Ev. Xiao Shan | Filipi 2:1-5 |

Hari ini, kita telah tiba pada pasal 2 dari Kitab Filipi. Sebelum memulai, saya terlebih dahulu mau menanyakan suatu pertanyaan – Mengapa Anda percaya pada Yesus? Apa yang menarik Anda untuk menjadi seorang Kristen? Beberapa telah mendengar bahwa jika mereka percaya pada Kristus, mereka akan diberkati saat masih hidup dan akan pergi ke surga setelah mati, dan karena itu mereka percaya. Beberapa juga percaya karena teman-teman mereka percaya dan dengan demikian mereka turut ikut percaya tapi mereka sebenarnya tidak begitu pasti apa alasan mereka menjadi Kristen. Dengan menjadi seorang Kristen, apakah gol Anda? Harapan saya, Pendalaman Alkitab hari ini akan dapat memberikan Anda jawaban yang jelas.


NASEHAT YANG TIDAK DAPAT DITAATI?

Mari kita buka di Pasal 2 dari kitab Filipi, Filipi 2.1-5,

“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra ada belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”

Setelah membaca perikop ini, apa perasaan Anda? Untuk sepenuhnya memahami Alkitab kita tidak boleh membaca hanya dari satu sudut pandang, kita harus setiap kali datang dengan sudut pandang yang baru, seolah-olah kita baru pertama kali kita membacanya. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, apakah ada yang terlalu sulit untuk dipahami? Di ayat 2, “hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” – apakah ini mungkin? Tidak kira dalam gereja manapun, terdapat perbedaan besar apakah dalam hal umur, latar belakang, karakter, tingkat pendidikan dan bahkan tingkat kerohanian, lalu bagaimanakah mungkin untuk jemaat menjadi sehati dan sepikir? Bahkan di dalam tingkat pelatihan yang sama, orang akan mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu, ada yang rajin, telaten dan ada yang lamban dan tidak teratur cara kerjanya, dengan adanya semua perbedaan itu, bagaimanakah mungkin jemaat mempunyai pikiran yang sama?

Dikatakan di ayat 3, “tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, tapi hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Apakah yang dimaksudkan oleh Paulus adalah tidak kira siapapun, dalam situasi apa pun, kita harus menganggap yang lain lebih utama dari kita sendiri? Bagaimana mungkin untuk menganggap yang lain lebih utama padahal dari sisi pendidikan, kecakapan, kemampuan, IQ, yang lain itu lebih rendah dari kita? Apakah Paulus mau kita menipu diri kita sendiri dengan berpura-pura menjadi rendah hati?

Dikatakan di ayat 4, “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Jadi dikatakan janganlah memperhatikan kepentingan kita sendiri, tapi kepentingan orang lain. Hal ini bahkan tidak praktis, bagaimana tidak memperhatikan kepentingan kita? Arahan dari Paulus ini sangat bertentangan dengan naluri manusia, sama sekali tidak mungkin dapat ditaati.


APA YANG ADA DI DALAM HATI KRISTUS?

Bukan hanya itu. Di ayat 5, Paulus bahkan memberikan perintah yang lebih unik lagi, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Perhatikan bahwa Paulus memberikan perintah ini kepada Jemaat Filipi, untuk mengingatkan mereka akan gol dalam menjadi seorang Kristen, golnya bukanlah untuk ke surga dan juga bukan untuk menemani teman yang mau menjadi Kristen; orang Kristen harus mempunyai gol yang jelas, dan apakah gol itu? Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang sama dengan Kristus Yesus, belajar dari caranya, memahami isi hatinya. Ini merupakan perintah yang harus ditaati, lalu apakah arti “hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam Kristus Yesus”? Ayat-ayat di bawah ini memberikan pada kita penjelasannya. Di ayat-ayat 6-8,

Dalam ayat-ayat 6-8,

“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dirampas, melainkan telah mengosongkan dirinya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Yesus diutus oleh Bapa (Allah), dia memiliki identitas yang sangat unik. Di Kolose 1, “segala sesuatu diciptakan oleh karena dia dan untuk dia.” Lagipula “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam dia.” Juga dikatakan di Ibrani 4, “sama seperti kita, ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Dengan kata lain, walaupun dia sama seperti kita tapi dia “sepenuhnya kudus”, tidak ada dosa. Jika demikian, Yesus tidak perlu menanggung hukuman dari salib. Mengapa dia tidak membela dirinya, tapi malah menanggung beban dosa dunia dan mati di atas kayu salib?

Yesus sangat berbeda dari kita. Hidup kita penuh dengan kekurangan, selalu berbuat dosa, tidak rela untuk merendahkan diri, tidak mau tunduk. Dikatakan di dalam Alkitab, “orang Kristen harus mengasihi Allah, dan juga sesama seperti dirimu sendiri.” Untuk mengasihi Allah mungkin masih bisa. Menyanyikan lagu-lagu pujian di hari Minggu dan memasukkan uang persembahan juga  bukanlah masalah. Namun sangatlah sulit untuk mengasihi sesama manusia. Hanya percaya pada Yesus masih mungkin, tapi kita harus memaksa diri kita untuk mengasihi dan mengampuni. Dengan berjalannya waktu, kita akan merasakan bahwa jalan menuju surga itu semakin sulit dan langkah kita menjadi semakin berat, dan motivasi kita juga menjadi semakin lemah.

Mengapa Yesus sanggup untuk taat pada Bapa di surga seluruh hidupnya, bahkan sampai titik kematiannya? Apa yang memotivasinya, apa yang memberi dia kekuatan? Apakah karena ketekadan hati? Tidak dapat dipungkiri bahwa tekad itu sangat penting. Tanpa suatu ketekadan hati, seseorang itu tidak akan dapat mencapai apa-apa. Tanpa ketekadan, Anda akan hanya tidur-tiduran, bermalas-malasan dan tidak mau membaca Alkitab. Kehidupan rohani Anda tidak akan bertumbuh.  Tanpa ketekadan kita pasti akan berkompromi pada saat dicobai dan pasti akan ambruk di bawah tekanan. Karena itu, ketekadan hati sangatlah diperlukan. Tapi apakah cukup hanya dengan ketekadan? Mungkin Anda sedang mencari Allah hanya dengan ketekadan. Bermula dari saat Anda dibaptis, saat Anda berikrar pada Allah, bahwa seluruh hidup Anda, tidak kira betapa sulit perjalanannya, tidak kira betapa berat pencobaannya, Anda akan mengikuti Allah sepenuh hati, tidak akan berubah. Tapi apakah cukup hanya dengan ketekadan hati?

Saat sang suami dan istri bertekad untuk tidak berubah hati dan mengkomitkan seluruh kehidupan mereka kepada sesama, apakah itu cukup? Setelah menikah, mereka tetap berpegang pada ikrar mereka; pada awalnya pernikahan agak bahagia, tapi entah mengapa dengan berjalannya waktu, kehidupan menjadi semakin membosankan, tidak ada sukacita, namun karena sudah membuat komitmen, mereka harus melanjutkan. Hubungan seperti ini bukanlah pernikahan yang sesungguhnya. Jadi, apa yang kurang di dalam pernikahan ini?

Apa yang memotivasi Yesus? Mari kita buka di Ibrani 12:1-2,

“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”

Yesus mengabaikan kehinaan – ada yang merasakan bahwa kehinaan merupakan hal yang paling sulit, bahkan lebih berat dari maut.  Pepatah orang Tionghoa berkata bahwa lebih baik seorang itu mati daripada dihina. Merupakan suatu penyiksaan yang berat kalau kita dihina, atau disalah paham. Ada orang Kristen yang tidak berani berdoa sebelum makan karena takut ditertawakan orang lain. Allah telah memilih jalan ini untuk menyelamatkan umat yaitu dengan mengizinkan Yesus disalibkan di atas kayu salib dalam memikul beban dosa kita, tapi hal itu justru membawa kehinaan dan memunculkan kesalahpahaman. Sebelum Yesus mati, dia harus menghadapi begitu banyak penghinaan. Semuanya ini tertulis di Matius 27:39-43,

“Orang-orang yang lewat di sana menghujat dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: “Hai engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah dirimu jikalau engkau Anak Allah, turunlah dari salib tu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan dia dan mereka berkata: “Orang lain ia selamatkan tetapi dirinya sendiri tidak dapat ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadanya. Ia menaruh harapannya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan dia, jikalau Allah berkenan kepadanya! Karena ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.”

Dapatkah Anda membayangkan apa perasaan Yesus pada waktu itu? Kedua tangan dan kakinya tertusuk paku, tubuhnya disesah sampai luka-luka, dan tubuhnya bermandikan darah. Mahkota duri diletakkan di kepalanya dan dia dihina dan diolok-olok oleh para pemimpin agama. Merupakan penderitaan yang tak terbayangkan! Jangan lupa bahwa Yesus bisa kapan saja meminta Bapa untuk mengutus lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk menyelamatkan dia, untuk secara terbuka membuktikan bahwa Yesus adalah anak Allah. Tapi Yesus tidak berkata sepatah pun, sampai dia menyelesaikan misi yang Bapa percayakan padanya.

Terdapat satu kalimat yang sangat penting di Ibrani 12:2, “demi sukacita yang disediakan bagi dia”, alasan mengapa Yesus dapat mengabaikan kehinaan, menangung beban salib, bukan karena ketekadan hatinya, tapi karena sukacita yang disediakan di depannya. Sukacita ini memotivasi dia untuk mengalahkan semua penderitaan, untuk melaksanakan karya keselamatan. Apa itu sebenarnya sukacita? Apa visi yang dilihat oleh Yesus? Mari kita buka di Yohanes 10:10,

“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Visi apa yang dilihat Yesus? Pengorbanannya dapat membawa hidup – bukan saja hidup, tapi hidup yang berkelimpahan bagi dunia. Manusia itu seperti domba, domba yang telah sesah, dan setiapnya berpaling dan berjalan di dalam jalannya sendiri, terpisah dari Allah, dan menderita di bawah penguasaan daging, dosa dan setan. Mereka melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan, hidup di dalam kekosongan, kesia-siaanya dan tanpa pengharapan. Tapi mulai dari hari itu, situasi akan berubah, karena Yesus, dunia dapat dibebaskan dari ikatan dosa dan diperdamaikan dengan Allah, memiliki hidup yang baru. Untuk sukacita inilah, Yesus termotivasi. Hal inilah yang memotivasi Yesus untuk mengatasi semua kesukaran.


PIKIRAN DAN PERASAAN YANG SAMA SEPERTI KRISTUS

Paulus mengingatkan Jemaat Filipi bahwa orang Kristen harus memiliki gol yang jelas. Dan apa gol itu? Gol itu adalah untuk mempunyai “pikiran dan perasaan yang sama dengan Kristus Yesus”. Biarlah setiap orang Kristen memiliki pikiran yang sama dengan Yesus. Yesus sanggup menyerahkan haknya, dan dia taat total pada pimpinan Bapa bahkan sampai mati di kayu salib sebagai seorang penjahat. Apakah Anda masih ingat, kenapa pada awalnya Anda ingin percaya pada Yesus? Apakah Anda tertarik pada suatu visi yang indah, yang membuat Anda rindu dan mencari suatu hidup yang mengasihi Allah dan manusia? Setelah banyak tahun berlalu, apakah Anda masih termotivasi dengan sentuhan kasih sayang yang membuat Anda punya kekuatan untuk mengalahkan semua kesukaran yang ada di depan Anda? Atau Anda telah melupakan akan semuanya itu, visi indah itu sudah menghilang seperti embun di pagi hari?

Mungkin Anda tidak berpendidikan tinggi, tidak pernah melewati pelatihan teologia, tidak mempunyai karunia spiritual, dan mungkin juga miskin, tapi semuanya itu tidaklah penting, yang penting adalah Anda harus memiliki visi spiritual, hal ini adalah suatu keharusan. Tanpa visi spiritual, maka Anda bukan siapa-siapa. Jika Anda mempunyai visi spiritual, Anda tidak akan kekurangan, karena hal itu akan memotivasi Anda untuk mengatasi semua kesukaran dan hambatan yang ada.

Bukan saja Yesus yang mengatasi semua kesukaran demi sukacita yang disediakan baginya, tapi hal yang sama terjadi untuk angkatan orang Kristen yang selanjutnya. Paulus demi perkabaran Injil telah menderita sakit jasmaniah, mental dan batiniah. Saat menulis surat Filipi ini, dia terkurung di dalam penjara dan kehilangan kebebasannya. Tapi di dalam suratnya tidak terlihat adanya dukacita tapi malah dipenuhi oleh sukacita yang besar yang tak tertandingi. Saat Paulus memikirkan bahwa pemenjaraannya dapat melebarkan perkabaran Injil, dia dipenuhi oleh sukacita yang meluap-luap.

Sebenarnya, visi bukan saja sangat diperlukan oleh orang Kristen, tapi juga bagi setiap orang. Jika seorang itu punya mimpi, dia akan melangkah maju menuju golnya, tidak kira bahaya apa yang menantinya, tidak kira apa harga yang perlu dibayarnya, dan dia sama sekali tidak takut. Saya ingin membagikan satu contoh untuk mengilustrasikan pokok ini. Di bulan Februari tahun 2004, terdapat 23 imigran dari China yang kehilangan nyawa mereka. Mereka kehilangan nyawa saat sedang mengumpulkan kerang di Teluk Morecambe di Inggris.

Imigran gelap ini berasal dari provinsi Fujian. Mengapa mereka mau meninggalkan tanahair mereka dan datang meresikokan nyawa mereka di Teluk Morecambe yang merbahaya itu? Untuk bekerja sebagai pemungut kerang di Teluk Morecambe, mereka harus membayar 15,000 pound sterling untuk diselundup secara ilegal ke Inggris. Untuk membayar biaya penyelundupan itu, mereka meminjam uang ke saudara dan kerabat mereka. Jadi, sebelum meninggalkan tanah air mereka sudah menimbun hutang yang besar. Lalu, mereka dibawa masuk secara ilegal dan rute perjalanan mereka bisa mengambil waktu sampai dua tahun sebelum mereka tiba ke Eropa. Dan di dalam proses ini, mereka  bisa saja kapan-kapan tertangkap dan nyawa mereka berada di dalam bahaya setiap waktu.

Sekalipun demikian, mengapa orang-orang ini masih rela mencari masalah dan juga membayar harga yang mahal untuk ke Eropa? Hanya ada satu alasannya: Karena mimpi yang ada di depan mereka. Sekalipun mereka harus berhadapan dengan serentetan masalah, mereka tahu bahwa selama mereka bertahan, mereka akan mempunyai masa depan yang cerah. Dua tiga tahun pertama saat mereka tiba di Eropa, mereka akan bekerja keras membayar hutang mereka, setelah hutang mereka dibereskan, apa yang mereka dapatkan menjadi milik mereka. Jika mereka tinggal di luar negeri selama lebih dari 10 tahun, mereka akan memperoleh cukup uang untuk membangun rumah dan akan mempunyai tabungan untuk masa depan. Di dalam tragedi di Teluk Morecambe ini, terdapat seorang pria yang lolos dari bencana karena dia kebetulan sakit pada hari itu. Tapi satu bulan setelah kecelakaan itu, pria ini kembali ke Teluk Morecambe yang telah merenggut nyawa teman-temannya, untuk mengumpulkan kerang. Mengapa dia nekat kembali ke tempat yang merbahaya itu? Saat ditanya, orang ini menjawab bahwa dia membutuhkan uang. Demi uang, manusia rela mempertaruhkan nyawa mereka.

Manusia itu bukanlah hewan dan juga bukan mesin, kita tidak dapat hidup tanpa suatu sasaran; kita tidak bisa seperti zombie. Setiap orang mempunyai mimpi, setiap orang akan bekerja keras untuk mencapai mimpinya. Para imigran ilegal itu bekerja keras untuk mencapai mimpi mereka, yaitu menjadi kaya; para siswa belajar untuk masuk ke perguruan tinggi pilihan mereka. Dari subuh sampai malam mereka belajar, tidak menonton televisi, tidak tidur dan bahkan tidak makan, hanya fokus untuk masuk ke perguruan tinggi unggulan, untuk memenuhi mimpi mereka. Orang dunia akan membayar harga apa pun untuk mengejar mimpi mereka, lalu bagaimana dengan orang Kristen? Apakah Anda akan dengan senang hati menderita di masa kini demi sukacita yang tersedia bagi Anda nanti?

Melainkan gereja pada keseluruhannya belajar untuk memiliki hati Yesus, maka semua pertemuan itu tidak ada bedanya dari kegiatan lain. Jika orang Kristen bertemu di hari Minggu hanya untuk ngobrol, makan-makan, nyanyi-nyanyi dan sama sekali tidak berhubungan selama enam hari berikutnya, maka gereja tidak ada bedanya dari organisasi lain. Ada orang yang senang dengan musik dan mereka mengorganisir klub musik, yang menetapkan waktu untuk latihan bersama; ada orang yang senang olahraga, mereka akan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan olahraga. Jika orang Kristen tidak mempunyai visi spiritual, maka gereja tidak akan ada bedanya dengan organisasi yang lainnya.


BAGAIMANA MEMPUNYAI PIKIRAN YANG SAMA SEPERTI KRISTUS?

Sangatlah penting memiliki pikiran Kristus, lalu bagaimana memilikinya? Apakah itu berarti bahwa orang percaya yang dibaptis akan otomatis mempunyai hati Kristus? Pandanglah di sekitar Anda, terdapat banyak sekali orang Kristen yang sudah dibaptis, tapi yang memiliki hati Kristus sangatlah sedikit. Apakah rahasia untuk memiliki hati Kristus? Dikatakan di Filipi 2:1,

“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan..”

Pertama, untuk memiliki hati Kristus, kita harus hidup di dalam Kristus, bersatu dengannya, jika tidak, kita tidak akan memiliki hati yang sama dengannya. Apakah hal hidup di dalam Kristus ini terdengar misterius? Kristus sudah diangkat Bapa Allah ke surga dan sekarang berada di samping kanan Allah, tapi kita masih berada di bumi, bagaimana kita bisa hidup di dalam Kristus? Bagaimana kita bisa hidup di dalam Kristus setiap hari? Bagaimana Anda tahu bahwa Anda tidak sedang hidup di dalam Kristus? Mari kita baca di Yohanes 15:4, 7,

“Tinggallah di dalam aku dan aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berubah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam aku”

” Jikalau kamu tinggal di dalam aku dan firmanku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”

Untuk memiliki hati Kristus, kita harus tinggal di dalam dia, bersatu dengan dia. Merenungkan kata-katanya, memahaminya dan melakukannnya. Itulah cara yang nyata untuk bersatu dengannya.

Hal ini seperti menjalin persahabatan. Untuk mengenal seseorang, kita tidak melakukannya dengan membangun imaginasi atau membayangkan orang itu, tapi hubungan dijalin berdasarkan kontak. Lewat banyak interaksi dan lewat mendengarkan apa yang dia katakan, kita mengenalnya. Terdapat seorang saudari muda yang rindu mencari Tuhan, tapi dia terlalu emosional. Seringkali dia menggunakan perasaannya untuk menilai. Dia jarang mengandalkan ajaran Alkitab sebagai ukuran. Ini jelas bukan caranya. Untuk memiliki hati Kristus, kita harus mempelajari ucapannya, dan menerapakan ajarannya di dalam hidup kita.

Kedua, untuk memiliki hati Kristus, harus merelakan Roh Kudus untuk bekerja, untuk memperbarui pikiran kita. Hal ini ditulis di Filipi 2:1,

“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,”

Di Yeremia 13.23, dikatakan, “Macan tutul tidak dapat mengubah belangnya.” Bagaimana seorang itu dapat mengubah dirinya sendiri? Apakah mungkin untuk sehati dan sepikiran dengan saudara seiman? Apakah mungkin untuk menjadi rendah hati, melihat orang lain sebagai lebih utama? Hati manusia itu tanpa disadari adalah sombong, merasakan diri lebih baik dari yang lain. Macan tutul tidak dapat mengubah belangnya. Bukanlah pekerjaan kita untuk melakukan transformasi, tapi itu adalah melalui karya roh kudus. Yang perlu kita lakukan adalah membuka hati kita, tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Dikatakan di Filipi 2:3,

“dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menggangap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”

Mengapa ada perkelahian? Mungkin karena adanya perbedaan pendapat, atau mungkin karena iri hati, hal-hal yang dapat membinasakan hubungan. Memiliki hati Kristus berarti tidak individualistik, tidak iri dan tidak meninggikan diri. Karena hal-hal ini akan membinasakan kesatuan gereja dan juga bertentangan dengan hati Kristus. Tidak kira apakah di dalam gereja atau dalam tim kepemimpinan, selagi ada yang bersikap individualistik dan meninggikan diri, maka hal-hal itu sudah cukup untuk membinasakan keharmonisan pada umumnya. Orang yang demikian akan melontarkan kritik pada orang lain dan menyebabkan perpecahan gereja.

Hari kita, kita telah melihat pada Filipi 2:1-8, dan judulnya adalah “Hendaklah kamu sehati sepikir di dalam Kristus Yesus”.

  1. Karena sukacita yang disediakan baginya, Yesus mengabaikan kehinaan dan memikul penderitaan salib. Kita melihat bahwa visi spiritual merupakan hal yang harus ada di dalam seorang Kristen.
  2. Sekiranya gereja tidak memiliki visi ini, maka gereja tidak berbeda dari organisasi lain di dunia. Agar dapat memiliki pikiran dan hati Kristus, maka kita harus memahami ucapannya, dan menerapkannya;  kita juga harus membuka hati kita, mengizinkan Roh Kudus untuk bekerja.
  3. Terakhir, kita harus menyingkirkan semua perkelahian, kesombongan dan keangkuhan agar kesatuaan dapat diwujudkan.

 

Berikan Komentar Anda: