita dapat bersikeras tentang apa yang mau kita percaya, tapi pertanyaan yang terpenting ialah,  “Apa yang dikatakan oleh Alkitab?”

Mari kita membaca Roma 8:6-7 Di ayat 7, Paulus mensejajarkan kalimat “memuaskan keinginan daging” dengan menjadi musuh Allah. Dalam ayat 6, ia berkata bahwa keinginan daging ialah maut! Apakah Anda mengerti kepentingan pesan ini? Paulus sebenarnya memberitahukan kita bahwa konsekuensi dari menjadi musuh Allah adalah maut. Jangan pernah berfikir bahwa kita dapat melakukan apa saja setelah menjadi Kristen. Kita harus ingat: darah Kristus yang berharga dicurahkan agar kita diperdamaikan dengan Allah dan perdamaian dengan Allah ialah jaminan untuk hidup kekal namun akhir dari menjadi musuh Allah ialah maut!

Mari kita melihat ayat 4 dengan lebih teliti. Anda perlu memberikan perhatian pada apa yang Yakobus katakan. Jangan berfikir bahwa Yakobus sedang berkata bahwa kita menjadi musuh Allah hanya di saat kita menjadi sahabat dunia. Itu bukanlah apa yang ia sedang katakan.

Ia berkata di ayat 4, “barang siapa hendak menjadi sahabat dunia dalam hati mereka adalah musuh-musuh Allah”. Apakah ungkapan ini mengagetkan Anda? Mungkin kita bisa berkata bahwa kita bukanlah sahabat dunia. Setidaknya dalam tindakan kita, kita tidak mengikuti trend atau gaya dunia. Bagaimanapun, apakah Anda berani berkata bahwa Anda tidak memiliki keinginan untuk dunia dalam hati dan pikiran Anda tidak memiliki keinginan untuk dunia dalam hati dan pikiran Anda? Yakobus berkata bahwa semua yang ingin menjadi sahabat dunia (tolong dicatat kata  ‘semua’), ia adalah musuh Allah.

Apa arti menjadi sahabat dunia? Kapan kita dianggap sebagai sahabat dunia? Kita akan meninjau pertanyaan ini di lain waktu. Saya harap kita semua akan merenungkan Yak 4:4 dan biarkan firman Tuhan menerangi hati dan pikiran kita. Apakah kita sedang berdamai dengan Allah atau kita sedang menjadi lawan-Nya?

Berikan Komentar Anda: