Pastor Jeremiah C | Yakobus 4:6-10 |

Hari ini, kita akan meneliti Yak 4:6-10 bersama-sama. Sebelum memulainya, mari kita rangkum lagi isi Yak. 4:1-5. Pada beberapa pembahasan tentang isi kitab Yakobus, saya telah menunjukkan bahwa mempercayai Allah itu berarti memilih untuk bersatu dengan-Nya dan menjadi sahabat-Nya; bertekad untuk mentaati kehendak-Nya sepanjang hidup kita. Hati dan pikiran kita perlu diubahkan oleh Allah setiap hari untuk memahami dan menaati kehendak-Nya. Jika hati dan pikiran kita tidak mengizinkan Allah untuk mengambil kendali dan diubahkan; dan hati dan pikiran kita masih mengikuti sistem penilaian dunia, maka hal-hal yang akan kita pikirkan serta perbuat akan bertentangan dengan kehendak Allah. Kita akan menjadi orang-orang Kristen yang memusuhi Allah. Semangat keduniawian kita akan mengacaukan Gereja, dan itulah hal yang disampaikan oleh Yak 4:1-4.

Saya harap Anda sudah paham bahwa menjadi seorang Kristen berarti memilih untuk menjadi sahabat-Nya. Ini adalah kesempatan istimewa atau penghargaan yang diberikan Allah kepada kita. Karena Allah mengasihi kita dengan segenap hati dan pikiran-Nya, maka kita juga harus menanggapi dengan totalitas tanpa syarat kepada-Nya. Yokabus di ayat 5 mengingatkan kita bahwa Allah memandang hubungan kita dengan Dia sebagai hal yang sangat penting. Dia sangat setia kepada kita. Dan inilah sebabnya mengapa Dia tidak akan menoleransi ketidaksetiaan kita pada-Nya dan Dia akan cemburu pada pada ketidaksetiaan kita. Alkitab sudah sering memperingatkan kita di berbagai ayat, bahwa Allah adalah Allah yang pencemburu. Dia sangat memandang penting hubungan kita dengan Dia, dan Dia tak bisa menoleransi setiap bentuk kedurhakaan. Mungkin kita tidak suka mendengarkan firman ini namun pokok ini sangatlah penting.

Jika kita mampu memahami watak Allah dengan benar, maka kita akan mampu untuk lebih menghayati kasih-Nya yang luar biasa kepada kita. Kecemburuan-Nya pada jemaat membuktikan kasih-Nya kepada kita. Kasih-Nya kepada kita ditegakkan dalam kebenaran dan kekudusan dan kita harus menanggapinya dengan tepat. Hanya dengan cara seperti itulah kita bisa tetap tinggal dalam kasih-Nya. Jika Anda bisa pahami pokok ini, maka Anda akan bisa memahami isi Yak 4:5. Yakobus menyuruh kita untuk tidak menganggap remeh hal ‘persahabatan dengan dunia’. Dengan melakukan itu sebenarnya kita sedang bermusuhan dengan Allah. Dia akan menjadi cemburu atas ketidaksetiaan kita. Dia akan menolak kita, hal itu sudah diperingatkan oleh Perjanjian Lama.

Hari ini kita akan membahas Yak 4:6-10 bersama-sama. Di sini akan melihat bahwa Yakobus mendesak jemaat untuk bertobat. Dia mendesak kita untuk merendahkan diri di hadapan Allah, untuk mentaati Dia; mendekat kepada-Nya; membersihkan hati dan perbuatan kita serta membalik tawa kita menjadi tangisan. Makna dari semua itu adalah desakan agar kita bertobat dan berpaling kepada Allah. Mampukah kita merasakan betapa gawatnya hal ini menurut pandangan Yakobus? Yakobus tahu betapa gawatnya masalah ini, sehingga dia mendesak jemaat untuk segera bertobat.

Mengapa Yakobus secara khusus menyebutkan bahwa ‘Allah menganugerahkan kasih karunia yang lebih besar’ di ayat 6?  Setiap kali kita berbicara tentang kasih karunia, kebanyakan orang Kristen memiliki pengertian bahwa: “Kasih karunia Allah itu melimpah, dosa dan kedurhakaan kita adalah masalah kecil. Allah tidak akan meninggalkan kita karena ketidaksetiaan kita pada-Nya.” Itukah hal yang dimaksudkan oleh Yakobus? Tentu saja tidak!. Yakobus memberitahu kita bahwa jika kita memang bersahabat dengan Allah, maka sudah saatnya kita datang kepada Allah untuk bertobat. Sekalipun kita telah melakukan percabulan rohani, jika kita benar-benar bertobat di hadapan Allah, maka Allah pasti akan menganugerahkan kasih karunia-Nya yang berlimpah dan menerima kita. Sebaliknya, jika kita tetap angkuh dan menolak untuk bertobat, maka Allah pasti akan menolak kita. Dengan kata lain, Allah akan memandang kita sebagai musuh, seperti yang telah kita lihat dalam Yesaya 63:10 kemarin.

Hari ini, kita akan berfokus pada makna pertobatan. Kita  sering melihat banyaknya panggilan untuk bertobat di dalam Alkitab, tapi tahukah Anda apa arti pertobatan itu?  Sekarang ini, uraian tentang Injil yang sering kita dengar tidak lebih dari penjelasan: “Selama kamu bersedia mengaku bahwa kamu adalah pendosa dan menerima Yesus sebagai juruselamatmu, maka kamu akan diselamatkan.” Seperti inilah pemahaman kita tentang makna pertobatan zaman sekarang – ‘bertobat’ berarti mengaku bahwa kita adalah orang berdosa, lalu Allah akan mengampuni kita dan kita akan diselamatkan.

Pemahaman kita tentang makna pertobatan sekarang ini sangatlah dangkal, bahkan menjurus salah. Banyak orang Kristen mengira bahwa pertobatan berarti mengakui kesalahan kepada Allah. Jika kita berbuat salah hari ini, entah terhadap orang lain ataupun Allah, maka kita hanya perlu untuk mengakuinya kepada Allah dalam doa malam kita, lalu darah Kristus akan membersihakan kita. Itulah pemahaman kita tentang pertobatan.

Menurut Alkitab, pertobatan bukan sekadar mengakui kesalahan kita, harus ada buah dari pertobatan itu. Kita bisa lihat hal ini di dalam Mat 3:8 dan Kis 26:20. Sekadar mengakui kesalahan kita kepada Allah bukankah makna pertobatan menurut Alkitab. Hanya orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh yang akan diterima oleh Allah dan menerima hasil karunia-Nya dan ditinggikan oleh-Nya. Saya akan manfaatkan sisa waktu yang tersedia menjelaskan tentang makna pertobatan.

Pokok pertama yang tampak di sini adalah: Yakobus membandingkan hal pertobatan dengan hal merendahkan diri di dalam ayat 6 dan 10. Yesus juga menyampaikan hal yang sama dalam perumpamaan tentang pemungut cukai. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi menganugerahkan kasih karunia pada orang yang rendah hati.” “Rendahkanlah dirimu di hadapan Allah, maka dia akan meninggikanmu.” Ini adalah prinsip yang sangat penting. Alkitab memperingatkan kita bahwa setiap kali mendengar firman Allah, kita akan berhadapan dengan dua pilihan. Kita bisa memilih untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan bertobat, lalu kita akan ditinggikan oleh Allah pada hari penghakiman nanti. Kalau kita tidak mau merendahkan diri kita, maka kita akan Dia rendahkan di Hari Penghakiman. Mengapa kita perlu merendahkan diri?  Apa maksud ungkapan tersebut?  Makna paling dasarnya adalah menjadikan Allah sebagai Majikan atau Tuan atas hidup kita. Di masa lalu, kita mengikuti kemauan kita masing-masing dalam menjalani hidup kita. Saat kita bertobat, kita serahkan kedaulatan atas hidup kita kepada Tuhan dan membiarkan dia membimbing kita menurut kehendak-Nya. Pokok ini akan saya uraikan lebih terperinci nanti.

Pokok kedua yang bisa kita lihat adalah: Yakobus memanggil kita untuk taat kepada Allah di dalam ayat 7. Seperti yang tadi saya sebutkan, pertobatan berarti menyarahkan kedaulatan hidup Anda kepada Allah dan memberikan Dia memimpin Anda setiap hari dalam kehidupan Anda menurut kehendak-Nya. Artinya, kita telah menetapkan untuk taat kepada Allah setiap harinya. Sebelumnya, kita bertindak untuk memuaskan keegoisan kita. Setelah bertobat, kita tidak lagi bertindak ataupun berurusan dengan orang lain demi kesenangan kita sendiri, melainkan hidup dalam ketaatan kepada Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, Firman Tuhan akan mengingatkan kita tentang cara untuk berurusan dengan orang lain dan sebagainya. Sudahkah kita hidup sesuai dengan peringatan-peringatan dari Tuhan?  Ini menunjukkan bahwa pertobatan itu tercemin langsung lewat tindakan-tindakan kita. Jangan sampai kita tersesat dan mengira bahwa pertobatan itu hanya urusan pengakuan di mulut tanpa ada tindak lanjutnya. Banyak orang Kristen yang menjalani hidup dengan pola berbuat dosa di siang hari lalu bertobat di malam harinya. Itu bukan pertobatan menurut Alkitab.

Satu pokok lagi yang perlu kita perhatikan adalah: Mengapa Yakobus menyebut tentang iblis di ayat 7?  Alasannya sangat jelas. Saat kita memilih untuk tidak taat kepada Allah, sebenarnya kita sudah terlibat dalam pekerjaan iblis. Kita sudah berada dalam kendali iblis dan menjadi alatnya. Jika kita benar-benar tidak ingin dikendalikan oleh iblis, kita hanya punya satu pilihan, dan pilihan itu adalah selalu taat kepada Allah. Allah juga akan menganugerahkan kita kasih karunia untuk menolak dan mengatasi iblis.  Jika kehidupan Anda tidak berisi kuasa untuk menolak iblis, maka Anda perlu periksa lagi apakah Anda telah benar-benar bertobat?

Pokok ketiga yang bisa kita lihat adalah: di dalam ayat 8, rasul Yakobus mendorong kita untuk datang kepada Allah. “Mendekatlah kepada Allah” berarti datang di hadapan Allah. Pertobatan berarti berdamai lagi dengan Allah. Sebelumnya, kita adalah musuh-musuhnya karena kita mengutamakan kedagingan kita, tapi sekarang kita telah memilih untuk berdamai dengan Allah lewat pertobatan. Perhatikan urutannya. Yakobus ingin agar kita mengambil inisiatif mencari Allah, maka dia akan mendekat kepada kita. Kita perlu mengambil inisiatif untuk datang kepada Allah dan membangun kembali hubungan dengan Allah melalui Yesus sekali lagi. Iblis akan selalu menuduh hati nurani kita dengan memanfaatkan dosa-dosa kita, membuat kita percaya bahwa Allah tidak akan menerima kita. Akan tetapi, Rasul Yakobus memberitahu kita didalam ayat 4-8, jika kita mendekat kepada Allah, maka Allah pasti mendekat kepada kita juga. Ini adalah janji yang diberikan Allah kepada kita. Di sini ditekankan bahwa kita harus memiliki iman, Allah ingin mendekati kita namun iblis selalu berninat dan berupaya untuk membuat kita tetap jauh dari Allah. Jadi, pertobatan itu sendiri adalah suatu tindakan iman. Kita percaya bahwa Allah telah menunjukkan bahwa, melalui Yesus, Allah akan menganugerahkan kasih karunia kepada mereka yang rendah hati. Seperti yang dikatakan oleh Yakobus di ayat 6, Allah mengasihani orang yang rendah hati. Oleh karenanya, kita harus segera datang kepada Allah dan jangan mau lagi ditipu oleh iblis.

Pokok keempat yang bisa kita lihat adalah: Yakobus telah memberi kita petunjuk nyata dalam ayat 8, yang memberitahu kita cara untuk datang kepada Allah. Pertama-tama kita harus mentahirkan tangan kita. Kata ‘tangan’ berarti perilaku kita. Orang yang benar-benar bertobat, saat mengetahui bahwa perilakunya tidak sejalan dengan kehendak Allah, dia akan segera menghentikannya. Jika tidak, berarti pertobatannya omong kosong saja. Saya teringat kepada kesaksian seorang saudara seiman. Dia adalah seorang penjual sayur di pasar. Sebelum dia percaya kepada Tuhan, jika ada pelanggan yang membayar lebih dari harga yang seharusnya, dia akan diam saja dan berpura-pura tak ada hal yang terjadi. Namun setelah dia datang kepada Tuhan, setiap kali ada pelanggan yang kelebihan membayar, maka dia akan segera  mengembalikan kelebihan uang tersebut. Kadang-kadang, demi mengembalikan uang yang kelebihan itu, dia sampai meninggalkan lapaknya tanpa ada yang menjaganya. Mungkin, setelah mendengar kesaksian itu, Anda berpikir bahwa orang ini bodoh sekali, namun inilah pertobatan sejati yang diterima oleh Allah. Dia tahu bahwa perbuatannya selama ini salah dan dia bertekad untuk tidak melakukan lagi hal-hal yang mengecewakan Allah.

Selanjutnya, rasul Yakobus mengatakan bahwa kita perlu membersihkan hati kita. Apa artinya?  Bisakah kita membersihkan hati kita sendiri?  Seperti yang telah saya sampaikan, pertobatan ini mencakup dua aspek – rasa bersalah dan membenahi kesalahan. Keduanya sangatlah penting. Pertobatan menurut Alkitab adalah berubahnya pikiran, hati dan tindakan. Mengapa kita harus balik arah?  Karena hal-hal yang sebelumnya kita perbuat bertentangan dengan hati dan pikiran Allah. Sering kali, kita mungkin tidak menyinggung orang lain melalui tindakan kita, namun hati dan pikiran-pikiran kita penuh dengan hal-hal yang mengecewakan Allah. Banyak dosa yang disebutkan dalam Alkitab yang berkenaan dengan isi pikiran kita seperti; iri hati, berahi, kebencian, ketidakpuasan, keangkuhan dsb. Semua itu adalah pikiran-pikiran yang tidak berkenan bagi Allah. Jika kita tidak segera bertobat dan membenahi pikiran-pikiran jahat tersebut, tangan kita nanti akan mewujudkannya dalam dosa.

Saya teringat ketika mula-mula belajar berkhotbah. Saat itu saya melayani bersama-sama dengan beberapa rekan sekerja. Kami berkhotbah bergiliran tiap minggunya. Pada waktu itu, saya memendam harapan agar teman-teman yang lain berkhotbah tidak terlalu bagus. Jika mereka berkhotbah dengan bagus, saya merasa tertekan. Kalau mereka berkhotbah tidak terlalu bagus, tekanan yang saya hadapi agak berkurang. Suatu hari, Tuhan menegur saya dengan firman-Nya. Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa kalau saya tidak bertobat dari hal ini serta mengasihi  rekan-rekan sekerja seperti diri saya sendiri, maka Dia tidak akan mau mendekat kepada saya. Ada banyak hal dalam pikiran kita yang tidak diketahui oleh banyak orang, tetapi Tuhan tahu segala-galanya. Dia tidak mau mendekat kepada saya. Kita perlu membersihkan hati kita dan memohon Tuhan untuk membersihkannya. Ringkasannya, ayat 8 itu memberitahu kita bahwa pertobatan menurut Alkitab mencakup perputaran arah dari hati, pikiran dan perbuatan kita.

Pokok Kelima: Yakobus meminta kita untuk mengubah tawa menjadi ratapan di dalam ayat 9, atau dari sukacita menjadi kesedihan. Apa artinya?  Ini adalah gambaran dari pertobatan. Secara praktis, pertobatan menunjuk kepada perubahan dalam memahami nilai-nilai tentang apa yang penting dan apa yang tidak. Dosa akan memberi kita tawa dan kesenangan, namun semua itu hanya sementara. Tawa dan kesenangan atas penderitaan orang lain di sekitar kita pada ujungnya nanti akan memberi kesedihan kekal bagi diri sendiri. Demikianlah, Yesus berfirman dalam Lukas 6:25, “Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berduka cita dan menangis.” Orang yang benar-benar bertobat akan berduka atas dosa-dosa di dalam hatinya. Jika kita tidak peduli dengan pertobatan kita sendiri, itu adalah bukti bahwa kita tidak mengerti betapa seriusnya masalah dosa. Jika kita tidak faham betapa seriusnya masalah dosa (terutama dosa akibat persahabatan dengan keduniawian), lalu bagaimana kita bisa benar-benar bertobat?

Sudahkah sistem nilai atau ukuran penilaian kita tentang apa yang penting and apa yang tidak itu sudah diubah oleh Allah? Apakah kita ikut dengan orang-orang yang senang (ketawa) dan membanggakan hal-hal duniawi yang menyombongkan?  Inilah yang dimaksudkan oleh dosa karena ‘persahabatan dengan keduniawian’ yang sedang dibahas oleh Yakobus. Jika cara kita menilai itu masih mengikuti sistem dunia, maka kita perlu untuk segera bertobat dan memohon Roh Kudus untuk mengubah kita. Jangan lupa bahwa Allah mengasihani orang yang rendah dan remuk hatinya. Pertobatan adalah kewajiban kita, namun kita tak punya kuasa untuk mengubah diri kita kecuali jika Allah menganugerahkan kasih karunia-Nya. Kalau kita ingin mengalami kasih karunia Allah dan kuasa Allah yang mengubah, maka kita juga perlu menanggapi panggilan dari rasul Yakobus. Kita harus merendahkan diri dengan segenap hati dan kembali kepada Allah.

Mari kita baca ayat 10. Ayat ini akan menjadi pokok terakhir kita hari ini. Yakubus berkata di dalam ayat 10 bahwa mereka yang merendahkan diri di hadapan Allah akan ditinggikan oleh Allah. Apakah arti ditinggikan itu? Perhatikan bahwa hal merendahkan dan meninggikan itu adalah tindakan Allah. Hal ‘meninggikan’ ini berkenaan dengan penghakiman. Apakah kita akan diterima oleh Allah pada Hari Penghakiman nanti, semuanya bergantung pada pilihan kita dalam hidup ini. Yakubus 4:1-4 berbicara tentang masalah persahabatan dengan keduniawian. Mengapa orang-orang Kristen ingin bersahabat dengan dunia?  Bukankah karena ingin meninggikan diri sendiri? Masalah yang terjadi dalam jemaat, sebagaimana yang dbahas oleh Yakobus, adalah akibat dari hasrat orang-orang Kristen untuk meninggikan diri mereka dan merendahkan orang lain. Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang semacam ini akan direndahkan pada Hari Penghakiman nanti. Jika kita bertobat dan kembali pada waktunya, kita akan ditinggikan di Hari Penghakiman nanti.Ayat-ayat ini berbicara tentang prinsip pembalikan.

Lewat pesan dari ayat-ayat tersebut, kami berharap untuk bisa membantu setiap orang untuk memahami arti penting pertobatan, seberapa gawat masalah pertobatan ini dan juga tentang isi aktual dari pertobatan tersebut. Hanya melalui pertobatan kita bisa ditinggikan oleh Allah. Ditinggikan oleh Allah berarti diselamatkan dan diterima oleh Allah. Ini juga berarti bahwa kita akan dipandang sebagai sahabat Allah. Sungguh kehormatan yang luar biasa! Dua kali rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa Allah menganugerahkan kasih karunia kepada orang-orang yang rendah hati dan mereka yang merendahkan dirinya di hadapan Allah akan ditinggikan. Ini janji yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang benar-benar bertobat. Jika Anda berpaling kepada Allah dengan segenap hati dan pikiran, maka Allah pasti akan menganugerahkan Anda kasih karunia yang melimpah. Sebaliknya, jika kita angkuh dan tidak bersedia merendahkan diri kita di hadapan Allah, maka Allah pasti akan merendahkan kita di Hari Penghakiman nanti.

 

Berikan Komentar Anda: