new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Yang Tuhan kehendaki dari kita sebagai umat percaya adalah untuk hidup di dalam belas asih terhadap sesama.

Suatu tindakan kasih berbicara lebih lantang dari seribu khotbah yang tidak berakhir dengan tindakan.

Sebagai umat percaya, saya sering dimalukan oleh pernyataan Mohandas Gandhi bahwa satu tindakan belas asih lebih berarti dari 1,000 kepala yang tunduk berdoa. Bukan berarti berdoa itu tidak penting, tapi berdoa tanpa berbuat kasih itu sama sekali tidak berarti, apakah di pandangan manusia maupun Tuhan.

Kita harus dengan aktif dan sadar memulihkan kembali belas kasihan sebagai jantung bagi kehidupan beragama dan bermoral. Tidak kira apa perbedaan di antara pelbagai agama, namun semuanya akan menyetujui bahwa adalah mungkin untuk menjembatani segala perbedaan dan berkerjasama demi keadilan dan kedamaian.

Ini hanya dapat dilakukan lewat belas asih.

Orang beragama harus meninggalkan kecondongan untuk menjadi benar dan menjadikan belas asih inti kepada kehidupan beragama mereka.

Belas asih adalah ujian untuk sejatian setiap agama.

Apa itu belas asih?

Kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kita menurunkan si Aku dari takhta dan menempatkan orang lain di situ. Hanya setelah ego dikesampingkan kita siap untuk melihat yang ilahi.

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan – Mat 9:13

Hana Karuna