Pastor Jeremiah C | Yakobus 4:1-4 |

Dalam pembahasan kita waktu lalu, kita berfokus pada Yakobus 4:4.

Hai, kamu para pezina, tidak tahukah kamu bahwa persahabatan dengan dunia berarti permusuhan dengan Allah? Karena itu, siapa pun yang ingin bersahabat dengan dunia, dia menjadikan dirinya musuh Allah.


MENJADI SAHABAT DUNIA

Kita sudah membahas artinya menjadi sahabat dunia dan mengapa setiap orang yang “ingin” menjadi sahabat dunia adalah musuh Allah. Saya berharap kita semua sudah mengerti akibat dari menjadi musuh Allah. Menurut Roma 8:6-7, akibat dari menjadi musuh Allah adalah maut. Karena rasul Yakobus melihat keseriusan dari menjadi sahabat dunia, ia mendorong jemaat untuk bertobat sampai meratap di Yakobus 4:8-10. Saya berharap setelah pembahasan kita yang lalu, kita dapat mengerti syarat Allah tentang kekudusan atau menjadi jemaat-Nya. Kita tidak dapat menjadi orang Kristen yang mendua hati. Apa yang menjadi pilihan kita, apakah kita memilih untuk mengasihi dunia, atau memilih untuk melayani Allah dengan hati yang tidak berbelah bagi? Kita tidak dapat melayani dua Tuan dengan hati yang sama.


MENJADI SAHABAT ALLAH

Dalam pembahasan kita yang lalu, saya juga mencoba untuk melihat Yakobus 4:4 dari cara pandang yang positif. Mengapa Yakobus menekankan bahwa menjadi sahabat dunia menjadikan kita musuh Allah? Yakobus sedang mengingatkan kita bahwa Allah sangat rindu untuk menjadikan kita sahabat karibnya. Apa persyaratan dasar untuk menjadi sahabat karib Allah? Allah sudah mencoba dengan segenap hati untuk menunjukkan kebulatan hati-Nya untuk membangun persahabatan dengan kita. Ia telah dengan secara total memberikan diri-Nya dalam Kristus, itulah alasan mengapa Ia meminta kita untuk setia kepada-Nya. Hanya mereka yang meresponi Allah tanpa syarat yang akan menjadi sahabat Allah.

Iman yang sejati adalah iman yang berkomitmen sepenuhnya pada Allah, sebagaimana yang dicontohkan oleh anak-Nya, Yesus yang mengorbankan dirinya untuk kita tanpa mempertahan suatu apa pun. Itulah sebabnya definisi ‘iman’ menurut Alkitab adalah kesetiaan. Kita percaya kepada Allah juga berarti bahwa kita setia kepada-Nya sampai mati. Allah tidak mempertahankan suatu apa apa pun dari kita. Saudara/i yang terkasih, dapatkah kalian melihat berkat yang diberikan Allah bagi kita? Saya harap hal itu dapat menggerakkan hati kita semua. Saya mau agar Anda melihat berkat yang ingin Allah berikan pada kita yang jauh melebihi apa yang dapat kita bayangkan. Allah ingin agar kita menjadi sahabat karib-Nya. Saya pikir Anda tidak pernah membayangkan bahwa Sang Pencipta yang merupakan sumber kehidupan itu sebenarnya ingin agar kita menjadi sahabat karib-Nya.


IMAN MENJADIKAN ABRAHAM “SAHABAT ALLAH”

Hari ini, kita akan melanjutkan untuk merenungkan hal mengenai menjadi sahabat Allah. Mari kita kembali pada Yakobus 2:23.

Digenapilah apa yang dikatakan Kitab Suci, “Abraham percaya kepada Allah, dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran,” dan dia disebut “Sahabat Allah”.

Di sini dikatakan “Abraham percaya kepada Allah, dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran”. Rasul Yakobus kemudian menambahkan frasa “dan dia disebut ‘Sahabat Allah'”. Dari hal ini, percaya kepada Allah dan menjadi sahabat-Nya merupakan hal yang sama. Melalui contoh ini, kita juga dapat mengerti arti iman dengan lebih mendalam. Iman merupakan topik penting dalam kitab Yakobus. Hal ini karena seluruh fasal 2 bermaksud untuk menolong kita agar mengerti apa itu iman yang sejati dan apa itu iman yang menyelamatkan. Pernahkah Anda berpikir mengapa Yakobus 2:23 berkata kepada kita bahwa Abraham disebut sahabat Allah karena ia percaya kepada Allah? (Yes 41: 8, 2Taw 20:7). Apa tepatnya yang Yakobus ingin sampaikan kepada kita?

Yakobus ingin menyampaikan hal ini kepada kita: Iman atau percaya kepada Allah adalah memilih unutk menjadi sahabat Allah. Pernahkah Anda mendengar definisi semacam ini? Jika Anda belum mendengarkannya sebelumnya, tolong ingat hal ini: percaya kepada Allah adalah memilih untuk menjadi sahabat Allah. Mengapa Anda percaya kepada Allah? Banyak orang Kristen yang percaya kepada Allah dengan tujuan mendapat sedikit keuntungan atau pertolongan Allah. Bagaimanapun, mereka tidak ingin membuat respon yang total kepada Allah sama seperti yang Yesus lakukan untuk kita. Jika imanmu hanyalah iman di pikiran atau Anda hanya ingin mendapatkan sedikit keuntungan dari Allah, tetapi tidak ingin menjadi sahabat karib Allah, iman Anda bukanlah iman yang menyelamatkan seperti yang digambarkan Alkitab.


TELADAN PERSAHABATAN YESUS

Mari kita membaca Yohanes 15:13-15 bersama-sama.

13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Kata sahabat muncul tiga kali dalam tiga ayat. Di ayat 13, Yesus berkata, “seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Siapa yang mati untuk sahabat-sahabatnya? Jelas inilah yang telah dilakukan oleh Yesus yang diutus Allah. Yesus menganggap kita adalah sahabat-sahabatnya dan ia memberikan nyawanya untuk kita. Di ayat 14, ia berkata, “kamu adalah sahabatku, jikalau kamu berbuat apa yang kuperintahkan kepadamu”. Dapatkah Anda melihat komitmen persahabatan di sini? Yesus melihat kita sebagai sahabatnya dan ia memberikan nyawanya untuk kita. Persahabatan ini diberikan dengan pengharapan kita menaati kehendaknya dan ia ingin agar kita menjadi sahabat karibnya. Saya gunakan kata “karib”, ini bukanlah untuk melebih-lebihkan karena Yesus katakan di Yohanes 15:15,

Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Yesus sangat senang untuk memberitahukan sahabat karibnya semua yang ia tahu. Dapatkah Anda membayangkan bahwa kita dapat membangun hubungan yang intim seperti itu dengan Bapa sebagaimana yang dimiliki oleh Yesus? Apa yang ingin dibangun oleh Allah bukanlah hubungan yang dangkal, tetapi hubungan sebagai sahabat karib.


KITA SEBENARNYA TIDAK LAYAK MENJADI SAHABATNYA

Memang benar bahwa kita semua adalah hamba Allah dan ini merupakan kewajiban kita, dan kita sebenarnya tidak layak menjadi sahabat Allah. Akan tetapi, itulah bagian yang berharga dari keselamatan Allah. Allah tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi Ia juga berinisiatif untuk mengundang kita menjadi sahabatnya, padahal kita sangatlah tidak pantas untuk menjadi sahabat-Nya. Apakah ini pengertian Anda mengenai keselamatan?

Hari ini, kita memiliki banyak pengajaran mengenai keselamatan. Yaitu percaya pada Allah kemudian menunggu untuk pergi ke surga. Sewaktu kita dalam proses menunggu, kita masih manusia lama dan hidup dalam cara dunia. Jika Anda adalah orang Kristen yang agak berinisiatif, Anda dapat sedikit banyak memperbaiki tingkah laku Anda dan lakukan kebaikan di sana sini untuk memuliakan Allah. Jika Anda tidak berbuat seperti itu, itu juga fine-fine saja karena, bagaimanapun juga, Anda sudah selamat. Dengan ajaran sedemikian, tidaklah mengherankan bahwa banyak orang Kristen tanpa sadar berakhir sebagai musuh Allah. Mereka bahkan tidak tertarik untuk menjadi sahabat Allah. Kita hanya tertarik untuk memperoleh keselamatan dan menerima pertolongan dari Allah dan memperoleh keuntungan dari gereja. Sikap berpusat pada diri, bukankah ini menjadikan dunia sebagai sahabat?


IMAN TIDAK MEMPERTAHANKAN APA-APA DARI ALLAH

Mengapa Alkitab memanggil Abraham sahabat Allah? Mari kita kembali pada Kejadian 22:11-12.

11 Tetapi berserulah Malaikat Yahweh dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”
12 Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”

Di sini dikatakan bahwa Allah mau agar Abraham mempersembahkan Isyak di atas altar. Saya tidak tahu apakah Anda pernah coba meletakkan diri Anda pada posisi Abraham ketika melihat seluruh peristiwa ini. Isyak adalah anak tunggal Abraham pada masa tuanya yang lahir sewaktu Abraham berumur 100 tahun. Anda dapat membayangkan betapa berharganya Isyak bagi Abraham. Saya kira, Abraham akan memilih untuk mengorbankan dirinya daripada mengorbankan Isyak. Akan tetapi, mengapa Abraham rela untuk memberikan anak tunggalnya kepada Allah? Anda katakan bahwa itu karena imannya. Jadi apa itu iman? Kita sebagai orang-orang yang meninjau hal-hal ke belakang menganggap ini merupakan hal yang sederhana. Jika Anda adalah Abraham, apakah Anda akan mempersembahkan Isyak? Saya kira kita semua tidak akan mau melakukannya.

Di Kejadian 22:12, dikatakan, “engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku”. Frasa ini menunjukkan iman Abraham. Ia tidak mempertahankan suatu apa pun dari Allah. Cobaan seperti apa yang diberikan Allah kepada Abraham? Itu adalah cobaan untuk mengetahui apakah Abraham layak untuk menjadi sahabat karib Allah. Saya sudah katakan bahwa syarat menjadi sahabat karib ialah kesetiaan kepada satu sama lain. Allah setia dan ia berelasi dengan Abraham berdasarkan janjinya kepada Abraham. Perhatikan bahwa yang ditekankan ayat 12 adalah Abraham tidak mempertahankan suatu apa pun dari Allah dan itu juga merupakan dasar Abraham menjadi sahabat karib Allah.

Apakah Allah terlalu berlebihan mencobai Abraham? Apakah kita semua perlu menjadi seperti Abraham? Kita semua sangat akrab dengan Yohanes 3:16.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Di sini dikatakan bahwa Allah begitu mengasihi dunia ini sampai Ia memberikan kepada kita anak-Nya yang unik kepada siapa saja yang percaya kepada-Nya. Kita semua sangat suka kepada ayat ini, khususnya ketika berbicara mengenai bagaimana Allah mengasihi kita, bahkan sampai memberikan kepada kita anak-Nya yang tunggal. Perhatikan bahwa penekanan pada anak tunggal Allah di ayat ini sama seperti di Kejadian 22, yang berarti yang paling berharga. Yohanes 3:16 memberitahukan kepada kita bahwa Allah tidak mempertahankan suatu apa pun dari kita dan itulah cara bagaimana Allah mengambil inisiatif untuk menunjukkan persahabatan-Nya kepada kita. Apakah ada syarat untuk persahabatan semacam ini? Yohanes 3:17 berkata kepada kita dengan jelas bahwa ada sebuah syarat, yaitu, kita harus percaya kepada-Nya. Apa artinya percaya? Kita harus memilih untuk menjadi sahabat karib-Nya.


MENANGGAPI TINDAKAN PERSAHABATAN DARI ALLAH

Biarkan saya menolong kita semua untuk mengerti poin ini dari sudut yang berbeda. Mari kita membaca Roma 5:10.

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Paulus berkata di sini bahwa sewaktu kita masih menjadi musuh Allah, anak-Nya mati bagi kita supaya kita diperdamaikan dengan-Nya. Apa artinya? Biarkan saya menyebutkan sebuah contoh: Jika suatu hari, Anda jatuh ke dalam laut dan hampir tenggelam dan mati. Seseorang yang tidak Anda sukai melompat ke dalam laut dan menyelamatkan Anda, bagaimana Anda meresponinya? Ia sudah menunjukkan persahabatannya melalui tindakannya, apakah Anda tidak akan menerima dia sebagai sahabat karib Anda dengan segenap hati dan menjadi sahabatnya yang setia tanpa syarat?

Setelah kita menjadi orang Kristen, jika hati, pikiran, dan sikap kita masih melawan Allah, bukankah jelas bahwa kita menolak persahabatan-Nya?  Bukankah kita secara terang-terangan menjadi musuh Allah? Allah memiliki pengharapan atas kita. Ketika kita masih menjadi musuh-Nya, Ia mengutus Yesus untuk mati bagi kita. Ini merupakan ekspresi terbesar yang nyata yang Ia tunjukan pada kita dari persahabatan-Nya. Ia juga berharap agar kita menanggapi-Nya tanpa syarat, inilah arti “percaya pada-Nya” sebagaimana yang dimaksudkan oleh Alkitab.


ABRAHAM ADALAH TELADAN BAGI SEMUA ORANG BERIMAN

Abraham disebut sebagai “bapa semua orang percaya”. Ini menunjukkan bahwa dia adalah teladan untuk orang Kristen. Jika kita mengambil iman Abraham sebagai contoh bagi kita, kita juga tidak  mempertahankan suatu apa pun dari Allah, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yesus. Jika imanmu adalah iman yang tanpa tindakan nyata dalam memilih Allah sebagai sahabatmu, itu bukanlah iman yang dibicarakan oleh Alkitab. Lebih tepatnya, imanmu tidak akan menyelamatkanmu kerena Anda hanya akan menjadi seseorang yang menginginkan keuntungan dari Allah, tetapi tidak rela memberikan diri Anda pada Allah. Inilah tipe orang Kristen yang memilih dunia sebagai sahabat mereka, karena mereka hanya memikirkan diri sendiri. Bagaimana kita meresponi Allah akan menentukan bagaimana kita berelasi dengan sesama.


BAGAIMANA MENJADI SAHABAT ALLAH?

Bagaimana kita menjadi sahabat Allah? Mari kita membaca Yakobus 4:8.

Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

Yakobus mendorong kita untuk bertobat dan menjauhi dosa. Mungkin Anda akan berkata, “Allah ini sangat diktatoris, selalu memaksa orang untuk tidak mempertahankan suatu apa pun dari-Nya untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya. Ia seorang diktator”. Jika Anda berpikir seperti itu, Anda tidak memahami persahabatan seperti yang ingin dibangun Allah dengan kita. Dalam hubungan ini, Allah tidak mendapat keuntungan apa pun dari kita. Yang memperoleh keuntungan ialah kita. Lewat persahabatan dan kasih-Nya, Allah ingin menarik kita untuk menjauh dari dosa, supaya kita dapat mengejar kebenaran dan hidup kudus.

Orang seperti apa yang merupakan musuh Allah? Yaitu mereka yang hidup dalam dosa dan menjalani kehidupan yang berpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu, Yakobus menghimbau gereja untuk bertobat. Apakah hati dan tangan kita bersih? Karena persahabatan kita dengan Allah harus dibangun di atas dasar kekudusan. Ini adalah poin pertama.

Di Yakobus 4:8, Rasul Yakobus mengingatkan kita tentang “pikiran yang mendua”. Di Yakobus 1:8, ia memunculkan sebuah pertanyaan. Apa artinya mendua hati? Itu berarti tidak memiliki hati yang tunggal, tidak setia, di mana hal ini merujuk kapada sikap hati kita kepada Allah. Jika kita mau membangun persahabatan dengan Allah, kita harus memutuskan untuk setia kepada-Nya. Kesetiaan ini harus ditunjukkan melalui ketaatan kita kepada perintah-Nya. Karena itu, poin kedua adalah kita harus setia kepada Allah.

Yang terakhir, biarkan saya menambahkan satu point lagi. Jika kita ingin menjadi sahabat Allah, kita juga harus memiliki ketetapan hati untuk berbagi beban dari hati Allah. Dua orang sahabat harus memiliki satu hati atau harus sehati sebelum mereka dapat berjalan bersama. Jika kita tidak peduli dengan apa yang menjadi kepedulian Allah, bagaimana kita dapat menjadi sahabat Allah? Inilah yang dikatakan Yesus di di Yohanes 15. Ia sangat senang untuk membagi hati dan bebannya. Apa yang menjadi beban Yesus? Yaitu, ia berharap seluruh bangsa diselamatkan. Apakah ini juga menjadi beban Anda? Di antara semua hal yang Anda pedulikan setiap hari, selain dari hal pribadi Anda dan pengejaran untuk memenuhi keinginan Anda yang egois, kapan Anda akan mempedulikan apa yang menjadi kepedulian Allah?


KESIMPULAN

Mari kita simpulkan 3 poin tersebut tentang bagaimana menjadi sahabat Allah:

  1. Kita harus menjauh dari dosa dan hal-hal yang jahat dan kita mengejar kebenaran dan kekudusan.
  2. Kita harus memiliki hati yang tunggal atau yang tak berbagi di hadapan Allah, dan dengan setia mengikuti perintah-perintah-Nya.
  3. Kita harus memiliki beban yang sama dengan apa yang menjadi beban dan kepedulian Allah, yang secara khusus merupakan keselamatan seluruh bangsa.

 

Berikan Komentar Anda:

Go back

Your message has been sent

Warning
Warning
Warning
Warning

Warning.