Pastor Eric Chang | 1 Korintus 6:17 |

Hari ini kita akan mempelajari bersama-sama sedikit mengenai arti baptisan karena beberapa orang segera akan dibaptis. Kita harus memikirkan perkara ini karena ada banyak orang Kristen yang sudah dibaptis tetapi sama sekali tidak mengerti arti baptisan. Setiap orang Kristen harus memikirkan kembali apa yang terjadi padanya, yaitu apa yang dilakukannya pada hari ia dibaptis. Dan apa arti baptisan itu bagi kita pada saat ini, yaitu bagi kita yang sudah dibaptis? Apakah baptisan itu sesuatu yang terjadi di masa lalu ataukah masih ada artinya bagi kita sekarang?

Berbicara mengenai baptisan, saya akan berusaha menghindari istilah-istilah yang sulit atau istilah teknis. Jika saya menggunakan istilah-istilah tersebut, saya akan berusaha untuk menjelaskannya. Saya ingin membahas hal ini secara sangat sederhana; dengan cara yang bisa dimengerti dengan mudah oleh setiap orang. Alasan lainnya kita perlu memikirkan hal ini secara bersama-sama adalah karena banyak orang Kristen dibaptis tanpa diberi penjelasan apa yang terjadi padanya. Ada orang-orang yang mencoba membaca buku-buku mengenai baptisan dan merasa sangat sulit memahaminya sehingga akhirnya mereka menyerah. Saya teringat ketika saya masih kuliah di Sekolah Tinggi Alkitab, seorang teman kuliah bertanya kepada saya, “Apa arti baptisan? Saya belum pernah dibaptis, tetapi apa artinya? Mengapa saya harus dibaptis?” Jadi orang ini telah menyerahkan dirinya pada pekerjaan Allah tetapi belum mengetahui arti baptisan, dan belum dibaptiskan. Tetapi setelah kami berdiskusi, ia akhirnya dibaptis, padahal ia telah menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun. Selain itu timbul pertanyaan: Jika Anda tidak dibaptis, apakah Anda sesungguhnya orang Kristen atau bukan? Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang akan kita lihat pada saat kita membahas arti baptisan.


BAPTISAN ADALAH SAKRAMEN PENYATUAN

Saya akan memberikan definisi baptisan kepada Anda dalam satu kalimat, yang akan saya uraikan secara panjang lebar. Baptisan adalah sakramen persatuan. Anda berkata, “Tampaknya definisi itu tidak banyak menolong saya untuk mengerti.” Jika demikian pikirkanlah kata ‘persatuan’. Sakramen pada dasarnya adalah ekspresi lahiriah dari sesuatu yang sudah terjadi di dalam diri Anda. Dengan cara lain, kita dapat mengatakan bahwa baptisan adalah sebuah janji untuk bersatu atau mengikatkan diri.

Jadi sekarang kita bertanya lagi: persatuan dengan siapa? Persatuan dengan Kristus. Bagaimana cara terbaik untuk mencoba memahami hal ini? Anda yang telah dibaptis pasti ingat bahwa saya menggunakan contoh pernikahan karena pernikahan juga adalah akad untuk bersatu. Jadi dalam gereja kita memiliki dua sakramen. Kita memiliki sakramen persatuan dan sakramen komuni. Jadi kalau begitu yang terjadi pada Anda dalam baptisan adalah: Ketika Anda dibaptis, Anda masuk dalam perjanjian persatuan dengan Kristus, seperti ketika dua orang menikah, mereka masuk dalam ikatan perjanjian satu dengan yang lainnya.


BAPTISAN DIBANDINGKAN DENGAN PERNIKAHAN

Lalu apa landasan Kitab Suci untuk membandingkan baptisan dengan pernikahan? Jika saya memberikan semua bukti-bukti dari Kitab Suci sekarang, maka kita akan menghabiskan waktu satu jam ke depan hanya untuk membicarakan bukti-bukti dari Kitab Suci . Karena itu saya akan membatasinya hanya pada satu atau dua pokok. Di I Korintus 6:17 kita membaca,

“Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tu[h]an, menjadi satu roh dengan Dia.”

“Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tu[h]an” – renungkanlah kata-kata ini dengan teliti, “menjadi satu roh dengan dia.” Kapankah Anda bersatu dengan Tu[h]an jika Anda memang pernah bersatu dengan Tu[h]an? Anda bersatu dengan Tu[h]an dalam baptisan. Kata “mengikatkan diri” yang digunakan dalam ayat itu sama dengan yang digunakan di Matius 19:5 berdasarkan teks aslinya. Dalam pasal tersebut Anda akan membaca tentang suami istri yang dipersatukan dalam pernikahan. Kita yang sama itu digunakan di sini dalam I Korintus pasal 6 untuk membicarakan tentang persatuan antara murid-murid, yaitu orang Kristen, dengan Kristus.

Kita dapat melanjutkan dengan banyak bacaan semacam itu. Ada Efesus pasal 5 dan selanjutnya dan bacaan mengenai pernikahan di sana. Bacaan ini, yaitu Efesus 5:21 dan selanjutnya, biasanya dibacakan pada upacara pernikahan seseorang. Sekali lagi di tengah-tengah bacaan mengenai pernikahan ini kita membaca referensi terhadap baptisan. Di ayat 26 kita membaca “…untuk menguduskannya“, yaitu gereja, “sesudah ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman.” Jadi tepat di tengah-tengah ayat itu, kita membaca referensi terhadap baptisan. Dan pada ayat 31, kita membaca ayat yang tepat sama dengan ayat yang terdapat diMatius 19:5. “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Sekali lagi di Roma 6:5 kita dikatakan “telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematiannya”. Ada sangat banyak lagi bacaan dalam Alkitab yang menyatakan Yesus sebagai Mempelai gereja. Dalam kitab II Korintus ada bacaan lainnya di mana Paulus ketika berbicara dengan jemaat di Korintus mengatakan, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus” (II Korintus 11:2). Jadi kita dapat melihat bahwa gambaran mengenai pernikahan ini, mengenai orang Kristen yang dipersatukan dengan Kristus, digunakan berulang kali. Dengan kata lain, hubungan antara Adam dan Hawa dimaksudkan Allah menjadi sebuah kiasan bagi hubungan antara Kristus dengan jemaat-Nya.


APA ARTI PERNIKAHAN?

Lalu apa arti pernikahan? Apakah upacara pernikahan itu sangat penting? Dapatkah dua orang menjadi suami istri tanpa menikah? Jawaban yang universal terhadap pertanyaan ini adalah: tidak, Anda tidak dapat menjadi suami istri tanpa menikah. Baik dalam masyarakat yang paling primitif maupun di negara-negara yang paling maju, keadaannya selalu sama. Orang harus menikah sebelum mereka menjadi suami istri. Tidak di manapun di dunia dua orang akan dianggap sebagai suami istri apabila mereka belum menikah. Tetapi mengapa tidak? Mengapa kita tidak mengabaikan saja masalah pernikahan ini? Karena pernikahan bukan hanya sebuah upacara; pernikahan adalah sebuah perjanjian. Perjanjian itu barangkali dapat Anda katakan adalah seperti mengadakan persetujuan antara satu orang dengan orang lain; sebuah komitmen antara satu orang dengan orang lain. Jika tidak ada perjanjian semacam ini, tidak ada persetujuan antara kedua orang tersebut, maka cinta mereka belum konkret, atau terwujud dalam sebuah transaksi yang jelas antara mereka. Jadi betapa pun besarnya cinta mereka satu terhadap yang lain, mereka bukanlah suami istri.

Apabila kita berbicara tentang perjanjian dan persetujuan, yang kita maksudkan bukanlah mereka harus pergi ke gereja. Karena bahkan orang tak percaya tahu bahwa kecuali ia memiliki kontrak dengan istrinya, yaitu sebuah perjanjian, mereka bukanlah suami dan istri. Jadi sekalipun mereka tidak pergi ke gereja, mereka pergi ke Kantor Catatan Sipil, atau tempat semacam itu, untuk menandatangani sebuah sertifikat yang menyatakan “Hari ini kita telah menjadi suami istri.” Dan yang menarik adalah sekalipun Anda pergi ke Kantor Catatan Sipil, Anda tetap diminta untuk menghadirkan dua atau tiga orang saksi. Dua atau tiga orang ini juga diminta untuk menandatangani akte pernikahan. Mengapa harus ada saksi? Karena mereka itu dimaksudkan untuk menyaksikan bahwa persetujuan tersebut telah dilakukan di hadapan mereka. Anda lihat bahwa dalam hubungan antar pribadi, hubungan tersebut belum menjadi konkret atau terbentuk secara tetap sebelum ada perjanjian. Jadi seseorang bisa saja mengatakan bahwa ia percaya kepada Kristus, ia mengasihi Yesus, ia ingin mengikut Yesus, tetapi selama ia belum memiliki perjanjian dengan Kristus, ia bukanlah orang Kristen. Hal ini disebabkan dalam sebuah perjanjian, Anda menyerahkan diri satu kepada yang lain. Sebelum itu tidak ada komitmen yang nyata. Atau ada komitmen dalam hati, tetapi komitmen itu tidak dinyatakan di hadapan saksi-saksi sehingga menjadi konkret dan nyata.

Jadi sekarang kita lihat bahwa baptisan bukan hanya semacam upacara, melainkan sebuah perjanjian. Dan kata ‘perjanjian’ ini digunakan berulang kali dalam Alkitab. Itulah sebabnya kita memiliki Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan saya akan ulangi sekali lagi pengartian ini sehingga tidak seorang pun merasa tidak yakin akan hal ini: apa yang terjadi dalam baptisan? Kita mengalami persatuan dengannya, tetapi persatuan ini bukan hanya sebuah perasaan, melainkan sebuah komitmen yang pasti, sebuah persetujuan, sebuah perjanjian dengan Kristus.


PERSAMAAN ANTARA PERNIKAHAN DAN BAPTISAN

Sekarang mari kita lihat hal ini sedikit lebih mendalam dan membandingkan persatuan dalam pernikahan dengan persatuan dengan Kristus dalam baptisan. Pertama, sama seperti dalam pernikahan, kedua orang tersebut menyerahkan diri satu kepada yang lain karena kasih mereka satu sama lain. Jadi dalam baptisan kita menyerahkan diri kita kepada Kristus karena kasihnya kepada kita dan karena kita ingin menyatakan kasih kita kepadanya. Kemudian, sama seperti dalam pernikahan, Anda tidak menikah dengan seseorang yang Anda secara kebetulan menyukainya. Anda harus benar-benar mengasihi orang tersebut dan siap untuk menjalani kehidupan Anda bersama orang itu. Demikian pula sebagai orang Kristen, kita tidak menikah dengan siapa saja yang secara kebetulan kita sukai. Dan demikian pula orang Kristen, kita tidak begitu saja menyerahkan diri kepada Yesus karena kita secara kebetulan menyukainya, tetapi karena kita ingin menyerahkan diri kepadanya sepenuhnya tanpa syarat dan menjalani kehidupan bersamanya.

Kedua, seperti pernikahan, baptisan adalah sebuah pernyataan, sebuah deklarasi. Dengan kata lain, saya menunjukkan kepada setiap orang melalui tindakan saya bahwa saya mencintai orang ini. Demikian pula dalam baptisan saya menyatakan hal tersebut di hadapan semua orang, dan di hadapan langit dan bumi, yang juga merupakan saksi. Ingat bahwa langit dan bumi bukan semata-mata benda mati, langit dan bumi memiliki kekuatan spiritual. Di hadapan mereka semua, saya menyatakan hari ini bahwa saya mengasihi Yesus dan sudah menyerahkan diri saya kepadanya.

Tetapi yang ketiga, hal ini juga berarti bahwa karena saya telah menyatakan komitmen saya kepadanya, maka saya siap untuk mematahkan ikatan cara hidup saya yang lama. Bahkan hal ini juga terjadi dalam pernikahan dengan seseorang. Ketika Anda menikah, hidup Anda tidak lagi sama seperti dulu. Sekarang Anda memasuki sebuah kehidupan yang baru, yaitu hidup berpasangan dengan seseorang lain. Kehidupan Anda bukan lagi kehidupan yang berpusat pada diri sendiri di mana Anda dapat melakukan apa saja yang Anda inginkan. Sekarang ada orang lain yang Anda pedulikan. Kehidupan Anda sekarang juga berubah total karena hal ini. Jadi ketika Anda dibaptiskan, Anda sebenarnya juga mengatakan, “Cara hidup lama yang penuh dosa telah saya tinggalkan sepenuhnya. Sekarang saya memasuki kehidupan baru yang bersatu dengan Kristus.”

Dan juga seperti dalam pernikahan, jika ada cinta yang sejati antara dua orang, maka ketika Anda telah menikah Anda menempatkan kepentingan pasangan Anda di depan kepentingan Anda sendiri. Anda akan memikirkan tentang pasangan Anda, bukan diri Anda sendiri, jika ada cinta sejati. Itulah sebabnya ada istri-istri yang dengan penuh pengabdian melepaskan karier mereka sendiri, mereka melepaskan kepentingan mereka sendiri untuk mengikuti tujuan suami mereka, untuk berada di tempat di mana suami mereka berada. Mereka berkata, demikian pula kita sebagai orang Kristen berkata ketika dibaptiskan, “Mulai saat ini kepentingannya-yaitu kepentingan Yesus-lebih utama dari kepentingan saya, keinginan saya dalam masalah profesional dan sosial. Dialah yang kepentingannya paling utama dalam diri saya.” Sementara saya mengatakan hal ini, saya berharap orang-orang Kristen akan menyelidiki hati mereka dan bertanya, “Apakah saya telah bersikap setia pada komitmen baptisan saya?”

Juga, seperti dalam pernikahan, karena kedua orang itu sekarang telah bersatu, maka suami tidak pergi ke satu tempat dan istri ke tempat lain. Tidak! Di mana yang satu berada, di sana juga yang lain berada. Mereka akan pergi bersama-sama. Di mana pun mereka berada mereka akan menjalaninya bersama-sama. Demikian pula orang Kristen yang bersama dengan Yesus. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang selalu hidup dalam persekutuan dengan Yesus. Pernikahan macam apa yang terjadi jika sang suami tinggal di satu tempat dan istrinya di tempat lain? Mereka seharusnya ingin bersama-sama. Mereka ingin bersekutu satu dengan yang lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang Kristen yang tidak berdoa, yang tidak merasa senang bersekutu dengan Yesus, belum mengetahui apa artinya menjadi orang Kristen. Hal ini berarti bahwa kita juga mengatakan, “Pada saat-saat yang sulit sekalipun, dalam keadaan kaya atau pun miskin, Yesus, aku akan bersamamu.”

Dalam baptisan, ketika kita menerima baptisan dalam hati kita, kita juga mengatakan melalui tindakan itu bahwa Yesus menjadi Tuhan dari hidup kita. Sama seperti istri yang setia yang berkata kepada suaminya, “Saya ingin kau menjadi kepala rumah tangga ini.” Dalam setiap penatalaksanaan harus ada seorang kepala. Keluarga adalah sebuah kesatuan dan penatalaksanaan yang bersifat sosial, dan harus ada seseorang yang menjalankan keluarga itu. Harus ada seseorang yang mengambil tanggung jawab untuk menandatangani pernyataan dan dokumen. Tentu saja hal ini tidak berarti terjadi ketidakseimbangan antara suami dan istri; melainkan karena kasih mereka menghormati satu terhadap yang lain, mereka saling menghargai dan ingin memberikan tempat yang terhormat kepada pasangannya. Demikian pula orang Kristen ingin memberi Yesus tempat yang terhormat dalam hidupnya. Ia ingin memuliakan Yesus. Ia merasa gembira dan mengatakan, “Ya, Yesus adalah Tuhan dalam kehidupan saya, dan ini sungguh sebuah sukacita!”

Selanjutnya, dalam sebuah pernikahan ada hadiah pernikahan kepada pasangan, atau di negara Barat biasanya berupa cincin kawin. Apa arti hal ini? Ini adalah sebuah janji. Demikian pula Yesus, ketika kita dibaptiskan dia memberi kita sebuah hadiah. Dia memberikan Roh Kudus kepada kita. Roh Kudus adalah janji Yesus kepada kita. Roh Kudus yang diberikan Yesus kepada kita itu pertama-tama dan terutama berarti, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Demikian pula lambang yang berbentuk cincin itu. Lambang itu adalah sebuah janji, “Aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu dapat menunjukkan cincin ini sebagai buktinya.” Kedua, hal ini juga berarti bahwa apa yang telah kujanjikan kepadamu akan kupenuhi. Jadi apa yang dijanjikan Yesus kepada kita adalah bahwa dia akan menggenapi semua yang telah diberikannya kepada kita. Dia akan memelihara kita. Dia akan melindungi kita. Dia akan membimbing kita dan dia telah memberikan kehidupan kekal kepada kita. Hal inilah juga yang diharapkan seorang istri dari suaminya, yaitu agar suaminya melindunginya pada saat bahaya dan pada saat ia membutuhkan. Agar suaminya memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar suaminya mengarahkan dia atau memberinya nasihat dan hikmat jika diperlukan. Dan semua ini Yesus juga berjanji untuk menggenapinya pada kita. Tentu saja dia berbuat jauh lebih banyak dari itu. Dia memberikan kehidupan kekal kepada kita.


PERBEDAAN ANTARA PERNIKAHAN DAN BAPTISAN

Saya telah menggunakan perbandingan-perbandingan di atas dan menjelaskannya secara sangat singkat karena terbatasnya waktu. Kita telah membuat perbandingan antara baptisan dengan pernikahan, tetapi tentu saja kita tidak menyamakan baptisan dengan pernikahan, karena persamaannya hanya terletak dalam hal berikut: yaitu bahwa keduanya adalah janji untuk bersatu. Meskipun demikian, ada satu atau dua perbedaan yang secara singkat akan saya sebutkan.

Ketika Anda menyaksikan suatu baptisan Anda akan perhatikan bahwa tandanya berbeda. Anda melihat seseorang dicelupkan dalam air dan kemudian diangkat lagi dari air. Lalu Anda bertanya pada diri Anda sendiri, “Apa yang terjadi? Apa artinya semua ini?” Anda lihat, persatuan antara Kristus dengan kita ini, meskipun keduanya adalah sakramen persatuan, adalah jauh lebih rumit daripada persatuan antara dua orang. Hal ini lebih sulit karena adanya dosa. Dosa telah menjadi penghalang antara Kristus dengan kita dan membuat persatuan ini menjadi sangat sulit. Bukan hanya sulit, sebenarnya tidak mungkin. Kesulitan semacam ini tidak ada di antara dua orang. Jika Anda dan pasangan Anda saling mencintai, kalian menikah. Itu saja. Yah, barangkali tidak sesederhana kedengarannya.

Gambaran mengenai kesulitan ini dapat dilihat secara lebih jelas apabila dua orang yang akan menikah berasal dari keluarga yang saling bermusuhan. Anda dapat melihat masalah yang besar dalam persatuan ini. Dan dalam hal ini, dosa itu harus disingkirkan lebih dulu. Penghalang atau kesulitan yang ada di antara mereka harus disingkirkan lebih dulu. Inilah yang harus dilakukan Yesus di atas kayu salib. Karena dia mengasihi kita, maka dia ingin menyatukan kita dengan dirinya. Untuk dapat melakukan hal ini, dia harus lebih dulu menyingkirkan penghalang yang ada. Dan penghalang itu harus disingkirkannya melalui kematiannya.


MELALUI BAPTISAN, KITA MATI TERHADAP DOSA DAN BANGKIT KE DALAM HIDUP BARU

Inti dari baptisan adalah: Ketika Anda dicelupkan ke dalam air, peristiwa itu adalah lambang bahwa Anda sudah siap untuk mati terhadap dosa, yaitu berpaling dari dosa, dan bahwa seluruh cara hidup Anda yang lama sudah berakhir; dan sekarang Anda keluar dari dalam air sebagai simbol dari kehidupan baru yang penuh dengan kebenaran. Jadi baptisan tidak berarti bahwa sekarang kita telah mengikuti agama tertentu. Bukan, bukan! Kita tidak mengikuti agama apa pun. Kita menyatakan bahwa kita telah berpaling dari dosa kepada kebenaran, dari kegelapan kepada terang.

Jadi sekarang kita telah membicarakan arti baptisan secara sangat sederhana, tetapi saya harap artinya cukup jelas untuk dimengerti oleh setiap orang. Karena itu bagi orang-orang yang segera akan menjalani upacara pembaptisan pikirkanlah dengan teliti apa yang telah kita bicarakan siang ini. Ini adalah sebuah langkah yang besar, sama seperti persatuan dalam pernikahan adalah sebuah langkah yang besar. Tetapi bagi kita yang sekarang telah menjadi milik Kristus, yang telah dipersatukan dengannya, marilah kita selalu mengingat apa arti hal ini, apa hak-hak dan tanggung jawab kita. Ketika Anda berada dalam kesulitan dan masalah, ingatlah selalu hal ini: Yesus mengasihi Anda dan Anda telah dipersatukan dengannya. Dan dia akan memelihara Anda. Anda dapat mempercayai hal ini. Jangan pernah merasa ragu-ragu akan hal ini. Dia melihat air mata Anda, dia mengetahui beban hati Anda, penderitaan Anda, dan dia sangat mempedulikan Anda. Anda akan mengetahui betapa dalam kasihnya kepada Anda. Juga, belajarlah untuk hidup dengan memuliakan Allah Bapa Yesus Kristus, supaya dia sungguh-sungguh memiliki sukacita di dalam kita dan kita memiliki sukacita di dalam dia, karena itulah tujuannya penyatuan itu.

Berikan Komentar Anda: