Pastor Eric Chang | Matius 6:12, 14-15 |


PENGAMPUNAN ITU BERSYARAT

Dikatakan di Matius 6:12:

“Dan, ampunilah kesalahan-kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami.”

atau, kalau diterjemahkan secara harfiah,

“Dan, ampunilah kami akan hutang-hutang kami, seperti kami juga mengampuni orang yang berhutang kepada kami.”

Di sini kita menemukan beberapa kebenaran yang amat penting. Pentingnya ayat ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Apa artinya “ampunilah kami akan hutang kami, seperti kami juga mengampuni orang yang berhutang kepada kami”? Apa yang dimaksudkan dengan ‘seperti’? Apakah pengampunan itu ada syaratnya? Lihatlah pada syarat itu sendiri. Apabila kita datang kepada Allah, kita berdoa, “Tuhan, ampunilah dosa-dosaku” dan pada kebiasaannya kita berhenti di situ. Akan tetapi, Yesus berkata Anda tidak boleh berdoa seperti ini. Setiap kali Anda berbuat dosa, Anda cuma berkata, “Tuhan, ampunilah dosa-dosaku.” Itu saja! Yesus berkata Anda belum berdoa dengan betul. Anda seharusnya berdoa, “Ampunilah dosa-dosaku seperti aku juga mengampuni dosa-dosa orang lain.” Jika kita membaca lebih ke bawah sedikit, kita mendapati begitu penting kata-kata ini sehingga segera sesudah mengakhiri Doa Bapa Kami, Yesus serta merta mengulangi kata-kata tersebut di ayat 14 dan 15, yang berbunyi seperti berikut,

Karena jika kamu mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain, Bapa surgawimu juga akan mengampunimu. Akan tetapi, jika kamu tidak mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”

Dengan kata lain, kita tidak berhak untuk meminta pengampunan sehingga kita sendiri telah mengampuni. Bukankah ini yang dikatakan dengan jelas oleh Yesus? Anda tidak boleh meminta dari Allah pengampunan dalam bentuk apa pun sehingga Anda sendiri telah mengampuni siapa saja yang telah berbuat sesuatu terhadap Anda. Kalau begitu, pengampunan itu memang ada syaratnya. Jika kita telah menerima pengampunan Allah, kita harus rela mengampuni. Sebaliknya jika kita tidak mengampuni, kita juga tidak akan diampuni. Kita akan melihat hal ini dengan lebih mendalam hari ini.


DOSA SEBAGAI HUTANG

Ajaran ini begitu penting sehingga Yesus mengkhususkan satu perumpamaan untuk menolong kita mengerti. Perumpamaan itu ditemukan dalam Matius 18:21-35. Maka, untuk menolong kita mengerti ajaran ini dan Doa Bapa Kami, saya akan menggunakan perumpamaan Yesus ini, untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya.

21 Kemudian, Petrus datang kepada Yesus dan bertanya, “Tuan, seberapa sering seharusnya aku mengampuni saudaraku yang berdosa terhadapku? Sampai 7 kali?”
22 Yesus berkata kepadanya, “Aku tidak mengatakan kepadamu sampai 7 kali tetapi sampai 70 kali 7 kali.
23 Karena itulah, Kerajaan Surga diumpamakan seperti seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan para hambanya.
24 Ketika ia mulai mengadakan perhitungan, orang yang berutang sebesar 10 ribu talenta dibawa kepadanya.
25 Karena ia itu tidak mampu membayar, tuannya memerintahkan supaya ia dijual, beserta istri dan anak-anaknya, juga semua yang ia miliki, dan dengan itu pembayaran dilakukan.
26 Maka, hamba itu tersungkur dan menyembah tuannya, katanya, ‘Bersabarlah kepadaku dan aku akan membayar semuanya kepadamu.’
27 Kemudian, tuan dari hamba itu berbelas kasihan, dan membebaskannya, dan memberi ampunan atas utangnya itu.
28 Akan tetapi, ketika hamba itu keluar dan bertemu dengan hamba lain yang berutang seratus dinar kepadanya, ia menangkap serta mencekik hamba itu, dan berkata, ‘Bayar kembali uang yang kamu pinjam dariku!’
29 Maka, hamba yang berutang itu bersujud dan memohon kepadanya, katanya, ‘Bersabarlah kepadaku dan aku akan membayar semuanya kepadamu.’
30 Akan tetapi, ia menolak dan menjebloskan temannya itu ke penjara sampai ia itu bisa melunasi semua utangnya.
31 Ketika hamba-hamba yang lain melihat kejadian itu, mereka menjadi sangat sedih lalu datang dan melaporkan kepada tuannya tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
32 Kemudian, tuannya memanggil hamba yang pertama itu dan berkata kepadanya, ‘Kamu hamba yang jahat. Aku mengampuni semua utangmu karena kamu memohon kepadaku.
33 Bukankah kamu seharusnya memiliki belas kasihan kepada sesamamu hamba, seperti aku juga telah menunjukkan belas kasihan kepadamu?’*
34 Dan, tuannya, dengan penuh kemarahan, menyerahkannya kepada para penyiksa* sampai ia dapat membayar kembali semua yang dipinjamkan kepadanya.
35 Bapaku di surga juga akan melakukan hal yang sama kepadamu, jika kamu tidak mengampuni saudaramu dari dalam hatimu.”

Perumpamaan ini adalah tentang seorang raja yang mempunyai seorang hamba. Hamba raja ialah gelar untuk seorang pejabat pemerintah yang tinggi. “Hamba” di sini bukan seorang budak. Ia merupakan hamba kepada raja. Dari apa yang dapat kita perhatikan dari perumpamaan ini, hamba raja ini adalah semacam gubernur, besar kemungkinan gubernur kepada salah satu propinsi kerajaan Persia. Sebagai seorang gubernur, ia bertanggung jawab kepada raja dalam hal administrasi untuk propinsi di bawah kekuasaannya. Tentu saja, ini berarti jumlah penghasilan yang besar melewati tangannya. Bahkan pada masa sekarang juga, setiap gubernur bertanggung jawab mengurus berjuta-juta dollar. Di Propinsi Quebec, pemerintah propinsi bertanggung jawab atas berjuta-juta dollar. Tentu saja, jika terjadinya sesuatu yang kurang beres, maka Menteri Keuangan dan Perdana Menteri mungkin saja dipecat karenanya.

Pejabat pemerintah ini, yaitu hamba raja ini, telah salah mengurus keuangannya dan sedang berhadapan dengan masalah yang amat besar. Raja itu menuntut suatu laporan tentang apa yang berlaku di propinsinya, dan apa yang telah dilakukan dia selama ini. Kita tidak tahu bagaimana uang ini menjadi hilang, entah disebabkan salah urus, entah karena korupsi. Dalam kasus ini, besar kemungkinan disebabkan salah urus. Bagaimanapun juga, ia harus mempertanggungjawabkan kepada Raja atas semua uang yang telah hilang. Begitu raja tersebut mengadakan perhitungan dengan hambanya ini. Orang ini datang menghadap raja dan ternyata hutangnya berjumlah sebanyak sepuluh ribu talenta. Itu jumlah yang amat besar! Alkitab RSV saya yang ditandai dengan tahun 1957, pada pinggiran halaman, dicatatkan bahwa satu talenta itu bernilai kira-kira tiga ratus pon Inggris. Maka, sepuluh ribu talenta bersamaan dengan tiga juta pon. Pada tahun 1957, satu pon bernilai kira-kira empat dollar, yang memberi kita dalam dollar Amerika, kira-kira dua belas juta dollar. Orang yang malang ini harus mempertanggungjawabkan dua belas juta dollar. Nah, ia berada dalam kesusahan besar! Tentu saja, ia tidak mungkin dapat menghasilkan dua belas juta dollar dari mana pun. Selanjutnya perumpamaan itu memberitahu kita raja itu melakukan apa yang menjadi kebiasaan bangsa-bangsa Timur pada zaman itu, khususnya di Persia, yaitu menjual hambanya itu dan seluruh keluarganya ke dalam perbudakan, bukan sebagai pembayaran hutang, tetapi sebagai hukuman. Mulai sekarang, ia akan menjadi budak, ditendang sana sini, dan menjadi budak orang lain. Ia tidak dapat mengurus kehidupannya sendiri, maka orang yang lain yang akan mengurusnya mulai sekarang. Itulah kebiasaannya pada zaman itu. Tentu saja, sekalipun seluruh keluarganya dijual, itu hanya akan menghasilkan beberapa ribu dolar, barangkali beberapa ratus dollar.

Orang yang malang ini menjadi putus asa, sujud dan menyembah raja itu dan merayu untuk diampuni, sambil berjanji untuk berbuat segala sesuatu yang perlu untuk melunasi hutangnya itu. Bagaimana mungkin ia menghasilkan dua belas juta dollar? Namun, raja itu tergerak oleh belas kasihan, mempertimbangkan keadaannya yang putus asa dan mengampuninya, “Oke, Aku mengampuni kamu. Hutang kamu dihapuskan.”  Ah, betapa sukacitanya! Suatu perubahan nasib yang mendadak! Semua hutangnya dihapuskan. Kemudian ia keluar, lalu apa yang dilakukannya pada hari berikutnya? Ia bertemu seorang hamba yang lain, seorang pejabat pemerintah juga, tentu saja jauh lebih rendah pangkatnya, karena ia berhutang begitu sedikit. Orang ini berhutang kepadanya sebanyak beberapa dinar. Sepuluh dolar dibandingkan dengan sepuluh juta, itulah perbedaannya. Dalam mata uang Inggris, tujuh pon dan dalam dollar Amerika, dua puluh delapan dollar. Kawannya itu berkata, “Tolonglah ampuni hutangku, aku akan membayar kembali setiap dolar.” Membayar kembali dua puluh delapan dollar bukanlah sesuatu yang mustahil. Maksud saya itu bukan suatu jumlah yang tidak dapat dilunasi. Tetapi orang ini memegang lehar kawannya ini dan mencekiknya. Belum puas sesudah mencekik, ia melemparkan kawannya ini ke dalam penjara. Inilah caranya ia berurusan dengan kawan hambanya sehingga ia melunasi semua hutangnya. Sangat sukar untuk kawannya ini mengembalikan uangnya di dalam penjara. Kita dapat melihat dengki dan dendam yang terdapat pada orang ini untuk mendapatkan dua puluh delapan dollar itu kembali.

Lalu, peristiwa itu dilaporkan kepada raja, “Hamba yang berhutang sebanyak dua belas juta dollar yang engkau ampuni itu, tidak mengampuni kawannya yang berhutang kepadanya sebanyak dua puluh delapan dollar.” Sekarang perhatikan bagaimana cerita itu berkembang. Raja itu memanggil hambanya ini dan berkata kepadanya, “Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Namun, karena engkau tidak mengampuni dia, maka,” apa terjadi? Perhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus. Kemarahan raja bangkit terhadap hamba ini dan menyerahkannya kepada algojo-algojo. Maka orang ini diserahkan ke dalam penjara sampai ia melunaskan seluruh hutangnya sebanyak dua belas juta dolar itu. Dengan lain kata, ia tidak akan dapat melunaskannya sama sekali. Hukuman itu kekal. Sepanjang hidupnya ia tidak akan pernah dapat melunasi dua belas juta dolar itu. Kemudian Yesus mengakhiri perumpamaan ini dengan kata-kata ini, “Maka Bapaku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Saya bertanya-tanya mengapa perumpamaan ini begitu sedikit dikhotbahkan hari ini. Perhatikan betapa menakjubkan dan betapa kayanya perumpamaan ini.

Untuk memahami apa yang telah kita lihat dari pasal ini, perhatikan terlebih dulu sifatnya dosa. Dosa berulang kali disebutkan sebagai hutang. Hutang yang bagaimana, khususnya sehubungan dengan Allah? Dosa adalah satu hutang? Bagaimana? Bukankah dengan cara ini: bahwa bilamana saja Anda berbuat dosa, Anda telah mengakibatkan kerugian bukan saja atas orang lain, tetapi atas diri Anda juga. Oleh karena Anda yang mengakibatkan kerugian itu, maka Andalah yang harus menanggung hukumannya pada waktu akan datang. Dosa pada dasarnya bersifat negatif. Dosa selalu mengurangi apa yang sedia ada. Dosa selalu merugikan. Dosa bersifat merusak dan oleh karena itu, selalu merugikan.


KERUSAKAN ROHANI TIDAK DAPAT DIHITUNG DAN TIDAK DAPAT DIHAPUSKAN

Beberapa hari yang lalu kita membahas dalam Pendalaman Alkitab, pertanyaan mengapa Allah tidak dapat mengampuni dosa-dosa kita tanpa Yesus disalibkan. Saya perhatikan pada kesempatan itu banyak orang tidak tahu jawaban bagi pertanyaan itu. Mereka tidak dapat menjawab karena mereka tidak memahami sifat dosa sebagai hutang. Jika Anda mengakibatkan kerugian kepada seseorang, Anda berhutang kepada orang itu. Maka persoalannya tidak semudah mengampuni, karena adanya suatu hutang untuk dibayar, suatu harga untuk ditutup. Justru atas alasan inilah siapa saja yang mengampuni Anda hutang itulah yang harus membayar hutang itu sendiri. Jika Anda memecahkan jendela seseorang, Anda telah mengakibatkan kerugian kepada orang itu. Tidak cukup sekadar berkata kepada orang itu, “Tolong ampunilah aku.” Ia dapat mengampuni Anda, tetapi kaca jendela tidak diperbaiki oleh pengampunan itu. Ia sendiri harus membayar harga untuk memperbaiki jendela itu. Suatu kerusakan yang nyata telah dilakukan. Kerusakan yang diakibatkan dosa bukanlah sekadar kerusakan jasmani. Saya dapat merusakkan seseorang secara emosional; saya dapat merusakkan seseorang dalam pikirannya; dan saya dapat merusakkan seseorang dalam batinnya. Kerusakan semacam itu lebih buruk daripada kerusakan materi. Sekeping gelas dapat diganti tanpa terlalu banyak kesulitan. Saya dapat mengakibatkan kerusakan fisik, dan luka dapat disembuhkan meskipun bekas lukanya tetap ada. Akan tetapi, suatu luka pada batin seseorang, dapat meninggalkan bekas luka untuk selama-lamanya. Jadi, suatu luka pada benda materi harganya tidak seberapa. Luka pada tubuh, harganya lebih besar. Luka pada batin, itu tidak dapat dihitung. Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata jika Anda menyebabkan seseorang berbuat ndosa, jika Anda melukai dan merusakkan dia secara rohani, harga yang harus dibayar itu tidak dapat dihitung. Jadi pertama-tama, Anda harus mengerti bahwa dosa bukanlah persoalan enteng yang dapat dengan mudah dihapuskan dengan berkata, “Tuhan, aku menyesal.” Tidak begitu mudah. Anda telah mengakibatkan kerusakan dalam alam rohani dan kerusakan itu harus dibayar seseorang.

Kita baru menyimpulkan bahwa apa saja kerusakan itu, lebih tinggi nilainya, lebih besar harganya. Hal-hal rohani jauh lebih bernilai daripada hal-hal materi. Oleh karena itu, harganya juga jauh lebih tinggi. Jika saya memecahkan cawan ini, harganya mungkin bernilai satu atau dua dolar. Jika cawan ini dibuat dari emas dan saya memecahkannya, itu cerita yang berbeda. Jika cawan ini dibuat dari kristal dan saya memecahkannya, saya barangkali berhutang dua puluh ribu dolar dan bukan dua dollar. Harganya bergantung pada apa yang dipecahkan. Apabila saya memecahkan sesuatu, saya tidak menyebutnya sebagai dosa karena itu cuma suatu pelanggaran materi. Jika saya memecahkan sesuatu,  itu mungkin suatu dosa, tetapi hal itu tidak banyak dititikberatkan oleh Firman Allah. Akan tetapi, dosa pada dasarnya dimengerti dalam alam rohani sebagai kerusakan yang tidak dapat dihitung. Kerusakan itu bersifat kekal. Itulah sebabnya hutang di sini ditetapkan pada angka yang tak terbatas. Pada tingkat tertentu, dua belas juta barangkali masih terbatas. Kita mungkin masih dapat melunasinya. Akan tetapi, perumpamaan ini bermaksud untuk menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan di tingkat rohani mengakibatkan suatu hutang yang membawa akibat yang kekal dan karena itu, Anda tidak dapat membayarnya karena Anda tidak dapat memperbaiki kerusakan rohani. Anda dapat memperbaiki jendela yang pecah. Anda tidak dapat memperbaiki kerusakan rohani. Anda tidak sanggup melakukannya. Anda bisa bertobat, tetapi Anda tidak dapat memperbaikinya.

Kita harus terlebih dulu memahami sifat dosa dan kita akan mengerti mengapa Yesus harus mati. Mengapa Allah tidak dapat semata berkata, “Aku mengampuni dosa-dosamu”?  Karena ada harga yang harus dibayar, hutang itu harus dilunaskan. Semua ini menunjukkan kepada kita bahwa kita tidak dapat melepaskan diri kita dari dosa. Dosa adalah hutang, dan hutang kita kepada Allah bukanlah suatu hutang yang dapat kita hapuskan sendiri. Oleh karena itu, orang yang kuat beragama yang berusaha menyelamatkan diri melalui perbuatan baik, hanya menunjukkan bahwa ia tidak memahami sifat dosa. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita dengan perbuatan yang baik. Jika Anda mengerti sifat dosa, Anda tahu tidak ada jalan Anda dapat membersihkan diri Anda dari dosa dengan perbuatan baik sebanyak apa pun. Pergi ke gereja setiap hari, bukanlah sarana untuk menyelamatkan diri Anda. Berbuat baik kepada orang lain memang baik, tetapi Anda tidak dapat menyelamatkan diri dengan cara itu karena hutangnya masih terlalu besar. Tidak peduli seberapa banyak pekerjaan baik yang Anda lakukan, itu masih tidak dapat melunasi hutang dosa yang telah Anda kumpulkan. Satu dosa terhadap Allah, akan menyebabkan Anda berhutang sebanyak dua belas juta dolar. Jika saya menghina seorang anak kecil, itu cukup buruk. Jika saya menghina seorang dewasa, itu juga buruk. Jika Anda menghina gubernur sebuah propinsi, Anda mungkin kehilangan jauh lebih banyak. Jika Anda menghina seorang raja, Anda benar-benar dalam masalah besar. Anda lihat, dosa terhadap seorang manusia itu cukup buruk, dosa terhadap Allah, bagaimana kita dapat menghitungnya?


BAPA SELALU SIAP UNTUK MENGAMPUNI SIAPA SAJA YANG BERTOBAT

Namun, perhatikan kenyataan ini, Yesus berkata Allah selalu siap mengampuni jika kita sungguh-sungguh bertobat. Ia pasti mengampuni, tidak peduli berapa besarnya hutang Anda. Ia pasti mengampuni. Jadi belajarlah prinsip yang satu lagi ini, bahwa Allah tidak mau mengingat dosa Anda jika Anda siap untuk bertobat. Saya telah sering mengatakan sebelumnya bahwa, meskipun Yudas yang telah mengkhianati Yesus, datang kepada Bapa pada saat terakhir dan berlutut di hadapan Bapa dan berkata, “Ya Allah, lihat apa yang telah kulakukan. Aku telah mengkhianati orang tak bersalah. Aku memohon kepada engkau, ampunilah aku.”  Menurut Anda, apakah Allah akan mengampuninya atau tidak? Saya cukup mengenal Allah untuk berkata Allah pasti akan mengampuni Yudas. Ia akan berkata, “Aku mengampuni kamu sepenuhnya.” Akan tetapi, apakah Yudas pernah meminta pengampunan? Tidak! Jika Anda meminta pengampunan, tidak peduli berapa besarnya dosa Anda, Allah pasti akan mengampuni Anda. Tidak ada dosa yang tidak akan diampuni-Nya jika Anda bertobat dengan bersungguh-sungguh. Namun, Anda harus terlebih dulu merendahkan diri untuk bertobat. Ingatlah hal ini selalu, tidak peduli betapa besarnya dosa Anda, Ia pasti akan mengampuni. Perkara ini hampir terlalu menakjubkan untuk dipercayai, tetapi itulah kebenaran Firman Tuhan. Tidak peduli bagaimana Anda telah berbuat dosa, Allah akan selalu mengampuni Anda. Ingat hal ini selalu. Namun, Yudas tidak kembali kepada Yesus, ia tidak meminta pengampunan dan apa yang tidak ia minta, tidak ia terima. Jadi, jika kita datang kepada Allah dan meminta pengampunan, Ia pasti mengampuni. Namun, jika Anda orang Kristen, saya harus memperingatkan Anda juga bahwa Allah akan menjatuhkan disiplin atas diri Anda. Yang jelas, Anda pasti akan diampuni dari dosa-dosamu.

Sekarang kita harus mengejar pertanyaan ini: dikatakan di sini, “ampunilah seperti”, atau “sama seperti”, “Aku telah mengampuni”, izinkan saya menanyakan kepada Anda pertanyaan ini: hamba ini, apakah ia telah diampuni? Bukankah ia telah diampuni dari permulaan? Izinkan saya mengatakan kepada Anda hal ini – saya tidak peduli apakah Anda orang Kristen entah tidak – Allah adalah Allah yang sangat berbelas kasihan. Di dunia ini, jika ada pejabat pemerintah yang datang kepada raja untuk pengampunan, seperti meminta penghapusan hutang sebanyak dua belas juta dollar, Anda bisa memastikan bahwa ia tidak berpeluang sama sekali. Tidak ada raja yang akan mengampuni dia. Tentu saja, perumpamaan ini tidak berlaku dalam kehidupan nyata, dalam pengertian bahwa seorang raja akan mengampuni seorang gubernur yang berhutang sebanyak dua belas juta dollar. Mungkin ada orang seperti itu, tetapi saya tidak tahu. Kalau ada, ia pasti seorang yang luar biasa. Justru perumpamaan ini bermaksud untuk menunjukkan kepada kita bahwa Allah rela melakukan hal itu.

Sekarang perhatikan, sesudah diampuni, apakah itu memberi jaminan kepadanya untuk merasa puas dan merasa aman? Banyak orang telah mengajarkan doktrin “sekali selamat, selama-lamanya selamat” (once saved, always saved), “sekali diampuni, selama-lamanya diampuni”. Apakah demikian halnya? Lihatlah pengajaran firman Tuhan sendiri. Jangan terima dari saya begitu saja. Selidikilah pengajaran firman Tuhan. Di sini adalah seorang yang, sama seperti orang Kristen yang lain, datang kepada Allah dan bertobat dari dosa-dosanya. Allah mengampuni dia, sama seperti Anda telah diampuni tatkala Anda bertobat dari dosa-dosa Anda. Tidakkah ia benar-benar diampuni? Tentu saja, ia benar-benar diampuni. Hutangnya dihapuskan. Raja itu berkata, “Hutang dua belas juta dollar itu dihapuskan. Kamu bebas sekarang. Kamu boleh pergi.” Justru itulah pengalaman kita apabila kita datang kepada Allah dan kita berkata, “Tuhan, ampunilah aku, aku seorang berdosa. Aku datang kepada Engkau tanpa suatu pembelaan. Aku berdiri dibawah belas kasihan-Mu. Engkau bisa melakukan padaku apa saja yang Engkau suka. Aku tahu Engkau bisa menjual aku. Engkau bisa menyerahkan aku kepada algojo-algojo, tetapi kasihanilah aku.” Allah mengampuni dosa-dosa kita. Lalu apa yang terjadi? Lalu ia keluar dan apa yang dilakukannya? Ia mencekik kawan hambanya dan menuntut kembali dua puluh delapan dolar miliknya. Perhatikan sekali lagi, meskipun ia telah benar-benar diampuni dari permulaan, tetapi karena ia memperlakukan kawannya dengan cara itu, apa yang terjadi kepadanya? Pengampunan yang telah diberikan kepadanya itu, dicabut! Pengampunan itu ditarik balik. Jika Anda ingin hidup dalam kepuasan doktrin “sekali selamat, selama-lamanya selamat”, Anda lebih baik menemukan beberapa dasar alkitabiah untuknya. Anda lebih baik memastikan Anda tahu apa yang diajarkan oleh Alkitab, dan bukan apa yang dikatakan oleh beberapa pendeta.


HIDUP SEPADAN DENGAN PENGAMPUNAN YANG TELAH DITERIMA

Barangkali Anda telah diampuni semua hutangmu, ya dan benar-benar diampuni. Namun, jika Anda keluar dan berurusan dengan sesama Kristen dengan cara yang kasar, dengan cara yang tidak menyenangkan, dengan cara yang tidak mengampuni, Anda akan menemukan hutang dua belas juta dolar itu kembali dibebankan ke atas Anda. Ini merupakan suatu asas yang penting yang harus Anda mengerti dengan sepenuhnya dan dengan jelas – asas pengajaran Tuhan tentang kelayakan (worthiness). Hamba yang telah diampuni ini, ternyata tidak layak menerima pengampunan itu. Jika Anda mempunyai sebuah konkordansi, saya meminta Anda untuk mencari kata “layak” (worthy) dalam konkordansi Anda. Tidak lama lagi, saya akan menjelaskan pengajaran Tuhan tentang kelayakan. Anda mungkin telah diampuni, tetapi Anda mungkin terbukti tidak layak untuk menerima pengampunan itu. Anda akan mendapati, jika Anda ternyata tidak layak, Anda tidak akan diampuni pada akhirnya. Itulah sebabnya rasul Paulus berkata, umpamanya di Efesus 4:1, Kolose 1:10, 1 Tesalonika 2:12, berulang kali ia memperingatkan orang Kristen untuk hidup layak di hadapan Tuhan. Apa artinya itu? Ia berkata, “Aku menasihati kamu, aku merayu kepadamu, hiduplah dengan layak di hadapan Tuhan,” karena jika Anda tidak, Anda mungkin akan ditolak – satu lagi unsur yang penting dalam pengajaran Injil- “supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” Apa yang dimaksudkan dengan “ditolak”? “Ditolak” artinya terbukti tidak layak, bahwa setelah diuji aku terbukti tidak layak. Menjadi seorang Kristen bukanlah suatu perkara yang gampang; bukan perkara gampang seperti “aku percaya Allah”, “aku percaya Yesus”, begitu gampang. Melainkan terjadinya suatu perubahan yang nyata dalam sikap Anda terhadap orang lain karena pengampunan itu, melainkan seluruh sikap Anda terhadap orang lain berubah, Anda bisa memanggil diri Anda seorang Kristen sepanjang hidup Anda dan Allah tidak mengenal siapa Anda itu.

Pikiran hal ini, ini merupakan suatu persoalan tentang kelayakan. Mereka yang diundang ke pesta ternyata tidak layak. Mereka dipanggil, ya, tetapi mereka tidak layak. Jadi, mereka tidak merasakan perjamuan itu. Pengajaran Yesus tentang kelayakan dapat disimpulkan seperti ini: sesudah Anda menjadi seorang Kristen, jangan pernah duduk santai dan menjadi puas dan berkata, “Oke sekarang, aku sudah aman. Aku ditetapkan untuk masuk surga.” Saya bersyukur kepada Allah, dalam hikmat-Nya, Ia tidak mengizinkan kita menyebut hal semacam ini sebagai ‘jaminan’. Anda menyebut itu sebagai jaminan? Saya terus terang memberitahu  Anda apa itu. Itu bukan jaminan, itu menipu diri sendiri, itu adalah kepuasan dengan diri sendiri. Jaminan di dalam firman Tuhan merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Jaminan di dalam Firman Allah berarti Anda berjalan di dalam terang-Nya; Anda bersekutu dengan Allah; Anda hidup dalam ketaatan kepada perintah-Nya; dan Roh Kudus bersaksi dengan roh Anda bahwa Anda adalah anak Allah. Itulah jaminan menurut Firman Allah. Jika Anda tidak mengalami kesaksian Roh Kudus bahwa Anda adalah anak Allah, apa saja yang Anda sebutkan sebagai jaminan itu adalah palsu. Apakah Anda mengalami kesaksian Roh itu? Saya tidak hidup dalam penasaran. Saya tahu saya adalah anak Allah, tetapi jaminan itu tidak memberikan saya alasan untuk puas dengan diri sendiri dan berkata kepada diri, “Ah, aku seorang Kristen sekarang.” Tidak ada yang begitu fatal bagi seorang Kristen dan bagi Gereja zaman ini dibandingkan dengan orang-orang Kristen yang puas dengan diri sendiri, yang terlalu percaya diri sendiri dan yang mengucapkan selamat kepada diri sendiri. Jangan terhitung di antara orang-orang Kristen yang menyedihkan ini. Anda harus terbukti layak untuk Injil. Sebagaimana Petrus berkata, “berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh“, yaitu hiduplah layak sesuai dengan panggilan yang tinggi itu. Jika tidak, Anda besar kemungkinan mendapati bahwa Allah sama sekali tidak mengenal Anda pada hari itu. Anda bukan seorang Kristen sama sekali.


PENTINGNYA KATA “SEPERTI”

Di sini saya ingin Anda perhatikan sekali lagi betapa pentingnya hal ini. Saya tidak tahu apakah saya mampu menyampaikannya dengan jelas kepada Anda atau tidak. Saya berdoa oleh anugerah Allah, Ia akan menolong saya menyampaikannya dengan jelas supaya Anda mengerti prinsip ini. Allah akan memperlakukan kita dengan cara yang sama seperti Anda memperlakukan orang lain. Tolong perhatikan prinsip ini! Ia berharap Anda memperlakukan orang lain dengan cara yang sama Ia memperlakukan Anda. Akan tetapi, jika Anda tidak melakukan hal itu, Ia akan memperlakukan Anda dengan cara yang sama seperti Anda memperlakukan orang lain. Itulah artinya kata ‘seperti’! “Ampunilah hutang kami seperti kami mengampuni.” Catatkan kata ‘seperti’. Ada beberapa kata kecil di dalam Alkitab, tetapi amat penting. Di dalam seluruh perbendaharaan kata bahasa Inggeris, kata ‘I’ hanya satu huruf, tetapi saya tidak tahu apakah ada kata yang lebih penting daripada itu. Kata ‘I’, hanya satu garis. Tidak ada kata yang lebih mudah daripada kata ini. Bahkan satu lingkaran kelihatan lebih rumit. Jadi pentingnya satu kata tidak bergantung pada panjangnya. Beberapa professor suka menggunakan kata-kata yang panjang dan besar. Mereka pikir lebih besar dan lebih panjang kata itu, mereka telah mengatakan sesuatu yang lebih penting. Pada kenyataannya, perkara-perkara yang paling penting dapat dikatakan dalam bahasa yang paling mudah.

“Ampunilah dosa-dosa kami seperti kami mengampuni, perhatikan kata kecil yang penting itu. Artinya: jika Anda tidak mengampuni, Anda tidak akan diampuni. Jika Anda mengampuni, Anda akan diampuni, bagaimana Anda mengampuni, dengan ukuran yang sama Anda akan diampuni. Ah, ini merupakan sesuatu yang luar biasa! Alkitab menyampaikan kebenaran ini dalam banyak cara: jika Anda kasar terhadap saudara Anda, ibu Anda, istri Anda, suami Anda, siapa pun Anda, Allah akan kasar terhadap Anda. Sesuai dengan ukuran Anda berbuat baik kepada mereka, itulah ukurannya Anda terbukti layak akan anugerah itu. Berusahalah untuk memahami hal ini, jika saya kasar dan jahat kepada seseorang, jangan berharap Allah akan berbuat baik kepada saya. Jika saya berbuat baik kepada seseorang, hanya sedikit, barangkali saya akan menerima sedikit kebaikan dari Tuhan juga. Dapatkah Anda mengerti prinsip dibalik semua ini? Berusahalah untuk memahaminya. Pada awalnya, Anda mungkin mengalami sedikit kesulitan, tetapi dengan bergulirnya waktu, prinsip ini akan menjadi makin lama makin jelas. Demikianlah hikmat Allah: Ia menjadikan Anda sebagai hakim tentang bagaimana Anda harus dihakimi. Dengan kata lain, andalah yang menghakimi diri Anda sendiri. Justru itulah yang dikatakan oleh Yesus, “menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” Dengan kata lain, Andalah yang menjatuhkan hukuman atas diri Anda sendiri. Tahukah Anda akan hal ini? Ah, hikmat Allah memang luar biasa! Lebih banyak saya membaca Alkitab, lebih banyak saya mengagumi ajarannya. Tahukah Anda bahwa pada Hari Penghakiman, Anda akan menjadi hakim kepada diri Anda sendiri? Bagaimana? Sejauh mana Anda menghakimi orang lain, Anda telah menghakimi diri Anda sendiri. Itulah artinya mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Ia adalah diri Anda, dan apa saja yang Anda lakukan kepadanya, Anda telah melakukannya kepada diri Anda sendiri. Jadi sebaiknya Anda mengasihi dia seperti dirimu sendiri karena jika Anda menghakimi dia, Anda telah menghakimi Anda sendiri juga. Apakah Anda mendapati hal ini sulit dimengerti? Anda lihat, bagaimana Anda memperlakukan orang lain, menunjukkan bahwa itulah caranya Anda menganggap orang itu patut diperlakukan. Jika Anda menganggap orang itu patut diperlakukan dengan cara ini, mengapa Anda harus diperlakukan dengan cara yang berbeda? Itulah intinya. Mengertikah Anda? Jika saya kasar atau kejam kepada orang ini, mengapa saya mengharapkan perlakuan yang lebih baik daripada orang ini? Apakah saya berpikir saya lebih baik daripada dia? Jika demikian, saya memperbodohi diri saya sendiri.

Banyak kiasan yang berbeda digunakan di dalam Alkitab untuk menjelaskan kebenaran ini. Umpamanya, di Galatia 6:7, Paulus menyampaikan kebenaran yang sama dalam cara yang berbeda. Ia berkata,

“Jangan tertipu. Allah tidak bisa dipermainkan karena orang akan menuai apa yang ia tabur.”

Lihat itu? Jika Anda menabur yang tidak baik, Anda akan menuai yang tidak baik. Anda menerimanya kembali. Jika Anda menabur kebaikan kepada orang lain, Anda akan menuai kebaikan. Itulah prinsipnya. Paulus menggunakan pokok yang sama, gagasan yang sama, tetapi disampaikan dengan cara yang berbeda untuk membantu Anda mengerti. Yesus menggunakan gambaran yang sama di Matius 7:2. Ia berkata,

“dengan ukuran yang kamu gunakan untuk mengukur akan diukurkan kepadamu.”

Dapatkah Anda memahami itu? Lihat pada Matius 7:2, ukuran yang kami pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Jangan kamu menghakimi, karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi.” Jika saya menghakimi seseorang dengan kasar, saya akan dihakimi dengan kasar – ukuran yang saya berikan merupakan ukuran yang saya terima. Jika saya menghakimi dengan murah hati, saya akan dihakimi dengan murah hati. Jika saya tidak menghakimi sama sekali, saya tidak akan dihakimi sama sekali. Mengertikah Anda? Ah, hikmat Allah memang luar biasa. Persoalan bagi seorang pengajar ialah bagaimana untuk membuat pendengarnya mengerti. Oleh karena itu, jika saya mau diampuni, saya harus mengampuni. Sekarang Anda mengerti kata ‘seperti’ – “Ampunilah aku seperti aku mengampuni.” Jika saya tidak mengampuni, saya juga tidak akan diampuni. Justru itulah yang dikatakan dalam ayat 14 dan 15: jika Anda mengampuni, Anda akan diampuni; jika Anda tidak mengampuni, Anda tidak akan diampuni. Ini merupakan sebuah kebenaran yang ajaib dan dapat disimpulkan dengan cara ini: Allah akan memperlakukan Anda sebagaimana Anda memperlakukan orang lain. Jadi, lain kali Anda berurusan dengan orang lain, pikirkan dulu, bahwa Allah akan berurusan dengan Anda sebagaimana Anda berurusan dengan orang lain. Bagaimanapun Anda memperlakukan mereka, itulah ukuran yang diterima Anda. Ini menunjukkan bagaimana seorang Kristen sebaiknya berjalan dengan berhati-hati dan belajar untuk hidup layak di hadapan Tuhan. Jangan pikir tidak penting bagaimana kita menjalani kehidupan kita. Apabila saya mengasihi seseorang dengan segenap keberadaan saya, saya akan dikasihi Allah dengan segenap keberadaan-Nya.

Itulah prinsip kehidupan Kekristenan. Jika Anda mempelajari rahasia ini, Anda telah mempelajari segala sesuatu yang layak dipelajari sehubungan dengan kehidupan Kekristenan. Anda mempertahankan sesuatu untuk diri sendiri, Allah akan mempertahankan sesuatu dari Anda. Jadi, pertimbangkanlah hal ini dengan baik. Jika Anda tidak mau hidup untuk Allah, jika Anda mau mempertahankan sesuatu untuk diri sendiri, Anda pikirkan sendiri, berapa banyak Anda rugi? Jika Anda hidup untuk Allah, Ia hidup untuk Anda. Anda hidup untuk diri sendiri, semuanya berakhir di situ, Ia tidak akan hidup untuk Anda. Tidak ada yang berfaedah bagi Anda. Itulah asas penting kehidupan Kekristenan yang diajarkan Yesus kepada kita. Saya mengatakan sekali lagi, Allah akan memperlakukan Anda sebagaimana Anda memperlakukan orang lain. Itulah asas yang harus Anda mengerti. Saat kita mengerti asas ini, kita menyadari bagaimana ia mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Lain kali apabila saya ingin meledak dalam kemarahan dengan seseorang, saya akan berpikir, “Tunggu sebentar. Jika Allah meledak dalam kemarahan dengan aku, habislah aku. Tidak, tidak, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” Saya mengingat bahwa setiap kali saya menghakimi dia, saya menghakimi diri saya sendiri. “Tidak, tidak, aku tidak akan mencoba ini sama sekali.” Itulah sebabnya Yesus berkata, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Jika Anda ingin bebas menghakimi, silakan saja, tetapi Anda akan dihakimi menurut ukuran yang sama Anda pakai untuk menghakimi. Orang-orang Kristen yang bermulut besar, yang suka berbicara di belakang orang lain, yang suka memfitnah orang lain, yang mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang orang lain – astaga, saya tidak mau berada di tempat mereka apabila Allah mengadakan perhitungan dengan mereka.


KITA WAJIB SELALU MENGAMPUNI

Sekarang mari kita melihat pokok yang berikutnya. Kita mendapati bahwa kita selalu berada di bawah kewajiban untuk mengampuni. Dikatakan di sini pada ayat 21 dan 22, Petrus bertanya,

“sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”

Dan Yesus berkata kepada dia, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” – tujuh pangkat tujuh puluh. Jika yang dimaksudkan adalah tujuh kali tujuh puluh, ia akan mengatakannya. Sebaliknya, Yesus berkata, tujuh puluh kali tujuh kali. Banyak orang berpendapat bahwa itu adalah angka tujuh dengan angka tujuh puluh yang kecil diatas. Jadi, bukan kwadrat, tetapi pangkat tujuh puluh. Itu satu angka yang amat besar! Itu angka yang amat besar, agak seperti sepuluh ribu talenta tadi, suatu angka yang tak terbayangkan besarnya. Anda tetap mengalikan angka tujuh, 7x7x7x7x7…. terus mengalikan angka itu sampai tujuh puluh kali, Anda akan mendapatkan suatu angka yang amat besar. Ini merupakan bahasa kiasan untuk mengatakan, ampunilah mereka seberapa banyak pengampunan yang mereka perlukan. Berikan kepada mereka semua pengampunan yang mereka butuhkan. Jangan pernah membatasi pengampunan itu. Jika Allah memberitahu Anda untuk melakukannya, Ia sendiri telah melakukannya. Ia tidak pernah gagal melakukan apa yang Ia ingin kita lakukan. Itulah sebabnya saya katakan dari permulaan, Ia selalu akan mengampuni kita tidak kira betapa besarnya hutang kita dari segi dosa.

Akan tetapi, apakah itu berarti kita boleh mengambil kesempatan atas Dia? Bukankah kita berada dalam posisi untuk memanfaatkan seorang Kristen? Bolehkah saya memanfaatkan Alex di sini. Saya tahu dia seorang Kristen yang baik, maka saya terus menarik keuntungan dari dia. Saya berkata, “Ia seorang Kristen yang baik, ia selalu mengampuni aku. Apakah kamu membaca Alkitab? Yah, Alkitab berkata lebih baik kamu mengampuni aku.” Lalu ia pun mengampuni, dan saya melakukannya lagi. Jadi, bagaimana dengan yang kedua kali? Tidak apa-apa, hanya kali ke dua, belum lagi tujuh puluh kali tujuh kali. Jadi saya terus menganggu dia, terus menyusahkan dia dan ia harus terus mengampuni saya. “Nah, aku bisa terus berbuat seperti itu!” Apa pandangan Anda tentang hal ini?

Cukup aneh, beberapa orang Kristen berbuat seperti itu! Saya tidak pernah melupakan suatu kejadian ketika saya masih berada di London. Saya akan pindah ke sebuah apartemen bersama dua saudara. Mereka seharusnya datang pada waktu yang telah ditetapkan, kalau tidak salah saya jam 9.00 pagi. Jadi saya mempersiapkan diri dan menunggu dan tidak ada yang muncul. Waktu menunjukkan jam 9.00, kemudian jam 10.00, lalu jam 11.00, masih tidak ada yang muncul. Ada telepon di situ, tetapi tidak ada yang bel. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi. Dua setengah jam kemudian, mereka datang sambil tersenyum-senyum, “Maaf, kami terlambat. Kamu tidak keberatan, bukan?” Saya berkata, “Tidak, tidak apa-apa.” Kemudian seorang berpaling kepada yang lain, (dan inilah yang tidak dapat saya lupakan), dan berkata, “Aku sudah katakan tadi Eric itu orangnya selalu mengampuni. Kamu lihat, jika kamu melakukan hal yang sama kepada orang lain, wajahnya akan menjadi merah dan marah sekali. Coba lihat Eric, ia sangat tenang. Ia tidak akan marah sama sekali. Ia selalu mengampuni kamu.” Saya berpikir sendiri, “Astaga, jadi inilah artinya menjadi seorang Kristen!” Ia mengenal saya begitu baik sehingga ia merasakan ia bisa membuat saya menunggu selama dua setengah jam karena ia tahu pada akhirnya, saya akan berkata, “Oke, tidak apa-apa. Jangan bimbang.” Jadi, biarkan dia tunggu selama dua setengah jam, tidak apa-apa.


SEMUA DOSA ADALAH PELANGGARAN TERHADAP ALLAH

Kita mendapati seorang Kristen menjadi sangat rentan. Itu berarti, Anda dapat menyalahinya seberapa banyak kali, ia selalu akan mengampuni Anda. Betapa menyenangkan! Anda bisa merentak jari kaki mereka, mereka akan selalu mengampuni Anda. Izinkan saya memberitahu Anda sesuatu: jika ada yang berpikir seperti ini, itu pemikiran yang sangat bodoh. Itu menunjukkan bahwa Anda masih belum mengerti sifatnya dosa. Dosa pada akhirnya merupakan dosa terhadap Allah. Persoalannya bukanlah entah orang itu mengampuni Anda atau tidak. Persoalannya ialah apakah Allah mengampuni Anda atau tidak. Itulah pertanyaan yang harus kita tanyakan. Persoalannya bukan apakah saya mengampuni dia karena membiarkan saya menunggu dua setengah jam. Persoalannya apakah Allah mengampuni dia? Jika Anda berpikir Anda dapat mengambil kesempatan dari seorang Kristen, ingatlah bahwa setiap dosa merupakan pelanggaran terhadap Allah. Persoalannya ialah: apakah Allah mengampuni Anda sesudah Anda berdosa terhadap seseorang dan tidak bertobat? Karena jika Anda mengambil sikap seperti itu terhadap dosa, ternyata Anda memandang enteng dosa. Tidak ada pertobatan yang sungguh-sungguh sama sekali. Jika Anda tidak keberatan menyalahi seorang saudara banyak kali, itu menunjukkan Anda mengambil sikap yang enteng terhadap dosa. Anda merasa bahwa, “Nah, ia oke. Ia begitu baik. Ia begitu ramah. Ia tidak keberatan.”

Jadi, ingat bahwa kita meminta kepada Allah untuk mengampuni kita. Doa ini bukan ditujukan kepada manusia. Doa ini ditujukan kepada Allah. Mengapa? Kerana Alkitab memberitahu kita bahwa setiap dosa yang kita lakukan terhadap orang lain, pada akhirnya adalah dosa terhadap Allah. Itulah intinya dosa. Jika Anda berbuat dosa terhadap seseorang, Anda telah melanggar perintah Allah. Itulah sebabnya mengapa Daud berkata dalam Mazmur 51, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa.” Barangkali Anda berkata, “Tidak, tidak, tidak. Daud, kamu tidak saja berdosa terhadap Allah, kamu berdosa terhadap Uria.” Namun, mengapa Daud berkata, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”? Karena ia tahu pada akhirnya semua dosa merupakan dosa terhadap Allah. Itulah intinya. Pada akhirnya, Allahlah yang memperhatikan hal itu. Saya dapat mengampuni, tetapi persoalannya ialah, “Apakah Allah mengampuni?” Itulah pertanyaan yang jauh lebih penting. Ini berarti, apabila saya mengampuni seseorang, apa yang telah saya lakukan? Saya telah berkata, “Aku tidak akan menghakimi kamu. Aku tidak layak untuk menghakimi kamu. Namun, sekarang aku telah menyerahkan penghakiman itu kepada Allah. Sekarang persoalan itu menjadi persoalan di antara Allah dan kamu, bukan antara kamu dan aku.” Jadi lain kali apabila Anda berdosa terhadap seorang saudara, jangan berpikir, “Nah, ia telah mengampuni aku. Perkara itu sudah selesai!” Belum selesai, saudara!

Ingatlah pokok-pokok penting yang telah kita lihat dalam pasal ini. Menjadi seorang Kristen mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia. Itu berarti sikap kita terhadap orang lain menjadi sama sekali berbeda. Jikalau tidak, kita akan menghakimi sesuai dengan sikap kita terhadap orang lain. Pikirkan hal ini: setiap kali Anda ingin meledak dalam kemarahan, atau setiap kali Anda ingin berlaku kejam, atau ingin bersikap kasar dan Anda berkata, “Aku orang Kristen, tidak apa-apa. Tempatku di surga sudah dicadangkan”, pikirkanlah, jangan memperbodohi diri sendiri karena Allah akan menghakimi Anda menurut ukuran yang Anda pakai untuk menghakimi orang lain. Sebagai kesimpulan, kita telah melihat bahwa sebagaimana kita memperlakukan orang lain, itulah caranya Allah akan memperlakukan kita. Menjadi seorang Kristen, bukan semata urusan hubungan pribadi dengan Allah yang tidak melibatkan orang lain. Sebaliknya, saat Anda menjadi seorang Kristen, Anda menjadi terlibat dengan setiap orang yang lain. Itulah sebabnya mengapa, bilamana Anda bersikap tidak sopan, kasar, bengis, tidak mengampuni, keras atau suka marah terhadap siapa pun, sebaiknya Anda terburu-buru menyerbu takhta anugerah dan berkata, “Bapa surgawi, ampunilah aku, aku merayu kepada Engkau”, karena kalau tidak, justru Allah akan memperlakukan Anda dengan cara yang sama.


PENGHAKIMAN ALLAH ATAS MEREKA YANG PUAS DIRI

Sebagai kesimpulan, mari kita perhatikan pokok yang terakhir ini. Apa yang terjadi kepada hamba yang tidak mengampuni ini? Kita diberitahu di ayat 34,

“Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.”

Apa terjadi kepada orang ini yang pernah sekali diampuni? Kita perhatikan kesudahannya yang mengerikan. Ia diserahkan kepada algojo-algojo. Saya sudah menyelidiki bagaimana kata ini digunakan di dalam Perjanjian Baru. Kata tersebut muncul umpamanya dalam Lukas 16:23 & 28 dalam naskah asli. Kita mendapati yang dimaksud adalah suatu tempat penderitaan. Orang kaya yang tidak bertobat itu, yang tidak menolong Lazarus ketika ia membutuhkan pertolongan, menderita sengsara di tempat penderitaan itu. Apa yang terjadi adalah posisinya diterbalikkan; Lazarus berada di pangkuan Abraham dan ia sendiri berada di tempat penderitaan. Kata ‘tempat penderitaan’ dan ‘menderita sengsara’ merupakan kata yang sama yang digunakan di sini, yang diterjemahkan sebagai ‘algojo-algojo’. Dengan kata lain, orang yang telah diampuni ini, adalah orang yang berakhir dalam neraka. “Sekali selamat, selama-lamanya selamat”? Siapa saja yang hidup berdasarkan doktrin seperti itu, sebaiknya mempelajari Alkitabnya dengan berhati-hati, supaya di dalam gereja, tidak ada lagi orang Kristen yang bermegah diri; tidak ada lagi yang puas dengan diri sendiri; tidak ada lagi kekristenan plin-plan; tidak ada lagi kekristenan atas nama. Saya memperingatkan setiap orang yang berpikir ia bisa menjadi Kristen yang ‘di sini tidak di sana tidak’, semacam Kristen yang suam-suam kuku dan seolah-olah seluruh surga telah dicadangkan untuknya, bahwa orang semacam ini akan berakhir di tempat penderitaan dan Anda tahu di mana tempat itu. Saudara-saudaraku, bukankah ajaran Yesus ini tajam dan menusuk? Pengajaran Yesus sentiasa memperingatkan kita: berjaga-jagalah selalu. Hiduplah berpadanan dengan panggilan surgawi itu, kalau tidak, Anda mungkin ternyata tidak layak bagi panggilan itu. Anda akan ditolak. Anda tidak ditemukan sebagai seorang anak Allah. Ingat apa yang saya katakan apabila kita mempelajari Injil Matius dulu, dikatakan di situ, “dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga”? Supaya Anda terbukti layak sebagai anak-anak-Nya. Jikalau tidak, barangkali Anda akan mendapati Ia tidak mengenal Anda sebagai anak-Nya sama sekali. Sangatlah penting ajaran ini. Saya berharap setiap orang menghargainya dan menyimpannya dalam hati.

Ingatlah bahwa kita telah dipanggil oleh suatu panggilan yang tinggi dan sangat penting bagaimana kita menjalani kehidupan kita. Allah sangat peduli akan kemurnian gereja-Nya, yaitu kualitas hidup kita. Allah tidak tahan dengan Kekristenan yang di sini tidak di sana tidak; yang tidak dingin dan tidak panas; acuh tak acuh terhadap orang lain; yang bertindak tanpa suatu sifat yang jelas. Ingatlah ini, jika Allah memperlakukan kita sebagaimana kita memperlakukan Dia dan juga orang lain; tanyalah diri Anda sendiri; kehidupan yang Anda jalani sekarang, apakah Anda akan lulus? Apakah Anda terbukti layak untuk menerima pengampunan-Nya? Kita mengasihi Dia karena Ia terlebih dulu mengasihi kita. Ia terlebih dulu mengasihi kita dan karena itu, kita mengasihi Dia tetapi pastikan kita sungguh-sungguh mengasihi Dia. Rasul Yohanes memberitahu kita,  cara kita mengasihi Dia dapat dilihat dari cara kita mengasihi sesama manusia. Yohanes berkata,

“barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.”

Kasih kita akan Allah harus diperlihatkan dalam kehidupan kita. Itu sangat penting! Kita dipanggil untuk memantulkan kemuliaan Allah. Itulah panggilan kita. Jadi ingatlah sekali lagi kata-kata ini “Ampunilah hutang-hutang kami, seperti kami mengampuni orang-orang yang berhutang kepada kami.” Jika kita tidak mengampuni, kita juga tidak akan diampuni; ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, ukuran itulah yang kita terima.

 

Berikan Komentar Anda: