Pastor Jeremiah Zhang | 1 Raja-Raja 6 & 7 |

Pasal 6 dan 7 dari 1 Raja-Raja menggambarkan proses pembangunan Bait Suci. Di pasal 7:1-12 disisipkan tentang Salomo membangun istananya, gedung “hutan Libanon” dan istana untuk putri Firaun. Pembangunan ini bermula setelah Bait Suci selesai didirikan. Pembangunan Bait Suci memakan waktu selama 7 tahun. Menurut 2 Tawarikh 8:1, Salomo menggunakan 13 tahun untuk mendirikan istananya. Ada yang bertanya pada saya, “Mengapa Salomo membangun istana untuk dirinya yang dua kali lipat lebih besar dari Bait Suci dan mengapa dia memakai 13 tahun untuk mendirikannya – 6 tahun lebih dari membangun Bait Suci? Salomo memberikan yang terbaik dan yang paling megah untuk dirinya sendiri. Bukankah dengan berbuat demikian, dia sedang meninggikan dirinya? Bukankah dia seharusnya memberikan yang terbaik dan termegah untuk Allah?

Alkitab selalunya mencatat hal-hal dalam cara yang umum. Catatan Alkitab tidak menyediakan gambaran yang rinci. Dan tidak ada komentar juga tentang hal ini. Kita biasanya membaca Alkitab dengan cara retrospektif. Kita tahu bahwa Salomo meninggalkan Allah saat dia tua. Jadi, kita selalu melihat pada apa yang Salomo lakukan di waktu mudanya dengan pandangan yang miring. Misalnya, kita pikir bahwa pernikahannya dengan putri Firaun adalah suatu dosa; menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain adalah berkompromi dengan dunia; membangun istana yang besar adalah suatu tindakan yang sombong dan meninggikan diri. Tapi, jika Salomo seperti Daud bertekun dalam mengasihi Allah sampai tua, apakah kita masih akan mengkritiknya dengan cara itu?

Kita berbicara tentang kebesaran hati, hal ini merupakan pokok yang sangat penting. Kita harus berbesar hati dalam bergaul dengan orang; kita harus berbesar hati saat membaca Alkitab dan berjalan bersama Allah. Mengapa saya berkata demikian? Karena banyak orang Kristen yang sangat sempit hatinya. Allah akan sangat kesulitan untuk memimpin, mengajar dan mengubah orang yang demikian. Petrus adalah contoh yang baik. Sebanyak tiga kali, Roh Kudus memberinya visi untuk memberitakan Injil kepada orang fasik, tapi dia tidak bisa menerima. Dia bahkan berkata kepada Tuhan, “Tidak demikian, Tuhan!” Jadi, kita dapat melihat bahwa jika kita mau Allah menggenapi kehendakNya di dalam hidup kita, kita harus memiliki kebesaran hati.

Pemikiran Allah jauh melebihi pemikiran kita. Jika kita tidak menyingkirkan kesempitan hati dan kesempitan konsep agamawi kita, kita tidak mungkin dapat memahami Alkitab. Dan tidaklah mungkin untuk kita memahami kehendak Allah. Bagaimana kita bisa membaca Alkitab dengan kelapangan hati? Caranya adalah untuk tidak memakai pemikiran kita sendiri untuk menafsir Alkitab. Dan membiarkan Roh Allah mengajar kita untuk memahami kehendak Allah. Banyak orang Kristen mengira bahwa Allah adalah seorang tiran yang selalu senang memberikan banyak ketetapan dan hukum untuk mengekang kita. Dia senang melihat kita menderita. Dia akan menjadi iri dan marah kalau kita sedang menikmati sesuatu. Jadi, untuk menjadi umat Allah, kita tidak boleh melakukan sekehendak hati kita. Kita harus menyenangkan Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Allah memiliki sukacita yang tak berkesudahan. Tapi kita tidak boleh mencari sukacita. Banyak orang – termasuk orang Kristen – yang berpikir dengan cara ini. Manusia di dalam kesempitan hati mereka selalu mengira bahwa Allah juga, seperti dirinya, memiliki hati yang sempit.

Mengapa kita berasumsi bahwa Allah tidak senang Salomo membangun istana yang lebih besar dan lebih megah dari Bait Suci? Apakah Allah orangnya kikir? Apakah hati Allah sedemikian sempit? Saya mau membagikan satu perikop dengan Anda.

Ulangan 14:22-26:  

Ulangan 14:22-26 “Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan namaNya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apa pun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.

Di sini yang dibicarakan adalah tentang persepuluhan. Persepuluhan yang dipersembahkan oleh orang Israel datangnya dari hasil ladang atau ternak. Ayat 23 berkata bahwa persembahan persepuluhan adalah untuk mengajar umat Allah untuk takut pada Allah. Karena hal ini merupakan ungkapan jasmani dari ketundukan kita pada kedaulatan Allah. Lewat persembahan persepuluhan ini, kita menghormati Dia sebagai Pencipta dan mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki datangnya dari Dia. Persembahan persepuluhan hanya untuk mengembalikan apa yang telah Dia berikan pada kita.

Persembahan persepuluhan bangsa Israel dibawa ke Tabut Allah dan dipersembahkan kepada Allah. Jika perjalanannya terlalu jauh, Allah mengizinkan mereka untuk menguangkan persembahan persepuluhan mereka dan membawanya ke Bait Suci Allah. Saat mereka tiba di tempat, mereka akan bisa memakai uang itu untuk membeli sapi, domba, anggur atau minuman keras yang mereka ingin makan dan minum. Lalu, mereka akan mempersembahkan semuanya pada Allah. Mereka bisa menikmati di hadapan Allah sebagian dari persembahan itu sebelum mereka berangkat pulang. Perhatikan kata-kata “apa pun yang diingini hatimu” di ayat 26. Allah mengizinkan umatNya untuk mengingini sesuai dengan hati mreka. Apa saja yang mereka mau makan, mereka bisa mempersembahkannya pada Allah. Dengan cara ini, mereka juga bisa menikmatinya. Allah berkehendak untuk mereka makan dan minum dengan penuh sukacita bersama keluarga mereka di depan Allah – kehendak Allah bagi umatNya adalah untuk selalu bersukacita.

Allah bukanlah tiran sebagaimana yang kita pikirkan. Dia sangat menghendaki kita untuk menikmati kehidupan kita sesuai dengan keinginan hati kita. Segala sesuatu sudah dia karuniakan pada kita untuk dinikmati. Tidaklah mengherankan Paulus di 1 Timotius 6:17 memuji Allah sebagai “Allah yang hidup yang telah mengarunia dengan limpahnya segala sesuatu untuk dinikmati”. Inilah kehendak Allah. Dia tidak bermaksud untuk mengekang kita, membuat kita menderita. Kita tidak dapat menikmati kehidupan kita sesuai dengan keinginan hati kita bukan karena Allah melarangnya. Hal ini adalah dikarenakan dosa dan keegoisan kita yang membuat hidup kita sengsara. Karena itu ayat 23 pertama-tama menyebut tentang takut akan Allah, lalu berbicara tentang “apa pun yang diingini hatimu” dan “haruslah engkau makan dan minum dan bersukacita.” Kehendak Allah adalah untuk kita takut akan Dia, hidup sesuai dengan kehendakNya. Hanya dengan cara ini, kehidupan kita akan menjadi berkelimphan, sukacita dan puas.

Jika Salomo takut akan Allah dan menepati semua perintah dan ketetapan Allah dengan segenap hatinya, dia bisa melakukan sesuai dengan keinginan hatinya. Allah tidak akan marah. Kehendak Allah adalah bagi bangsa Israel menikmati kehidupan sesuai dengan keinginan hati mereka. Jadi, di 1 Raja-Raja 6:11-12, Allah memperingatkan Salomo untuk menepati perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan hukum-hukumNya. Allah menginginkan Salomo untuk menjadikan dirinya teladan untuk mengajarkan pada bangsa Israel takut akan Allah. Karena hanya pada saat manusia takut pada Allah, dia bisa dengan bebas mengingini sesuai dengan kehendak Allah dalam menjalani kehidupannya. Dengan demikian, dia akan menjadi orang yang sungguh-sungguh bahagia dan merdeka.

Kita harus mengkaji ulang pandangan kita tentang Allah. Jangan membayangkan Allah sebagai seorang tiran yang kikir dan sempit hatiNya. Anda harus menanggalkan semua konsep yang keliru tentang Allah. Kita harus memakai kebesaran hati untuk mengenal dan mempelajari firmanNya. Dalam cara ini, Anda akan sepenuhnya mempunyai ide yang baru tentang Allah. Saat Anda mempelajari Alkitab, Anda akan menemukan banyak pencerahan yang tidak Anda lihat sebelumnya.

Pasal 6 dan 7 menyebut tentang proses pembangunan Bait Suci. Pembangunan Bait Suci juga menubuatkan tentang pembangunan gereja. Tujuan akhir dari keduanya adalah untuk mengundang Allah untuk berdiam di tengah-tengah umatNya. Lewat ini, kita dapat memuliakan nama Allah dan menarik umat dari semua bangsa untuk berpaling pada Allah. Jadi, di 1 Raja-Raja 6:11-13, Allah memperingatkan Salomo tujuan pembangunan Bait Suci. Allah juga memperingatkan dia bahwa Bait Suci tidak dapat mengambil tempat ketundukan mereka pada Allah. Hanya saat kita tunduk pada Allah dan menepati kehendakNya, Allah akan berada di tengah-tengah umatNya.

Daudlah yang menyarankan rencana pembangunan Bait Suci. 1 Tawarikh 28-29 mencatat sumbangan Daud terhadap pembangunan Bait Suci. Hari ini, kita akan melihat pada 1 Raja-Raja 7-8 dan 1 Tawarikh 28-29 untuk memahami prinsip-prinsip pembangunan Bait Suci. Memahami prinsip-prinsip ini membantu mereka yang melayani Allah untuk memahami bagaimana membangun gereja sesuai dengan kehendak Allah.

1) Daud mendirikan Bait Suci karena kasihNya pada Allah

Setiap kali Alkitab menyebut tentang pembangunan Bait Suci, nama Daud akan disebut. Walaupun yang bertanggungjawab dalam pembangunan Bait Suci adalah Salomo, tapi Daudlah yang memunculkan gagasan ini. Karena Daud mengasihi Allah dan mau membalas kebaikan Allah, jadi dia merencanakan untuk membangun suatu tempat tinggal yang permanen bagi Allah. Dia juga melakukan banyak persiapan dan menyediakan banyak persembahan untuk pembangunan Bait Suci. Itulah alasan mengapa Daud disebut sebagai orang yang di balik pembangunan Bait Suci. Di pasal 28 dari 1 Tawarikh, Daud menyebut alasan di balik pembangunan Bait Suci kepada para pemimpin Israel. Alasan pertama adalah karena dia mengasihi Allah. Kita melihat di 1 Tawarikh 29:2-3:

1 Tawarikh 29:2-3 Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang berwarna-warna, dan segala macam batu mahal-mahal dan sangat banyak pualam. Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tamabahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri.

Dari beberapa ayat ini, kita dapat merasakan betapa mendalamnya kasih Daud pada Allah. Karena Daud mengasihi Allah, jadi dia mengasihi rumah Allah. Dia berharap untuk mendirikan suatu tempat yang permanen untuk Allah secepat mungkin supaya dia dapat mengundang Allah untuk tinggal di tengah-tengah umat Israel. Allah sangat senang dengan apa yang mau Daud lakukan. Tapi karena Daud adalah seorang prajurit yang telah membunuh dan menumpahkan darah banyak orang, jadi Allah tidak mengizinkan dia untuk mendirikan Bait Suci, karena Rumah Allah adalah rumah doa bagi semua dan rumah damai. Dan hanya raja damai yang layak untuk mendirikan rumahNya.

Sekalipun demikian, Allah masih menghargai keinginan Daud. Jadi, Dia berjanji pada Daud bahwa anaknya, Salomo akan mengambil tempat dia dalam menggenapi keinginannya mendirikan Bait Suci. Yang Allah hargai adalah hati Daud, bukannya Bait Suci. Tentu saja, karena Allah berkenan pada Daud, jadi Allah juga berkenan pada keingingan hati dan persembahan dari Daud ini. Hal ini mengingatkan kita pada motif hati dalam bekerja untuk Allah dan melibatkan diri dalam mendirikan gereja, semuanya ini harus dilakukan karena kasih kita pada Allah. Jika tidak, Allah tidak akan berkenan dan tidak akan menerima semua yang telah kita lakukan. Semua orang tahu tentang kasih Daud pada Allah. Kita dapat merasakan hal itu saat kita mempelajari Mazmur. Kiranya kita semua belajar dari Duad untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budi kita.

2) Daud mempersembahkan segala sesuatu untuk mendirikan Bait Suci

Kasih Daud pada Allah bukanlah sekadar ngomong saja tanpa perbuatan. Daud tidak memakai uang dari kas negara untuk mendirikan Bait Suci. Dia tidak meminta orang banyak untuk menyumbang uang demi pembangunan Bait Suci. Daud mempersembahkan semua uang tabungannya untuk mendirikan Bait Suci. Kita melihat pokok ini di 1 Tawarikah 29:2-3. Sekalipun Allah tidak mengizinkan Daud untuk mendirikan Bait Suci, dia masih mengambil inisiatif untuk mempersembahkan apa yang dimilikinya untuk mendirikan Bait Suci. Dia mempersiapkan emas, perak, tembaga, besi, kayu dan batu-batu berharga untuk Bait Suci. Semua uangnya diberikan untuk bait Allah. Kasih Daud pada Allah diungkapkan dalam persembahannya yang tanpa batas pada Allah.

Tentu saja, mengandalkan kekuatan keuangan satu orang, tidaklah cukup untuk mendirikan Bait Suci. Sekalipun persembahan Daud sangat besar, tapi tidak cukup untuk proyek  besar mendirikan Bait Suci. Jadi, Daud harus meminta umat untuk memberikan persembahan demi pendirian Bait Suci. Kita baca di 1 Tawarikah 29:2-9:

1 Tawarikah 29:2-9 gan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang berwarna-warna, dan segala macam batu mahal-mahal dan sangat banyak pualam. Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan, yakni emas untuk barang-barang emas dan perak untuk barang-barang perak dan untuk segala yang dikerjakan oleh tukang-tukang. Maka siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?” Lalu para kepala puak daan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya. Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi. Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel, orang Gerson itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN. Bangsa itu bersukacita karena kerealaan mereka masing-masing sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.

Membangun Bait Suci ( atau melakukan pekerjaan Allah) tidak boleh mengandalkan kekuatan satu orang. Jadi, Daud memanggil para pejabat dan pemimpin untuk mengambil bagian dalam mempersembahkan persembahan bagi pembangunan Bait Suci. Mereka dengan penuh kerelaan mempersembahkan emas, perak, tembaga, besi dan batu-batu permata. Umat dengan tulus dan penuh kerelaan mempersembahkan pada Allah. Allah juga mengaruniakan kepada umat Israel dan Daud sukacita yang besar. Kita dapat melihat prinsip spiritual di sini: bagi mereka yang dengan penuh sukacita dan penuh kerelaan mempersembahkan pada Allah, mereka akan mengalami sukacita dari Allah karena Allah sangat senang dengan persembahan yang demikian.

Berikanlah perhatian pada pokok ini. Mengapa orang dengan tulus rela memberikan persembahan? Hal ini adalah dikarenakan persembahan Daud yang tanpa batas pada Allah. Daud mempersembahkan semua yang dimilikinya. Teladan dari Daud merupakan satu motivasi bagi mereka. Jadi, kita dapat melihat bahwa gembala harus menjadikan dirinya teladan untuk diikuti oleh orang lain. Dia tidak seharusnya hanya memakai mulutnya untuk berkata bahwa dia mengasihi Allah, dia harus mempersembahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Persembahan semacam ini sangat menyenangkan Allah. Persembahan diri kita seutuhnya pada Allah akan mendorong orang lain untuk lebih lebih lagi mengasihi Allah.

3) Bait Suci didirikan sesuai dengan cetak biru dari Allah

Saat Anda membaca pasal 6-7, Anda pasti akan bertanya: Terdapat perbedaan yang besar di antara Bait Suci yang didirikan oleh Salomo dengan Kemah yang dari Musa. Salomo mendirikan Bait Suci dan segala sesuatu di dalamnya berdasarkan rencana atau cetak biru dari siapa? 1 Raja-Raja 6-7 tidak memberikan kita jawabannya. Tapi kita dapat menemukan jawabannya di 1 Tawarikah 28:11-19:

1 Tawarikah 28:11-19 Daud menyerahkan kepada Salomo, anaknya, rencana bangunan dari balai Bait Suci dan ruangan-ruangannya, dari perbendaharaannya, kamar-kamar atas dan kamar-kamar dalamnya, serta dari ruangan untuk tutup perdamaian. Selanjutnya rencana dari segala dipikirkannya mengenai pelataran rumah TUHAN, dan bilik-bilik di sekelilingnya, mengenai perbendaharaan-perbendaharaan rumah Allah dan perbendaharaan-perbendaharaan barang-barang kudus; mengenai rombongan-rombongan para imam dan para orang Lewi dan mengenai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah TUHAN dan segala perkakas untuk ibadah di rumah TUHAN. Juga ia memberikan emas seberat yang diperlukan untuk segala perkakas pada tiap-tiap ibadah; dan diberikannya perak seberat yang diperlukan untuk segala perkakas-perkakas pada tiap-tiap ibadah, yakni sejumlah emas untuk kandil-kandil emas dan lampu-lampunya yang dari emas, seberat yang diperlukan tiap-tiap kandil dan lampu-lampunya, dan perak untuk kandil perak seberat yang diperlukan perak untuk satu kandil dan lampu-lampunya, sesuai dengan pemakaian tiap-tiap kandil dalam ibadah. Kemudian diberikannya sejumlah emas untuk meja-meja roti sajian, meja demi meja, dan perak untuk meja-meja dari perak; selanjutnya emas murni untuk garpu-garpu, dan bokor-bokor penyiraman dan kendi-kendi, juga untuk piala-piala dari emas seberat yang diperlukan untuk tiap-tiap piala, dan perak untuk piala dari perak seberat yang diperlukan untuk tiap-tiap piala; juga emas yang disucikan untuk mezbah pembakaran ukupan seberat yang diperlukan dan emas untuk pembentukan kereta  yang menjadi tumpangan kedua kerub, yang mengembangkan sayapnya sambil menudungi tabut perjanjian TUHAN. Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku oleh TUHAN, yang berisi petunjuk tentang segala pelaksanaan rencana itu.

Allah sebenarnya sudah lama telah menyingkapkan cetak biru untuk pembangunan Bait Suci. Daud mencatat setiap detil dari Bait Suci, termasuk pembagian suku Lewi. Daud tidak memberitahu kita bagaimana Allah menyingkapkan semua hal itu kepadanya, besar kemungkinan melalui para nabi. Sekalipun Allah tidak mengizinkan Daud membangun Bait Suci, Allah menghargai Daud dan mengaruniakan kepadanya penghargaan khusus ini karena kasih Daud kepadaNya. Allah menyingkapkan rencana atau cetak biru untuk pembangunan Bait Suci hanya kepada Daud dan Daud memberikan arahan kepada Salomo. Ini menunjukkan bahwa hubungan Daud dengan Allah sangatlah luar biasa. Walaupun Salomo yang membangun Bait Suci, Allah  memberikan pujian dan kemuliaan kepada Daud sebagai yang membangun Bait Suci. Tidaklah mengherankan bahwa 1 Raja-Raja seringkali menempatkan Daud dan pembangunan Bait Suci itu bersama-sama. Seringkali saat Alkitab berbicara mengenai janji tentang pembangunan Bait Suci, nama Daud akan muncul.

Pokok ini juga mengingatkan kita bahwa sekiranya kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budi dan mempersembahkan yang terbaik bagiNya, Allah akan sangat senang menyingkapkan kehendakNya kepada kita. Jika kita mendirikan gereja menurut kehendakNya, pekerjaan kita akan efektif. Sebaliknya, jika kita melakukan segala sesuatu menurut kehendak kita sendiri, pelayanan kita tidak akan berdampak.  Sekalipun ada sedikit dampak, tapi pekerjaan kita tidak akan bertahan.

4) Bait Suci dibangun dengan materi yang terbaik

Bahan bangunan yang utama untuk pembangunan Bait Suci adalah batu yang besar, aras, zaitun emas dsbnya. Batu-batu yang besar dipakai untuk pembangunan tembok luar. Ayat 5.17 memberitahu kita bahwa Salomo mengutus orang ke gunung untuk melinggis batu-batu yang besar dan mahal. Ini bukan batu-batu yang biasa. Mereka adalah batu-batu yang berharga yang sudah dibentuk oleh pemahat-pemahat. Hanya batu-batu yang sudah dipahat yang dapat digunakan untuk membangun Bait Suci. Kayu aras dikirim dari Tirus yang jauh lewat laut ke Yafo. Kayu-kayu itu kemudian dikirim ke Yerusalem dari Yafo. Transportasi pada waktu itu sangat sulit karena tidak ada jalan yang bagus dari Yafo ke Yerusalem. Batu-batu besar dan kayu aras merupakan bahan-bahan yang sangat mahal. Belum lagi bahan-bahan seperti emas yang bahkan lebih mahal lagi. Salomo memilih bahan-bahan yang terbaik untuk mendirikan Bait Suci. Sekalipun Bait Suci ini bukan untuk Allah yang tidak membutuhkan tempat tinggal, namun Bait Suci ini memanifestasikan kemuliaan Allah. Jadi membangun Bait Suci harus memakai bahan-bahan yang paling bagus.

Kita telah melihat di PA yang lalu bahwa batu, aras, zaitun dan emas dll, adalah bahan-bahan yang melambangkan manusia. Membangun gereja adalah untuk memimpin orang untuk mengenal Kristus di mana melaluinya orang bisa menjalin hubungan dengan Allah. Para penginjil bukan saja membawa orang untuk percaya pada Kristus, mereka juga harus memimpin mereka untuk bertumbuh sesuai dengan kehendak dan rencana Allah. Dan menuntun mereka untuk mengeluarkan aroma Kristus. Gereja membutuhkan orang Kristen yang dewasa untuk bersinar untuk Allah, untuk memuliakan Allah. Jadi membangun jemaat adalah suatu misi yang sangat sulit. Jika para hamba Tuhan itu sendiri tidak mempersembahkan diri mereka sepenuhnya dan tidak melayani dengan segenap hati dan pikiran, mereka tidak akan mengalami kemurahan Allah untuk menggenapi misi mereka.

Jadi, kita harus ingat bahwa membangun jemaat bukan berarti memimpin orang dengan begitu saja dan secara sembrono mempercayai Yesus. Membangun jemaat berarti memimpin orang lain untuk bertumbuh dewasa untuk menjadi bahan bangunan yang berharga yang dapat dipakai oleh Allah. Batu dan kayu apa saja dapat dipakai untuk membangun sebuah rumah. Tapi kualitas sebuah rumah dan apakah kualitas rumah itu bagus atau jelek bergantung pada materi apa yang kita pakai. Hanya apabila kita memakai bahan yang paling bagus untuk membangun, pembangunan kita itu dapat bertahan melewati ujian Allah dan menyenangkan Allah. Kita baca di 1 Ko. 3:12-13:

1 Korintus 3:12-13 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.

Pekerjaan yang dimaksudkan oleh Paulus adalah pekerjaan membangun jemaat. Dia mengingatkan setiap pelayan Tuhan bahwa kita harus tahu dengan bahan apakah yang akan kita pakai untuk membangun gereja. Karena pekerjaan kita akan diuji oleh Allah. Allah akan memakai api untuk menguji pekerjaan kita. Pekerjaan yang dibangun dengan memakai jerami dan rumput kering akan terbakar. Itu berarti hanya materi yang terbaik yang akan diterima oleh Allah.

5) Bait Suci dibangun di tengah-tengah kedamaian

1 Raja-Raja 6:7 berkata: Pada waktu rumah itu didirikan, dipakailah batu-batu yang telah disapkan di penggalian, sehingga tidak kedengaran palu atau kapak atau sesuatu perkakas besi pun selama pembangunan rumah itu.

Kita dapat membanyangkan seluruh proses pembangunan Bait Suci dilaksanakan dalam keadaan damai dan tenang. Hal ini sangat berbeda dengan pembangunan yang kita lihat. Alat-alat besi adalah simbol untuk usaha manusia. Ini berarti kita tidak seharusnya memakai usaha manusia untuk melakukan pekerjaan Allah. Banyak hamba Tuhan memakai ide, kemampuan dan semangat mereka sendiri untuk melakukan pekerjaan Allah. Hasilnya adalah pepecahan, kekacauan dan perselisihan. Para hamba Tuhan harus sehati sepikir, dan tunduk pada pimpinan Allah, dengan demikian pelayanan mereka akan membuahkan hasil. Pelayanan semacam ini tidak akan bising, tidak akan ada pertengkaran. Hanya dengan tunduk pada Allah, akan ada damai dan ketenangan.

Kiranya pokok-pokok di atas dapat membantu kita untuk mengerti bagaimana melayani Allah, dan membangun jemaat sesuai dengan kehendak Allah. Di PA yang akan datang, kita akan melihat pada pasal 8, yaitu tentang upacara mempersembahkan Bait Suci.

 

Berikan Komentar Anda: