new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Hana Karuna |

Seringali kita bingung bagaimana untuk menjalin hubungan yang harmonis antara sesama, karena manusia sangat berbeda satu dari yang lain. Karena keragaman karakter manusia, tanpa disadari kita mungkin akan melakukan hal-hal yang membuat orang lain marah atau tersinggung. Berurusan dengan Allah, sebenarnya jauh lebih mudah. Alkitab, lewat pengajaran Yesus,  sudah mengungkapkan dengan jelas pada kita hal apa saja yang dibenci Allah dan hal apa saja yang menyenangkan Dia.

 

Apatis pada Kebutuhan Manusia

Yesus marah pada orang-orang beragama yang tidak peduli pada orang sakit yang datang meminta penyembuhan di hari Sabat. Orang kaya yang tidak peduli pada penderitaan Lazarus yang melarat di depan rumahnya berakhir dalam penderitaan di neraka. Orang Levi dan imam, terlihat munafik saat mereka gagal menunjukkan belas kasihan kepada saudaranya yang terlantar di pinggir jalan. Dengan sangat jelas dan gamblang, Yesus sudah memberitahu kita bahwa surga dan keselamatan milik mereka yang memberi makan pada yang lapar, minum pada yang haus, tumpangan pada orang asing, pakaian bagi yang telanjang dan perhatian pada yang sakit dan teraniaya. Kepada yang apatis dan tidak peduli, Tuhan sudah mempersiapkan tempat bagi mereka bersama Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat.25:41-43). Hal yang paling membangkitkan murka Allah adalah orang beragama yang lebih peduli pada kegiatan keagamaan dan mengabaikan kepedulian pada kebutuhan manusia. Kita diminta untuk mengambil setiap kesempatan untuk berbuat baik kepada semua orang, terutama sekali kepada saudara-saudara kita yang seiman (Gal.6:10).

 

Kemunafikan

Sebanyak tujuh kali Yesus menjatuhkan kutuk ke atas orang munafik. Ini dapat dibaca di Matius 23:13-29. Orang yang munafik adalah orang yang hidup menyenangkan diri sendiri tetapi memberi kesan mereka kudus, murah hati, sering berpuasa dan berdoa. Secara ekstenal terlihat sangat saleh. Doa mereka sangat panjang dan mengesankan di depan umum, tetapi hal yang sama tidak terjadi di saat mereka sendirian di dalam kamar. Orang munafik menyembah Allah hanya di ibadah hari Minggu tetapi Allah menghilang dari hidup keseharian mereka. Kemunafikan adalah awal kejatuhan orang Kristen. Orang percaya tidak murtad dalam waktu satu hari tetapi kemurtadan mulai terjadi saat dia mulai bersikap munafik.

 

Kesombongan Rohani

Orang yang mengejar kekudusan sangat cenderung menjadi sombong secara rohani. Orang yang sombong rohani bahkan akan menjatuhkan orang lain di dalam doa seperti orang Farisi yang berdoa  di Lukas 19:9-14.  Orang Farisi ini tidak jahat dalam perbuatan tetapi dia jahat di dalam hatinya karena dia bermegah atas kesalehan eksternalnya dengan mengutuk serta meremehkan orang lain. Kesombongannya membuatnya dengan berani menghakimi orang lain padahal penghakiman itu milik Tuhan.

Allah hanya menerima orang  yang melihat dirinya sebagai orang yang berdosa, lebih dari yang lain. Karena Allah melihat ke dalam hati, dan hati siapa  yang tidak menyimpan noda dan dosa? Setiap dari kita yang pernah bertemu Allah akan sadar dan melihat keberdosaan dan ketidak-berdayaan kita dalam berhadapan dengan godaan dan pencobaan. Kesadaran akan kelemahan kita justru yang akan membuat kita berkemenangan karena kita menang hanya jika Tuhan beserta kita lewat Roh Kudus-Nya. Dan hanya orang lemah yang akan datang bersujud dan meminta pertolongan Tuhan setiap hari. Orang yang sesungguhnya rohani adalah orang yang sadar akan  kelemahan yang mendorongnya untuk bersujud meminta pertolongan Tuhan.

 

Ketidak-murnian

Tuhan sangat membenci segala macam ketidak-murnian dan dosa. Ajaran Yesus adalah untuk kita dengan sadis menangani setiap bentuk dosa. Untuk memenggal tangan dan mencungkil mata kalau memang itu merupakan sumber dosa (Matius 5:29-30). Telinga dan mata merupakan saluran untuk masuknya dosa dan hal-hal yang tidak berkenan pada Tuhan ke dalam hati kita. Dari dalam hati yang tercemari itulah akan muncul segala yang jahat.  Karena itu sangatlah penting untuk menjaga apa yang kita lihat dan dengar. Janganlah ceroboh dan mengekpos indera kita pada hal-hal yang akan meracuni hati dan pikiran kita. Memang, hal yang tidak mudah di zaman internet yang membuat segala yang jahat begitu mudah diakses. Namun karena kita sudah dihidupkan kembali bersama-sama dengan Kristus, marilah kita berusaha mencari hal-hal yang dari atas dengan mengarahkan pikiran ke atas, dan bukannya pada hal-hal yang di dunia (Kol.3:1-2).