new-header-kesaksian

 

Akhirnya neneknya membiarkan cucunya yang berumur sepuluh tahun dan kelaparan pergi mencari makanan. Ia menyadari adanya bahaya di luar desa dan mengingatkan supaya cucunya itu sudah di rumah sebelum gelap.

Kamerindo dan teman-temannya telah berjalan beberapa kilometer memungut buah beri saat tiba-tiba mereka mendengar para tentara meneriaki mereka. Karena takut, anak-anak laki-laki itu lari ke padang berilalang tinggi-tinggi kemudian merunduk. Para tentara tadi membakar padang itu dan menunggu anak-anak itu keluar.

Umat Kristen di Sudan diusir dari negeri mereka sendiri karena keyakinan agama mereka. Banyak orang melarikan diri dari penganiayaan dari kelompok yang beda agama, dan hanya membawa pakaian di punggung mereka.

Api itu membakar dengan cepat mendekati anak-anak itu, mereka tidak punya pilihan kecuali lari menyelamatkan diri. Tiga anak laki-laki yang lain keluar, hanya Kamerino yang tetap tinggal.

Saat api telah menghanguskan padang itu dan setelah menangkap tiga anak-anak itu, para tentara berjalan ke tempat Kamerino berbaring. Derita luka bakar yang amat sangat telah membuat posisi tubuhnya melingkar. Tubuh anak yang terbakar itu diam tak bergerak dan dibiarkan mati dengan sendirinya – satu lagi korban Kristen. Mungkin bagi mereka itu tidak berarti apa-apa.

Karena suatu mukjizat, Kamerino merangkak keluar dari padang itu dan ditemukan oleh seorang penduduk desanya, ia membawanya kembali ke rumah neneknya. Sebagian besar tubuhnya terbakar dengan parah. Tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk Kamerino kecuali berdoa untuk mengurangi penderitaannya.

Tidak jauh dari desa itu, sebuah tim misionaris dari Amerika sedang melakukan perjalanan. Segalanya berjalan sesuai rencana sampai truk mereka terjebak di sungai. Para misionaris itu mempersembahkan kegiatan-kegiatan mereka kepada Tuhan dalam doa dan meminta pimpinan dari Tuhan. Selesai berdoa, mereka memutuskan untuk mengunjungi desa terdekat karena mereka akan mengadakan wawancara dengan penjabat pemerintah tidak jauh dari situ.

Segera setelah sampai, sejumlah wanita datang berlarian mendekati para pendatang asing itu. Dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah mereka berteriak, “Datanglah cepat…anak kami…kalian harus bantu…datang cepat!”

Tim itu mengikuti para wanita tersebut ke sebuah bangunan yang gelap dan kecil. Di lantai mereka menemukan seorang anak laki-laki kecil terbaring tidak bergerak. Ia diselimuti dengan selimut seadanya. Saat selimut itu diangkat, mereka melihat luka bakar yang sangat parah memenuhi tubuh Kamerino.

Dengan berhati-hati mereka segera mengangkat Kamerino ke dalam truk mereka dan mengantar ke rumah sakit yang berjarak tujuh puluh lima kilometer. Di sana anak itu segera menerima perawatan yang sangat ia perlukan.

Hari ini mata Kamerino berlinang air mata saat mengingat bagaimana doa dan campur tangan Ilahi telah menyelamatkannya. Ia mengenal kasih Kristus dan kuasanya untuk menyembuhkan, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia tersenyum.

Para misionaris itu juga bersyukur kepada Tuhan karena setelah dikelilingi oleh begitu banyak kematian dan penderitaan di Sudan, Tuhan mengizinkan mereka untuk menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang berani.

Kita semua menantikan saat Tuhan akan menghapus segala air mata kita, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu – Wahyu 21:4.

(You Tube tentang Kamerino dapat diakses di http://www.persecution.com/public/media.aspx?mediapage_ID=NTc4)

Suara Martir