SC Chuah | COVID-19 |

15  Biarlah damai sejahtera Kristus mengendalikan hatimu karena memang untuk itulah kamu dipanggil menjadi satu tubuh, dan bersyukurlah. 16  Biarlah perkataan Kristus tinggal di dalam kamu dengan melimpah, dengan segala hikmat kamu mengajar dan menasihati seorang terhadap yang lain, menyanyikanlah mazmur, lagu-lagu pujian, dan nyanyian-nyanyian rohani, semuanya dengan penuh ucapan syukur di dalam hatimu kepada Allah. 17  Apa pun yang kamu lakukan, dalam perkataan ataupun perbuatan, lakukan semua itu dalam nama Tuan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah Bapa, melalui Dia.

Kita baru saja membaca tiga ayat yang diakhiri dengan hal yang sama, yaitu perihal bersyukur. Jadi hari ini kita akan berbicara tentang sikap bersyukur, khususnya di musim pandemi sekarang ini, ketika kita merasa tidak ada apa-apa yang dapat disyukuri.  Di mana-mana di seluruh dunia, kita mendengarkan suara keluh-kesah. Banyak dari kita juga tidak terhindar dari akibat yang ditimbulkan oleh virus ini. Namun sebagai umat Allah, justru pada masa seperti inilah, kita harus belajar untuk bersyukur.


KITA MUDAH LUPA

Pada umumnya,  rasa bersyukur timbul dari “kesadaran akan kebaikan Allah dalam kehidupan kita.” Kita harus memupuk kebiasaan ini karena kita sangat mudah lupa. 

Kisah Keluaran adalah kisah yang luar biasa. Kita melihat mukjizat-mukjizat yang mengherankan yang dilakukan Allah bagi bangsa Israel demi menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir. Namun tidak kurang mengherankan, atau barangkali lebih mengherankan dari itu, ialah betapa cepatnya sikap bersungut-sungut dan suka mengeluh timbul ketika menghadapi tantangan. Membaca Ulangan dan Bilangan, kita akan bertanya-tanya apakah Keluaran pernah terjadi. Dengan kata lain, kisah bangsa Israel di padang gurun ialah kisah bangsa yang tidak tahu berterima kasih, yang termaktub selamanya sebagai pelajaran bagi kita semua. Kita mudah lupa.

Dulu kisah ini cukup membingungkan saya. Sekarang, setelah lebih tua, dan setelah mengamati kurangnya ucapan syukur dari kehidupan saya sendiri dan juga dari pengalaman hidup, hal ini ternyata tidak terlalu membingungkan. Dari pengamatan, sikap tidak tahu berterima kasih yang ditunjukkan sebagian orang bisa agak mencengangkan.  Allah di dalam Kristus telah melakukan bagi kita sesuatu yang lebih besar daripada peristiwa di Keluaran. Dia juga telah memberikan kepada kita keselamatan yang jauh lebih besar, dan perjanjian yang jauh lebih baik, sehingga hal-hal yang kita baca di Perjanjian Lama dapat disebut “bayangan saja dari keselamatan yang akan datang” (Ibr 10:1).  Waktu pertama kali kita mengalami keselamatan dari Allah, kita menangis, kita ketawa, kita penuh ucapan syukur, kita giat melayani… dan setelah beberapa tahun, apa terjadi? Sikap menggerutu yang sama meresap.

Sebenarnya mengingat apa yang telah dilakukan Allah bagi kita melalui Kristus di kayu salib, kita seharusnya menjadi umat paling bersyukur di dunia ini. Setiap dari kita juga merupakan pribadi yang paling beralasan untuk hidup bersyukur sepanjang hidup kita apa pun yang terjadi. Oleh Kristus kita beroleh jalan masuk kepada Bapa (Ef 2:18). Melalui Kristus, Allah menjadi Bapa kita. Seorang ayah yang baik ialah seorang yang akan memikirkan yang terbaik untuk anaknya. Ini berarti Allah sebagai Bapa akan mengerjakan yang terbaik bagi kita, dan selalu berada di pihak kita, apa pun masalah yang kita hadapi sepanjang hidup kita.


MEMPERSEMBAHKAN KURBAN SYUKUR

Bagaimana aku harus membalas kepada YAHWEH, atas semua kebaikan-Nya padaku? 13  Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan menyerukan nama YAHWEH. (Mazmur 116:12 -13)

Ini adalah sebuah pertanyaan retorik. Kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk membalas-Nya. Pemazmur berkata di ayat 13 bahwa dia akan “mengangkat piala keselamatan”. Kata piala adalah cawan. Apa maksudnya “mengangkat cawan keselamatan”? Kalau cawannya penuh,  apakah mungkin pemazmur lagi bersulang dengan Yahweh? Mungkin cawannya kosong, jadi pemazmur lagi memberi isyarat kepada Yahweh, “tambah lagi plisss”.  Dengan membandingkan ayat 13-14 dan 17-18, kita mendapatkan sekilas wawasan:

13  Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan menyerukan nama YAHWEH. 14  Aku akan membayar nazarku kepada YAHWEH, di hadapan semua umat-Nya.

17  Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan menyerukan nama YAHWEH. 18  Aku akan membayar nazarku kepada YAHWEH, di hadapan seluruh umat-Nya,

Bandingkan kedua nas, saudara akan perhatikan bahwa keduanya sama persis kecuali kalimat pertama. Besar kemungkinan berdasarkan paralelisme Ibrani, “mengangkat cawan keselamatan” artinya “mempersembahkan kurban syukur”.

Di setiap penjuru dunia di setiap budaya, orang yang tidak tahu berterima kasih merupakan salah satu jenis manusia yang paling tidak disukai. Kita tidak ingin berurusan dengan orang semacam ini. Kita mendengar pepatah seperti, “Kamu bisa jadi apa saja di dunia ini, asal jangan jadi orang yang tidak tahu berterima kasih.” Ada juga pepatah Arab yang berkata, “Anjing yang tahu berterima kasih itu lebih baik daripada manusia yang tidak tahu berterima kasih.” Itulah sebabnya salah satu pelajaran pertama dari orangtua kepada anaknya ialah, “say thank you!” Anak yang tidak tahu berterima kasih akan dijauhi oleh semua orang. Pelajaran hari ini adalah pelajaran sekolah minggu! Sikap tidak tahu berterima kasih akan menghentikan berkat Allah dalam kehidupan kita. Ada banyak berkat-berkat khusus yang demikian berharga sehingga hanya akan diberikan kepada tahu berterima kasih. Itulah sebabnya orang yang suka komplain akan selalu menemukan lebih banyak hal untuk dikomplain, orang yang bersyukur akan menemukan lebih banyak hal untuk disyukuri. 


TANDA PERTUMBUHAN ROHANI: RASA SYUKUR

Yesus di Khotbah di Bukit membagikan umat manusia yang menerima hujan dan sinar matahari kepada dua kelompok: orang jahat vs orang baik; orang tidak benar vs orang benar; orang yang tidak tahu berterima kasih vs orang yang berterima kasih. Di dalam Alkitab, kita sering melihat kata “kafir” dipakai. Kata ini awalnya diimpor dari bahasa Arab. Sekarang ini, kata ini sering dipakai untuk menyebut orang tidak beriman, orang tidak percaya. Namun tahukah saudara bahwa makna dasar dari kata ini adalah “tidak tahu berterima kasih”? Ini berarti kita semua berpotensi menjadi orang “kafir”.

Allah telah menempatkan kita sebagai terang di tengah kegelapan. Apa artinya itu? Menurut Paulus,  sebagai umat yang bersyukur di tengah dunia yang penuh keluhan, penuh sungut-sungut dan gerutu.

14 Lakukanlah semuanya itu tanpa menggerutu atau berbantah  15  supaya kamu tidak bercacat dan tidak bersalah, sebagai anak-anak Allah yang tidak tercela di tengah-tengah generasi yang bengkok dan sesat ini, sehingga kamu bersinar di antara mereka sebagai terang di dunia.

Mengapa generasi ini disebut bengkok dan sesat? Justru karena ini generasi yang banyak menggerutu dan berbantah. Pakai imajinasi untuk membayangkan sejenak seperti apa surga itu. Surga itu terang. Dengan kata lain surga ialah tempat penuh rasa syukur dan pujian, dan tidak ada suara keluhan di situ sama sekali. Bayangkan pula seperti apa neraka itu, yang disebut kegelapan paling gelap. Di situlah terdengar suara komplain, gerutu, keluh kesah dalam bentuk yang paling keras, paling ekstrim dan paling buruk.  Bagaimana dengan dunia? Dunia ialah tempat di mana keduanya bercampur. Dapatkan saudara melihat gambarannya? Ini berarti pertumbuhan rohani ialah pertumbuhan dalam rasa bersyukur. Itulah sikap surgawi; sikap bersyukur akan membawa kita mengarah lebih dekat kepada surga.

Sikap bersyukur merupakan sebuah pengakuan bahwa siapa saya, dan apa pun yang ada pada saya, berasal dari Dia. Itulah sebabnya rasa bersyukur akan melindungi kita dari dosa yang paling serius dalam kehidupan rohani, yaitu kesombongan dan keangkuhan. Biasanya ketika mengucapkan terima kasih kepada seseorang, kita menundukkan kepala sedikit, atau membungkukkan badan sedikit. Apabila rasa syukur menghilang dari seseorang atau dari sebuah jemaat, maka segala macam konflik dan perseteruan timbul; orang akan mulai saling menghakimi dan bercekcok; saling merendahkan dan saling menghina. Seperti perumpamaan Yesus tentang hamba yang tidak mengampuni, jemaat akan bercekcok satu dengan yang lain gara-gara Rp 10,000 padahal kita telah diampuni sebanyak Rp 1 triliun. Hilangnya rasa syukur akan mengubah kita dari penghutang menjadi penagih hutang.


RASA SYUKUR HARUS DIUNGKAPKAN

Untuk menekankan lagi betapa pentingnya mengucap syukur itu di mata Tuhan, kita baca Lukas 17:  

11  Dalam perjalanannya menuju Yerusalem, Yesus menyusuri sepanjang perbatasan antara Samaria dan Galilea. 12  Saat masuk ke sebuah desa, ia bertemu dengan sepuluh orang kusta yang berdiri jauh-jauh darinya, 13  dan mereka berseru dengan suara nyaring, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” 14  Ketika Yesus melihat mereka, ia berkata kepada mereka, “Pergilah dan tunjukkan dirimu kepada imam-imam.” Dan, ketika mereka dalam perjalanan, mereka menjadi tahir. 15  Ketika salah satu dari mereka melihat bahwa dirinya sudah sembuh, ia kembali dan memuji Allah dengan suara nyaring, 16  lalu bersujud di depan kaki Yesus dan berterima kasih kepadanya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17  Kemudian, Yesus berkata kepada orang itu, “Bukankah ada sepuluh orang yang telah ditahirkan? Di manakah sembilan orang yang lain? 18  Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini? 19  Lalu, Yesus berkata kepadanya, “Bangun dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan kamu.”

Ada dua hal ingin saya tekankan dari peristiwa ini. Perhatikan sepuluh orang kusta ini berseru dengan suara nyaring meminta pertolongan dari Yesus. Mereka tidak boleh mendekati Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Pergilah dan tunjukkan dirimu kepada imam-imam.” Ini jawaban yang tak terduga dari Yesus. Dari kisah Injil, Yesus menangani orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Kita harus mengingat hal ini bahwa Yesus tidak dapat dikotak-kotakkan oleh kita. Permintaan kita kadang akan dijawab dengan sebuah perintah. Untungnya mereka menurut tanpa banyak bertanya. Dalam perjalanan mereka semua disembuhkan.

Salah satu dari mereka kembali dan memuji Allah dengan suara nyaring yang sama. Ia lalu “melemparkan dirinya”  di kaki Yesus. Beberapa terjemahan Inggris menerjemahkannya sebagai “threw himself at Jesus’ feet”. Siapa saja yang telah mengalami mukjizat Tuhan akan mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan cara yang agak ekspresif. Tunjukkan diri ke imam-imam? Itu bisa tunggu. Ia kembali kepada Yesus sambil memuji Allah dengan suara nyaring, melemparkan diri dengan wajah di kaki Yesus, dan berterima kasih kepada Yesus. Pernahkah saudara mengalami kebaikan Allah seperti ini? Hal lain bisa tunggu.

Hal yang berikut menyangkut sembilan orang kusta yang lain. Saya tidak dapat bayangkan kalau sembilan orang kusta yang lain itu tidak merasa bersyukur atau tidak berterima kasih. Saya percaya, sama seperti orang kusta Samaria ini, mereka sangat gembira dan siapa saja yang bertemu dengan mereka dalam perjalanan akan merasakan luapan kegembiraan mereka. Pada umumnya, dari kisah-kisah tentang orang berpenyakit kusta yang pernah saya baca, mereka akan menangis terharu jika ada yang mau mendekati dan menyentuh mereka. Dan mereka ini disembuhkan! Namun inilah pelajarannya dari peristiwa ini: rasa berterima kasih di hati yang tidak diutarakan sama saja dengan tidak berterima kasih. Rasa bersyukur yang terpendam adalah rasa bersyukur yang terpendam.  Titik.

Hal ini sangat penting bukan saja dalam hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama. Banyak suami yang melihat pengorbanan istrinya membesarkan anak-anak, memasak dll., tetapi tidak pernah mengungkapkan rasa terima kasihnya. Demikian pula, banyak istri melihat dan menghargai jerih payah suaminya bekerja untuk menghidupi keluarganya, tetapi tidak pernah mengungkapkannya. Rasa terima kasih kita harus diekspresikan dengan satu cara atau cara yang lain. Itulah yang menguatkan hubungan satu dengan yang lain. Apa gunanya rasa terima kasih yang terpendam? Perhatikan kekecewaan Yesus terhadap yang sembilan itu.   

Lihat pula upah yang diterima oleh orang Samaria ini di ayat 19, “imanmu telah menyelamatkan kamu.” Sembilan yang lain hanya menerima apa yang diminta mereka, yaitu kesembuhan. Mereka beriman tetapi iman mereka tidak menyelamatkan mereka. Namun orang kusta Samaria ini menerima jauh melebihi apa yang dimintanya, yaitu kesembuhan plus keselamatan.  Ada berkat-berkat dari Tuhan yang sedemikian berharga sehingga hanya akan diberikan kepada orang yang tahu berterima kasih. Kurban syukur merupakan persembahan yang dapat diberikan oleh yang paling miskin pun di antara kita, yang tidak punya apa-apa untuk diberikan. Itulah kurban yang tidak menjadikan kita lebih miskin, tetapi menjadi lebih kaya oleh karenanya.


MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL

Marilah kita mengembangkan kebiasaan bersyukur. Bersyukur adalah kebiasaan yang dapat dikembangkan melalui latihan. Belajar melakukannya setiap hari, setiap pagi. Belajar juga untuk tidak mengucapkan syukur secara umum-umum saja, tetapi secara spesifik. Daftarkan satu-per-satu hal-hal yang kita syukuri. Secara khusus marilah kita belajar bersyukur dalam segala hal.  1 Tesalonika 5:18,

Mengucap syukurlah dalam segala hal. Sebab, itulah kehendak Allah bagimu di dalam Kristus Yesus.

Perhatikan bahwa Paulus tidak meminta kita untuk mengucap syukur untuk segala hal, tetapi dalam segala hal. Kita tidak mungkin dapat mengucap syukur untuk segala hal; kita tidak mungkin dapat mengucap syukur untuk sakit-penyakit kita, atau untuk masalah-masalah kita.  Namun kita dapat mengucap syukur dalam segala hal, dalam segala keadaan. Perhatikan juga kita juga tidak dipanggil untuk mengucap syukur setelah segala hal.  Mudah untuk kita mengucap syukur dengan manfaat melihat ke belakang. Yang memuliakan Allah adalah mengucap syukur dalam segala hal. Dengan demikian kita mengungkapkan keyakinan kita akan kedaulatan-Nya dan kebijaksanaan-Nya seperti yang diungkapkan oleh ayat indah di 1 Samuel 3:18,

“Dialah YAHWEH. Apa yang baik dalam pandangan-Nya, biarlah dilakukan-Nya.”

Jika kita mengucapkan syukur dalam segala hal, kita menutup setiap ruang untuk Iblis bekerja dalam kehidupan kita.  Dia tidak dapat menemukan jalan akses. Apakah Tuhan memberi kita pekerjaan yang baik? Kita bersyukur. Apakah Tuhan mengambil pekerjaan itu dari kita? Kita tetap bersyukur karena Dia punya rencana yang lebih baik. Apakah saudara sehat? Kita bersyukur. Apakah Tuhan mengambil kesehatan kita? Kita tetap bersyukur. Mungkin Dia ingin memakai kita dengan lebih dahsyat lagi melalui kelemahan kita, atau mungkin Dia sedang berurusan dengan dosa-dosa kita. Apa pun maksud-Nya, bukankah itu alasan untuk bersyukur?  Terhadap orang seperti ini Iblis akan merasa “bo huat”, tidak ada celah. Iblis hanya perlu menemukan sesuatu di dalam hidup kita di mana kita merasa tidak puas. Bagi banyak orang dia bahkan tidak perlu mencari. Apakah taktik Iblis di Taman Eden? Adam dan Hawa hidup dalam segala kepuasan dan kelimpahan. Iblis datang membuat mereka menjadi tidak puas tentang sesuatu. Seketika kita merasa tidak puas, Iblis sudah mendapatkan kita. 

Selama ini saya selalu berkata kepada jemaat bahwa tidak ada jalan pintas menuju pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Baru-baru ini saya berubah pikiran sedikit, jika itu dapat disebut sebagai jalan pintas. William Law, seorang mistikus Inggris yang menulis buku klasik, A Serious Call to a Devout and Holy Life,  di dalam buku ini, dia menulis bahwa jalan paling singkat, paling pasti menuju segala kebahagiaan dan kesempurnaan ialah kesanggupan untuk bersyukur kepada Allah dan memuji Dia atas segala sesuatu yang terjadi pada kita. Menurut dia, itu lebih besar daripada mukjizat apa pun yang dapat Anda lakukan. Sikap seperti inilah yang akan mengubah segala sesuatu menjadi berkat. Marilah kita berdoa kepada Bapa agar oleh anugerah-Nya tidak ada suara mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu akan keluar dari bibir kita. Allah telah menyelamatkan kita, marilah kita memakai lidah kita untuk memuji Dia, bukan untuk membuat suara komplain. 


TANDA KEPENUHAN ROH

Terakhir, saya akan berbicara tentang tanda-tanda kepenuhan Roh Kudus. Kita akan membaca nas yang mirip-mirip dengan ayat-ayat pembukaan dari Kolose tadi.

18  Jangan mabuk oleh anggur karena hal itu tidak pantas, sebaliknya penuhlah dengan Roh. 19  Berbicaralah satu sama lain dalam mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani, menyanyilah dan buatlah lagu pujian kepada Tuhan dengan segenap hatimu. 20  Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu kepada Allah Bapa dalam nama Tuan kita, Kristus Yesus. (Efesus 5)

Banyak orang bertanya tentang tanda kepenuhan Roh Kudus. Banyak yang bingung karena hal ini. Di sini Paulus memberikan kepada kita beberapa tanda. Kepenuhan Roh Kudus sangat berkaitan dengan lidah kita. Ayat 19, kepenuhan Roh membuat kita  berbicara dalam mazmur, kidung pujian, nyanyian rohani dan hal-hal semacam itu kepada sesama. Orang yang dipenuhi Roh Kudus tidak menyimpan kepahitan dalam hatinya terhadap sesama. Saya kadang-kadang terusik dengan kepahitan yang terpendam dalam hati banyak orang yang mengaku dipenuhi Roh, yang bahkan telah melayani Tuhan secara full-time.  Saya terganggu mendengar kata-kata kecaman, kritis, menghina dan bahkan membenci yang keluar dari lidah sesama kita.  Kita dipenuhi Roh Kudus, atau roh najis? Roh Allah, atau roh setan?

Berikutnya ayat 20, apakah tanda kepenuhan Roh? Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu kepada Allah Bapa… Oh, marilah kita setiap hari, setiap pagi belajar mengucap syukur. Itulah tanda kepenuhan Roh yang sangat pasti melalui lidah kita. Mazmur, kidung pujian, nyanyian rohani terhadap sesama, dan ucapan syukur kepada Allah Bapa melalui Kristus.   

Terlebih lagi, marilah kita mengucap syukur dalam segala tantangan yang kita hadapi. Kita dapat berbuat demikian karena Roma 8:28,  “segala sesuatu bekerja bersama-sama demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Allah”.  Hal ini dicerminkan dengan indahnya oleh salib Kristus. Penyaliban Kristus dapat disebut sebagai hal yang terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah dunia. Mengingat siapa Kristus, dan mengingat kehidupannya yang sama sekali tidak berdosa dalam pikiran, hati dan tindakan, maka itu adalah tindak ketidakadilan yang paling serius yang pernah dilakukan manusia. Namun kita juga tahu salib merupakan hal yang terbaik yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Salib sekaligus mencerminkan kejahatan manusia dan kebaikan Allah; ketidakadilan manusia dan keadilan Allah; yang terburuk dari manusia dan terbaik dari Allah. Karena saliblah kita dapat mengucapkan syukur dalam segala hal. Salib ialah lambang bahwa Allah dapat mengambil apa yang terburuk dan menjadikannya yang terbaik. Itulah iman Perjanjian Baru.

 

Berikan Komentar Anda: