Pastor Jeremiah C | Yakobus 5:7-11 |
9 Saudara-saudaraku, janganlah kamu bersungut-sungut satu dengan yang lain supaya kamu tidak dihukum. Lihatlah, Sang Hakim telah berdiri di depan pintu.
10 Saudara-saudaraku, sebagai teladan penderitaan dan kesabaran, lihatlah para nabi yang berbicara dalam nama Tuhan.
11 Sesungguhnya, kami menganggap berbahagia mereka yang tabah. Kamu telah mendengar ketabahan Ayub dan melihat maksud Tuhan pada akhirnya, bahwa Tuhan itu penuh belas kasih dan murah hati.
Hari ini kita akan membahas Yakobus 5:11 mengenai ketabahan Ayub. Sebelum kita mulai, mari kita kembali ke ayat 9 dan membuat sedikit komentar tambahan.
DOSA BERSUNGUT-SUNGUT
Ayat 9 memperingatkan kita untuk jangan bersungut-sungut dan saling mempersalahkan supaya kita tidak dihakimi nantinya. Kata “bersungut-sungut” pada intinya bermakna bahwa terdapat keluhan ketidakpuasan atau kekecawaan di dalam hati terhadap sesama. Contohnya, saat seorang saudara menyinggung perasaan Anda melalui kata-kata, Anda akan mempunyai banyak pemikiran yang tidak baik di dalam hati Anda dan Anda akan mulai bersungut-sungut dan merasa tidak puas terhadapnya. Saat kita mempunyai pemikiran demikian di dalam kita, hal itu akan secara langsung mempengaruhi hubungan kita dengan saudara itu. Hubungan Anda dengan dia tidak lagi seharmonis sebelumnya. Anda bahkan akan berusaha untuk menghindarinya dan jika ada kesempatan, Anda mungkin akan membalasnya dengan kata-kata sebagaimana yang telah dia lakukan terhadap Anda.
Jika ketidakpuasan di dalam hati kita terhadap saudara itu tidak langsung ditangani, hal itu akan dengan cepat terungkap di dalam tindakan kita. Banyak fitnah, perselisihan, iri hati bermula dengan kebiasaan bersungut-sungut di dalam hati. Yakobus memperingatkan kita di sini bahwa jika kita tidak menangani keluhan-keluhan kita terhadap sesama, kita akan berhadapan dengan penghakiman Allah. Di ayat 9, dia bahkan berkata bahwa penghakiman Allah sudah ada di pintu. Ini bermakna masalah bersungut-sungut terhadap sesama di dalam gereja sudah mencapai tingkat yang sangat serius. Jika gereja tidak dengan cepat bertobat, penghakiman Allah akan jatuh pada gereja. Inilah justru alasannya mengapa Yakobus di Yakobus 5:16 menghimbau saudara-saudara seiman untuk saling mengakui dan berdoa untuk sesama supaya kita tidak jatuh di bawah penghakiman Allah.
BERSUNGUT-SUNGUT BUKAN MASALAH SEPELE
Saya tidak tahu apakah Anda menjadi sangat kaget dan terkejut setelah membaca beberapa ayat tadi. Mengapa Allah menghakimi kita atas hal yang begitu sepele seperti bersungut-sungut terhadap sesama? Jika kita saling memfitnah, menyebabkan perselisihan dan pertengkaran di dalam gereja, apa yang akan menjadi akibatnya? Saya mau meningkatkan pemahaman kita tentang kekudusan melalui ayat-ayat ini. Gereja masa kini mempunyai tingkat kekudusan yang sangat rendah, sedemikian rendah, bahkan orang yang berselingkuh, memfitnah dan suka bertengkar bisa keluar masuk gereja secara bebas dan terbuka.
Hari ini sangat berleluasa pemahaman yang menekankan bahwa orang Kristen tetap bisa diselamatkan sekalipun dia tidak bertobat dari dosanya. Ada orang yang berpendapat bahwa penghakiman Allah yang disebutkan oleh Yakobus merujuk kepada kehilangan upah surgawi dan bukannya kehilangan keselamatan kita. Pemahaman yang sedemikian bukanlah dari Alkitab. Mari kita membaca Yakobus 5:19-20.
19 Saudara-saudaraku, seandainya ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran, lalu ada orang yang menolongnya berbalik,
20 ketahuilah bahwa orang yang membawa orang berdosa kembali ke jalan yang benar akan menyelamatkan jiwa orang itu dari kematian dan menutupi banyak dosa.
Kata-kata Yakobus ini ditujukan kepada saudara-saudara seiman. Jika seorang saudara berbuat dosa, menyimpang dari kebenaran, kita harus berusaha dengan segala cara dan upaya untuk membuatnya kembali. Jika dia tidak kembali dan bertobat, dia akan berakhir di dalam maut. Yakobus begitu peduli tentang masalah dosa justru karena dia tahu bahwa upah dosa adalah maut dan dosa akan mengakibatkan manusia binasa. Hanya lewat pertobatan, kita dapat memelihara diri kita di dalam anugerah Allah.
TIDAK SEMUA PERTEMUAN BERKENAN KEPADA ALLAH
Mari kita membaca 1 Korintus 11:17.
Dalam memberikan perintah ini, aku tidak memujimu karena kamu berkumpul bukan untuk hal yang lebih baik, tetapi untuk hal yang lebih buruk.
Paulus berbicara kepada gereja Korintus di sini bahwa pertemuan-pertemuan mereka tidak mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, mendatangkan keburukan. Mengapa saya tiba-tiba mengutip ayat ini? Karena saya mau kita semua mencatat bahwa tidak semua pertemuan diberkati oleh Allah. Jika ada iri hati, perselisihan, perselingkuhan, keserakahan dan fitnah di dalam gereja, apakah menurut Anda Allah akan bersama kita? Bukan hanya Allah tidak akan bersama kita, pertemuan kita bahkan akan membangkitkan amarah Allah karena kita telah menghujat nama-Nya di antara orang-orang tidak percaya. Kesalahan apa yang telah dilakukan oleh gereja di Korintus, yang menyebabkan Paulus menegur mereka dengan keras dengan berkata bahwa pertemuan mereka mendatangkan keburukan? Mari kita membaca ayat 18.
Pertama, ketika kamu berkumpul sebagai jemaat, aku mendengar bahwa ada perpecahan di antara kamu. Dan, aku memercayainya sebagian.
Kita dapat melihat di sini bahwa terdapat masalah perpecahan. Berarti, terdapat rasa tidak enak hati di antara orang percaya, di mana setiap orang hanya bergaul dengan orang yang sependapat dengannya. Mereka tidak akan berhubungan dengan orang yang berbeda pendapat dengan mereka.
Kita juga dapat melihat apa penilaian Paulus terhadap kekudusan di dalam gereja. Hal perpecahan sangat lazim di dalam gereja masa kini dan kita tidak memandangnya sebagai dosa. Akan tetapi, semua para rasul memandang hal ini sebagai persoalan yang sangat berat, karena mereka tahu bahwa jika terdapat tindakan yang tidak kudus dan ketidakkudusan ini tidak langsung ditangani dengan pertobatan, Allah tidak akan berkenan dengan pertemuan mereka. Pertemuan-pertemuan mereka bahkan akan mengumpan penghakiman Allah. Itulah pelajaran yang mau diajarkan oleh Roh Kudus di Kisah Para Rasul pasal 5. Jika Anda terus membaca di 1 Korintus 11:27-32, Anda akan memahami mengapa Paulus tiba-tiba berbicara mengenai penghakiman Allah. Penghakiman di sini juga berkaitan dengan disiplin. Saat kita hidup di dalam ketidakkudusan, Allah akan mendisiplin kita. Allah terkadang akan mendisiplin kita melalui sakit penyakit dan kelemahan. Dia memberitahu kita tentang dosa-dosa kita supaya kita bisa bertobat sebelum terlambat, supaya kita tidak binasa.
Kata-kata Paulus ini sebenarnya sama dengan yang dikatakan oleh Yakobus. Mari kita baca Yakobus 5:14-15.
14 Apakah di antara kamu ada yang sedang sakit? Biarlah dia memanggil tua-tua jemaat dan mereka harus mendoakannya, mengurapinya dengan minyak dalam nama Tuhan.
15 Doa yang dinaikkan dalam iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu dan Tuhan akan membangunkannya. Dan, jika dia telah melakukan dosa-dosa, dia akan diampuni.
Rasul Yakobus tiba-tiba berbicara mengenai hubungan di antara sakit penyakit dengan dosa. Di ayat 15, dia secara khusus berbicara mengenai pengakuan dosa dan pertobatan. Saya harap Anda semua bisa melihat itu, apakah Yakobus atau Paulus, mereka sangat sadar akan standard Allah bagi kekudusan gereja. Kiranya kata-kata Yakobus juga mengingatkan kita supaya kita dapat menjadi sadar dan peka akan kekudusan Allah. Karena kita adalah anak-anak Allah, kita harus mengejar kehidupan yang kudus. Apakah dalam hal pemikiran, ucapan atau perbuatan, kita harus meniru kekudusan Bapa surgawi kita. Setelah mendengarkan kata-kata Yakobus, kita juga harus meneliti hati kita dan melihat apakah terdapat ketidakpuasan atau keluhan di dalam hati kita terhadap sesama. Jika ada, kita harus segera bertobat. Hanya dengan cara itu kita dapat menjadi orang yang diberkati.
AYUB SEBAGAI TELADAN KETABAHAN
Hari ini, kita akan membahas Yakobus 5:11 mengenai ketabahan Ayub. Di sini, kita dapat melihat bahwa Yakobus secara khusus menyebut Ayub sebagai teladan bagi kita untuk mempelajari ketabahan. Di dalam dua studi yang terakhir tentang kitab Yakobus, kita telah berbicara mengenai pentinganya ketabahan. Kita telah berbicara mengenai bagaimana pada akhir zaman, kita harus bertahan dan tidak mengizinkan kedurjanaan menguasai hati kita, terutamanya oleh godaan duniawi dan kekayaan. Di pesan yang lalu, kita berbicara mengenai ketabahan para nabi. Allah menginginkan setiap orang Kristen untuk menjadi nabi-Nya untuk memberitakan pesan pertobatan di dalam nama Yesus pada hari-hari terakhir ini. Memberitakan kebenaran di dalam nama Yesus, kita akan diperhadapkan dengan banyak penolakan dan penderitaan. Kita harus selalu bertahan sama seperti para nabi, melakukan tugas-tugas yang telah Allah percayakan pada kita dengan setia.
Mengapa rasul Yakobus tiba-tiba mau kita meniru ketabahan Ayub di ayat 11? Apa yang harus ditekuni oleh Ayub? Saya perhatikan bahwa di ayat 11, Yakobus menggunakan kata Yunani yang lain untuk mengambarkan ketabahan. Kata yang dipakai mirip dengan yang dipakai di ayat 7-8. Kata itu juga muncul sebelumnya di Yakobus 1:3, 4 dan 12. Kata-kata ini semuanya berbicara mengenai godaan berkaitan dengan kelangsungan iman. Pokok ini membuat kita dapat melihat bahwa ketabahan yang dibutuhkan oleh Ayub adalah dalam hal pencobaan terhadap iman. Di dalam kesimpulan suratnya, Yakobus sekali lagi kembali kepada topik pencobaan iman. Dia telah sekali lagi memperingatkan bahwa saat berhadapan dengan pencobaan iman, kita harus ingat bagaimana Ayub bertahan dan bertekun di dalam pelbagai pencobaan sampai dia dapat pada akhirnya menerima berkat-berkat dari Allah.
PENCOBAAN IMAN YANG TIDAK KITA PAHAMI
Seperti yang Petrus katakan di 1 Petrus 4:12,
Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah terkejut dengan api pencobaan yang datang untuk menguji kamu, seolah-olah sesuatu yang aneh terjadi atas kamu.
Pencobaan iman yang sedemikian adalah hal-hal yang tidak kita pahami, tetapi tiba-tiba menimpa kita seperti yang terjadi kepada Ayub. Kejadian-kejadian demikian tidak dapat kita pahami dan jelaskan. Saya pernah mengenal seorang saudara yang berimigrasi dari Shanghai ke Amerika. Dia tidak mendapatkan pekerjaan bahkan setelah pindah ke Amerika dan hidupnya menjadi sangat tidak terurus. Setelah itu, dia menjadi Kristen, dan tidak lama setelah itu, istrinya berselingkuh dan lari mengikut seorang pria Amerika. Dia ditinggalkan bersama anaknya yang berusia tiga tahun. Saat ia sedang terpuruk, anaknya ditabrak seorang pengendara mobil yang juga seorang Kristen di parkiran gereja dan anak itu akhirnya mati setelah diantar ke rumah sakit. Anda dapat membayangkan betapa sedihnya saudara ini. Dia berkonsultasi ke pendeta-pendeta di berbagai gereja, menanyakan mengapa hal yang demikian terjadi pada anak yang begitu dikasihinya. Namun, tidak seorang pun yang dapat memberinya jawaban. Saya sendiri tidak dapat memberinya jawaban. Pengalamannya membuat saya memikirkan tentang pengalaman Ayub. Itu adalah pencobaan iman. Hanya Allah yang tahu tujuannya. Namun, ada satu hal yang sangat penting. Rasul Yakobus memberitahu kita bahwa ketekunan Ayub membawa dia untuk pada akhirnya menyadari bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan kasih karunia.
DUA PENCOBAAN YANG DIALAMI AYUB
Pencobaan seperti apa yang dialami oleh Ayub? Mari kita membaca Ayub 1:6-12.
6 Ada suatu hari, ketika anak-anak Allah datang berdiri di hadapan Tuhan, Setan juga datang di antara mereka.
7 YAHWEH bertanya kepada Setan, “Dari mana kamu datang?” Lalu, Setan menjawab YAHWEH, katanya, “Dari menjelajahi bumi, dan berjalan kian kemari di atasnya.”
8 Kemudian, YAHWEH bertanya kepada Setan, “Sudahkah kamu memperhatikan hamba-Ku, Ayub? Tidak ada orang yang seperti dia di muka bumi, seorang yang saleh dan benar, seorang yang takut akan Allah, dan menjauhkan diri dari kejahatan.”
9 Kemudian, Setan menjawab YAHWEH, katanya, “Apakah Ayub takut akan Allah tanpa alasan?
10 Bukankah Engkau yang membuat pagar di sekeliling dia, sekeliling rumahnya, dan sekeliling semua yang dia miliki di semua sisinya? Engkau telah memberkati pekerjaan tangannya, dan kawanan ternaknya semakin bertambah di negeri itu.
11 Akan tetapi, sekarang, ulurkan tangan-Mu, dan sentuh semua yang dia miliki, maka dia akan mengutuki-Mu di hadapan-Mu.”
12 Lalu, YAHWEH berfirman kepada Setan, “Baiklah, semua yang dia miliki ada dalam tanganmu, hanya jangan ulurkan tanganmu atas dia.” Kemudian, Setan pergi dari hadapan YAHWEH.
Di sini kita membaca Setan berbicara kepada Allah bahwa imannya Ayub dibangun di atas kekayaan yang telah Allah berikan kepadanya. Jika Allah mengambil semua miliknya, Ayub tidak akan lagi percaya pada Alah. Karena itu, Allah mengizinkan Ayub untuk menghadapi ujiannya yang pertama dari Setan, yaitu mengambil semua warisannya, anak-anaknya dan kekayaannya dalam sekelip mata. Namun, Ayub tidak meninggalkan Allah karena semua itu. Di akhir pasal 1, Kitab Suci memberitahu kita bahwa Ayub memuliakan Allah untuk semua yang dialaminya itu, jadi hal itu membuktikan bahwa iman Ayub terhadap Allah tidak didasarkan pada hal-hal materi.
Mari kita membaca Ayub 2:1-6.
1 Sekali lagi, ada suatu hari ketika anak-anak Tuhan datang berdiri di hadapan YAHWEH, dan Setan datang juga di antara mereka untuk berdiri di hadapan YAHWEH.
2 Kemudian, YAHWEH bertanya kepada Setan, “Dari mana kamu datang?” Lalu, Setan menjawab YAHWEH, dan berkata, “Dari menjelajahi bumi, dan berjalan kian kemari di atasnya.”
3 YAHWEH bertanya kepada Setan, “Sudahkah kamu memperhatikan hamba-Ku, Ayub? Tidak ada orang yang seperti dia di bumi, seorang yang saleh dan benar, seorang yang takut akan Allah, dan menjauhkan diri dari kejahatan. Dia masih terus berpegang teguh pada integritasnya walaupun kamu telah menghasut-Ku untuk menghancurkannya tanpa alasan.”
4 Lalu, Setan menjawab YAHWEH, dan berkata, “Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan semua yang dia miliki demi menyelamatkan nyawanya.
5 Akan tetapi, sekarang, ulurkan tangan-Mu, dan sentuh tulang dan dagingnya, maka dia pasti akan mengutuki-Mu di hadapan-Mu.”
6 Oleh karena itu, YAHWEH berfirman kepada Setan, “Baiklah, dia ada dalam tanganmu, hanya sisakan nyawanya.”
Di sini kita melihat bahwa Setan berkata kepada Allah bahwa Ayub mengasihi hidupnya sendiri lebih daripada kesetiaannya kepada Allah. Karena itu, Allah mengizinkan Setan untuk menimpakan penderitaan ke atas tubuh jasmani Ayub sehingga sekujur tubuhnya dipenuhi oleh borok. Namun, Ayub tidak meninggalkan Allah karena penderitaan-penderitaannya itu.
Pencobaan-pencobaan ke atas iman Ayub berlangsung untuk suatu periode waktu. Namun, Ayub pada akhirnya mengalahkan semuanya dan memelihara imannya terhadap Allah. Di dalam ujian iman ini, pelajaran apa yang mau Allah ajarkan pada Ayub? Mari kita membaca dari Ayub 42:1-6.
1 Kemudian, Ayub menjawab YAHWEH, katanya,
2 “Aku tahu bahwa Engkau dapat melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang dapat dibendung.
3 ‘Siapakah dia yang menyembunyikan nasihat tanpa pengetahuan?’ Oleh karena itu, aku telah mengatakan apa yang tidak kumengerti, hal-hal yang terlalu ajaib bagiku untuk kuketahui.
4 ‘Dengarlah, Aku hendak berfirman; Aku hendak menanyaimu, dan kamu akan memberi tahu Aku’.
5 Aku sudah mendengar kabar tentang Engkau hanya dengan telinga, tetapi sekarang, mataku telah melihat Engkau.
6 Oleh karena itu, aku memandang hina diriku sendiri, dengan menyesal dalam debu dan abu.”
Ayub menyatakan sesuatu yang sangat aneh di sana dan ia mengungkapkan pertobatannya terhadap Allah. Ayub bertobat dari hal apa? Di dalam pandangan kita, dia sangat benar dan orangnya hampir tanpa cela. Ayub bertobat di hadapan Allah dalam hal apa? Setelah membaca kitab Ayub, beberapa orang merasakan bahwa Allahlah yang telah menganiaya Ayub dan Allah kelewatan dalam menangani Ayub dalam cara itu. Seharusnya Allahlah yang meminta maaf kepada Ayub, tetapi mengapa Ayub yang harus bertobat?
MATAKU TELAH MELIHAT ENGKAU
Mari kita lihat Ayub 42:5.
Aku sudah mendengar kabar tentang Engkau hanya dengan telinga, tetapi sekarang, mataku telah melihat Engkau.
Ayub berkata bahwa dia dulu mendengar tentang Allah, tapi sekarang ia benar-benar melihat Allah. Apa yang dimaksudkan olehnya? Itu berarti pengenalan Ayub akan Allah telah mengalami suatu terobosan sebagai akibat dari ujian iman ini. Pengenalannya akan Allah telah bergerak dari “mendengar” kepada “melihat” dan imannya pada Allah telah meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Justru karena hubungannya dengan Allah telah diperdalam, ia mempunyai pemahaman yang lebih mendalam akan dosa-dosanya yang membuatnya mengungkapkan pertobatannya terhadap Allah.
Apa dampak yang muncul dari ujian iman? Dampaknya adalah ia membuat hubungan kita dengan Allah menjadi semakin mendalam. Setelah mengalami pencobaan-pencobaan, Ayub menjadi sahabat Allah seperti Abraham. Ingat bagaimana Yakobus 2:23 berbicara mengenai iman Abraham, ayat itu memberitahu kita bahwa Abraham adalah sahabatnya Allah. Allah mau setiap dari kita menjadi sahabatnya, tetapi karena ketidakkudusan kita, hubungan kita dengan Allah berhenti di tahap yang sangat dangkal. Itulah yang membuat kita tidak dapat melihat dosa-dosa dan ketidakkudusan kita. Dia mengizinkan kita mengalami pencobaan iman yang dapat diibaratkan sebagai melewati api, proses yang membuat kita lebih bersih, lebih murni dan yang menuntun kita pada hubungan yang lebih mendalam dengan Allah, supaya kita dapat menjadi sahabat Allah.
Yang terakhir, saya mau menanyakan suatu pertanyaan: mengapa Anda mau percaya pada Allah? Apakah karena Anda mau mendapatkan manfaat dan berkat dari Allah dan bukannya mau menjadi sahabat karib-Nya? Jika demikian, Allah bagi Anda tidak ada bedanya dengan ilah atau dewa yang lain. Jika kita tidak memahami bahwa Allah menyelamatkan kita dengan alasan untuk menjadikan kita sahabat-Nya, sama sekali tidak ada artinya menjadi seorang Kristen. Jika hati Anda terfokus pada mencari Allah, mengasihi-Nya dengan segenap hati dan pikiran dan menjadi sahabat-Nya, Anda berada di jalur iman yang benar. Akan tetapi, Anda harus mempersiapkan hati dan pikiran untuk pencobaan-pencobaan iman. Saat Anda menghadapi pelbagai pencobaan, janganlah melupakan teladan Ayub. Rasul Yakobus memberitahu kita bahwa orang yang demikian akan diberkati.