SC CHUAH | YOHANES 14:16-17 |
Dalam Perjanjian Baru, Paulus menggambarkan Allah sebagai “sumber kesabaran dan penghiburan” (Rm 15:5) dan “yang menghibur orang yang putus asa” (2Kor 7:6). Itulah salah satu dari sifat Allah yang menonjol, Dia selalu menguatkan yang berkecil hati. Kita baca deskripsi Roh Kudus yang diberikan kepada kita di Yohanes 14:16-17.
16 Aku akan meminta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain supaya Dia bersamamu selamanya, 17 yaitu Roh Kebenaran, yang dunia tidak dapat menerima-Nya, sebab dunia tidak melihat Dia atau mengenal Dia. Akan tetapi, kamu mengenal Dia karena Dia tinggal bersamamu dan akan ada di dalammu.
Kata “Penolong” sering juga diterjemahkan sebagai “Penghibur”, atau dalam bahasa Inggris, Comforter, Encourager. Yesus meminta Bapa mengutus Penolong itu menyertai kita selamanya! Ini berarti umat Allah yang dipenuhi Roh tidak akan pernah mengenal putus asa. Di dalam batin setiap orang yang dipenuhi Roh ada “sumber kesabaran dan penghiburan”! Kita harus dikenal sebagai umat yang paling tahan banting.
Kita masuk tahun 2025 tanpa mengetahui apa yang menanti di depan kita. Di antara semua orang di dunia ini, orang yang dipenuhi Rohlah orang yang paling siap menghadapi masa depan yang tidak menentu. Apa pun yang akan datang, apakah pandemi yang lebih besar, perang yang lebih dahsyat, atau keadaan ekonomi yang tidak pasti, orang percaya sejati akan menghadapinya tanpa berputus asa. Itu karena umat Allah telah menerima apa yang tidak dapat diterima dunia.
SIAPAKAH SUMBER KEPUTUSASAAN?
Jika Allah merupakan “sumber kesabaran dan penghiburan”, siapakah yang menjadi sumber keputusasaan? Iblis! Jadi, berhati-hatilah jika saudara tergolong orang negatif yang selalu membawa putus asa dan kekecewaan bagi orang lain. Saudara akan termasuk “Iblis dan kawan-kawannya”! Awas kalau kita memiliki lidah beracun yang menawarkan hati sesama. Yesus melarang keras kata-kata seperti “tolol”, “bodoh” atau “tidak punya otak” dipakai terhadap sesama saudara. Kita mengerti sekarang mengapa Yesus melarangnya dengan ancaman neraka! (Mat 5:21-22)
Sebaliknya, orang yang dipenuhi Roh Allah dipenuhi Roh Penghibur, yang selalu menolong dan menguatkan orang lain.
MEMBEDAKAN SUARA ALLAH DARI SUARA IBLIS
Jika saudara mendengarkan suara atau bisikan negatif apa pun yang mengatakan bahwa Allah sudah menyerah terhadap saudara, menyerah saja, kamu orang gagal, tidak berguna, tak ada harapan, goblok, bodoh, Allah tidak lagi mengasihi kamu, atau apa pun yang senada dengan itu, yakinlah bahwa itu bukan suara dari Allah. Saudara sedang mendengarkan suara si jahat, apakah itu berupa bisikan batin atau dari orang lain.
Senjata Iblis yang paling ampuh ialah discouragement yang membuat kita kecewa, berkecil hati, tawar dan putus asa. Putus asa itu sendiri bukan dosa, tetapi berpotensi membuka pintu kepada bermacam-macam dosa ke dalam kehidupan kita. Dengan kata lain, keputusasaan adalah pintu terbuka yang menyambut dosa dan segala sesuatu yang negatif ke dalam kehidupan kita. Seorang Kristen yang kuat tidak dapat dicobai langsung dengan dosa, dia perlu dilemahkan dulu dengan discouragement.
DASAR KEPUTUSASAAN ADALAH DUSTA
Sebagaimana dijelaskan di atas, suara-suara yang membawa keputusasaan adalah dusta yang terang-terangan. Batin kita membisik, “Allah tidak mengasihi aku lagi…” dan kita mempercayainya! Keputusasaan terjadi karena kita ditipu oleh roh dusta si ular. Oleh karena itu, keputusasaan pada dasarnya adalah suatu kondisi yang dilandasi oleh dusta. Itu sebabnya Roh Allah disebut juga sebagai Roh Kebenaran.
Orang yang putus asa juga cenderung membesar-besarkan masalah dan terfokus pada diri sendiri. Kita akan selalu berkata bahwa kita orang yang paling malang di dunia ini, orang paling tidak beruntung di dunia ini, paling ini dan paling itu… Itulah ciri khas percakapan orang yang putus asa, membesar-besarkan masalah karena dia memang tidak hidup dalam kebenaran.
ALLAH YANG BERTAKHTA, ATAU IBLIS?
Keputusaaan sangat berbahaya karena pada saat-saat itu, kita percaya situasi berada di luar kendali Allah. Dengan kata lain, Allah tidak lagi bertakhta atas kehidupan saudara. Iblislah yang bertakhta. Apabila Iblis bertakhta di atas kehidupan saudara, tidak akan ada hal baik yang mengikuti saudara. Mazmur 23 berkata “kebaikan dan kasih setia-Mu akan mengikutiku pada segala masa”. Akan tetapi, jika Iblis yang bertakhta, hanya keburukan dan kekacauan yang akan mengikuti saudara.
Sebagai saran praktis, waktu mengalami putus asa, jangan pernah membuat keputusan-keputusan penting dalam kehidupan saudara. Tundalah hal itu. Keputusan yang saudara ambil hampir pasti akan salah dan bertentangan dengan kehendak Allah, yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika keputusan yang kita ambil bertentangan dengan kehendak Allah, tidak akan ada hal baik yang akan mengikuti kehidupan saudara.
BAGAIMANA MENGALAHKAN KEPUTUSASAAN?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan bacakan 1 Samuel 30:6.
Daud sangat terjepit, sebab rakyatnya mengatakan akan merajam dia. Sebab, jiwa orang-orang itu sangat pahit, masing-masing karena anak-anak lelakinya dan anak-anak perempuannya. Namun, Daud menguatkan hatinya kepada YAHWEH, Allahnya.
Dalam bahasa Inggris,
David encouraged himself in YAHWEH his God.
Di sini Daud dan pasukan tentaranya menangis sampai mereka tidak kuat lagi menangis (ay 4). Istri dan anak mereka semuanya ditawan orang Amalek. Dapatkah saudara merasakan keputusasaan mereka? Itu benar-benar keadaan yang putus asa. Adakah yang mungkin kuat dan tabah menghadapi situasi seperti ini?
Ketika istri dan anak berada di bawah kendali pihak musuh, apakah situasi masih di bawah kendali? Apakah Allah masih pegang kendali? All hell broke loose, kata pepatah, seluruh neraka pecah. Hati dan budi dikuasai pikiran negatif. Tidak heran mereka berbalik ingin membunuh Daud. Tidak ada yang akan menyalahkan mereka karena berputus asa.
Akan tetapi, perhatikan dengan teliti kalimat terakhir. Apa yang Daud lakukan, itulah yang membedakannya dari yang lain. Itulah yang menjadikannya seorang pemimpin. Dia menguatkan dirinya (He encourage himself). “Dia menguatkan dirinya dalam Yahweh, Allahnya”. Ada sesuatu yang dapat dilakukan kita! Kita harus melakukan hal ini dari waktu ke waktu, khususnya waktu-waktu ketika dikuasai rasa putus asa, yaitu menguatkan diri di hadapan Yahweh.
MENGUATKAN HATI DI DALAM TUHAN
Waktu kita kecewa atau terpukul, kita cenderung suka berkubang di dalam masalah itu. Bahkan, ada beberapa orang sepertinya menikmati kubangan itu. Sering kali, kita perlu melalui sebuah keputusan kehendak, datang kepada Allah dan berkata, “Ya Bapa, kuatkanlah aku, pulihkanlah aku kembali!” Saudara akan mengalami Dialah “yang mengangkap kepalaku” (Mzm 3:4) Allah, “sumber kesabaran dan penghiburan”, selalu mengangkat kepala yang tertunduk. Sepanjang Alkitab, Dia selalu mengangkat mereka yang tertiarap ketakutan.
Ketika mengalami sesuatu yang sangat mengecewakan, terdapat dua pilihan di hadapan kita: berkubang dalam keadaan depresi, atau seperti Daud, membuat sebuah keputusan untuk menghadap Yahweh.
Kita mengakhiri dengan membaca Yesaya 61:1-3
1 Roh YAHWEH Allah ada padaku karena YAHWEH telah mengurapi aku untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang tertindas. Dia telah mengutus aku untuk membalut orang yang patah hati, untuk menyatakan kebebasan kepada para tawanan, dan kelepasan kepada para tahanan,
2 untuk memberitakan tahun rahmat YAHWEH dan hari pembalasan Allah kita; untuk menghibur semua orang yang berkabung,
3 untuk mengaruniakan mereka yang berkabung di Sion; untuk memberi mereka hiasan kepala sebagai ganti abu, minyak sukacita sebagai ganti dukacita, jubah pujian sebagai ganti semangat yang pudar sehingga mereka akan disebut pohon tarbantin kebenaran, tanaman YAHWEH, supaya Dia dimuliakan.
Nas inilah yang dikutip Yesus untuk menjelaskan pelayanan pemberitaan Injilnya. Salah satu pergantian yang terjadi melalui Injil adalah pergantian semangat yang pudar dengan jubah pujian! Semangat yang pudar (spirit of heaviness) adalah roh yang berat. Pernahkah saudara mengalaminya? Ketika mengalami keputusasaan, roh terasa begitu berat sehingga terasa sulit untuk bangun tidur. Akan tetapi, Allah melalui Roh-Nya memberikan kita jubah pujian sebagai ganti dari spirit of heaviness. Memuji-muji Allah apakah dalam percakapan atau nyanyian menjadi second nature kita, bukannya keluh kesah yang tak berkesudahan.
Lebih dari itu, orang yang dipenuhi Roh bukan saja tidak akan pernah mengalami depresi lagi (“Penolong,… bersamamu selamanya”), sebaliknya menjadi sumber penghiburan bagi banyak orang (Yes 50:4, “dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu”). Melalui pekerjaan Roh, lidahnya tidak lagi selalu melukai hati orang, tetapi menguatkan banyak orang. Itulah transformasi karakter yang dibawa Kabar Baik.