Pastor Eric Chang | Yohanes 14:18-23 |

Pesan yang saya sampaikan ini ditujukan terutama kepada mereka yang belum memiliki pengenalan akan Kekristenan, atau mereka yang hampir percaya tetapi belum sepenuhnya mengerti; mereka yang telah memiliki pengenalan akan Tuhan tetapi kurang memiliki kedewasaan iman yang benar, dan yang terakhir kepada semua yang merindukan akan pengenalan akan Firman Tuhan. Pemahaman tentang hubungan antara baptisan dan kebangkitan sangatlah diperlukan bagi yang ingin melangkah lebih dalam  dan yang ingin memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.

Baptisan berarti kita rela menderita bersama Kristus, meninggalkan cara hidup kita yang lama yang penuh dengan dosa, kemudian bangkit menuju hidup yang baru, yaitu melalui hidup kebangkitan Kristus; sebuah kehidupan yang memberi kebebasan dari dosa. Begitu banyak orang Kristen yang hidupnya masih belum terbebaskan dari kekuatan dosa. Lalu kita bertanya, apakah mereka sungguh-sungguh sudah mengerti hidup Kekristenan yang benar? Pertanyaan ini akan terjawab setelah kita mempelajari hubungan antara baptisan dengan kebangkitan.


JAWABAN YESUS ATAS PERTANYAAN FILIPUS

Kita akan mulai dengan membaca Injil Yohanes pasal 14 yang akan menjadi dasar eksposisi kita.

18  Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
19 Sesaat lagi dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu akan melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup.
20 Pada waktu itulah kamu akan tahu bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
21 Siapa saja yang memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Siapa saja yang mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya, “Tu(h)an, apa sebabnya Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”
23 Jawab Yesus, “Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan dia.

Dalam bagian ini diceritakan tentang percakapan Yesus dengan murid-muridnya yang dimulai oleh sebuah pertanyaan dari Filipus di Yohanes 14:8: “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Ini merupakan pertanyaan Filipus yang begitu tulus dan dalam, yang tidak mengandung unsur dibuat-buat. Banyak orang berpendapat bahwa pertanyaan Filipus ini merupakan suatu pertanyaan yang bodoh. Namun sesungguhnya, pertanyaan ini sama sekali tidak bodoh karena mengungkapkan kejujuran hati Filipus yang sangat mendasar dan mendalam. Siapa yang tidak ingin dapat melihat dan mengenal Allah?  “Tunjukkanlah Bapa kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”

Yesus tidak meremehkan pertanyaan ini. Yesus berkata kepada Filipus, “Telah sekian lama aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal aku? Barangsiapa telah melihat aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata; Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” Yesus mengungkapkan kekecewaannya karena Filipus tidak dapat melihat dengan mata rohaninya. Jawaban yang dicarinya justru sedang berada di depan matanya sendiri, namun ia tidak melihatnya. Yesus segera memberikan pengajaran yang panjang sampai berlanjut ke pasal 15 dan 16. Inilah bukti pentingnya pertanyaan Filipus yang membuat Yesus menggunakan tiga pasal berturut-turut untuk menjawabnya. 

“Tunjukkanlah Bapa” Saya yakin tidak ada seorangpun yang berani berkata dengan pasti, “Aku telah melihat Allah” Di kitab Ayub setelah pencobaan panjang yang dialaminya, di bagian akhir dan pada puncaknya, Ayub berkata, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5) Ayub adalah seorang yang mengasihi Allah bahkan sebelum ia mengalami pencobaan yang dahsyat. Namun pada waktu pencobaannya selesai, Ayub mempunyai suatu pola berpikir yang baru dan tingkat pengenalan yang lebih dalam akan Allah.

Banyak orang Kristen yang begitu sungguh-sungguh mencintai Allah. Namun mereka tidak dapat berkata seperti Ayub, “Sekarang mataku sendiri memandang Engkau! Sebelumnya, aku telah mendengar tentang engkau dengan telingaku dan apa yang telah kudengar cukup membuatku lebih dalam untuk mencintaimu. Namun sekarang, aku telah melihatnya dengan mataku sendiri. Melalui pencobaan yang dialami, segala penderitaan menjadi berarti.” 

Apakah yang dikatakan Yesus selanjutnya dalam pasal 14 ini? Ayat 18: “Aku tidak akan meninggalkan kamu;” – “Aku tidak akan mengecewakanmu; Aku mengetahui kebutuhanmu, Aku tidak akan meninggalkanmu; Aku tidak akan mengecewakanmu” – “Aku akan datang kepadamu” Ayat 19: “Tinggal sesaat lagi dan dia tidak akan melihat aku lagi, tetapi kamu melihat aku”. Perhatikan baik-baik perkataan ini.

Filipus bertanya “Tunjukkanlah” lalu Yesus menjawab “Kamu akan melihat aku.” “Dunia tidak akan melihat aku lagi karena aku akan segera disalibkan,” demikian penjelasannya di pasal selanjutnya. Dia akan segera dipanggil. Dia akan mati untuk dosa-dosa kita. Namun dia akan bangkit kembali. “Dunia, dari saat penyaliban, tidak akan melihat aku lagi. Namun kamu akan melihat aku.” Jangan meremehkan pentingnya perkataan ini, “… kamu akan melihat aku”, yang dalam bahasa Yunaninya berarti ‘theōreō’. ‘Theōreō’ berarti ‘melihat dengan mata’. “…kamu akan melihat aku.” Dan selanjutnya ia berkata, “…sebab aku hidup dan kamupun akan hidup.”


YESUS HIDUP AGAK KITAPUN MATI DAN BANGKIT BERSAMANYA

Baptisan adalah menderita bersama dengan Kristus. Sia-sia orang dibaptis jika Yesus tidak hidup dan bangkit kembali. Baptisan hanya memiliki arti jika Yesus bangkit. “Karena aku hidup,” Yesus berkata, “kamu akan hidup.” Hidup kita bersandar dan dipersatukan dengannya di dalam baptisan tetapi jika ia sendiri tidak pernah bangkit, apakah ada jalan keluar bagi kita?

Di 1 Korintus 15, Rasul Paulus berkata, jika Kristus tidak bangkit dan hidup kembali pada hari ini, maka, “kita adalah orang yang paling malang dari segala manusia.” (ayat 19). Kita adalah orang yang paling bodoh sekali! Di sinilah terletak inti pertanyaan Filipus. Dia ingin mendapatkan kepastian bahwa Bapa sungguh nyata & hidup. Ia tidak mau percaya dengan mitos, cerita dongeng atau filsafat yang sia-sia karena Filipus dan  semuanya akan menjadi orang yang paling malang jika Allah tidak membangkitkan Yesus. Yesus mengerti akan kebutuhan kita ini. Saya begitu terkesan dengan cara Yesus menjawab permintaan: “Tunjukkanlah Bapa kepada kami.” Dan Yesus menjawab, “Kamu akan melihat aku. Karena kamu melihat aku, kamupun akan melihat Bapaku.”  Kemudian Yesus meneruskan di ayat ke 20, “Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa aku di dalam Bapaku dan kamu di dalam aku dan aku di dalam kamu.” Aku dipersatukan dengan Bapa. Bapa dipersatukan dengan aku. Demikian pula, kamupun akan dipersatukan di dalam Bapa.”

Bagaimana hubungan Bapa dengan Kristus ini dipersatukan? Melalui baptisan! “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tu(h)an, menjadi satu roh dengan dia.” (1 Korintus 6:17). Baptisan merupakan wujud pernyataan terpenting yaitu kita mau menjadi satu dengan Yesus. Seperti di dalam pemberkatan nikah dikatakan dua menjadi satu. Sebelumnya, mereka harus dipersatukan hatinya terlebih dahulu. Setelah itu diikuti oleh prosesi hukum antara kedua mempelai, hal yang dapat diilustrasikan seperti baptisan.


YESUS MENYATAKAN DIRINYA KEPADA ORANG YANG MELAKUKAN PERINTAHNYA

Kemudian Yesus melanjutkan perkataannya seperti yang tertulis di pasal 21, “Barangsiapa yang memegang perintahku dan melakukannya, dialah yang mengasihi aku. Dan barangsiapa yang mengasihi aku, ia akan dikasihi oleh Bapaku dan akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriku kepadanya.” Apakah arti kata “menyatakan” itu? Dalam terjemahan bahasa Inggris dan Yunani, arti kata ini adalah memperlihatkan: ” …kamu akan melihat Aku.”  “Aku akan menyatakan diriku kepada orang yang memegang dan menjalankan perintahku.”

Kemudian di ayat 22 dituliskan, “Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepadanya: Tu(h)an, apakah sebabnya maka engkau hendak menyatakan dirimu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” Di sini, ia berusaha menyederhanakan pertanyaan ini. Yesus tidak akan menampakkan dirinya kepada orang yang tidak percaya.  Hanya melalui iman, kita dapat mengalami hidup dan memperoleh keselamatan. Lalu wujud pernyataan iman kita berikutnya adalah melalui pernyataan diri Kristus. Ia tidak akan menyatakan dirinya kepada dunia. Dunia tidak mengenalnya karena dunia telah menolaknya terlebih dahulu. Namun barangsiapa yang memegang perkataannya dan menantikannya, maka ia akan menyatakan dirinya. Sekali lagi, saya akan menekankan pentingnya arti “menyatakan” ini.

Ada bagian yang tidak diterjemahkan dari bahasa asli Yunani yaitu kata “bagaimana caranya” –  di dalam bahasa Yunaninya  ‘mello‘. “Apakah sebabnya (bagaimana caranya atau maksudnya) maka engkau hendak menyatakan dirimu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”

Lalu Yesus menjawabnya dan berkata bahwa ia akan menyatakan dirinya hanya kepada orang yang mencintainya. Inilah jawaban Yesus seperti tertulis di dalam Yohanes 14:23, “Jika seorang mengasihi aku, ia akan menuruti firmanku dan akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” “Apakah engkau ingin melihat Bapa? Saya akan memberikan yang lebih baik dari pada itu. Bapaku akan datang dan menyediakan rumah bagimu. Hanya itukah keinginanmu yaitu melihat Bapa saja? Bagaimana jika aku memberikan sesuatu yang lebih dari apa kamu minta? Bapaku akan datang dan tinggal bersamamu.” Jawaban yang luar biasa sekali, bukan?

Ini suatu jawaban yang di luar dugaan! Ini suatu hal yang luar biasa ! Lalu Yesus menjawab, “Kamu hanya ingin sekilas melihat wajah Bapaku? Cuma melihat saja? Saya akan berikan kamu yang lebih baik dari yang kamu minta. Bukan hanya Bapa saja, tetapi aku dan Bapaku. Kami akan datang dan tinggal bersamamu.


ARTI KATA “MENYATAKAN” SECARA HISTORIS DAN PENGALAMAN

Ada dua cara pandangan untuk mempelajari arti kata “menyatakan” ini. Untuk memahami Alkitab dengan benar, kita harus melihatnya dari sudut historis serta pengalaman kita sehari-hari. Saya tidak takut memakai pengalaman pribadi untuk mempelajari Firman Tuhan. Bukankah iman Kristen sebenarnya didasarkan pada pengalaman pribadi seperti yang tertulis di dalam seluruh bagian kitab Injil?

“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” (1 Yohanes 1:1-3).

Kehidupan rohani saya berakar dalam pengalaman rohani saya. Tidak mungkin anda dapat berkata “Aku bersyukur kepada dia, yang menguatkan aku: (1 Timotius 1:12) kalau anda sendiri tidak pernah memiliki pengalaman rohani bersama dia. Paulus berkata, “Aku bersyukur kepada dia, yang menguatkan aku” karena dia pernah bertemu dengannya: “Aku tahu kepada siapa orang yang kupercaya.” Sikap keyakinan seperti inilah yang harus dimiliki oleh kita semua karena Yesus menginginkan kita untuk mengenalnya dan juga Bapa di surga.

“Aku akan menyatakan diriku kepadamu. Aku ingin engkau bertemu dengan Dia sehingga engkau tidak dipersalahkan jika engkau berkata, “Aku telah bertemu dengan Allah.” Sama seperti Ayub berkata, “Aku telah mendengar tentang Engkau sebelumnya. Sekarang aku telah bertemu dengan-Mu.”  Saya tidak mempermasalahkan antara mendengar tentang Allah dengan memperoleh iman melalui pendengaran. Kedua-duanya dapat dibenarkan. Iman datang melalui proses pendengaran. Tetapi seseorang harus melangkah lebih jauh untuk mengenal Allah secara lebih dalam. Dan, inilah tantangan Yesus: “Temuilah aku. Aku akan menyatakan diriku kepadamu. Karena tidak seorang pun dapat bertemu dengan Bapa tanpa melalui aku.”  

Iman kita akan mulai bertumbuh dari saat kita menerima baptisan. Baptisan ini sendiri hanyalah sebuah langkah awal dan bukannya langkah akhir dari sebuah perjalanan. Inilah langkah awal perjalanan bagi mereka yang ingin bertemu dengan Bapa karena Yesus akan menyatakan dirinya kepadamu. Saya memiliki keyakinan ini karena saya percaya Yesus akan menggenapkan janjinya sebagai Juruselamat yang hidup. Yesus akan membawa kita kepada Bapa.


“AKU AKAN MENYATAKAN DIRIKU KEPADAMU”

Dalam konteks historis, pengertian utama “kamu akan melihat aku” dan “aku akan menyatakan diriku kepadamu” berkaitan dengan konteks kebangkitan yang tertulis dalam Yohanes 16:16,17,18 dan seterusnya. Di sini tertulis, “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat aku.” Mendengar itu beberapa dari murid-muridnya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” Maka kata mereka: “Apakah artinya ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksudnya.”

Dan Yesus menjelaskan kepada mereka: “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, air matamu akan membasahi mukamu, karena dia yang engkau percayai, dia yang engkau tetapkan untuk mengikutinya selama bertahun-tahun, engkau akan melihat dia tergantung di kayu salib bangsa Romawi, dihukum mati, disiksa supaya menderita di kayu salib. Dan seluruh pengharapanmu akan lenyap. Akhirnya kamu berkata kepada dirimu sendiri, “Apakah yang telah kulakukan? Aku telah menyerahkan seluruh hidupku, meninggalkan pekerjaanku untuk mengikut dia. Lihatlah! Dia tak berdaya di atas kayu salib.” Dunia akan bergembira waktu aku pergi, tetapi hatimu akan hancur. Namun sesaat lagi, kamu akan melihat aku! Dan sukacita yang engkau alami pada saat melihatku kembali, tidak akan hilang selama-lamanya.

Seluruh bagian ini merupakan peristiwa yang akan dialami Yesus pada waktu kebangkitannya. Bagian yang sangat penting sekali. Yesus berkata kepada para muridnya bahwa mereka akan melihatnya dengan mata mereka. Dengan indera penglihatan yaitu mata mereka akan melihatnya ketika dia bangkit dari kematian, sehingga pikiran mereka tidak akan ragu sedikitpun bahwa ia telah hidup kembali. Ia ingin memberikan keyakinan ini kepada mereka. Yesus tidak berkata, “Percayalah dengan iman bahwa engkau akan melihatku mati disalibkan dan dikuburkan. Namun engkau tidak akan melihatku kembali. Percayalah saja bahwa nantinya aku akan hidup kembali.”


HAL KEBANGKITAN YESUS DIULANG SAMPAI LIMA KALI DI MATIUS

Begitu pentingnya Yesus menjelaskan tentang hal kebangkitannya sampai dia mengulanginya sebanyak lima kali dalam kitab Matius. Lima kali Yesus mengulangi hal ini di hadapan para murid. Di Matius 6:21, dia berkata bahwa ia akan mati selama tiga hari – kemudian ia akan bangkit dari kematiannya! Hal ini diulangi sebanyak dua kali. Tiga kali di waktu yang berbeda dia berkata, “Aku akan mati. Aku akan bangkit kembali. Dan kamu akan melihat aku.” Matius 16:21, 17:9, 17:23, 20:19, 26:32 – lima kali semuanya. Kemudian ia mengulanginya kembali sebanyak tiga kali ketika memberitahu berapa lama lagi mereka akan menantinya, “…tinggal sesaat lagi” Berapa lamakah? Tiga hari lamanya.

Tidak ada keraguan sedikitpun yang tersirat dalam ucapan Yesus ini. Tidak belit-belit: “Dunia tidak akan melihat aku lagi. Dan pada hari yang ketiga aku akan dibangkitkan.” “Tinggal sesaat lagi, aku akan mati. Kamu tidak akan melihatku lagi. Namun di hari yang ketiga, kamu akan melihatku kembali. Di Matius 26:32, ia bahkan memberitahukan murid-muridnya untuk pergi ke Galilea tempat dia akan bertemu dengan mereka, “Aku akan mendahului kamu ke Galilea.”

Proses kebangkitan ini sangat menarik untuk dipelajari. Pada dasarnya ada tiga bagian penting dalam proses kebangkitan selama empat puluh hari Yesus berada di dunia. Bagian pertama adalah pada waktu ia berada di Yerusalem. Bagian berikutnya adalah pada waktu ia berada di Galilea. Sedangkan bagian terakhir adalah waktu Yesus kembali ke Yerusalem. Semua bagian ini telah direncanakan. Yesus berpesan pada murid-muridnya, “Tinggallah di Yerusalem. Sesudah itu pergilah ke Galilea. Lalu kembalilah ke Yerusalem.” Dan ia naik ke Surga dari Bukit Zaitun dengan dihadiri dan disaksikan oleh mata mereka sendiri.

Kebangkitan adalah pusat dari pengajaran Yesus. Ia mengulangi hal ini sebanyak lima kali. Seandainya saya seorang guru dan saya memproklamirkan diri saya sebagai Mesias, Juruselamat dunia. Beranikah saya berkata bahwa saya akan bangkit dalam waktu tiga hari dan Anda akan melihat saya? Pernyataan ini memiliki resiko yang besar sekali karena kebenarannya dapat diuji.


YESUS BAHKAN MENJELASKAN BAGAIMANA DIA AKAN MATI

Yesus berkata bahwa sesaat lagi ia akan mati. Dia juga meresponi peringatan yang diberikan untuknya, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh engkau!” Lalu Yesus berkata di Lukas 13:32, “Pergilah dan katakanlah kepada serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga aku akan selesai.” Ia juga berkata, “Sesaat lagi, aku akan selesai. Hanya dalam hitungan hari, aku akan pergi.” Dia berkata kepada para muridnya, “Segala sesuatu yang kusampaikan dan kunyatakan kepadamu, sesaat lagi akan terbukti kebenarannya. Akupun berkata kepadamu bahwa aku akan disalibkan.” Dia menjelaskan dengan cara apakah ia akan mati. Dapatkah seseorang mengetahui bagaimana ia akan mati? Tentu saja tidak ada seorangpun yang mengetahuinya!

Yesus juga berkata, “Pikullah salib dan ikutilah aku” sebagai implikasi akan kematiannya di kayu salib. Di Yohanes 12, Yesus mengatakannya dengan jelas, “apabila aku ditinggikan dari bumi” (ayat 32). Dan Yohanes menuliskan, “Ini dikatakannya untuk menyatakan bagaimana caranya ia akan mati” (ayat 33)


YESUS BANGKIT DI TEMPAT DIA DIBUNUH

Pesan tentang kebangkitan Yesus ditulis secara berulang-ulang: Yesus bangkit! Yesus telah dibangkitkan! Di kitab Kisah Para Rasul, tidak ada satupun pesan yang disampaikan tanpa dikaitkan dengan kebangkitan Yesus. Mulai dari pasal 2:22-23 dikatakan,

“Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan dia dengan melepaskan dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”

Di manakah mereka berkotbah? Di Yerusalem – tempat yang sama di mana Yesus disalibkan beberapa hari sebelumnya! Di tempat inilah juga kabar baik ini disampaikan. Bukan di bagian belahan bumi lainnya! Mereka tidak menyampaikan berita ini di suatu tempat di mana para pendengarnya tidak pernah mengenal Yesus sama sekali. Tetapi justru mereka berkata-kata di hadapan orang-orang yang pernah menyaksikan Yesus disalibkan, “Yesus telah bangkit dari kematiannya.” Tidak ada seorangpun yang berani menyangkalnya. Sebab jika ada yang berani menyangkal kebenaran ini, dengan mudah mereka akan berkata, “Buka saja kuburan dan keluarkan mayatnya. Lihatlah sendiri! Inilah tubuh Yesus.”

Penyaliban Yesus memiliki sebuah keuntungan yang besar karena, tidak seperti kepala yang dipenggal, ia mati dengan tubuh yang masih utuh. Bahkan Anda dapat dengan mudah sekali mengenalinya: “Lihat, Yesus ada di sini!” Terlebih lagi, pada zaman itu mereka menggunakan proses pembalseman sehingga jenazah dapat bertahan lama. Pada waktu Yesus dikuburkan, mereka menaruh rempah-rempah di atasnya. Para wanita kemudian kembali untuk menuntaskan proses akhir pembalseman tersebut, tapi mereka mendapatkan tubuhnya sudah tidak berada di tempatnya lagi. Dia telah bangkit dari tempat kematiannya!


TIDAK ADA YANG DAPAT MENYANGKAL KEBANGKITAN YESUS

Ada beberapa orang yang berkata, “Saya percaya akan kebangkitan Yesus tapi menurut saya arti kebangkitan di sini berarti rohnya yang dibangkitkan.” Mungkin yang dimaksud dari pernyataan Yesus bahwa “Aku akan bangkit dalam waktu tiga hari,” di sini adalah rohnya dan bukan tubuh jasmaninya yang dibangkitkan. Namun keragu-raguan inipun dijawab di dalam ayat Alkitab yaitu Yohanes 2:19 saat Yesus berbicara tentang tubuhnya, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.” Alkitab sungguh memberikan kita jawaban luar biasa atas keragu-raguan ini.

Tidak mungkin ia bertindak sebodoh itu dengan memberikan kesaksian palsu yang dapat diperiksa kebenarannya. Ia berkata, “Dalam waktu tiga hari, kamu dan orang banyak akan menyaksikan kematianku di kayu salib.” Prosesi kematian Yesus tidak dilaksanakan di dalam sebuah penjara tertutup dan publik tidak dapat  menyaksikannya. Pada umumnya seorang penjahat menjalani hukuman matinya di penjara yang dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan tebal, terisolir dari keramaian kota. Sebaliknya, Yesus dihukum mati di luar tembok Yerusalem tempat orang banyak dapat menaiki tembok dan diizinkan untuk berdiri di sepanjang jalan untuk melihat bagaimana ia akan disalibkan. Terlebih lagi yang akan disalibkan pada hari itu bukan hanya Yesus sendiri tetapi dua penjahat lainnya. Hampir semua orang ingin menyaksikan kejadian ini karena hal ini akan menjadi suatu catatan peristiwa sejarah yang besar sekali. Masyarakat pada saat itupun diberitahu tempat ia akan dikuburkan yaitu di tanah milik Yusuf Arimatea, seorang pembesar dan figur publik yang sangat dikenal pada zaman itu. Mayat Yesus tidak disembunyikan di suatu tempat yang sangat dirahasiakan, tetapi sebaliknya ia dibawa ke lokasi yang sangat dikenal oleh masyarakat pada zaman itu.

Bukan hanya para muridnya yang mendengar pernyataan Yesus bahwa ia akan dibangkitkan. Ia juga menyampaikan hal itu kepada orang-orang yang tidak percaya kepadanya. Dalam dua kali peristiwa ia berbicara kepada para musuhnya, “Aku tidak akan memberi tanda, tapi ada tanda padamu dari Nabi Yunus.” Siapapun yang pernah ikut Sekolah Minggu tentunya mengenal cerita nabi Yunus ditelan oleh seekor ikan paus dan ia tinggal di dalam mulut ikan paus selama tiga hari tiga malam dan lalu keluar kembali dalam keadaan hidup. Sama halnya Yesus akan dikuburkan selama tiga hari lalu hidup kembali dan keluar dari kematiannya  

Yesus memberikan penjelasan yang lengkap sekali di Matius 12:39-40. Di sini Yesus berkata,

“Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juaga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”

Yesus tidak meninggalkan suatu pesan yang meragukan dan mengambang. Tanda Yunus di sini diartikan yaitu masa tiga hari tiga malam di dalam perut ikan paus. Kedua kalinya ia berkata kepada orang yang membencinya di dalam pasal 16:4 supaya Anda dan mereka ingat apa yang pernah dikatakannya: “Tidak ada tanda selain tanda Nabi Yunus! Dia akan bangkit kembali!” Pada waktu mereka yang bersekongkol untuk membunuh Yesus itu menghadap kepada Pontius Pilatus, mereka mengingatkan, “Ketahuilah, dia berkata bahwa ia akan bangkit. Marilah kita berjaga-jaga supaya para murid tidak dapat mencuri tubuhnya dan berkata, “Dia bangkit kembali.” Kita harus memberikan penjagaan yang ketat untuk menjaga kuburan Yesus.

Jika Yesus memberitahu para musuhnya bahwa ia akan bangkit kembali, berarti ia telah merencanakan cara menghilangkan keragu-raguan yang akan timbul nantinya. Yesus memberi kesempatan kepada pemerintah Romawi untuk mengawasi dan berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Di sinilah kemenangan mutlak Yesus. Ketika para muridnya memberitakan bahwa Yesus telah bangkit dari kuburnya, 50 hari setelah hari kematiannya, tidak ada seorangpun yang berani membuka mulutnya untuk menyangkal perkataan murid-murid ini. Tanpa kegentaran sedikitpun, mereka memberitakan kabar bahwa Yesus telah bangkit di Yerusalem, tempat di mana ia telah disalibkan. Dan semuanya yang mendengarkan berita luar biasa inipun menjadi bungkam.


KEBANGKITAN YESUS MEMBUAT HIDUP KITA BERHARGA

Apakah yang terjadi selanjutnya untuk menggenapi ucapannya bahwa ia akan menyatakan dirinya kepada kita? Setelah Yesus hidup kembali, dia telah menampakkan dirinya berulang kali. Bukan hanya satu atau dua kali saja, tapi Yohanes 21 mencatat bahwa di pagi-pagi buta, Yesus telah menyatakan dirinya sebanyak tiga kali kepada para murid yang sedang berkumpul. Selain itu, ia juga menyatakan dirinya kepada orang-orang tertentu seperti Maria Magdalena, Simon Petrus, dua orang yang sedang dalam perjalanan ke Emaus dan di tempat-tempat lainnya. Semuanya ini bahkan tidak terhitung ketika Paulus menuliskan kronologi penglihatan akan kebangkitan Yesus di 1 Korintus 15.

Saya akan menyimpulkan seluruh bagian ini secara lebih sederhana. Sama seperti Yesus ingin menyatakan kepada para muridnya bahwa ia telah hidup kembali, demikian pula ia ingin menyatakan hal yang sama kepada kita semua. Jika perkataan Yesus tidak menjadi suatu kebenaran, maka tiada satupun di antara kita yang perlu mempercayainya. Anda tidak perlu membuang waktu  dengan hal-hal yang sia-sia dan saya akan menyelesaikan pembahasan kita sampai di sini saja. Namun, jika memang Yesus sungguh suatu kebenaran yang hidup, maka konsekuensinya terhadap hidup kita adalah sangat tidak terhitung sama sekali. Anda tidak dapat membayangkan betapa besar akibat yang akan terjadi di dalam hidup kita ini. Jika Yesus sungguh nyata bagimu dan ia telah menyatakan dirinya kepadamu, pada saat ini juga hidupmu akan mengalami perubahan yang dahsyat, hatimu seakan-akan terbakar oleh api yang berkobar-kobar. Dan api yang telah saya miliki ini akan saya bagikan untuk Anda. Jika Anda pernah membaca buku dan mendengar kesaksian saya sebelumnya, Yesus telah menyatakan dirinya berulang kali dalam pengalaman hidup saya. Saya tidak dapat menolak api yang menyala di dalam hati saya ini, api yang mampu menelan habis segalanya.

Api yang sama ini jugalah  yang membakar hati murid-murid Yesus pada waktu itu. Mereka tidak menahan dirinya untuk tidak memberitakan kabar bahwa Kristus yang hidup. Gereja pada masa Perjanjian Baru berbeda dengan gereja sekarang. Apakah rahasia yang dimiliki gereja Perjanjian Baru yang tidak dimiliki oleh gereja masa kini? Mereka bahkan tidak memiliki Kitab Suci seperti yang kita miliki sekarang. Bedanya terletak pada fakta bahwa Yesus menyatakan dirinya kepada mereka secara langsung! Sudahkah Yesus menyatakan dirinya kepada Anda? Hanya Anda yang bisa menjawab pertanyaan ini.


YESUS AKAN MENYATAKAN DIRINYA BILA KITA TAAT

Yesus ingin memenuhi janjinya untuk menyatakan dirinya kepada Anda pada saat ini juga.

“Barangsiapa memegang perintahku dan melakukannya, dialah yang mengasihi aku, ia akan dikasihi oleh Bapaku dan akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriku kepadanya”

Apakah Anda taat?  Arti kata “Barangsiapa”  di sini tidak ditujukan hanya kepada para muridnya saja. Yohanes 14:21 menuliskan, “Barangsiapa” – yang mentaatinya. Jika kita melihat konteks asli  dan bahasa Inggrisnya, penggunaan kata “Barangsiapa” adalah suatu ekspresi yang ditujukan kepada umum atau siapapun juga. Subyek kata “barangsiapa’ ini ditujukan kepada mereka yang memegang perintahnya. Apakah engkau termasuk orang yang memegang perintahnya atau tidak memperdulikan perintahnya? Apakah isi perintahnya itu? “Pikullah salib dan ikutilah aku.” “Kasihilah sesamamu manusia.” “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu… kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.” Inilah yang menjadi esensi dari perintahnya.

Di sinilah letak kesulitannya, “Barangsiapa memegang perintahku dan melakukannya, dialah yang mengasihi aku; akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriku kepadanya” – “Aku akan menyatakan diriku kepadanya!” Kepada siapa dia akan menyatakan dirinya? Kepada yang melakukan perintahnya. Bagaimana kita melakukannya? Satu-satunya cara untuk melakukan perintahnya adalah dengan iman, sebab  tanpa iman, anda tidak akan dapat menjalankan perintahnya – hanya melalui iman, Anda dapat menjalankan perintahnya.

Mari kita sekarang menyelidiki apakah Yesus adalah seorang pembohong atau ia memang menyatakan dirinya. Orang yang tidak beriman akan menyebut Yesus adalah seorang pembohong besar. Rasul Yohanes berkata, “ia membuat dia menjadi pendusta” (1 Yohanes 5:10). Sekali lagi, janganlah kita berdalih mengatakan pengalaman pribadi adalah suatu yang tidak dapat dipercayai dan membahayakan hidup. Dimanakah letak bahayanya? Justru hidup Anda akan lebih berbahaya karena tidak mempercayai pernyataan Kristus setelah kebangkitannya. Para rasulpun begitu gemetaran dan ketakutan pada waktu Yesus datang dan masuk ke dalam ruangan mereka? Pengalaman apakah yang mereka alami?  Mereka tidak percaya dengan mata mereka sendiri, “Apakah dia Yesus? Oh ya! Saya masih ingat sedikit. Dia pernah berkata bahwa ia akan bangkit, tetapi kami hanya menganggap lalu saja” Tetapi lihatlah, dia sekarang berdiri di depan kita! Bahkan tidak cukup itu saja, iapun menampakkan dirinya kembali minggu berikutnya di Galilea. Inilah arti historis dari “Aku akan menyatakan diriku.” Saya harap Anda sekarang dapat lebih mengerti tentang arti kata “menyatakan” ini.


MEMAHAMI ARTI KATA “MENYATAKAN”

Kata “menyatakan” digunakan beberapa kali di dalam kitab Perjanjian Baru. Berdasarkan definisi yang dipakai oleh Liddel dan Scott (Liddel, H.G. dan R. Scott, A Greek-English Lexicon), di dalam kamus bahasa Yunani yang sangat diakui, kata “menyatakan” dimaksudkan adalah ’emphania’. Kata ‘Emphania’ yang sama dalam kitab Perjanjian Baru muncul sebagai ’emphanēs’ dan ’emphanizō’.

Kata ’emphanēs’ berarti “terlihat dengan kasat mata”. Dan penggunaan ini juga digunakan dalam literatur bahasa Yunani, terutama menerangkan bentuk fisik Allah yang dapat terlihat oleh manusia. ‘Emphanizō’ berarti menunjukkan, menyatakan, memperlihatkan. Kata yang digunakan dalam pasal ini adalah menyatakan seperti yang kita pelajari di dalam bukunya Arndt and Gingrich [Arndt, W.F. and Gingrich, F.W., terjemahan dalam bahasa asli (Jerman) oleh Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature]. Di sini kita melihat arti dasar  “memperlihatkan dengan mata’ dalam pengertian sehari-hari dapat diartikan juga sebagai: memberitahukan, menjelaskan, meyakinkan, menerangkan.


KITA HARUS MENGALAMI YESUS YANG HIDUP

Inilah maksud Yesus. Dia ingin Anda memiliki keyakinan yang pasti akan kehadirannya. Ini merupakan dasar yang penting karena segala sesuatunya berakar dari pengertian ini! Tanpa hal ini, kita akan dianggap orang yang bodoh karena mempercayai Kekristenan dan segala filsafatnya. Mungkin kita membangun kepercayaan kita karena melihat orang lain yang pandai dan terpandangpun percaya akan Yesus. Jika seorang hamba Tuhan yang pandai dan dihormati dapat percaya pada Yesus, maka tidak mungkin ia salah. Saya akan percaya Yesus karena saya melihat si “A” yang pandai itupun juga percaya. Namun sesungguhnya janganlah menaruh iman kepercayaan Anda seperti ini. Dengan cara inikah kepercayaan anda didasarkan? Anda pasti akan mengalami jalan yang salah. Saya tidak berkata bahwa hal ini seratus persen salah. Iman datangnya dari pendengaran, dan pendengaran datang dari sebuah tempat. Namun, imanmu yang seperti ini akan selalu memiliki masalah. Bagaimana jika si “A”itu ternyata melakukan kesalahan? Bagaimanakah jika seorang hamba Tuhan itu salah? Bagaimana jika saudara seiman kita juga salah? Hanya melalui pernyataan Allah secara pribadi yang mampu menghilangkan segala keragu-raguan kita. Inilah maksud pokok penjelasan saya. Jangan tinggalkan sedikit keraguanpun di dalam hati anda masing-masing karena api yang menyala ini tidak akan dapat membakar hati anda jika hati anda memiliki keraguan. Anda akan terus menerus dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan yang meragukan. Benarkah dia? Sungguh-sungguh nyatakah dia? Selama anda masih memiliki keraguan sedikitpun, anda tidak akan dapat memiliki kepenuhan dan kekuatan sama sekali.

Itulah sebabnya Yesus berkata, “Aku akan menyatakan diriku kepadamu.” Anda harus mengalaminya sendiri, bukan karena si “A” atau hamba Tuhan atau saudara seiman yang mengalaminya. Anda sendiri yang harus memiliki pengenalan ini. Seperti orang-orang yang datang kepada para rasul setelah kebangkitannya, seperti Maria Magdalena berkata, “Aku telah melihat Yesus.” Ini baru dianggap cukup.


APAKAH KITA RINDU UNTUK MENGALAMI ALLAH?

Pemakaian kata “menyatakan” di sini sangat berperan karena anda tidak akan dapat memiliki hubungan yang tulus dan baik dengan Allah jika di dalam hatimu yang terdalam tidak memiliki kerinduan untuk melihat Allah. Inilah yang dikatakan Yesus di Matius 5:8: “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.” Jika anda tidak ingin melihat Allah, di manakah nilai dari janji itu sendiri? Apa artinya anda memiliki “hati yang suci” jika anda tidak memiliki keinginan untuk melihat Allah? Tidak ada gunanya sama sekali. Hanya melalui kerinduan hati anda untuk melihat Allahlah, kepuasanmu akan dipenuhi. Mereka akan melihat Allah!

Kita dapat belajar dari Musa, hamba Allah yang besar itu. Ada satu hal yang begitu diinginkan dalam hidup Musa di atas segala-galanya, yaitu, untuk dapat melihat Allah Yahweh. Kata yang digunakan di Keluaran 13:33 adalah kata yang sama artinya seperti yang tertulis di dalam Yohanes 14. Dikatakan di sini Musa berkata kepada Tuhan, “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapanMu, beritahukanlah kiranya jalanMu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia dihadapanMu.” Perhatikan kata-kata berikut, “sehingga aku mengenal Engkau.” Dalam bahasa Ibrani, kata ini tidak diterjemahkan “sehingga aku mengenal Engkau”, tetapi “sehingga aku melihat jalanMu” Lalu di dalam ayat 18 bahasa Ibrani menuliskannya lebih spesifik: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku” Dan Yahweh mengabulkan permintaannya: “Aku akan melewatkan segenap kegemilanganKu dari depanmu” Di ayat 19 dan selanjutnya, Allah menampakkan diriNya kepada Musa dengan cara tidak langsung karena tidak ada seorangpun yang dapat hidup setelah melihat Allah – untuk memenuhi permintaan Musa ini.

Saya berani berbicara tentang hal ini dan saya percaya Yesuspun juga berani berkata hal yang sama karena ia tidak takut anda menguji kebenaran akan Firmannya ini. Allah ingin menyatakan diriNya kepadamu. Ini adalah suatu kenyataan. Anda mungkin ragu dan berkata, “Saya telah berusaha namun Ia tidak pernah menyatakan diriNya kepadaku.” Kalau demikian anda boleh mencari saya dan berkata, “Eric, anda adalah seorang pembohong besar. Aku telah memegang janji Allah dan perintahNya. Tapi Ia tidak pernah menyatakan diriNya kepadaku.” Andapun boleh berkata, “Semua ini adalah sampah! Saya tidak mau menyia-nyiakan waktu saya untuk hal yang tidak masuk akal ini.” Anda berhak mengutarakan isi hati anda karena hanya ada dua kemungkinan yaitu perkataan saya benar atau tidak, Allah adalah nyata atau tidak. Tidak ada kemungkinan lain di luar hal ini. 


YESUS MENAMPAKKAN DIRINYA KEPADA BANYAK ORANG

Hati saya begitu bersemangat dan berkobar-kobar ketika menyampaikan hal ini. Begitu banyak hal yang ingin saya sampaikan seterusnya. Sebelumnya kita telah mempelajari pengertian historis dari perkataan “Dia menyatakan” sebenarnya ditujukan kepada para rasul yang dipilihnya: “Aku akan segera menyatakan diriku kepadamu setelah kebangkitanku. Kamu akan melihat aku.” Kita juga telah membaca 1 Korintus 15 di mana di pasal ini disebutkan nama orang-orang yang melihat penampakan Yesus. Jika anda membaca di seluruh kitab Injil, di situ anda mempelajari bahwa masih banyak penampakan Yesus di depan orang-orang lainnya. 1 Korintus 15:3-9 menuliskan sebagai berikut:

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa ia telah dikuburkan, bahwa ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; (lalu disebutkanlah kepada siapa sajakah ia menampakkan diri – pertama), bahwa ia telah menampakkan diri kepada Kefas (yaitu, Rasul Petrus), dan kemudian kepada kedua belas muridNya. Sesudah itu ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya, ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.

Inilah sebagian dari nama-nama yang disebutkan. Dan perhatikan satu hal, Paulus mengatakan bahwa Yesus telah menampakkan dirinya kepada lima ratus orang sekaligus. Lima ratus orang!

Yesus menampakkan diri – bayangkan di tempat yang begitu padat dan sesak – dan ia hadir di hadapan lebih dari 500 orang pada saat yang sama, bukan silih berganti, tetapi sekaligus. Mereka semua ada di dalam ruangan ini untuk melihatnya. Dan Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, “kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang. Anda boleh berbincang-bincang dengan mereka untuk mengetahui kebenaran ini. Beberapa di antaranya telah meninggal dunia sepanjang masa 20 tahun ini, tetapi kebanyakan masih hidup sampai hari ini.” Paulus memberitahukan hal ini supaya mereka dapat bertanya kepada orang-orang yang masih hidup ini untuk mengecek kebenaran bahwa benarkah Yesus menampakkan dirinya di hadapan orang banyak ini.


YESUS TINGGAL SELAMA EMPAT PULUH HARI BERSAMA MURID-MURIDNYA

Kisah Para Rasul pasal 1 menjelaskan kepada kita Yesus menampakkan dirinya selama 40 hari untuk membuktikan kebangkitannya. Di pasal 1:3 tertulis: “Kepada mereka” – misalnya para muridnya – “Ia menunjukkan dirinya setelah penderitaannya selesai” – setelah penderitaan yang dialami dan kematiannya – “dan dengan banyak tanda ia membuktikan, bahwa ia hidup. Sebab selama empatpuluh hari ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Di sini terdapat tambahan keterangan yang berhubungan dengan Yohanes 14. Kisah Para Rasul 1:4 berkata: “Pada suatu hari ketika ia makan bersama-sama dengan mereka” – perhatikan kata-kata berikutnya – “ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa” – yaitu kedatangan Roh Kudus. Suatu bagian kalimat yang menarik di sini, “ketika ia makan bersama-sama dengan mereka”. Di dalam terjemahan RSV (Revised Standard Version) kata “makan” dituliskan “tinggal” Jadi pengertian kedua kata ini adalah ia tinggal dan makan bersama-sama.

Kehadiran Yesus setelah kebangkitan tidak hanya dalam sekejap saja. Ia bahkan berkumpul dan bersekutu bersama-sama dengan mereka. Dia tidak hanya muncul dan sempat berkata, “Hei, aku ada di sini dan hidup!” lalu menghilang lagi seperti datangnya petir atau halilintar. Dia tidak hanya menampakkan diri saja. Ia bahkan tinggal bersama-sama dengan mereka atau arti sesungguhnya dapat dikatakan ia bermalam bersama mereka. Mereka berbicara sampai berjam-jam lamanya. Mereka duduk dan makan bersama sehingga mereka dapat sepuas-puasnya memandangi Yesus. Malahan, Ia menyuruh mereka untuk menyentuh dirinya. “Rasakan saya! Lihatlah, ini adalah aku. Lihatlah bekas luka yang ada di tanganku,” katanya kepada Thomas. “Taruhlah jarimu di bekas paku di tanganku dan kamu akan mengetahui bahwa aku bukanlah hantu. Inilah aku yang kau lihat itu. Seperti yang aku pernah katakan kepadamu bahwa kamu akan melihatku kembali.” Inilah pengalaman pribadi yang begitu berharga! Tidak heran para muridnya langsung pergi dan bersemangat untuk memberitakan hal ini karena mereka telah terbakar oleh api selama 40 hari! “Kami telah melihat Yesus yang dibangkitakan! Apa yang telah kami lihat, apa yang telah kami sentuh. Inilah berita yang kami sampaikan kepadamu.”


HARI INI JUGA YESUS MAU MENAMPAKKAN DIRINYA KEPADA KITA

Para Rasul, seperti yang dialami oleh dua orang dari Emaus, menikmati kesempatan selama 40 hari untuk duduk bersama dan makan bersama Yesus. Kesempatan yang begitu indah sekali! Mereka berjalan dan berbincang dengan Yesus. Lalu bagaimanakah dengan kita pada masa kini? Apakah kita memiliki kesempatan yang sama seperti mereka yang terbakar oleh api Roh Kudus? Sayang sekali kita tidak dapat menikmati pengalaman yang indah tersebut. Sekali lagi, Yohanes 14: “Barangsiapa yang memegang perintahku.” Yesus menyampaikan hal ini kepada semua orang tanpa pengecualian. Ia menggunakan perkataan, “Barangsiapa. Siapapun juga yang memegang perintahku, aku akan menyatakan diriku kepadanya.” Kalimat yang indah sekali. Oleh sebab itu, saya menantang anda untuk menerima dan memulainya.

Bagaimana caranya Yesus menyatakan dirinya kepada kita pada zaman ini? Kita harus mengerti secara jasmani, tubuh Yesus sudah tidak berada di dunia ini lagi. Tidak mungkin ia bersama-sama dengan kita seperti para rasul bersamanya selama 40 hari karena ia telah diangkat naik ke Surga. Dia tidak lagi menyatakan dirinya dalam bentuk fisik karena ia sudah tidak berada di bumi lagi. Dia telah berada di sebelah kiri Bapanya. Dia masih tetap akan menyatakan dirinya kepada kita, tetapi bukan dalam bentuk jasmani.

Mari kita mengambil contoh Paulus pada waktu Yesus menampakkan diri kepadanya. Apakah pada saat itu Yesus masih berada di bumi? Tentu saja tidak. Dia telah bangkit. Namun penglihatan yang dialami Paulus begitu nyata di dalam dirinya seakan-akan dia telah melihat Yesus secara jasmani dan bahkan menyentuhkan tangannya ke tubuh Yesus. Paulus sendiri menuliskan pengalamannya ini di dalam 1 Korintus 15, di mana ia sama sekali tidak membedakan antara penglihatan yang dialaminya dengan penglihatan sesungguhnya pada peristiwa kebangkitannya. Bagi Paulus, penglihatan yang dialaminya pada waktu perjalanan ke Damaskus tidak jauh berbeda dengan penglihatan yang dialami murid-murid Yesus selama ia belum terangkat naik.

Demikian pula dengan pengalaman Stefanus seperti yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul 7. Pada waktu Stefanus akan mati dirajam batu, dia menengadah ke atas dan berkata, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” (ayat 58). Dan pada saat batu-batu tersebut menghunjam ke tubuhnya, dia begitu tenggelam menikmati penglihatan akan Yesus sampai ia lupa akan kesakitannya. Hanya sesaat sebelum kematian menjemputnya, ia sempat berkata, “Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Rasul Yohanes juga mengatakan hal yang sama pada saat ia berada di pulau Patmos: bagaimana ia menikmati persekutuannya dengan Yesus. Ia memperoleh penglihatan mengenai kebangkitannya. Penglihatan ilahi adalah sesuatu yang nyata bahkan merupakan sesuatu pengalaman yang sangat berharga dan unik untuk kita. Penglihatan seperti inilah yang Yesus ingin nyatakan kepada diri saya dan anda agar kita dapat menikmati dan mengalaminya.


YESUS BAHKAN INGIN MAKAN BERSAMA DENGAN KITA

Hal tentang penyataan Yesus, tidak hanya ada kitab Yohanes. Di Wahyu 3:20, ayat yang begitu dikenal dikatakan bahwa,

“Lihat, aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraku dan membukakan pintu, aku akan masuk mendapatkannya dan aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan aku.”  

Bagaimanakah anda mengartikan kalimat ini? Apakah Yesus bersungguh-sungguh berkata apa adanya atau ia hanya berpuitis dengan perkataan ini? Perkataan “Aku akan makan bersama-sama dengan engkau” berarti memang makan bersama-sama denganmu.

Dari sini kita menyimpulkan satu hal yang penting lagi. Perkataan “makan bersama-sama dengan dia” – barangsiapa yang membukakan pintu – perhatikan sekali lagi, bagian ini tidak hanya ditujukan untuk para rasul, tetapi siapa saja. Yesus akan datang ke dalam hidup kita dan ia akan bersekutu denganmu begitu dekatnya sehingga anda sungguh merasakan akan kehadirannya.

Berapa kali Yesus makan bersama-sama dengan orang-orang yang melihatnya setelah kebangkitannya? Masih ingatkah kita pada saat perjalanan ke Emaus, orang-orang ini berjalan dan berbincang bersama-sama dengan Yesus, dan mereka berkata, “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” (Lukas 24:29-31). Dan mereka mendesaknya untuk masuk ke dalam rumah. Di atas meja, ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya, dan mata mereka terbuka dan menyadari: “Dia adalah Yesus!” Mungkin orang-orang mendadak mengenal tanda paku di tangannya pada saat ia mengangkat kedua tangannya. Sekali lagi mereka mengamatinya dengan seksama: “Dia sungguh-sungguh adalah Yesus!” Di meja makan malam itulah dia menyatakan dirinya. Bukan di sepanjang perjalanan, tetapi di saat menikmati makan malam!

Tidak berapa lama kemudian, anda ingat bahwa kedua murid ini berlari kembali ke Yerusalem dengan hampir kehabisan napas dan berkata kepada para rasul, “Kami telah melihat Yesus!” Ketika mereka masih berbicara satu dengan yang lainnya, Yesus menampakkan dirinya. Ingatkah betapa terkejutnya para rasul pada waktu itu? Dan Yesus berkata, “Adakah padamu makanan di sini?” (ayat 41). Ya, kami punya! Lalu mereka memberikan kepadanya sepotong ikan goreng, dan dia makan bersama-sama di depan mata mereka. Sekali lagi, “Aku akan makan malam bersama-sama denganmu.”

Lalu masih ingatkah apa yang terjadi di danau Galilea? Mereka sedang menangkap ikan lalu mereka mendengar suara orang memanggil mereka dari tepi pantai, “Apakah engkau mendapatkan ikan?” “Tidak, kami belum mendapatkan apapun.” Lalu mereka pergi ke laut dan apa yang terjadi selanjutnya? Bacalah Yohanes 21:9-13. Di ayat 13, dia memberikan mereka roti dan ikan untuk dimakan bersama-sama. “Aku akan makan bersama-sama denganmu.”

Pelajaran rohani apakah yang kita dapatkan dari sini? Pesan apakah yang hendak disampaikan Yesus melalui kejadian “makan bersama-sama dengannya?” Seperti apakah suasana makan itu? Sangat santai bukan? Ada suasana persahabatan, keakraban serta kehangatan pada waktu menikmati hidangan malam bersama-sama ini. Pada umumnya orang Timur sangat menyenangi saat makan bersama. Dengan rileks, kita mulai berbincang-bincang dan sambil menikmati hidangan; sepertinya makanan membukakan pikiran kita menjadi santai dan akrab untuk mengobrol. Makan bersama dengan seseorang dapat mengubah segala sesuatunya.


PERSAHABATAN DIJALIN MELALUI MAKAN BERSAMA

Seringkali kita berpandangan bahwa hubungan dengan Yesus dan Allah Bapa selalu bersifat kaku dan formal. Banyak orang tidak dapat mengucapkan doa kalau mereka tidak berlutut terlebih dahulu. Mereka selalu beranggapan bahwa hubungan dengan Tuhan harus bersikap formal, tidak nyaman, tegang, untuk dapat merasakan suasana rohani yang lebih dalam.  Tuhan tidak menginginkan hubungan yang selalu seperti demikian. Dia ingin datang kepada kita seperti layaknya seorang sahabat dekat sambil menikmati suasana makan bersama. Ada diantara kita yang mungkin memperlakukan waktu berdoa kita seperti menikmati hidangan,  sehingga tidak tergesa-gesa dalam berdoa. Jika kita merasakan saat doa kita seperti formal dan kaku, maka dalam waktu tiga menit saja kita akan mulai bosan dan lelah. Sebaliknya, jika kita duduk dan makan bersama maka kita tidak akan tergesa-gesa karena kita merasakan ada teman yang kita ajak untuk berbicara. Suasana seperti inilah yang diinginkan Tuhan pada waktu kita datang ke hadapanNya – rileks, bersahabat, akrab, saling menghormati, dan hangat!

Tahukah anda bahwa Allah menginginkan anda untuk memiliki hubungan yang seperti ini dengan-Nya? Datanglah pada Allah dan taatinya semua perintah yang tertulis di Alkitab. Anda akan bertemu dengan Allah melalui Yesus! Buktikanlah sendiri! Hatimu akan terbakar seperti api yang menyala, dan pada akhirnya anda akan berkata, “Sekali aku mendengar-Nya melalui telingaku. Sekarang aku telah melihat-Nya. Aku telah menyaksikan kemuliaan-Nya dengan mataku.”

 

Berikan Komentar Anda: