Pastor Eric Chang | Lukas 18:8b |

Bagian pertama dari pesan “Akankah Yesus menemukan Iman di Bumi” telah membuka wawasan baru bagi banyak orang. Banyak yang menyukai isi pesannya. Namun perlu diketahui bahwa Firman Allah adalah seperti pedang bermata dua dan pedang bukanlah sekadar untuk dikagumi. Selalunya kita hanya akan mengagumi sebilah pedang karena kita masih belum merasakan tikamannya.


Kompromi orang Kristen 

Tema pesan ini diambil dari Lukas 18.8b,

“Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah ia mendapati iman di bumi?”

Akankah Yesus mendapati iman?

Tentu saja Yesus tidak mengharapkan untuk mendapati iman di kalangan orang dunia, karena mereka tidak peduli sama sekali akan Allah dan kerajaan-Nya. Orang dunia tidak peduli pada Alkitab dan pada hal-hal rohani. Perhatian mereka disita oleh hal-hal duniawi seperti mobil mewah dan hal-hal semacam itu.

Orang dunia akan berkata, “Aku tidak mengharap terlalu banyak. Aku tidak bermimpi untuk memiliki mobil mewah seperti Mercy. Cukup mobil apa saja asal dapat dibanggakan.” Lalu kita menguras tenaga, bekerja delapan jam sehari untuk membayar cicilan mobil dan kredit rumah. Tidak ada waktu untuk berbicara tentang Alkitab, Allah atau hal-hal rohani seperti malaikat, hidup yang kekal dan sebagainya. Kaki ini harus terus berpijak di bumi. Kita tidak boleh terlalu berkhayal. Kami adalah orang-orang praktis yang tidak punya waktu untuk dongeng-dongeng semacam itu. Biar orang-orang Kristen saja yang mengurusi hal-hal yang tidak penting itu. Mereka orang-orang yang punya banyak waktu untuk berkutat dengan urusan semacam itu karena mereka sudah jenuh dengan kehidupan ini. Kami harus memusatkan perhatian pada perkara-perkara yang lebih penting.

Apakah kalimat-kalimat semacam itu terdengar akrab di telinga Anda? Saat Anda menjadi orang Kristen dan mulai berbicara kepada teman-teman Anda, bahkan teman yang beragama Kristen, mereka akan berkata, “Janganlah terlalu fanatik. Sedikit iman dicampur dengan sedikit keduniawian akan lebih menyenangkan. Sedikit iman dicampur dengan sedikit pragmatisme. Hidupmu harus seimbang. Satu mata ditujukan kepada iman dan yang satunya lagi biarkan bebas. Jangan mengarahkan kedua matamu hanya pada iman saja.” Lalu Anda berpuas diri, dan berkata, “Kami tidak sama dengan orang duniawi yang lain. Kami masih punya satu mata yang tertuju pada iman. Dan sama dengan orang dunia yang lain, kami juga harus bersikap realistis.”

Jadi tekanan untuk berkompromi akhirnya membuat kita tidak setia kepada firman Allah, namun kita tidak mengakuinya. Kita berkilah bahwa kita masih mempunyai sedikit iman. Inilah jenis kekristenan yang sering kita temukan sekarang, termasuk di antara hamba-hamba Tuhan yang melayani full time. Persoalannya adalah bagaimana mungkin orang-orang yang telah berkompromi dengan dunia berbicara tentang salib?

Apakah Yesus mati supaya kita boleh bersenang-senang? Apakah penderitaan merupakan bagiannya dan bagian kita adalah untuk menikmati dunia ini saja? Ini bukanlah ajaran yang berasal dari Alkitab. Saya menantang Anda untuk meluangkan waktu sepuluh hari untuk membaca Perjanjian Baru dan menandai ayat-ayat yang berbicara tentang penderitaan. Setelah membaca sepuluh halaman Anda akan berkata, “Sepertinya marker saya sudah mulai kehabisan tinta. Terlalu banyak ayat-ayat yang menyentuh penderitaan!” Dapatkah Anda menemukan halaman yang tidak ada kaitannya dengan pembahasan tentang penderitaan?


Apakah Anda termasuk orang yang munafik?

Gereja dipenuhi oleh orang-orang munafik. Bagaimana kita mengetahuinya? Perhatikan orang yang akan meninggal dan Anda akan mengetahui apakah dia itu orang Kristen atau bukan. Orang yang berkata, “Tuhan, jangan biarkan aku cepat mati. Aku masih muda. Aku baru berusia 75 tahun. Aku masih belum meraih semua yang kuimpikan. Aku belum sempat ke Australia dan belum lagi ke benua Afrika. Berilah aku sedikit waktu lagi. Aku harus bertemu dengan cucu dari cucu-ku. Aku baru sempat bertemu dengan cucuku saja. Aku mau bertemu dengan cucunya. Seperti apa rupanya? Aku masih ingin hidup lebih lama di dunia ini. Aku tidak ingin mati sebelum pertemuan itu. Cepat, suruh pendeta datang dengan segera! Ah, ternyata pendeta ini kurang bagus, doanya kurang mapan. Panggil pendeta yang lain. Nah, yang itu tampaknya punya cukup kuasa. Ia dapat membantu supaya aku tidak segera mati.”

Lalu Anda menggaruk-garuk kepala sambil berkata, “Bukankah orang ini mengasihi Allah? Atau mungkin aku yang salah dengar. Tidakkah ia sering berbicara tentang kasihnya pada Allah. Mengapa di saat akan bertemu dengan Allah yang dikasihinya, ia justru tidak mau melangkah?” Munafik! Apakah kita termasuk orang yang seperti ini?

Jika Tuhan memberi Anda kesempatan, perhatikanlah cara saya meninggal. Saya harap yang akan Anda lihat adalah orang yang dipenuhi sukacita dan harapan. Saya akan berkata, “Tuhan, aku datang. Sudah lama aku menantikan hal ini.” Inilah hal yang dikatakan oleh rasul Paulus. Dia orang yang aneh, bukankah begitu? Ia berkata, “Jika Engkau memberiku pilihan untuk tinggal atau pergi, pilihanku adalah aku ingin pergi. Aku tidak mau tinggal di sini. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Tuhan-ku. Namun aku akan tinggal di sini Tuhan, jika itu adalah kehendak Engkau bagiku.”

Hati saya sedih ketika melihat seorang pendeta yang saya kenal baik dan cukup ternama di gereja-gereja barat mendekati saat-saat akhirnya. Pendeta ini berjuang sekuat tenaga untuk bertahan hidup. Ketika doktor sudah menyerah ia berkeliling ke berbagai negara, mencari orang-orang yang memiliki karunia penyembuhan untuk berdoa bagi kesembuhannya. Cukup banyak orang dan gereja yang berdoa bagi dia, namun ia tidak disembuhkan juga. Ia takut ketika harus berhadapan dengan maut. 

Saya berpikir, “Anda memberitakan Injil yang menyatakan tentang indahnya berjalan bersama Allah yang hidup, tetapi Anda ternyata tidak mau bertemu dengan-Nya.” Kami para pendeta juga merupakan orang-orang munafik, bukankah begitu? Sungguh memalukan. Dan saya ingin berkata kepada Anda, dengan kasih karunia Allah, perhatikanlah saat-saat ajal menjemput saya. Semoga kehidupan saya menyatakan kemuliaan yang lebih lagi di saat menjelang kematian saya dibandingkan dengan di saat saya masih hidup sehat. Itulah yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Kor 4:10). Apakah Anda juga akan berkata seperti itu?


Tidak ada iman tanpa salib

Di pesan ini saya akan menguraikan tentang mengapa kita menjadi tidak setia. Apa gunanya mencari tahu apakah kita akan tetap setia saat Yesus datang nanti kalau sekarang ini saja kita sudah tidak setia? Jika Anda tidak setia sekarang, maka Anda tidak akan setia di Hari itu. Saya rasa kita tidak perlu menjadi seorang jenius untuk memahami hal itu. Untuk memastikan bahwa kita akan tetap setia di Hari itu, maka kita sudah harus setia sejak sekarang, bukankah begitu?

Di pesan yang lalu, Apakah Akar dari Penyakit tidak percaya,  kita melihat bahwa kita menjadi tidak setia karena kita tidak berfungsi secara rohani. Kita mengandalkan pada apa yang dapat kita lihat dan dengar dengan indra kita. Penglihatan dan pendengaran yang baik memang sangat berguna. Indra kita sangat berharga karena ia memberikan kita informasi tentang hal-hal di sekeliling kita. Tetapi indra kita tidak memberitahu kita segala kenyataan yang ada. Indra kita bahkan dapat menyesatkan kita. Kita dibesarkan untuk mengandalkan pancaindra kita, dan kita tidak pernah diajar untuk mengenal anggota tubuh kita yang bersifat rohani.

Anda mungkin berkata, “Ah, aku mengerti sekarang. Bagaimana kalau kita coba bermeditasi seperti yang diajarkan oleh guru-guru Hindu?” Yang ini memang jauh lebih mudah. Anda tinggal duduk santai dan menarik nafas dalam-dalam, untuk memusatkan pikiran Anda. Dan kalau cara ini kurang berhasil, Anda dapat mencoba berbagai macam gaya yoga. Sebagai kegiatan olah raga, yoga memang bisa bermanfaat. Saya sendiri pernah mendalaminya. Namun percayalah, hal-hal seperti ini, tidak akan memberi kita pemahaman akan perkara-perkara rohani ataupun kuasa rohani.

Satu-satunya jalan menuju kuasa rohani dan pemahaman tentang perkara rohani adalah jalan iman. Dan jalan iman adalah jalan salib. Namun kita senang sekali berhenti hanya di titik iman. “Jalan menuju hidup kekal, kuasa dan pemahaman rohani adalah iman.” Bagi kita ini adalah kalimat yang sangat indah! Tetapi kita jarang sekali mau mengakui bahwa “Jalan iman adalah jalan salib!” Kita hanya berhenti di titik iman tanpa berbicara mengenal salib.

Seperti apakah pemahaman rohani Anda sekarang ini? Apakah Anda memahami perkara-perkara rohani? Dapatkah Anda berkata seperti Paulus di dalam 2 Korintus 4:18 bahwa

kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal?

Apakah kalimat itu nyata di dalam kehidupan Anda? Atau apakah kalimat itu hanya dapat Anda ucapkan di bibir saja?  Mengapa Anda tidak melihat pada apa yang tidak kelihatan? Tahukah Anda apa alasannya? Akan saya katakan kepada Anda, Anda tidak melihat karena Anda tidak mengerti apa itu iman. Hal ini bukanlah suatu persoalan nalar, dogma ataupun filsafat. Tapi suatu realitas kehidupan rohani yang dapat dialami.

Di dalam Firman Allah, tidak ada iman tanpa salib. Sama sekali tidak ada! Yang saya bicarakan adalah iman yang menyelamatkan. Iman yang membuat Anda mampu untuk berkata seperti Paulus, “Aku juga memperhatikan hal yang tidak kelihatan, yang kemuliaannya jauh melebihi yang kelihatan sehingga yang kelihatan ini hanya tampak seperti bayang-bayang saja. Hal-hal yang kekal adalah kenyataan yang sesungguhnya.” Apakah Anda mengalami semua hal itu sebagai kenyataan? Pertanyaan yang sejajar dengan ini adalah, “Apakah Anda dapat berkata bahwa di dalam kehidupan Anda salib itu nyata?”

Mengapa saya menjadi orang Kristen. Saya menjadi orang Kristen karena saya mempedulikan dunia ini. Anda mungkin bertanya, “Apa saya tidak salah dengar?” Benar, saya mengasihi dunia ini, saya tidak suka mengurung diri di ‘atas awan’. Berdiam di atas awan dalam arti hanya menikmati sendiri persekutuan yang indah dengan Allah sementara umat manusia menderita setiap harinya. Sebagai contoh, ada jutaan orang Kamboja yang dibantai di ladang-ladang pembantaian, lalu ada sekitar 6 juta orang Yahudi dan sekitar 3 sampai 4 juta orang Kristen dan yang lainnya yang dibunuh oleh kaum Nazi. Apakah kita memiliki hak untuk terbang ke awan dan menikmati persekutuan yang indah dengan Allah tanpa harus peduli dengan umat manusia yang lain?

Salib berarti melibatkan diri dengan penderitaan umat manusia. Kekristenan bukanlah candu yang menolong Anda untuk melarikan diri dari persoalan dan penderitaan ke alam khayal. Kekristenan yang tidak membawa salib bukanlah jenis yang diajarkan dalam Alkitab.

Kalimat di Lukas 18:8b, “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” adalah suatu pertanyaan retorik. Pertanyaan retorik berarti bahwa jawaban kepada pertanyaan itu adalah, “Tidak, Ia tidak akan mendapati iman.” Akankah Yesus mendapati iman di antara kita? Jawabannya mungkin lebih dari 90% dari kita tidak memilikinya. Kita tidak memiliki iman dari jenis yang diinginkannya. Anda bisa saja berkata bahwa Anda memiliki iman. Namun kita bukanlah hakim atas iman masing-masing. Dialah yang menghakimi apakah kita memiliki iman atau tidak. Saya pikir perkiraan saya tidak meleset jauh, bahwa tidak banyak orang Kristen yang memiliki iman yang dicari oleh Yesus.

Apakah penyakit yang melandasi ketidak-percayaan? Apakah akar dari penyakit tidak percaya? Mengapa orang tidak percaya? Karena kita secara alami adalah manusia duniawi (carnal) atau menurut Alkitab kita adalah manusia yang dikuasai oleh daging. Kita bertindak menuruti kemauan daging, mengikuti pandangan mata jasmani, dan bukannya menuruti roh atau mengikuti apa yang disebut oleh Alkitab sebagai ‘manusia batiniah’ (inner man). Mana mungkin yang jasmani dapat memahami yang rohani?

Dalam batas-batas tertentu, kita semua adalah kaum ‘intelektual’, bukankah begitu? Kita sudah melewati bangku pendidikan dasar. Dan beberapa dari antara kita berhasil melewati jenjang universitas, dan keluar dengan membawa selembar kertas yang menyatakan bahwa kita berhak menyandang predikat sebagai sarjana. Dan kita mengira bahwa kita sudah menjadi ‘intelektual’. Semua pendidikan kita telah membentuk kita untuk bergantung pada pancaindra kita – pada mata, telinga, hidung, lidah, kulit dan otak kita yang mungil ini. Lalu kita menganggap bahwa kita bisa memproses informasi tentang iman yang tidak melibatkan salib. Kita bahkan menolak ‘perbuatan baik’ yang merupakan perwujudan dari iman itu.

Di dalam Alkitab, tidak ada iman yang menyelamatkan tanpa salib. Dan jika Anda dapat membuktikan bahwa saya telah menyatakan hal yang salah, maka saya akan mengaku di hadapan umum bahwa saya telah melakukan kesalahan. Saya berjanji, bahwa saya akan menerbitkan pengakuan tentang kesalahan ini dan menanggung akibatnya. Saya menantang semua teolog atau pendeta untuk membuktikan bahwa saya telah melakukan kesalahan dengan menyatakan bahwa iman di dalam pengajaran Yesus, di dalam pengajaran Paulus, Petrus, atau siapapun itu di dalam Perjanjian Baru, melibatkan penderitaan. Penjelasan mengapa gereja kita sekarang ini telah menjadi munafik adalah karena kita telah menyaring unsur penderitaan dari iman. Kita membiarkan Yesus menderita sendirian di kayu salib.

Sudahkah Anda disalibkan bersama dengan Yesus? Banyak teolog yang berkata, “Biarlah Yesus saja yang menanggung penderitaannya, bagian kita adalah merentangkan sayap dan terbang menuju rumah surgawi tanpa harus memikul salib.”

Begitu banyak pengkhotbah yang dengan fasih berkata bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang bebas dari segala macam tekanan. Ini bukan kehidupan yang diajarkan oleh Alkitab. Jika pendeta Anda menyatakan hal yang seperti itu, dari gereja manapun Anda berasal, katakan padanya untuk membaca kembali isi Alkitab dan mengerjakan PR yang sama dengan Anda. Ajak dia untuk membeli sebuah marker dan mencari kata ‘penderitaan’ serta uraian yang berkaitan dengan penderitaan di dalam Perjanjian Baru.


Sudahkah kita mati bersama dengan Yesus?

Saya percaya kepada Yesus. Saya percaya pada salib. Dapatkah Anda menyatakan kedua hal itu sekaligus? Bukan salibnya saja, tapi termasuk salib Anda. Yesus berkata, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut aku, ia tidak dapat menjadi muridku” (Luk 14:27). Maksud Yesus adalah, “Kamu tidak akan dapat menjadi orang Kristen kalau tidak mematuhi perintahku untuk memikul salibmu, (bukan salibku), dan mengikut aku.” (Kata ‘Kristen’ hanya sekadar istilah lain bagi kata ‘murid’, hal ini dapat dilihat di Kis.11:26; 1 Pet. 4:16).

Mengapa? Telusuri saja akar persoalannya. Bagaimana jika suatu hari nanti dokter mendiagnosa bahwa Anda terkena kanker. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, bukankah begitu? Nah, anggaplah Anda ternyata mengidap kanker tahap akhir, dan yang termasuk jenis ganas, tetapi masih dapat diobati.

Lalu dokter berkata kepada Anda, “Sobat, jangan khawatir. Telanlah beberapa butir aspirin ini, maka rasa sakitnya akan berlalu, dan Anda akan merasa lebih sehat besok pagi.”

Lalu Anda berkata, “Saya tidak keberatan menelan aspirin ini. Tetapi bagaimana dengan kanker saya?”

“Kanker? Ya, telan saja beberapa butir aspirin lagi. Itu akan menyelesaikan semua persoalan Anda.”

Dan Anda berkata, “Saya tidak pernah mendengar bahwa aspirin bisa menyembuhkan kanker.”

“Ah, jangan khawatir sobat. Yang perlu Anda lakukan adalah menambah takaran aspirin jika Anda masih merasa kurang tenang.”

Bagaimana penilaian Anda terhadap dokter yang seperti itu? Anda tentu akan berpikir, “Keterlaluan! Apa betul orang itu dokter? Lulusan dari mana dia? Siapa yang pernah mendengar bahwa aspirin dapat menyembuhkan kanker? Aku lebih pintar dari dokter itu. Kalau aku yang menjadi dokter, aku akan lebih paham bagaimana menanganinya ketimbang orang itu.”

Lalu bagaimana cara menangani dosa? Tidak masalah! Nyanyikanlah beberapa lagu rohani. Kita akan merasa lebih baik.

Anda mungkin akan berkata, “Jangan bercanda! Kita sedang berbicara tentang masalah dosa.”

Tunggu, ada seorang Dokter yang pernah melakukan satu karya besar, tahukah Anda apa yang dia kerjakan? Ia mati bagi kanker Anda. Ia mati bagi dosa Anda.

Anda berkata, “Permisi, tapi saya tidak sedang membicarakan tentang kematiannya karena kanker. Yang punya kanker adalah saya! Sayalah pasiennya.”

Nah, yang perlu Anda lakukan adalah percaya dengan segenap hati Anda bahwa dia telah mati dan kanker yang membuat dia mati itu sebenarnya adalah kanker Anda.

 “Oh! Ini pasti teori kedokteran yang baru. Saya harus memikirkannya dulu.”

Ya, sang Dokter memang berkata seperti itu. Jadi alasan mengapa Anda tidak sembuh-sembuh juga adalah karena Anda kurang percaya bahwa Dokter besar ini mati bagi kanker Anda.

Apakah hal tersebut terdengar seperti lelucon? Mengapa kita sedemikian buta? Tidakkah Anda melihat bahwa pernyataan ini tidak masuk akal? Bahwa yang perlu dilakukan adalah sekadar percaya kepada Yesus saja. Percaya bahwa Ia telah mengangkut semua dosa dunia ini dan bahwa Ia mati bagi dan karena dosa.

Tetapi justru banyak sekali orang Kristen yang berkata, “Ya. Hanya itu yang perlu Anda lakukan. Pendeta mengajarkan itu kepada saya sejak saya masih di sekolah minggu. Ia memberitahu saya bahwa iman adalah percaya kepada Yesus.” Sebagian besar gereja di dunia ini mengajarkan hal ini. Anda tinggal percaya bahwa Yesus menanggung kanker dari dosa Anda dan Haleluya, itu saja! Dia yang menderita, dan cukup dia saja!

Anda mungkin berkata, “Hey, tunggu dulu! Apakah Anda bermaksud mengajarkan sesuatu yang berbeda? Jangan-jangan ini ajaran sesat.”

Saya sudah mempelajari teologi. Saya tahu hal-hal yang terkait dengan pernyataan saya ini baik secara teologi maupun alkitabiah. Dan saya menantang Anda, dan juga setiap orang yang mungkin membaca pesan ini, termasuk para pendeta untuk menilai apakah hal yang saya katakan ini suatu ajaran yang sesat.

Kebenaran di akhir zaman ini telah diputar-belitkan menjadi kesesatan, seperti yang dikatakan oleh Yeremia, “Yang gelap dijadikan terang dan yang terang dijadikan gelap” (Yer. 13:16). Saya tidak khawatir apakah seluruh dunia akan menentang saya, seperti yang terjadi pada Yeremia. Pada akhir pelayanannya, Yeremia dituduh sebagai pengkhianat oleh kaum sebangsanya. Malahan, mereka berusaha membunuhnya berulang kali.  

Memang benar bahwa Yesus menanggung dosa-dosa kita di salib. Ini hal yang benar dan penting. Di pokok ini, analogi saya dengan kisah dokter tersebut memang tidak sejajar. Tetapi memang ada beberapa peneliti di bidang kedokteran yang menguji obat temuan mereka ke diri mereka sendiri. Mereka meresikokan nyawa mereka untuk mengetahui apakah obat itu memang mujarab atau tidak. Jika obat itu ternyata tidak manjur, maka mereka mati. Mereka rela menanggung resiko maut untuk menyelamatkan kita. Dan mereka adalah para pahlawan besar di bidang kedokteran. Orang yang menemukan radium, akhirnya meninggal akibat radiasi. Radium telah menjadi salah satu barang penting di dalam perawatan kanker. Si penemu meninggal oleh bahan temuannya. Di dalam pengertian ini, kita bisa melihat adanya paralel dengan  Yesus.

Akan tetapi, mempercayai bahwa mereka mati bagi kita tidak berarti bahwa obat itu tidak perlu kita minum. Anda harus jelas dalam memahami hal ini. Yesus mati bagi Anda dan saya, dan kematian ini bukanlah dalam rangka menjalankan suatu eksperimen, melainkan Yesus mati mewakili kita. Ia mengambil semua dosa kita dan menaruh di dalam hatinya, dan dia mati di kayu salib bagi kita. Saya percaya akan hal ini dengan sepenuh hati karena saya sudah mengalami kuasa dari kematiannya yang memberikan keselamatan. Saya tidak akan bebas dari kuasa dosa jika bukan karena kematiannya. Itu adalah bagian yang mendasar dalam penebusan.

Akan tetapi jika kita berhenti di titik ini, berarti kita sudah menyelewengkan ajaran Yesus dan juga ajaran di dalam Perjanjian Baru. Kematian Yesus di kayu salib memang menebus dosa-dosa kita, akan tetapi di dalam pengalaman hidup kita, kematiannya di kayu salib tidak akan pernah membebaskan kita dari kuasa dosa jika kita hanya sekadar percaya akan hal itu di dalam otak saja.

Apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus di kitab Roma? Kita akan hidup bersama dia dan oleh dia hanya jika kita mati terlebih dahulu bersamanya. Jika Anda membuang pernyataan yang terakhir, berarti Anda telah merusak Injil, hal yang sayangnya, telah dilakukan oleh gereja. Yesus telah mati di kayu salib. Lalu apa yang Yesus katakan kepada kita? Ia berkata, “Ikutlah aku.” Jadi bukan sekadar percaya dalam kapasitas intelektual bahwa Yesus telah mati. Yang terpenting adalah mengikuti jejak langkahnya.


Bersediakah Anda menderita bagi Yesus?

Bukti tentang pokok ini banyak ditemukan di dalam Alkitab. Mari kita baca tulisan Rasul Petrus, di 1 Petrus 2:21,

Sebab untuk itulah kamu dipanggil (Untuk apa Allah memanggil kita?), karena Kristuspun telah menderita untuk kamu (Ini adalah bagian di mana kita semua percaya. Tetapi apa kelanjutan dari ucapan rasul Petrus? Mengapa Kristus menderita? Untuk apa kita dipanggil?)  karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejaknya

Jejak penderitaannya. Itulah yang dengan jelas tertulis di Alkitab.

Bersediakah Anda mengikuti jejaknya? Jika Anda tidak bersedia, maka tidak ada pesan bagi Anda di sini. Tak ada hal yang layak untuk dibicarakan. Lupakan tentang perkara hidup yang kekal, Allah yang hidup dan perkara mengenal serta berjalan bersama dia. Tidak ada jalan yang mudah dan murah untuk itu. Saya bukan penjual obat palsu. Tidak ada jalan lain.

Apakah hanya Petrus yang berkata seperti itu? Bagaimana dengan Paulus? Penderitaan adalah salah satu unsur terkuat di dalam tulisan-tulisan Paulus. Contohnya, di Filipi 1:29,

“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus melainkan juga untuk menderita untuk Dia.

Jadi, bukan sekadar iman saja. Yang dikaruniakan kepada kita bukan sekadar untuk percaya saja, melainkan juga untuk menderita.

Ingatlah hal ini, iman menurut Perjanjian Baru adalah respons kepada Yesus yang mencakup kesediaan untuk menderita bagi dia. Nah, penting untuk ditegaskan bahwa yang dikatakan di sini adalah menderita untuk dia. Bukan asal menderita saja. Saya bisa saja menderita karena teman saya telah bersikap tidak baik terhadap saya. Saya bisa saja menderita karena tekanan rasa rendah diri. Saya bisa saja menderita karena tingkat pendidikan yang rendah, miskin, dan sebagainya. Semua hal itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan Injil. Yang kita bicarakan adalah iman kepada Yesus yang mencakup kesediaan untuk menderita bagi Yesus karena Injil.

Saya percaya pada salib Yesus. Saya percaya bahwa dia mati bagi dosa-dosa saya. Saya percaya bahwa agar dia membebaskan saya dari dosa-dosa saya, maka saya tidak boleh hanya sekadar mempercayai peristiwa itu saja, tetapi juga percaya bahwa salibnya berlaku di dalam kehidupan saya, sehingga saya mampu untuk berkata seperti Paulus, “Aku telah disalibkan bersama Kristus. Hidup yang kujalani sekarang ini bukan hidupku lagi.” Paulus berbicara tentang kehidupan, bukannya tentang doktrin.

“Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tu(h)an kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Gal 6:14).

Telah terjadi perubahan mendasar dalam diriku. Aku sekarang berhubungan dengan Kristus dan tidak berhubungan lagi dengan dunia”. Dapatkah Anda mengucapkan hal itu?

Saya percaya pada salib Yesus karena itulah satu-satunya jalan keluar bagi persoalan umat manusia. Apa maksud pernyataan saya? Maksudnya adalah bahwa salib dapat mengubah seseorang yang berdosa menjadi ciptaan baru, akan tetapi hal itu baru terjadi bila salib diterapkan dalam hidup Anda. Ini bukan teori. Saya sudah cukup lama menjadi pelayan Firman Allah dan saya berani berkata dengan pasti bahwa tidak pernah ada orang yang diubah dengan sekadar mempercayai bahwa Yesus telah mati bagi dia. Ia memang harus percaya akan hal itu. Saya juga percaya akan hal itu. Akan tetapi ia tidak boleh berhenti di titik itu. Anda harus percaya bahwa Yesus telah mati bagi Anda dan bahwa kematian itu juga harus terjadi di dalam hidup Anda. Itulah yang dilambangkan oleh baptisan.

Apa makna dari baptisan? Baptisan adalah lambang bagi kematian. Anda mati dan bangkit lagi di dalam hidup yang baru. Peristiwa itu melambangkan sesuatu yang telah terjadi jauh di dalam hati Anda. Jika peristiwa di dalam hati itu tidak terjadi, Anda dapat saja keluar-masuk air sampai ratusan atau ribuan kali, tetapi Anda tetap manusia yang lama, masih sama seperti yang dulu. Orang lain yang mengamati kehidupan Anda akan berkata, “Saya tidak melihat ada perubahan dalam hidupmu.” Iman Anda tidak menghasilkan apa-apa.


Apakah Yesus mendapati iman sekarang ini?

Apakah kita setia sekarang? Tidak, karena Gereja telah mengubah Injil. Paulus mengingatkan kita di dalam Galatia 1:7, “Jika ada orang yang datang padamu dan memberitakan Injil yang lain, Injil tanpa melibatkan salib atas hidupmu, janganlah percaya padanya.” Tetapi Injil tanpa salib sudah menjadi standar Injil di gereja zaman sekarang, bukankah begitu? Jadi, ketika Yesus datang kembali, akankah dia mendapati kesetiaan? Kita sudah tahu jawabannya. Tidak, dia tidak akan menemukan itu. Akankah dia mendapati iman yang tidak terpisahkan dari salib? Tidak. Kita sekarang ini bahkan tidak memberitakan hal itu lagi, lalu bagaimana Yesus akan mendapatkan iman semacam itu?

Ketidak-setiaan adalah hal yang paling memuakkan, bahkan di dalam penilaian manusia duniawi sekalipun, apalagi bagi Allah. Dan Yesus berkata, “Aku telah mati bagimu. Namun jika Aku kembali lagi nanti, akankah kamu tetap setia kepadaku di dalam kehidupan-mu? Akankah kamu menjadi orang yang setia?” Ia sendiri sudah menyatakan jawaban atas pertanyaan bergaya retorik ini. Tidak, Yesus tidak akan menemukan iman.

Baru-baru ini, saya melihat sebuah buku berjudul Spy Catcher di toko buku. Buku ini ditulis oleh Peter Wright yang adalah mantan Asisten Direktur pada Dinas Rahasia Inggris (MI5). Badan ini dapat kita samakan dengan FBI di AS. Pemerintah Inggris berusaha keras untuk menghentikan peredaran buku ini. Mengapa pemerintah Inggris tidak mau buku ini beredar?

Dalam buku ini Peter Wright berusaha untuk membuktikan bahwa dinas rahasia Inggris (MI5) telah disusupi oleh agen-agen Rusia. Di tahun 1950 hingga 60an terdapat banyak agen yang berkebangsaan Inggris, yang merangkap sebagai agen Uni Soviet. Posisi mereka cukup tinggi. Setidaknya ada sekitar 4 atau 5 agen top Rusia yang menyusup ke dalam dinas rahasia Inggris, di MI5 dan juga MI6 (yang dapat disamakan dengan lembaga CIA di AS). Walaupun kedok orang-orang itu terungkap, Peter Wright yakin bahwa masih ada banyak lagi hal yang belum terungkap karena para agen top tersebut berhasil meloloskan diri sebelum ditangkap. Jadi Wright yakin bahwa ada orang yang memiliki akses ke bagian informasi di dalam dinas rahasia yang ikut bermain di dalam urusan ini. Para agen yang terungkap sebagai agen Rusia memegang jabatan penting seperti kepala bagian, maka orang yang meloloskan mereka tentulah memiliki kedudukan yang lebih tinggi lagi. Lalu Peter Wright menyimpulkan bahwa bos-nya sendirilah, yaitu direktur MI5, yang merupakan agen ganda yang meloloskan mereka. Jadi, Anda tentunya paham mengapa pemerintah Inggris tidak mau buku ini beredar luas.

Roger Hollis, direktur MI5, telah berkarir di dalam dinas rahasia Inggris dalam jangka waktu yang sangat panjang, bisa dikatakan seluruh karirnya dihabiskan di sana. Ia telah menjadi pimpinan M15 selama sekitar dua atau tiga dekade. Ia mengetahui segala rahasia MI5. Peter Wright sendiri bukanlah seorang agen rahasia, ia adalah seorang ilmuwan. Ia belajar elektronika di Cambridge dan tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang agen rahasia. Ia dimasukkan ke dalam dinas rahasia untuk bekerja di bagian penyadapan dengan menggunakan berbagai macam peralatan yang canggih. Dan ia menjumpai kejutan besar di sana. Dinas rahasia tempatnya bekerja ternyata telah disusupi oleh agen pihak lain. Lewat kerja kerasnya, dengan menggunakan berbagai peralatan yang dikembangkan secara canggih beberapa agen ganda terungkap kedoknya. Namun sayangnya mereka berhasil meloloskan diri. Malahan belum lama ini, salah satu dari yang lolos itu sempat muncul dalam wawancara di stasiun TV milik Soviet. Pengkhianatan semacam ini membuat kita muak, bukankah begitu? Orang-orang itu mengkhianati negaranya sendiri, mereka tidak punya moral dan bekerja untuk kepentingan musuh. Sungguh menjijikkan.

Tapi kita jangan terburu-buru merendahkan mereka. Sebenarnya, ketidak-setiaan semacam itulah yang akan Yesus temui di dalam diri kebanyakan orang yang menyebut dirinya ‘orang Kristen’. Janganlah berpuas diri dan berkata, “Kami tidak akan berbuat seperti itu.” Pihak berwenang di Inggris berusaha untuk menyeret Roger Hollis ke pengadilan. Akan tetapi penyelidikan terhadap kasus ini memakan waktu yang terlalu lama, dan di waktu itu Roger Hollis sudah memasuki masa pensiunnya, dan ada pihak-pihak yang menyembunyikan berbagai bukti. Akhirnya, upaya menyeret Roger Hollis ke pengadilan menjadi tidak bernilai lagi. Hal itu hanya akan menimbulkan ketidak-percayaan yang meluas terhadap dinas rahasia Inggris, baik oleh rakyat maupun oleh agen-agennya sendiri.

Mengapa manusia duniawi dikuasai oleh ketidaksetiaan? Mengapa Roger Hollis dan agen ganda yang lainnya melakukan hal yang bisa disebut sebagai tindakan menjual bangsa sendiri? Motivasinya adalah uang. Mengapa para agen mau bekerja? Bisa juga karena rasa pengabdian kepada negaranya, suatu hal yang bisa saja terjadi pada agen-agen Soviet. Itu pun masih berupa kemungkinan. Setiap orang tentunya akan muak melihat tingkah laku para agen yang menjual negaranya demi uang. Mereka adalah para ‘Yudas’.

Tapi bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setia sekarang ini? Saya bahkan tidak akan menjawab pertanyaan apakah Yesus akan mendapati iman kalau datang kembali nanti. Akankah Yesus mendapati iman di antara kita sekarang ini? Atau mungkinkah kita justru merupakan para “pengkhianat” yang menyusup ke dalam gereja? Apa yang kita lakukan saat kita menyusup ke dalam gereja? Kita tetap mengutamakan kepentingan duniawi. Demi mobil, demi rumah dan demi uang kita akan menjual Tuhan kita. Sudahkah kita mempermalukan nama Tuhan dengan cara kita menjalani hidup ini?

Saya percaya pada salib karena jika salib tidak masuk ke dalam hidup saya dan memotong kanker dosa seperti layaknya pisau bedah, maka saya tidak akan pernah bisa bebas dari kuasa dosa yang mematikan itu. Salib harus memotong habis dosa-dosa. Adalah hal yang sangat penting mempercayai bahwa Yesus telah mengambil alih beban dosa, tetapi itu baru langkah pertama. Langkah selanjutnya adalah mengijinkan kuasa penyembuhan itu masuk ke dalam diri Anda. Terang salib atau pedang salib (bentuk salib memang menyerupai pedang) harus masuk ke dalam diri Anda dan menyingkirkan kuasa dosa.

Mungkin Anda bukanlah seorang agen ganda, akan tetapi Anda tidak ada bedanya dengan para agen ganda tersebut jika Anda masuk ke dalam gereja tanpa kesetiaan yang sejati kepada Yesus. Kesetiaan iman kepada Yesus berarti Anda bersedia untuk menderita bagi dia.

Baru-baru ini koran melaporkan sebuah pembunuhan yang sadis. Ada sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar dua puluh atau tiga puluh tahunan. Dan si istri mendapati bahwa sang suami telah menyeleweng dengan wanita lain. Setelah lewat sekian waktu, sang istri sudah tidak tahan lagi dan hatinya menjadi semakin pahit karena merasa telah dikhianati. Ketidak-setiaan memang membuat kita semua merasa pedih, bukankah begitu? Kepahitan dan kemarahan hati perempuan ini mendorongnya untuk membunuh suaminya yang telah hidup bersamanya selama tiga puluhan tahun itu. Ini masih belum seberapa. Setelah membunuhnya, wanita ini memotong-motong mayat suaminya.

Bagaimana cara dia melakukannya? Ia membeli sebuah gergaji mesin! Dipotong-potongnya mayat suaminya sampai menjadi potongan yang kecil-kecil. Kemudian ia merebus semua potongan itu di dalam panci. Apakah hal ini membuat Anda merasa muak? Setelah selesai merebus potongan-potongan tersebut, ia lalu membuang semuanya ke dalam tong sampah. Nasib suaminya berakhir di dalam panci dan tong sampah!

Suatu hari, anaknya merasa heran mengapa ayahnya lama tidak muncul. Sang ayah menghilang begitu saja. Cukup banyak orang yang hilang di kota besar, akan tetapi biasanya mereka adalah anak kecil atau remaja. Jarang ada orang yang berminat untuk menculik kakek tua berusia sekitar 60 tahunan melainkan ia seorang yang kaya raya. Si anak ini juga curiga dengan beberapa hal di dalam rumah. Ia juga bertanya-tanya mengapa ibunya membeli sebuah gergaji mesin? Apakah ibunya ingin menjadi tukang kayu? Jadi ia meminta pihak kepolisian untuk menyelidiki hilangnya sang ayah. Dan akhirnya, seluruh kisah itu terungkap. Ini adalah salah satu peristiwa pembunuhan yang paling tragis dan mengerikan yang terjadi di antara orang-orang yang seharusnya memiliki jalinan cinta. Sang suami mengkhianati cinta istrinya dan istrinya membalas dengan membunuhnya secara sadis!

Peristiwa ini memberitahu kita tentang seberapa busuknya hati manusia yang egois. Si suami terkena kanker dosa yang sangat parah. Dan si istri juga menderita kanker dosa yang sama parahnya. Setiap orang menderita kanker dosa yang sangat parah. Apakah menurut Anda semua itu bisa disembuhkan dengan ‘aspirin spiritual’ atau dengan menyanyikan beberapa lagu rohani di gereja?

Saya ingin tutup dengan suatu pertanyaan: Apakah Anda menginginkan iman? Apakah Anda menginginkan iman yang menyelamatkan? Apakah setelah menjadi orang Kristen Anda mendapati bahwa semua yang dijanjikan oleh sang pengkhotbah kepada Anda ternyata tidak benar? Ia menjanjikan damai sejahtera dan sukacita dan sebagainya, namun apa yang Anda dapatkan ketika Anda masuk ke dalam kehidupan Kristen? Yang Anda dapatkan adalah sakit kepala yang tidak dapat disembuhkan oleh aspirin. Segala sesuatunya menjadi serba salah. Dunia Anda serasa runtuh. Segala sesuatunya berbalik menentang Anda, dan Anda mengeluh, “Apa sebenarnya yang dijanjikan oleh si pengkhotbah dulu? Di mana damai sejahtera dan sukacitanya? Aku tidak mendapatkannya. Yang terjadi justru hidupku menjadi semakin kacau setelah menjadi Kristen.”

Tentu saja hal-hal itu terjadi karena Anda hanya sekadar mempercayai bahwa Yesus telah mati bagi dosa Anda tetapi Anda belum mengizinkan pedang salib memotong kanker dosa dan manusia lama untuk membebaskan Anda dari kuasa dosa!

Salib Yesus harus bekerja di dalam hidup Anda untuk mematikan manusia lama Anda, dan memutuskan keterikatan Anda dengan dunia. Lewat salib Anda akan diubah dari seorang pendosa menjadi manusia baru yang menjalin hubungan yang hidup dengan Kristus. Kemudian hidup yang berisi watak memberi dari Kristus dan juga kehendak Kristus akan tumbuh lewat manusia baru Anda. Dan hidup baru ini berisi kesediaan untuk menderita bagi Yesus. Inilah iman menurut Perjanjian Baru.

Apakah Anda masih benar-benar menginginkan iman yang menyelamatkan? Yesus berkata di dalam Lukas 18:8b, “Aku mati bagimu, akan tetapi kalau aku kembali lagi nanti, akankah kamu tetap setia pada-ku di dalam hidup yang kau jalani? Apakah Anda akan setia?”

Apakah Anda setia sekarang?

 

Berikan Komentar Anda: