Pastor Eric Chang | Lukas 18:8b |

Dapatkah mata Anda melihat dengan jelas? Atau apakah penglihatan Anda agak kabur? Baiklah, saya kira mata Anda dapat melihat segala sesuatu di sekeliling Anda. Sekarang perhatikan indra Anda. Dan jika Anda memiliki indra yang keenam sekalipun, gunakan juga indra itu untuk merasakan dan mengamati lingkungan Anda. Apakah Anda merasakan bahwa kita sedang bergerak-gerak dalam kecepatan yang tinggi? Apakah Anda merasakan adanya gerakan? Dapatkah Anda melihatnya?

Anda mungkin akan berkata, “Sebenarnya apa yang sedang ingin Anda sampaikan?”

Tidak, saya bukan sedang memainkan permainan psikologis dengan Anda. Saya bukanlah seorang psikolog. Saya hanya meminta Anda untuk melatih pancaindra Anda. Apakah semuanya berfungsi dengan baik?

Anda mungkin berkata, “Saya mungkin sedikit lelah tetapi saya tidak sebegitu lelahnya atau bodohnya sampai-sampai saya tidak dapat melihat sesuatu yang sedang bergerak. Tidak ada yang bergerak di sini selain dari bibir Anda. Gerakan seperti apa yang Anda maksudkan? Saya sama sekali tidak merasakan adanya gerakan. Mungkin tirai yang bergerak-gerak karena tiupan angin. Tetapi kalau tentang sensasi kecepatan, saya tidak merasakannya.” 

Kita tidak merasa seperti sedang berada di atas kapal di mana segala sesuatunya bergerak-gerak. Indra kita memberitahu kita bahwa kita sedang berada di atas terra firma yaitu di atas dataran yang solid. Tetapi dari pelajaran fisika di sekolah, kita tahu bahwa bumi sedang bergerak lebih dari 1.000 mil per jam. Ini berarti bahwa kita sedang bergerak-gerak dengan kecepatan 1.000 mil saat ini.

Manakah yang benar? Ternyata ada yang salah dengan pancaindra kita. Pancaindra kita tidak memberitahu kita bahwa pada kenyataannya kita sedang bergerak. Mengapa kita tidak merasakan adanya gerakan? Mengapa indera-indera kita tidak terus-menerus memberikan informasi bahwa kita sedang bergerak pada kecepatan lebih dari 1.000 mil per jam pada saat ini? Pada saat saya berbicara, kita sudah bergerak ratusan mil. 

Bumi ini berputar pada porosnya dengan kecepatan lebih dari 1.000 mil per jam. Ini suatu fakta yang sudah diketahui secara umum. Namun ternyata kita tidak mampu merasakan sensasi gerakan itu sedikitpun. Indra-indra kita dan seluruh persepsi kita bahkan indra keenam kita pun tidak mampu memberitahukan kita bahwa kita sedang bergerak-gerak pada saat ini. Bukankah hal ini benar? Itulah fakta yang ada. Saya berusaha untuk membantu Anda memahami dengan mempergunakan ilustrasi ini, bahwa pancaindra kita sama sekali tidak memberikan kepada kita informasi yang sangat penting ini. Indra kita hanya dapat memberitahukan kita apa yang sedang terjadi dalam lingkungan kita saat ini. Tetapi mereka tidak benar-benar memberitahukan kepada kita tentang semua yang sedang terjadi.


Sensasi kecepatan

Ketika Anda mengemudi mobil, Anda mungkin melaju dengan kecepatan 140 km per jam. Pada saat Anda mengemudi dengan kecepatan 140 km per jam atau 100 km per jam, apakah Anda merasakan sensasi dari kecepatan tersebut? Tentu saja Anda merasakan. Anda mendengar bunyi deruan angin jika jendela diturunkan. Anda harus berteriak-teriak untuk berbicara antara satu dengan yang lainnya. Telinga Anda memberitahukan adanya gerakan yang disebabkan suara angin itu. Tentu saja apabila Anda tidak melihat ke speedometer, mungkin Anda tidak akan menyadari kecepatan Anda. Pancaindra kita tidak dapat memberitahu kita kecepatan dengan akurat. Kita memerlukan speedometer untuk memberitahu kita. Itulah sebabnya ada kalanya Anda mendengar sirene polisi di belakang Anda dan Anda akan bertanya, “Kesalahan apa yang telah aku lakukan?” Ternyata Anda telah melebihi batas kecepatan. Jadi, karena Anda tidak melihat “speedo” itu, Anda ditilang. Anda seharusnya memperhatikan “speedo’ itu untuk memastikan diri Anda tidak ditilang, karena pancaindra Anda tidak dapat memberitahu kecepatan kendaraan Anda.

Pernahkah Anda mengemudikan mobil dengan kecepatan 170 km per jam? Saya pernah lebih dari sekali mengemudikan mobil melebihi 170 km per jam. Dapatkah Anda mengalami sensasi gerakan dengan kecepatan setinggi itu? Tentu saja, tergantung pada jenis mobil yang Anda kendarai. Yang pertama saya menguji coba mobil sport Fiat, dan ketika mobil itu melaju sampai 170 km per jam, saya mendapatkan sebuah sensasi kecepatan yang luar biasa, mungkin karena mobil itu agak rendah. Jadi saya merasakan saya begitu dekat dengan tanah sehingga segala sesuatu terasa bergerak dengan sangat cepat di semua sisi. Hal itu agak mirip ketika Anda memainkan sebuah video game di mana segala sesuatu bergerak-gerak dan Anda mulai kebingungan mencari cara untuk menghindari tabrakan dengan benda yang ada di depan. Begitulah rasanya.

Pada kesempatan yang lain, saya mengendarai mobil rancangan Opel dari Jerman. Walaupun dengan kecepatan di atas 170 km per jam, saya hampir tidak mendapatkan sensasi kecepatan. Dengan kecepatan yang sama di kedua mobil tersebut, ternyata pancaindra saya telah memberikan saya informasi yang berbeda. Hal ini disebabkan desain kedua mobil tersebut berbeda. Sekali lagi pancaindra kita tidak dapat diandalkan. Kita tidak dapat bergantung padanya untuk memberikan kita informasi yang akurat karena terlalu banyak faktor lainnya yang terlibat.


Di pesawat udara

Saya yakin sebagian besar dari Anda sudah pernah naik pesawat udara. Pada saat Anda naik ke pesawat, pancaindra Anda semuanya aktif. Anda melihat ke pramugari untuk melihat apakah dia orang yang menarik atau galak. Dia tersenyum, khususnya di pesawat Singapore Airlines, dan dengan ramah ia berkata, “Boleh saya menawarkan Anda sesuatu? Apakah Anda mau membaca surat kabar? Bagaimana kalau manisan? Permen karet?”

Lalu Anda melirik jam tangan Anda, “Katanya pesawat ini akan lepas landas pukul 10. Mengapa pesawat ini belum juga berangkat? Ada apa dengan pesawat ini?” Perasaan cemas mulai muncul. Kemudian Anda mendengar sebuah pengumuman yang mengatakan pesawat itu sedikit tertunda karena pengawas lalu lintas udara mengatakan harus menunggu kira-kira lima menit. Suara merdu si pembaca pengumuman itu membuat Anda merasa sedikit lebih tenang.

Kemudian telinga Anda mendengar bunyi mesin pesawat. Anda mulai merasa gugup dan berdoa, “Tuhan, tolong, saya harus bertemu ibu saya. Ibu saya akan menjadi sangat sedih apabila ada kecelakaan yang terjadi pada saya. Dia menunggu saya di bandara dan dia memang sudah banyak menderita. Lindungilah penerbangan ini, jangan membuat ibu saya sedih.” Selesai doa Anda mengunyah permen karet yang sedikit membantu mengendurkan tekanan pada telinga.

Hal ini kedengarannya lucu, tetapi bukankah itu yang kita lakukan? Ayolah, jujur saja. Hidup kita akan menjadi sangat lucu apabila orang-orang dapat melihat apa yang kita kerjakan dari hari ke hari. Cara hidup yang menggelikan dari “Kekristenan” yang kita anut bahkan sangat lucu bagi diri kita sendiri. Tentu saja Anda tidak menginginkan orang di sebelah Anda mengetahui bahwa Anda sedang berdoa. Anda memegang majalah di depan Anda seolah-olah sedang membaca dan bukannya berdoa.

Pesawat itu mulai meluncur secara pelahan-lahan dan kemudian akhirnya berbelok di sudut menuju landasan pacu. Kemudian pesawat itu melaju di landasan pacu dan Anda melihat segala sesuatu mulai bergerak dengan kecepatan yang semakin tinggi.

Saat pesawat itu melaju dengan kecepatan 170 km per jam, semuanya terasa sedang bergerak dengan sangat cepat. Dan kemudian pesawat itu melaju sampai 250 km, 350 km, dan tiba-tiba hidung pesawat mulai terangkat, badan Anda terdorong serta kaki Anda terangkat. Dan tiba-tiba pesawat itu lepas landas dan mengudara. Kita menarik napas lega dan berkata, “Terima kasih Tuhan. Engkau sudah mendengarkan doaku. Sekarang saya bisa santai, nanti saya akan berdoa lagi untuk pendaratan ketika kita sudah mendekati bandara tujuan.”

Setelah pesawat itu mengudara, Anda tiba-tiba kehilangan sensasi kecepatan. Apa yang terjadi pada saat pesawat itu mencapai ketinggian 35.000 kaki? Pancaindra Anda tidak lagi memberikan informasi tentang kecepatan pesawat. Setelah itu Anda diperbolehkan melepaskan sabuk pengaman Anda. Bukankah aneh, pada kecepatan 170 km per jam di daratan, Anda akan merasakan sensasi kecepatan yang sangat luar biasa. Sekarang, kecepatan Anda sebenarnya sudah tiga kali lipat atau mungkin empat kali lipat kecepatan mobil. Pesawat itu sekarang ini melaju dengan kecepatan 1,200 km per jam tetapi Anda tidak merasakan sensasi kecepatan sedikitpun. Anda dapat berjalan keliling dan Anda tidak jatuh di antara deretan tempat duduk. Anda dapat mengambil secangkir kopi dan dengan tenang meminumnya. Tidak terasa adanya pergerakan.

Apakah yang terjadi? Anda berjalan keliling di ketinggian 35.000 kaki dengan cara yang sama seperti yang Anda lakukan di daratan. Satu-satunya perbedaan adalah Anda berada di kelas ekonomi dan siku orang di sebelah Anda menempel di tulang rusuk Anda. Tetapi terlepas dari semuanya itu, suasananya benar-benar seperti di daratan. Apakah Anda paham apa yang saya katakan? Selama ini Anda telah begitu mempercayai pancaindra Anda, tetapi ternyata pancaindra itu tidak dapat diandalkan.


Bumi itu datar atau melengkung?

Untuk periode waktu yang lama, umat manusia mempercayai bahwa bumi ini adalah datar, benar? Lihatlah pada danau atau laut, apakah kelihatannya melengkung? Tidak, danau itu kelihatannya datar. Jika danau itu melengkung, maka akan lebih melelahkan untuk berenang “ke puncak” menuju ke tengah danau dan kemudian Anda dengan mudah dapat meluncur turun di sisi lainnya. Tetapi yang terjadi tidak demikian. Sama lelahnya menuju ke tengah-tengah danau dan berenang ke tepian. Bagaimana mungkin danau itu melengkung? Jangan bodoh, danau itu tidak melengkung.

Sepanjang sejarah manusia, kita telah percaya bahwa bumi ini datar karena pancaindra kita memberitahukan kita seperti itu. Tentu saja terdapat bukit-bukit dan lembah-lembah, tetapi berbicara secara umum, bumi ini datar, benar? Kemudian beberapa orang bodoh datang dan memberitahu kita bahwa bumi ini bulat. Ini adalah jenis orang-orang yang akan Anda masukkan ke rumah sakit jiwa! Tetapi mereka diperlakukan lebih buruk dari itu. Di dalam sejarah manusia, orang-orang seperti itu dijatuhkan hukuman mati karena telah menyampaikan omong kosong semacam itu. Kita, orang-orang yang terpelajar, pintar, dengan daya indra kita yang sangat sempurna selalu melihat bahwa bumi itu datar! Dan kita mempercayai apa yang disampaikan oleh mata kita!


Dapatkah Anda mendengar gelombang suara?

Apakah Anda memiliki sebuah radio di mobil atau di rumah Anda? Apakah Anda senang mendengarkan program-program yang disiarkan oleh radio tersebut? Udara di sekeliling kita selalu dipenuhi dengan gelombang-gelombang suara. Dapatkah Anda mendengarnya? Pasanglah telinga Anda, apakah Anda dapat mendengarnya? Mungkin ada dua puluhan stasiun yang sedang memancarkan siaran sekarang dalam frekuensi-frekuensi yang berbeda-beda dan gelombang-gelombang tersebut sedang memenuhi setiap sudut ruangan ini. Tetapi yang dapat Anda dengar hanyalah suara saya yang membosankan. Mungkin Anda berharap untuk dapat mendengarkan saluran dengan musik pop. Tetapi justru Anda harus mendengarkan pesan saya yang memberitahukan Anda bahwa pancaindra Anda tidak berfungsi. Siapa yang ingin mendengarkan hal itu?

Saya tidak sedang mempermainkan Anda. Saya barangkali berbicara dengan suatu cara yang mungkin membuat orang tertawa dari waktu ke waktu, tetapi saya ingin menyampaikan suatu pokok yang vital. Pokok ini penting karena jika Anda tidak memahaminya, Anda tidak akan pernah berkembang secara rohani. Anda tidak akan pernah memiliki iman. Dan Anda akan berada di antara orang-orang yang tidak beriman. Alasannya akan menjadi jelas begitu kita melanjutkan ke bagian berikutnya.


Dapatkah Anda melihat sebuah atom?

Saya ingin membantu Anda untuk melihat permasalahan dengan indra-indra fisik kita. Sebagai contoh, kita telah mempelajari bahwa setiap benda di dunia ini terdiri dari atom-atom. Apa yang kita ketahui tentang atom? Suatu atom adalah suatu ruangan dengan beberapa neutron dan elektron serta beberapa benda-benda lainnya berputar-putar mengelilinginya. Atom itu pada dasarnya hanyalah ruangan kosong. Apabila Anda memadatkan ruangan itu, contohnya jika kita menghilangkan semua ruangan di antara atom di dalam tubuh kita, maka kita akan menjadi tidak kelihatan. Tetapi pancaindra kita tidak memberitahu kita bahwa segala sesuatu itu adalah ruangan.

Tembok ini terdiri dari atom, tetapi ia kelihatan sangat solid. Coba benturkan kepala Anda pada tembok tersebut. Anda tidak akan dapat menembusinya. Para ahli fisika memberitahu kita bahwa atom itu hanyalah ruangan kosong. Mungkin Anda berpikir, “omong kosong apa lagi ini?” Pasti mereka itu salah lagi. Teori-teori mereka ini sangatlah menggelikan. Apakah masuk akal untuk menyatakan bahwa segala sesuatu adalah energi dan ruang? Indra-indra kita memberitahukan kita bahwa hal tersebut mustahil.

Tetapi bukankah itu yang kita pelajari di sekolah? Kita percaya teori mengenai atom tersebut. Tetapi sudah pernahkah Anda melihat sebuah atom? Sudah pernahkah Anda mendengarkan bunyi yang dihasilkan sebuah atom? Sudah pernahkah Anda mencium bau atom? Sudah pernahkah indra-indra Anda behubungan dengan sebuah atom? Tidak pernah, bahkan kebanyakan ahli fisika nuklir pun tidak pernah. Lalu mengapa kita percaya semua omong kosong yang disampaikan oleh ahli fisika tentang atom dan ruang hampa ini? Anda tidak melihatnya. Saya tidak pernah melihat sebuah atom. Kemungkinan besar tidak seorang pun di ruangan ini yang sudah pernah melihat sebuah atom, tetapi meskipun demikian kita mempercayainya.

Sekarang kita dapat melihat bahwa pancaindra kita tidak dapat menyampaikan informasi seperti ini kepada kita. Ilmuwan itu benar tetapi ia mendapatkan informasi tentang atom itu dari sumber yang lain. Kita bahkan tidak memahami sumber tersebut karena melibatkan berbagai macam perhitungan yang rumit.

Lewat semua contoh di atas, saya berharap Anda dapat melihat bahwa indra-indra kita benar-benar tidak dapat memberitahu kita banyak kenyataan. Kita perlu memakai aturan-aturan, peralatan, perhitungan-perhitungan lain yang jauh di luar kekuatan indra-indra kita untuk menentukannya.

Sebagai contoh, pernahkah Anda melihat kuman? Kebanyakan orang belum pernah melihatnya. Mungkin ada yang pernah melihatnya di bawah mikroskop. Walaupun kita tidak pernah melihat, merasa atau mencium kuman atau bakteri, tetapi kuman-kuman tersebut nyata dan bahkan sudah sering mengancam kesehatan kita.


Akal Budi kita

Baru-baru ini saya mempelajari tulisan dari seorang ahli penyakit jiwa Kristen. Sebagai seorang ahli penyakit jiwa, yang spesialisasinya adalah studi mengenai pikiran manusia, dia menulis bahwa pikiran sadar manusia merupakan persentase yang sangat kecil dari seluruh akal budi kita. Sebagian besar akal budi kita terdiri dari pikiran tidak (atau bawah) sadar. Itulah sebabnya mengapa tugas dari seorang doktor jiwa adalah untuk membantu orang-orang menggali ke dalam aspek bawah sadar pikirannya. Tahukah Anda bahwa 95% dari akal budi Anda adalah pikiran bawah sadar, dan barangkali hanya 5% yang merupakan pikiran sadar? Dengan kata lain, Anda bahkan tidak mengetahui diri Anda sendiri karena 95% dari pikiran Anda merupakan pikiran di bawan kesadaran Anda!

Di awal usia remaja saya, saya bersekolah di Swiss karena saat itu, ayah saya mewakili China di Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Pada saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa belum dipindahkan ke New York. Saya bersekolah di bagian negara Swiss yang berbahasa Jerman di mana putra-putra para diplomat dari berbagai negara bersekolah. Dan di sana, saya belajar bahasa Jerman hanya untuk satu tahun. Kemudian kami kembali ke China setelah masa kerja ayah saya berakhir dan saya tidak berbicara sepatah katapun dalam bahasa Jerman paling tidak selama sepuluh atau dua belas tahun. Tidak sepatah kata pun.

Dua belas tahun kemudian, saya kembali ke Swiss dan saya berpikir, “Tentu saja saya tidak dapat berbahasa Jerman kecuali mungkin mengucapkan ‘terima kasih’ dan ‘selamat tinggal’. Setelah sepuluh atau dua belas tahun, bahasa Jerman saya pasti sudah lenyap.” Tetapi yang sangat mengherankan saya dan orang-orang di sekitar saya, saya dapat berbahasa Jerman dalam waktu beberapa hari. Saya dapat memahami apa yang sedang dibicarakan. Pada hari pertama atau kedua, percakapan saya masih sedikit terbata-bata tetapi selang beberapa hari saya berbicara bahasa Jerman seolah-olah saya tidak pernah berhenti memakai bahasa itu. Di mana informasi ini tersimpan dalam otak saya? Pikiran sadar saya memberitahu saya bahwa saya tidak dapat mengingat bahasa Jerman lagi. Tetapi ternyata pengetahuan akan bahasa Jerman itu tersembunyi di pikiran bawah sadar saya, seolah-olah semuanya terekam dalam disket, dan entah bagaimana semua yang pernah saya pelajari muncul kembali setelah saya mendengar orang lain menggunakan bahasa itu. Menakjubkan!

Demikianlah doktor jiwa ini memberitahu kita bahwa pikiran bawah sadar memiliki kapasitas yang sangat luar biasa. Ia berkata bahwa manusia hanya mempergunakan sekitar 10% dari kapasitas mental kita. Tetapi indra kita bahkan tidak sadar akan adanya pikiran di bawah kesadaran kita. Jadi kita melihat bahwa pancaindra kita tidak dapat dengan tepat menginformasikan kepada kita hal-hal yang fisik, mental, dan terlebih lagi hal-hal spiritual. 


Apa Akar dari Penyakit Tidak Percaya?

Apa tujuan saya mengatakan semua ini? Kita hidup dengan mengandalkan indra-indra kita. Kelima indra kita merupakan sumber informasi utama yang diterima oleh otak kita. Kita mengandalkan sepenuhnya pada indra-indra kita untuk memberikan masukan informasi yang eksternal. Tetapi ternyata sumber ini tidak dapat diandalkan. Dan kita belum pernah mencoba untuk mempergunakan sumber-sumber informasi lainnya. Kita sudah begitu terbiasa mengandalkan pancaindra fisik ini dan di saat kita berusaha untuk memahami atau merasakan hal-hal spiritual, kita menemukan bahwa kita berada di jalan buntu.

Pola pendidikan kita telah mengajarkan kita untuk mempergunakan indra-indra kita: mata, telinga, hidung, lidah dan otak kita yang mungil ini. Kita selalu membayangkan bahwa kita memiliki kehebatan intelektual yang luar biasa. Kita sudah terbiasa memproses informasi yang diperoleh lewat mata dan telinga kita. Berdasarkan pengetahuan dan daya pikir kita, kita menjadi terlalu percaya diri dan merasa yakin bahwa kita mengetahui semua fakta-fakta yang ada.

Namun saya baru saja memperlihatkan kepada Anda bahwa seluruh pancaindra Anda, bahkan jika kemampuannya digabungkan menjadi satu pun tidak dapat memberitahukan kepada Anda bahwa Anda sekarang ini sedang bergerak dengan kecepatan lebih dari 1.000 mil per jam. Ras manusia (dengan mempergunakan seluruh kecerdasan dan indranya) baru beberapa abad terakhir ini mengetahui bahwa pada kenyataannya bumi ini sedang berputar. Hal itu baru diketahui dengan menggunakan beberapa proses lainnya, bukan dengan mengandalkan kedua proses standar dari pancaindra kita yaitu persepsi dan observasi.

Ketika orang pertama berkata bahwa bumi ini berputar pada sebuah poros, yang lainnya menjawab, “Benar-benar tolol!” Dari sejarah Gereja kita tahu bahwa orang-orang ini bahkan dikecam Gereja. Gereja telah membuat kesalahan yang sama seperti orang-orang lainnya. Mereka berfungsi menurut persepsi indranya. Marilah berbicara mengenai kebodohan Gereja, artinya kita semua yang ada di dalamnya. Kita bodoh karena kita tetap mengandalkan indra-indra kita.

Tema pesan ini adalah, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah ia mendapati iman?” yang diambil dari bagian kedua ayat Lukas 18:8. Itu adalah sebuah pertanyaan retoris yang bermakna bahwa jawaban kepada pertanyaan ini adalah ‘tidak’. Yesus tidak akan mendapatkan iman pada saat dia datang kembali.

Dan ketika Yesus mengamati kita, kumpulan jemaat di sini, akankah dia mendapatkan iman? Jawabannya mungkin adalah tidak bagi 90% orang. Jenis iman yang dia cari tidak ada di sini. Anda mungkin berkata Anda memiliki iman tetapi kita bukanlah hakim atas iman kita. Dia yang akan memutuskan apakah kita memiliki iman atau tidak. Dan mungkin perkiraan bahwa 10% dari kita yang ada di sini memiliki jenis iman yang Yesus cari merupakan perkiraan yang terlalu optimis.

Saya ingin bertanya, “Apakah patologi dari ketidak-percayaan? Apakah akar dari penyakit tidak percaya? Mengapa orang-orang tidak percaya? Injil menyebut kita sebagai “manusia duniawi (carnal man)”. Ini berarti, kita berfungsi menurut daging kita, mengikuti kehendak mata dan bukan menurut jiwa. Kita tidak berfungsi menurut apa yang Injil sebut sebagai “manusia rohani”. Bagaimana hal yang jasmani dapat merasakan hal yang rohani?

Banyak orang bertanya kepada saya, “Saya tidak tahu bagaimana caranya berdoa.” Saat Anda berdoa, apa yang Anda lakukan? Anda berkata, “Tuhan, saya sedang mendengarkan. Lihatlah, saya sudah berbicara kepada Engkau selama 25 menit tetapi saya belum mendengar sepatah kata pun dari-Mu. Saya akan menunggu 25 menit lagi.” Kemudian kita memasang telinga. Apakah Anda mendengar Allah mengatakan sesuatu kepadamu? Tidak. Tidak terjadi apa-apa. Saya ditanya lagi, “Bagaimana saya dapat tetap berdoa? Setiap kali saya membuka mata, yang saya lihat hanyalah tembok itu, dan setiap kali saya menutup mata, saya tidak melihat apa-apa.”

Mengapa Anda mengalami kesulitan untuk berdoa? Karena Anda melihat melalui indra-indra jasmani Anda. Anda ingin merasa, mendengar atau melihat sesuatu!

Sepanjang sejarah manusia, indra kita memasukkan informasi yang kita pikir akurat tetapi belakangan kita mengetahui bahwa ternyata semuanya itu salah. Tetapi kita masih tetap mempercayai indra kita. Jika kita bahkan tidak memahami apa yang sedang terjadi dalam dunia fisik dengan mengandalkan indra kita, bagaimana kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam dunia spiritual? Tetapi tetap kita bersikeras untuk hidup mengandalkan pancaindra kita.


Bagaimana untuk menjadi bagian dari orang-orang yang beriman?

Di 2 Korintus 4:18, Rasul Paulus berkata, kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan. Hal ini tampaknya seperti sebuah pernyataan yang disampaikan secara kontradiksi. Bagaimana kita dapat melihat pada apa yang tidak dapat dilihat? Tentu saja Paulus tahu apa yang sedang ia katakan karena Paulus melihat pada apa yang tidak terlihat tetapi bukan dengan menggunakan mata fisiknya.

Masing-masing dari kita memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal rohani. Kita dapat melihat yang tidak terlihat. Kita dapat memahami yang rohani tetapi kita harus belajar bagaimana caranya. Tetapi jika kita tidak mempelajari bagaimana caranya untuk hidup tanpa mengandalkan indra-indra fisik, maka kita tidak akan ditemukan di antara orang-orang yang memiliki iman.

2 Korintus 5:7 mengatakan,

sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.

Melihat adalah yang paling penting di antara pancaindra fisik kita. Tetapi Paulus berkata, “Apabila Anda terbiasa hidup dengan melihat, Anda tidak dapat hidup dengan iman. Untuk hidup dengan iman, Anda harus berhenti dari mengandalkan penglihatan fisik Anda.” Hal tersebut menuntut pengorbanan akan banyak hal. Seluruh kehidupan kita mengandalkan pada pancaindra kita. Kebanyakan orang Kristen hidup dengan mata fisiknya. Tanyakan diri Anda sendiri dengan jujur pada saat ini, “Apakah saya hidup dengan iman atau dengan mata?” Anda akan berkata, “Jawabannya mudah! Saya menjalani hidup dengan keduanya.” Itulah yang namanya ketidak-setiaan! Hal tersebut membawa saya ke poin yang kedua.

Kita orang yang sangat cerdik. Dengan kokohnya kita menempatkan satu kaki di dunia ini dan kemudian kita berpikir bahwa kaki yang lainnya dapat kita tempatkan di dalam Kerajaan Allah. Kita telah mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia itu. Kita tidak seperti orang-orang bodoh yang tidak percaya itu. Kita berpikir, “Pada saat Yesus datang, paling tidak dia menemukan saya berdiri di sisi Kerajaan Allah, walaupun hanya dengan satu kaki, tetapi saya dapat dengan mudah ditarik ke dalam Kerajaan itu. Apabila Yesus tidak datang, tidak masalah. Saya masih memiliki kaki yang lainnya yang dengan teguh berdiri di dalam dunia ini. Apabila Yesus datang atau tidak datang, tidak akan terlalu mempengaruhi saya. Saya sudah memiliki tempat saya yang aman di kedua dunia tersebut.”

Apa yang Paulus katakan lagi di dalam 2 Korintus 5:7? Apakah kita hidup baik dengan penglihatan maupun dengan iman? Tidak, itu bukanlah apa yang dikatakan Paulus. Di dalam dunia rohani, Anda harus memilih untuk hidup dengan penglihatan ataupun dengan iman tetapi tidak dengan keduanya.

Bukan maksud saya bahwa setelah ini Anda berkata, “Puji Tuhan, sekarang saya hanya akan hidup dengan iman, dan saya akan menutup mata saya.” Inilah yang dilakukan oleh seorang teman saya di Cambridge. Dia memutuskan bahwa dia harus menutup matanya pada saat dia berdoa walaupun ia sedang berjalan. Jadi ia berjalan di jalanan di Cambridge dengan mata tertutup. Dia adalah seorang ahli matematika yang sangat pintar. Hal itu memperlihatkan bahwa kepintaran di dalam ilmu pengetahuan, tidak membantu Anda untuk hidup dengan baik secara rohani.

Setelah dia melakukan hal yang lucu itu dengan penuh kegembiraan ia menemui saya dan berkata, “Indah sekali! Engkau tahu, saya berdoa dan saya berjalan di sepanjang jalan yang sempit ini dengan mata tertutup tetapi saya tidak pernah menabrak pohon!” Dan saya pun senang dia tidak menabrak apa-apa atau dia tidak akan dapat menceritakan hal itu kepada saya. Jalan itu adalah jalan yang sangat sempit dengan tembok di satu sisinya dan banyak pepohonan di sisi yang lainnya. Dia lebih khawatir menabrak pohon daripada menabrak tembok karena apabila dia bersentuhan dengan tembok ia tidak akan terluka, tetapi apabila dia menabrak pohon, maka kaca matanya yang mahal akan pecah.

Saya tidak menyuruh Anda hidup di dalam dunia ini dengan mata Anda tertutup. Saya berbicara tentang kehidupan rohani. Pada saat Anda datang untuk berdoa, Anda harus memahami bahwa di dalam hal berdoa, Anda harus belajar hidup dengan roh dan bukan dengan pancaindra Anda. Tahukah Anda bahwa Anda memiliki roh?

Anda mungkin berkata, “Ya, mungkin saya memiliki roh tetapi rasanya seperti saya tidak memilikinya karena roh itu sudah mati!” Apabila Anda tahu hal itu, terpujilah Allah! Karena sekarang Anda dapat meminta Tuhan untuk memberi Anda kehidupan. Dan apabila roh Anda dibutakan oleh Iblis sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:4, maka berkatalah seperti orang buta dalam Kitab Injil, “Tuhan, pulihkanlah pandangan saya. Sembuhkanlah pandangan rohani saya sehingga saya dapat melihat seperti Musa yang tetap hidup setelah melihat Dia Yang tidak terlihat.”

Ada beberapa orang yang berkeinginan untuk melihat tetapi tidak dapat. Kita tidak dapat membuat diri kita menjadi melihat. Keselamatan berasal dari kasih karunia. Kita tergantung pada Tuhan untuk memberikan kita penglihatan yang tidak kita miliki. Sesungguhnya apabila Anda mengandalkan mata Anda, Anda tidak akan dapat bertahan saat kedatangan Yesus.


Indra fisik kita menghambat jalan keselamatan

Mari kita kembali ke perumpamaan tentang hakim yang lalim di dalam Lukas 18:1-8 yang menjadi dasar bagi tema pesan ini. Apakah janda yang meminta pembelaan dari hakim itu mendapatkan keadilan pada awalnya? Tidak. Yang ia dapatkan adalah ketidak-adilan. Apakah persamaan di antara Allah dengan hakim di dalam perumpamaan ini?

Pernahkah Anda, seperti janda ini, memiliki perasaan bahwa Anda telah berulang kali memohon pada Allah tetapi Allah tidak pernah menjawab? Anda mengerahkan seluruh pancaindra Anda. Tetapi Anda merasa seperti janda yang malang ini. Anda merayu dan merintih, “Saya hanyalah seorang janda yang malang. Janganlah memperlakukan saya seperti ini. Saya adalah seorang yang lemah. Tolonglah, jawablah saya?”

Bahkan dalam Mazmur, si pemazmur itu telah mengalami hal ini. Dia berkata, “Ketakutan menyertai saya siang dan malam. Saya membasahi bantal saya dengan air mata. Hati saya meleleh bagaikan lilin.” Dia sangat menderita. Dia memohon dengan sangat kepada Allah, Hakim dari seluruh bumi untuk membantu, “Mengapa Engkau diam, o Allahku? Dapatkah Engkau mendengarkan aku? Apakah karena banyak dosa yang tersembunyi di dalam hatiku dan aku tidak menyadarinya? Aku sudah menyatakan penyesalan dengan air mata dihadapan-Mu. Tidakkah Engkau mendengarkan hamba-Mu? (Mzm. 22:1-21, Mzm. 28:1-5). Anda lihat, ia memandang Allah seperti Hakim yang tidak adil.

Ayub bertanya, “Kesalahan apa yang telah saya perbuat? Anak-anakku telah meninggal. Istriku bahkan memberontak melawan-Mu. Harta milikku telah habis. Aku sudah tidak punya apa-apa!” Dia sudah putus asa. Dia sudah menjerit tetapi Surga bagaikan kuningan, bumi bagaikan besi. Allah tidak memberikan jawaban. Dan dalam keadaan seperti itu, kebanyakan dari kita berhenti. Itulah bagian pokok dari perumpamaan ini. Kita berhenti terlalu awal.

Tetapi dalam keadaan tersebut, bukankah setiap detik seperti berjalan lambat sekali? Setiap menit kita berdoa tampaknya seperti 10.000 tahun dan Allah tidak memberikan jawaban. Pada saat Anda berdoa dan Allah tidak langsung menjawab, hal itu seperti bayi yang menangis meminta susu. Ibunya hanya memerlukan waktu dua menit untuk menghangatkan susu itu, tetapi bagi bayi tersebut, rasanya seperti sudah 10.000 tahun. Bayi itu mungkin berpikir, “Aku mati kelaparan. Seberapa lama ibuku memanaskan susu itu? Ibu macam apa ini? Mengapa aku memiliki seorang ibu seperti ini? Dia tidak memberikan perhatian kepada bayi yang lemah seperti aku. Bukankah aku patut dikasihani?”

Bukankah itu yang kita lakukan. “Aku sudah menjerit di hadapan-Mu sepanjang hari. Sudah satu hari suntuk! Kehidupan aku hanya sekitar 70 tahun, dan aku sudah menunggu sepanjang hari dan Engkau belum menjawab aku.”

Indra kita memberontak melawan Allah karena kita ingin mendengarkan sesuatu. Kita ingin melihat sesuatu. Kita ingin merasakan sesuatu. Tuhan memberitahukan kita dalam perumpamaan ini bahwa jika Anda berfungsi seperti ini, Anda tidak akan bertahan hidup. Pada akhirnya, Anda akan menjadi seorang Kristen yang tidak fungsional, yang nominal dan yang berkompromi. Allah muncul untuk Anda sebagai seorang Hakim yang tidak adil.

Tetapi Dia tidak seperti itu. Anda perlu bertekun. Tekun dalam berdoa. Tetapi hal ini tidak dapat kita lakukan karena indra kita memberontak. Kita merasa bosan. Kita menginginkan  sebuah jawaban secara langsung, saat itu juga! Kita menginginkan Allah sama seperti kita menginginkan kopi instan atau mie instan. Apabila Anda harus menunggu dua puluh menit untuk mie Anda, Anda akan mati kelaparan. Anda perlu waktu untuk memakan mie itu dalam waktu rata-rata satu menit setelah Anda menuangkan air ke dalamnya. Dan kita berharap bahwa Allah akan turut bekerja dengan cara yang sama dengan arus zaman modern yang serba instan ini. Tetapi rencana keselamatan Allah tidak berfungsi dengan cara itu. Rencana keselamatan Allah menuntut kita untuk belajar bertekun sampai pada akhirnya.

Jika kita tidak memahami bahwa kita sudah disalibkan bagi dunia dan mati bagi kelima atau keenam indra yang berusaha menguasai kita, maka kita tidak pernah dapat belajar untuk berhubungan mesra dengan Allah dan juga untuk dipimpin oleh Roh-Nya.

Dari kitab Kejadian, kita tahu bahwa dari awal Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk berkomunikasi dengan kita. Setiap hari, Dia berjalan dengan Adam dan berbicara dengannya. Dia memang berencana untuk dapat berbicara dengan Anda sekarang ini. Tetapi sudahkah Dia berbicara kepada Anda? Sudahkah Anda mendengar-Nya? Andalah yang tahu jawabannya. Dia sudah berbicara dengan saya, dan dengan banyak orang yang lain. Orang yang mendengarkan Allah itu bukanlah orang-orang khusus, mereka hanyalah orang yang biasa-biasa saja. Allah ingin berbicara kepada setiap dari kita. Tetapi apabila Anda tetap mengandalkan pancaindra fisik Anda, maka Anda sudah berada di jalan yang salah. Kita harus belajar untuk hidup secara rohani.

Jadi hal pertama yang harus kita pahami adalah bahwa yang penting bukanlah bahwa kita percaya pada salib Yesus, tetapi apakah salib Yesus itu sudah masuk ke dalam hidup kita dan menyalibkan kita. Dapatkah kita berkata seperti Paulus, misalnya, di Galatia 2:20 dan 6:14 bahwa dengan salib Kristus aku telah disalibkan bagi dunia dan dunia bagi aku. Aku tidak lagi berfungsi pada tingkat ini. Aku berfungsi pada sebuah tingkatan yang baru. Pikirkanlah dengan serius persoalan ini. Belajarlah untuk berhenti hidup dalam tingkat jasmaniah dan hiduplah secara rohani.


Tidak mungkin kita dapat melihat Allah dengan indra fisik kita

Pancaindra kita tidak akan pernah mampu untuk mempercayai cara Allah menyelamatkan orang-orang. Mungkin kita berpikir bahwa kita mempercayai hal ini, tetapi sesungguhnya kita tidak mempercayainya. Ada sejenis iman yang merupakan penipuan diri sendiri dan Karl Marx benar bahwa jenis iman itu menjadi candu bagi orang banyak. Itu adalah penipuan terhadap diri sendiri karena berpura-pura menerima sesuatu yang sebenarnya sangat tidak dapat kita terima.

Saya berikan satu contoh. Bagaimana Allah menyelamatkan dunia ini di zaman Nuh? Sebelum Ia mendatangkan air bah Allah memberi ide yang menggelikan pada Nuh, yaitu membangun sebuah bahtera.

Perlu diketahui bahwa yang dibangun Nuh itu bukanlah sebuah kapal. Bahtera (Ark) bukanlah sebuah kapal. Alkitab tidak mengatakan bahwa Nuh membuat sebuah kapal. Dia membuat sebuah kotak karena sebuah ark adalah sebuah kotak kayu yang sangat besar dengan dua buah pintu dan hanya ada sedikit jendela. Mungkin kita akan bertanya-tanya apakah dunia akan diselamatkan dengan benda yang kelihatannya menggelikan ini. Lagipula Nuh bukanlah seorang tukang kayu. Dia tidak mengetahui apa-apa tentang hal bangunan atau arsitektur.

Bagaimana orang-orang itu akan diselamatkan? Bagaimana seluruh dunia dapat dimasukkan ke dalam kotak ini? Kotak itu tidaklah cukup besar untuk menempatkan seluruh dunia ini ke dalamnya. Demikianlah, Allah mengirim Nuh beserta keluarganya dan banyak pasangan binatang yang berbeda-beda ke dalam kotak ini. Apabila saya ingin diselamatkan, saya tidak mungkin akan mau membuat sebuah kotak seperti itu. Desain bahtera ini akan hancur berkeping-keping pada saat badai datang. Setiap orang yang tahu sedikit tentang pertukangan mengetahui bahwa desain yang berbentuk seperti sebuah kotak itu ini tidak akan pernah dapat menahan beban yang harus ditanggungnya. Seluruh bahtera itu akan pecah dan menenggelamkan semua isinya. Lagi pula Anda akan berpikir, “Tidaklah higenis bagi anak-anakku untuk masuk ke dalam tempat ini. Ada berbagai jenis hewan di dalam sana, termasuk singa, macan dan ular. Apakah Engkau ingin agar bayiku hidup bersama dengan singa-singa dan beruang-beruang?” Nuh jelas bukan orang yang waras. Ia sama seperti orang-orang konyol yang lain yang berkata bahwa bumi ini bulat! 

Cara keselamatan Allah benar-benar tidak masuk akal jika kita memandang dari sudut pandang intelektual atau menilai menurut indra kita. Bagaimana mungkin kita diminta untuk menyakini bahwa bahtera itu merupakan sarana untuk menyelamatkan dunia?

Tetapi jika bagi Anda ide bahtera Nuh itu konyol, tunggu sampai Anda melihat pada salib. Sekarang ini Anda sudah terbiasa mendengarkan tentang salib. Bagi Anda salib itu sudah menjadi suatu kehormatan. Dua ribu tahun yang lalu, ide bahwa salib itu mulia tidak pernah terlintas di benak orang banyak. Tidak ada sesuatu apa pun di dalam salib yang dapat dianggap mulia. Salib adalah alat eksekusi. Ide bahwa salib merupakan sarana keselamatan manusia sangatlah tidak masuk akal. Semua indra kita memberontak.

Yesus, pada kenyataannya, tidak disalibkan dalam keadaan yang mulia. Dia direndahkan, diludahi dan dibunuh di depan semua musuhnya. Mereka melihat kelemahan dalam wajahnya. Darahnya mengucur deras. Kematiannya tidaklah seindah yang digambarkan. Apa yang terjadi di Kalvari? Suatu hal yang sangat mengerikan. Saya tidak akan terkejut apabila ada wanita yang pingsan di tempat itu. Pandangan penyaliban dan penyiksaan yang terjadi sangatlah mengerikan! Darah dan ludah melekat padanya. Dapatkah Anda membayangkan hal itu? Dia bahkan sudah tidak kelihatan seperti seorang manusia lagi. Yesus terlalu lemah sehingga dia bahkan tidak dapat memikul salibnya menuju tempat penyaliban. Dia sudah tidak lagi memiliki kekuatan. Dia terjatuh ke tanah, hampir tidak mampu untuk berdiri di atas kakinya. Dia lemah, lelah dan tidak berdaya. Apakah masih ada kehormatan saat dia didera dan diludahi?

Kalau saja kita dapat masuk ke dalam jiwa Sang Penyelamat pada waktu itu! Siapa yang dapat membayangkan apa yang ada dalam pikiran-Nya? Eli Eli, lama sabachthani. Itulah kata-kata yang terekam untuk kita di Matius 27:46. Eli Eli atau Allahku, Allahku. Saya dapat mendengar bisikan dari bibirnya, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkanku?”Dia menggunakan kata-kata dalam Mazmur 22. Dapatkah Anda memahami hal ini?

Saya tidak meminta Anda untuk menjadi emosional. Saya tidak tertarik dalam emosionalisme. Saya hanya meminta Anda untuk memahami secara rohani apa yang terjadi dalam pikiran Yesus. Apa yang sudah terjadi pada Ayub tidak dapat dibandingkan dengan hal tersebut. Apakah ada orang yang menderita ketidakadilan lebih dari yang menimpa Yesus? Dan dengan kekuatannya yang terakhir, Yesus berkata, “Bapa, ampunilah mereka.”

Inikah Sang Penyelamat dunia? Ini pasti sebuah lelucon yang bahkan tidak lucu! Bagaimana bisa orang yang tergantung pada kayu seperti seorang penjahat Romawi, ditentang oleh pemimpin agama dan ditolak oleh penguasa sipil, kaum Romawi – dapat menjadi Penyelamat dunia ini?

Semua indra kita memberitahu kita bahwa ini adalah hal yang mustahil. Tidak mungkin orang ini dapat menjadi Sang Penyelamat. Lalu bagaimana kita tahu bahwa Yesus adalah Sang Penyelamat? Kita memang tidak akan tahu. Kita tidak akan tahu sebelum salib itu menyentuh kita dan mencelikkan mata rohani kita. Jadi jika hal ini belum terjadi, berdoalah kepada Bapa, “Tuhan, tolong berikan aku penglihatan sehingga aku dapat melihat apa yang tidak dilihat oleh pancaindra fisik-ku.”

 

Berikan Komentar Anda: