Pastor Eric Chang |


Allah digambarkan Sebagai Api yang Menghanguskan

Saat saya merenungkan unsur yang diperlukan untuk menerapkan ajaran Alkitab tentang pemuridan, pesan yang datang dalam terang Firman-Nya adalah, “Satu-satunya hal yang Kuinginkan dari umat-Ku adalah api.”

Api? Benar, itulah hal yang kita butuhkan. Allah berkali-kali dilambangkan sebagai api. Bukan hanya api melainkan api yang melalap. Ini merupakan unsur penting di dalam kepribadian dan watak Allah. Api memiliki makna yang sangat luas. Api bisa bermanfaat sekaligus juga berbahaya. Anda tidak bisa memasak tanpa adanya api dan di musim dingin, tanpa api Anda akan kedinginan. Sekarang listrik telah menggantikan api, tetapi sekalipun kita tidak melihat sebuah lampu sedang terbakar, tetapi ada sesuatu yang sedang terbakar di dalamnya. Suatu proses pembakaran sedang terjadi karena nyala lampu didukung oleh energi dan daya yang dihasilkan oleh suatu proses pembakaran.

Khotbah sering disampaikan untuk membuat kita merasa enak. Kita senang dengan janji-janji dan hal yang baik-baik yang bisa kita dapatkan dari Allah. Namun kita jarang mendapatkan semua itu karena kehendak kita tidak selaras dengan kehendak Allah. Kita senang berkata bahwa Allah itu kasih dan hal ini memang mutlak benar. Allah adalah kasih. Namun kita tidak tahu bagaimana mengartikan pengungkapan diri-Nya sebagai api. Api membuat kita ketakutan karena kita mempertimbangkan segi bahayanya, seperti api yang membakar rumah. Di Kanada, tempat kami sekarang ini menetap, berulang kali terjadi kebakaran hutan yang hebat, banyak rumah yang terbakar dan banyak jiwa melayang. Api memberikan bayangan tentang hal-hal yang menakutkan dan berbahaya.

Namun Allah berulang kali disebut sebagai api yang menghanguskan. Salah satu referensi awal tentang hal ini ada di Ulangan 4:24, “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.” Kalimat yang di belakang berkata, “Allah yang cemburu.” Kecemburuan memang berkaitan dengan kasih. Itu sebabnya api juga adalah lambang dari kasih. Api cinta yang membara akan membakar Anda dari dalam. Itu sebabnya mengapa api, dalam pengertian ini, bermakna semangat yang berapi-api, semangat yang sejati.


Api diungkapkan lewat Kasih dan Kepedulian

Jika Anda tidak memiliki api di dalam hidup Anda, maka Anda tidak akan punya kaitan apa-apa dengan Allah. Anda tidak akan punya hubungan dengan Allah. Di Keluaran 24:17 ada rujukan yang sama tentang Allah sebagai api yang menghanguskan. Juga di Yesaya 33:14 dan 30:27. Di Perjanjian Baru kita juga bisa melihat Ibrani 12:29 yang merupakan salah satu ayat terpendek di dalam Alkitab tetapi menyatakan hal yang sama seperti di kitab Ulangan. “Allah kita adalah api yang menghanguskan.” Jadi, konsep Allah sebagai api tidak sekadar kita temui di Perjanjian Lama, tetapi juga di Perjanjian Baru. Gambaran api memberitahu kita bahwa Allah adalah Allah kasih, Allah yang cemburu. Jika Anda mengasihi seseorang, maka Anda juga memiliki rasa cemburu atas dirinya. Jika Anda tidak mengasihi seseorang, maka Anda tidak akan memiliki rasa cemburu. Anda tidak akan peduli terhadap orang itu. Namun Allah peduli. Sangat luar biasa kepedulian-Nya pada hal-hal yang kecil. Berulang kali saya merasa sangat terharu pada kasih-Nya yang tak terkatakan pada saya.

Saya gemar menceritakan sebuah kejadian yang bersangkutan dengan hari ulang tahun saya pada saat saya masih kuliah dulu. Saya tidak begitu memperhatikan tanggal kelahiran saya sehingga bisa dikatakan saya tidak mengingatnya. Akan tetapi Allah memperhatikan hal itu. Tahukah Anda apa yang Dia lakukan pada hari ulang tahun saya? Saya seperti biasa menjalankan kegiatan sehari-hari saya, datanglah seseorang, dan ia berkata, “Di dalam minggu ini, adakah hari yang lowong bagi Anda? Bisakah kita makan malam bersama?” Saya berkata, “Bisa saja. Selama ini kita memang tidak punya banyak waktu untuk berkumpul.” Ia berkata, “Saya ingin mengajak Anda makan di restoran. Di sana kita bisa meluangkan cukup banyak waktu untuk mengobrol.” Lalu saya bertanya, “Hari apa yang Anda inginkan?” Lalu ia menyebutkan harinya, saya tidak ingat apakah itu hari Rabu atau Kamis. Sambil bercanda, saya bertanya, “Dalam rangka apa ini? Apakah Anda berulang tahun di hari itu? Kenapa kita harus makan di restoran?” Ia berkata tidak ada yang khusus dengan pilihan harinya, hanya ingin meluangkan waktu untuk bercakap-cakap, itu saja. Saat saya perhatikan lagi tanggal di hari itu, saya baru menyadari bahwa itu adalah tanggal kelahiran saya. Sungguh luar biasa, dan saya membatin, “Tuhan, orang tuaku tidak lagi peduli dengan hari ulang tahunku. Mereka bahkan tidak mengirim kartu ucapan selamat ulang tahun.” Saya memang tidak lagi disukai oleh mereka karena niat saya untuk melayani Tuhan, dan mereka sudah menolak saya. Dan orang ini mengundang saya tanpa mengetahui bahwa tanggal tersebut adalah hari ulang tahun saya. Saya berpikir, “Tuhan, jalan-Mu sangat ajaib. Begitu besar kebaikan-Mu.”


Api sebagai ungkapan Kekudusan

Api mencerminkan kasih Allah yang membakar. Kasih manusia sangatlah lemah dan kita hanya bisa berkata, “Aku suka ini,” atau, “Aku suka itu.” Jarang ada yang berani berbicara tentang kasih dalam pengertian yang alkitabiah, karena kasih yang satu itu memang benar-benar kasih yang berapi-api yang mendorong seseorang untuk mengasihi dan mempedulikan orang lain. Sangat sedikit di antara kita yang memiliki kasih seperti itu karena memang kita bukan orang yang intens. Kita tidak terbakar oleh kasih. Akan tetapi ada aspek lainnya lagi, api menggambarkan kasih dan juga kekudusan. Dua aspek kepribadian Allah yang tak terpisahkan, kasih dan kudus. Api bersifat membersihkan. Api membakar segala sesuatu, dan di dalam pengertian itulah api disebut bersifat menyucikan. Kadang-kadang saya tidak sabar untuk membuka saja lepuh di tangan saya. Apa yang akan saya lakukan untuk itu? Saya akan menggunakan sebatang jarum, lalu bagaimana saya mensterilkan jarum itu? Saya akan memanaskannya dengan api sampai jarum itu terlihat membara, dan saya tinggal menusukkannya ke dalam lepuhan itu, dan cairan yang terdapat di dalam lepuhan itu akan mengalir keluar. Api itu membantu mensterilkan jarum itu.

Itu sebabnya gambaran Allah sebagai api menjadi sangat indah, utuh dan sempurna, karena mengungkapkan karakter Allah secara lengkap dari segi kasih dan kekudusan. Kita sulit memahami  keduanya dalam satu kesatuan. Kekudusan bagi kita adalah sesuatu yang dingin, steril, murni, tetapi tidak berkaitan dengan kasih. Di sinilah persoalannya. Ada banyak orang yang membayangkan Allah sebagai pribadi yang kudus, menakutkan, mengerikan, pribadi yang sangat hebat tetapi tidak mengasihi. Di sisi lain, ada yang hanya membayangkan Allah sebagai kasih, dan sama sekali mengabaikan sisi kekudusan-Nya. Akibatnya gambaran kasih kita menjadi sangat tidak berimbang.


Api sebagai Ungkapan Kekuatan dan Kuasa

Ungkapan tentang kuasa Allah juga adalah salah satu sisi yang diperlihatkan lewat kasih-Nya. Kekuatan yang diperlihatkan oleh api sangatlah hebat. Api bisa melalap habis hutan yang luas atau gedung yang besar dalam waktu singkat. Api memiliki kekuatan yang sangat besar. Jadi dari api kita bisa melihat satu lagi karakter Allah, yaitu kuasa-Nya.

Kita harus membayangkan Allah sebagai api yang menghanguskan. Perhatikan bahwa ungkapan api yang menghanguskan itu adalah ungkapan dari potensinya. Api yang disebutkan di sini bukanlah api yang tidak memiliki potensi apa-apa. Api tersebut menghanguskan. Kata menghanguskan berarti melahap, menghabiskan segala sesuatu. Tak ada satu hal pun yang tidak terpengaruh oleh kuasa kasih-Nya. Inilah hal yang ingin Dia lihat di dalam hidup kita pada saat karakter kita menjadi semakin serupa dengan-Nya. Ketiga ciri tersebut semakin kuat muncul di dalam diri kita seiring dengan keserupaan kita dengan Tuhan. Kita memiliki kasih, kekudusan dan kuasa. Ketiga unsur yang sangat penting.


Pemuridan berkaitan dengan Kasih, Kekudusan dan Kuasa

Apa kaitan ketiga hal ini dengan pemuridan? Semuanya berkaitan erat dengan hal pemuridan. Anda tidak akan mau menjadi murid dari orang yang membuat Anda ketakutan karena kekudusannya. Anda pasti ingin menjauh darinya. Ada banyak orang yang ketakutan terhadap penginjil besar John Sung karena ada api ini di dalam dirinya, api yang menghanguskan di dalam dirinya. Namun dari api tersebut, juga terpancar kasih yang sangat kuat, sekuat kekudusan yang memancar darinya. Pernah ada seseorang yang datang kepada John Sung dan berkata, “Maukah Anda mendoakan saya?” Didoakan oleh seorang hamba Allah tentulah merupakan suatu berkat yang sangat besar. Dan ketika ia mendatangi John Sung, John Sung menatap wanita itu lekat-lekat lalu berkata, “Engkau telah menjalani dosa yang sangat besar selama sepuluh tahun ini dan masih belum bertobat juga.” Wanita itu sangat terkejut. Hamba Allah yang satu ini melihat masa lalunya. John Sung sama sekali tidak mengenalnya, mereka tidak pernah berjumpa sebelumnya. Akan tetapi Roh Tuhan-lah yang menyatakan hal itu padanya. Jika Anda ingin mendekat kepada Allah, Anda harus membiarkan api itu menguduskan Anda. Dan Anda tidak akan bisa datang kepada api itu jika masih bergantung pada dosa, karena Anda akan terbakar ke arah yang negatif. Anda akan jatuh ke penghakiman-Nya, ke bawah kutuk-Nya.

Inilah sebabnya mengapa ketiga aspek dari karakter Allah itu harus ada secara bersamaan. Kita tidak boleh pilih-pilih. Kita ingin Allah yang mengasihi tetapi kita tidak mau pada Allah yang kudus. Hal yang begitu tidak akan Anda dapatkan. Anda hanya bisa mendapatkan Allah dengan ketiga aspek yang lengkap ini. Menjadi seorang murid berarti seseorang harus menjadi serupa dengan gambaran-Nya, meniru Dia. Menjadi seorang peniru Allah adalah ungkapan lain yang digunakan oleh Paulus. Bagaimana Anda bisa meniru Dia jika Dia adalah api sedangkan Anda bukan api? Meniru Dia berarti Anda membiarkan api-Nya masuk ke dalam hidup Anda dan Anda kemudian menjadi api.

Di hari Pentakosta (Kis.2:3), disebutkan bahwa Roh turun, lalu apa yang terjadi? Api muncul di atas kepala setiap orang yang berkumpul di sana. Mereka semua menjadi tiang api. Kalau dilihat dari jauh, mereka akan terlihat seperti lilin, berdiri dengan api di atas kepalanya, atau mungkin terlihat seperti semacam lampu. Dengan kata lain, Allah memberi watak-Nya kepada mereka, di dalam tindakan-Nya memberikan Roh Kudus, Allah sedang memberi kepribadian-Nya kepada mereka. Banyak orang yang berkata, “Ya, aku ingin dipenuhi oleh Roh.” Hal itu memang bagus. Namun tahukah Anda apa yang sedang Anda minta itu? Ada  yang berpikir bahwa yang akan diperoleh adalah bahasa roh, dan aspek yang lainnya. “Aku sudah puas dengan berbahasa lidah. Aku tidak butuh yang lainnya.” Sayang sekali, Anda harus mengambil paket lengkap atau tidak memperoleh apa-apa sama sekali. Anda tidak bisa memilih paket apa saja yang Anda suka dan menolak apa yang Anda tidak suka.


Yesus datang untuk Menyalakan Api

Apa yang Yesus lakukan saat ia di dunia sangatlah jelas. Di Lukas 12:49 dia berkata,

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala!”

“Aku datang ke dunia ini”,  untuk apa?  “Untuk melontarkan api ke bumi.” Apa artinya pernyataan itu? Apa makna sesungguhnya? Banyak yang berpikir bahwa melemparkan api bermakna menjatuhkan penghakiman. Ia akan menghukum dunia seberat-beratnya dengan api kudusnya, akan tetapi itu bukanlah hal yang dimaksudkan Yesus. Di Yoh.3:17, Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan supaya dunia bisa diselamatkan.” Misi kedatangan Yesus bukan untuk menghakimi. Api yang dilemparkan itu bukan untuk menghakimi orang, itu adalah jenis api yang berbeda. Akan tetapi api ini memang jelas akan menyucikan hati kita. Api itu memang akan menghanguskan kita jika hidup kita tidak berkenan kepada Allah. Ayat ini sangat menarik perhatian serta telah memusingkan banyak cendekiawan. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus? Jika bukan untuk menghakimi lalu untuk apa? Ya memang, api memberikan terang dan panas. Namun Allah adalah api yang menghanguskan. Lalu untuk apa Yesus datang ke dunia? Untuk melontarkan api Allah yang menghanguskan, tetapi bukan dalam pengertian yang membinasakan. Api itu akan menghanguskan banyak hal dan kita berharap agar kita bisa seperti semak terbakar yang dilihat oleh Musa, yang terbakar tetapi tidak dibinasakan. Jika terdapat suatu hal yang tidak layak pada semak tersebut hal itu pasti akan terbakar, akan tetapi semak itu sendiri tetap tidak binasa.

Tahukah Anda apa yang dilakukan oleh Yesus di Yoh.2:17? Di sana terjadi pembersihan Bait Allah. Ia ingin membuang semua hal yang merupakan penyelewengan, segala bentuk komersialisasi, segala hal yang tidak berkenan bagi Allah di dalam bait-Nya. “Rumah-Ku akan disebut sebagai rumah doa tetapi kamu telah mengubahnya menjadi sarang penyamun.” Dan hal itulah yang dilakukan Yesus di Yoh.2:17. Ketika murid-murid melihat tindakan Yesus, mereka teringat pada Mazmur 69:10. Apa yang tertulis di sana?

“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.”

Cinta mampu menghanguskan. Cinta di sini adalah pencerminan dari api. Api yang membakar saya.

Jika Anda melayani Tuhan dengan semangat seperti itu, Anda memang akan terbakar. Teman baik saya di Liverpool, seorang pendeta Baptis berkata kepada saya sebelum saya meninggalkan Liverpool, “Tolong jangan terlalu berapi-api, Anda terlalu intens. Anda bekerja terlalu keras, tidak ada orang yang bisa bertahan lama dengan intensitas begini.” Lalu ia menceritakan kepada saya tentang David Brainard, orang yang sangat berapi-api melayani Tuhan tetapi akhirnya mengalami “burnt out”. Memang ada “burnt out” yang tidak baik dan juga “burnt out” yang baik.  Kita cenderung hanya mempertimbangkan dampak buruknya. Anda bisa temukan dengan mudah buku-buku yang membahas tentang cara untuk tidak “burnt out” di dalam pekerjaan dan sebagainya. Akan tetapi di dalam melayani Allah, saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara melayani Dia tanpa semangat yang berapi-api.  Saya benar-benar mempunyai niat yang membara untuk memberitakan Firman-Nya dengan kuasa dan selanjutnya saya melihat bagaimana hidup orang diubahkan. Apakah Anda menginginkan api ini ada di dalam hati dan diri Anda?

Api akan menghanguskan Anda. Dan memang dapat membakar habis diri Anda. Saya berulang kali menyebut tentang John Sung karena saya membaca buku hariannya dan melihat gambaran seorang pribadi yang benar-benar terbakar bagi Allah. Setiap kali membaca buku hariannya, saya bisa meneteskan air mata. Di tengah kondisi kesehatan yang merosot drastis, ia menolak untuk mengurangi pelayanannya. Ia melanjutkan pelayanan bahkan sampai saat ia sudah tidak mampu lagi berkhotbah sambil berdiri. Ia harus duduk, bahkan kadang kala harus sambil berbaring. Akan tetapi ia masih terus ingin melanjutkan melayani Tuhan selama ia masih bernafas. Salah satu pernyataan yang dibuatnya adalah, “Aku bertekad untuk tidak mati di rumah. Aku tidak akan mati di atas tempat tidur di rumah. Aku akan mati di mimbar.” Saya terharu, “Wah. Berapa banyak pengkhotbah yang mau melakukan itu?” Pergi berkhotbah untuk yang terakhir kalinya. Lalu mati di atas mimbar. Ini jelas sesuatu yang luar biasa.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi dengan gereja jika setiap pendeta terbakar oleh semangat yang setinggi itu? Yang akan terjadi bukan sekadar ia menjadi api, melainkan api dari Allah yang membara di dalam dirinya akan tersalurkan kepada orang lain. Itulah yang disebut sebagai pemuridan. Bukan sekadar membagikan pengetahuan saja, karena pengetahuan alkitabiah yang sebagus apapun hanya akan membuat kepala Anda semakin besar saja. Jika saya tidak bisa membagikan api dari Allah kepada orang-orang yang bekerja bersama saya atau yang dilatih oleh saya, maka sejujurnya saya sudah gagal. Itu berarti saya memang gagal. Yang saya lakukan ternyata hanya memompakan pengetahuan ke dalam benak mereka. Jadi, pekerjaan pemuridan itu memiliki dua sisi. Pertama adalah untuk mendapatkan api itu, kedua adalah untuk membagikannya.

Saya sangat berhutang budi kepada para pembimbing yang membimbing saya saat saya masih baru menjadi Kristen. Mereka adalah orang yang benar-benar terbakar api bagi Allah, suatu tanda manusia Allah yang sejati. Kisah kehidupan mereka sangat luar biasa. Pembimbing saya, Henry Choi, seluruh hidupnya dipersembahkan untuk mengabdi seutuhnya kepada Yesus. Semua yang bersamanya bisa melihat api itu. Jika Anda meletakkan sepotong kayu di atas kayu lain yang sedang terbakar, maka kayu itu juga akan ikut terbakar. Api dari kayu yang satu mengalir ke kayu yang lainnya. Api membakar segala sesuatunya.


Pemuridan tanpa Api tidak ada Artinya

Mempelajari pemuridan adalah hal yang bagus, tetapi apa artinya pemuridan tanpa api? Tidak ada artinya. Tidak ada yang bernilai lagi untuk dibicarakan. Kita mungkin bisa pergi ke sekolah Alkitab untuk mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pemurian. Saya sudah membaca banyak buku tentang pemuridan. Saya sudah mempraktekkannya selama banyak tahun. Namun saya bisa berakhir sebagai orang yang sekadar membagikan pengetahuan yang tidak akan mengubah hidup Anda. Jika saya tidak bisa membagikan api kudus-Nya, maka pelayanan saya sudah gagal.

Konsep api yang menghanguskan di dalam hidup kita ini berkaitan dengan konsep lain dalam Perjanjian Baru, khususnya di dalam tulisan Paulus. Paulus melihat kehidupan Kristen sebagai suatu pengorbanan. Di Roma 12:1, dikatakan bahwa Anda harus mempersembahkan tubuh Anda sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Itu adalah hal yang harus kita lakukan. Jika berbicara tentang pengorbanan, sama artinya dengan berbicara tentang api, karena tidak ada pengorbanan di dalam Perjanjian Lama yang tidak diletakkan di atas mezbah untuk dibakar. Korban persembahan dibakar di mezbah. Paulus berkata, “Kamu harus menjadi persembahan yang hidup.” Kalimat itu akan terdengar indah selama tidak kita kaitkan dengan api. Siapa yang mau terbakar? Aku bersedia menjadi persembahan yang hidup selama tidak dekat-dekat dengan api. Namun saat Anda makin dekat dengan mezbah, dan Anda melihat api itu, Anda mungkin berkata, “Wah, mungkin aku harus berpikir ulang tentang hal ini. Urusan menjadi persembahan yang hidup ini tampaknya sudah mulai terlalu jauh. Aku tidak tahu kalau urusan ini melibatkan api.”

Paulus berbicara tentang hal ini di dalam beberapa bagian, bukan hanya di Roma 12:1. Di bagian yang lain ia memakai gambaran yang berbeda. Ia memandang dirinya sebagai persembahan yang dicurahkan. Apa maksudnya? Di samping korban bakaran kepada Allah ada juga korban curahan. Anda bisa memakai anggur atau minyak, dan keduanya dipersembahkan bersamaan dengan korban bakaran. Hal ini bisa dibaca di Bilangan 28:6-7, ayat 6 berbicara tentang korban bakaran dan ayat 7 berbicara tentang korban curahan yang dipersembahkan bersama dengan korban bakaran. Dengan memakai gambaran ini, Paulus berulang kali berbicara tentang dirinya sebagai persembahan yang dicurahkan bagi orang lain, contohnya di 2 Timotius 4:6. Di akhir hayatnya, Paulus berkata, “Aku akan dicurahkan.” Ucapan ini merupakan suatu nubuat, karena berdasarkan sejarah Paulus mati dihukum penggal. Dan saat dipenggal darah akan bercurahan. Paulus berkata, “Aku akan tercurah, tetapi aku sudah menyelesaikan perjuanganku, aku sudah menyelesaikan perlombaan ini, dan di sana telah menunggu mahkota untukku.” Di Filipi 2:17, ia sudah menegaskan hal itu. Dengan kata lain, jauh sebelum kematiannya, ia sudah tercurah. Di Filipi 2:17, Paulus berkata bahwa ia akan dicurahkan sebagai korban persembahan bagi orang-orang yang bukan Yahudi, persembahan bagi Anda. Suatu kalimat yang sangat luar biasa. Ia berkata bahwa Anda adalah korban persembahan, dan ia dipersembahkan bersama-sama dengan Anda. Anda pergi ke mezbah bakaran dan ia dicurahkan dalam persembahan itu bersama-sama Anda.

Hidup yang menjadi persembahan. Apakah Anda siap menjadi seorang murid? Apakah Anda yakin? Benar-benar yakin? Tahukah Anda hal-hal apa yang akan terlibat dalam urusan ini? Tidak adil jika Anda tidak diberitahu akan hal ini. Pernahkah Anda diberitahu bahwa hal pemuridan ini melibatkan api? Paulus mengatakan hal yang sama di Roma 15:16 saat dia mempersembahkan orang-orang non-Yahudi. Mengapa? Karena di dalam pemahaman Paulus, tidak ada orang Kristen sejati yang tidak menjadi korban persembahan. Menurut dia, setiap non-Yahudi yang telah datang kepada Tuhan adalah persembahan bagi Allah, yang dipersembahkan oleh Paulus sebagai imamnya. Orang-orang bukan Yahudi, yaitu kita, dipersembahkan sebagai korban kepada Allah, diletakkan dalam api kudus Allah.

Anda mungkin bukan orang yang fasih berbicara, mungkin tidak belajar teologi, dan mungkin juga tidak punya talenta apa-apa, tetapi itu bukan masalah. Jika api kudus dari Allah membara di dalam diri Anda, Anda akan mencapai hal yang jauh melampaui hasil gabungan dari para ahli teologi yang tidak memiliki api. Buktikan sendiri ucapan saya ini. Anda dapat memberi pengaruh yang sangat besar saat api yang kudus itu ada di dalam diri Anda, Anda akan menyebarkan api kudus-Nya ke segenap penjuru. Api tidak akan mengurung dirinya sendiri. Ia akan menyebar. Itulah ciri-ciri api. Ia menyebar ke mana-mana. Dan orang lain akan menerima api dari Anda. Lalu mereka menyebarkannya lagi kepada orang-orang lainnya. Saat kita memegang lilin yang menyala, lalu ia menyalakan lilin di tangan orang yang lainnya. Tak peduli seberapa banyakpun orang yang berkumpul, semua kebagian api itu. Demikianlah, saat Anda membagikan api kudus kepada orang lain, Anda sedang menyalakan lilin yang ada di tangannya. Anda lalu membagikan terus api itu kepada orang yang lain, dan akan semakin banyak orang yang akan memiliki lilin yang menyala. Anda hanya perlu memberikan api Anda kepada orang lain, dan lilin orang itu akan menyala. Itulah arti pemuridan. Itulah maknanya di dalam praktek.

Saya bisa saja memberikan banyak teori pemuridan kepada Anda akan tetapi saya tidak mau berbicara tentang teori. Saya tidak berminat pada teori tetapi pada kehidupan. Api, walaupun terdengar cukup aneh, juga merupakan lambang bagi kehidupan. Saat api padam, maka matilah segala sesuatu. Tanpa pembakaran, mesin tidak bergerak. Apakah yang menjadi penggerak dari mobil Anda? Mesin yang berfungsi atas prinsip pembakaran (combustion). Api membakar bensin dan hasil pembakaran itu menjadi sumber tenaga. Saya sering memperbaiki mobil tua saya dulu dan menyetel mesin tua itu bisa menjadi pekerjaan yang sangat sulit. Salah setel, maka aliran bensin mungkin akan menjadi terlalu besar atau terlalu kecil, dan akan menghasilkan pembakaran yang tidak bagus. Jadi saya membeli sebuah alat kecil dan memasangnya dengan baut di bagian silinder tempat pembakaran terjadi. Dengan mengintip ke bagian dalam silinder lewat bagian kaca alat tersebut saya bisa melihat langsung proses pembakarannya. Kekuatan yang dihasilkan dari nyala api, itulah yang menggerakkan mobil.


Bagaimana Mendapatkan Api itu?

Lalu, bagaimana cara untuk mendapatkan api itu. Bagaimanakah caranya? Apa syarat untuk bisa menerima api kudus dari atas agar kepribadian kita menjadi serupa dengan kepribadian Bapa di surga? Alkitab menyuruh kita untuk menjadi peniru Kristus, yang sepenuhnya mencerminkan kepribadian Bapa. Jika Allah adalah api, maka kita juga harus menjadi api. Berapa banyak orang Kristen yang Anda kenal yang menjadi api? Apakah Anda salah satu di antaranya?

Tahukah Anda berapa lama masa pelayanan John Sung? Hanya 15 tahun. Ia mati di usia 43 tahun. Mungkin Anda akan berkata, “Sayang sekali. Jika dia bisa bertahan sampai usia 90 tahun mungkin akan lebih baik. Bukankah begitu?” Tidak. Di dalam 15 tahun itu, apa yang dikerjakan oleh Allah melalui orang yang satu ini jauh melampaui apa yang dikerjakan oleh kebanyakan orang dengan usia yang jauh lebih panjang. Api yang kudus, efeknya terasa sampai ke hari ini.


Tanpa noda atau cacat

Langkah pertama untuk menangkap api ini adalah dengan memahami gambaran tentang pengorbanan. Apakah persyaratan di dalam Perjanjian Lama bagi hewan korban? Persyaratannya adalah hewan itu haruslah tanpa cacat atau noda. Hewan itu harus murni. Tidak boleh ada cacat, atau di dalam istilah Perjanjian Baru tidak boleh ada dosa. Salah satu tragedi di dalam gereja adalah begitu banyaknya orang yang menyimpan dosa yang tersembunyi. Dosa-dosa yang tersembunyi akan menghancurkan Anda. John Sung gemar memakai gambaran membuka peti mati. Anda mungkin berkata, “Apa? Membuka peti mati?” Di dalam bahasa Inggris, ungkapan yang sejajar dengan itu adalah, “Mengeluarkan kerangka dari dalam lemari.” Banyak orang Kristen yang menyimpan begitu banyak kerangka di dalam lemari mereka dan mereka tidak mau Allah memeriksa sampai ke lemari mereka. Masalahnya adalah Ia sudah tahu!

Berbicara tentang pemuridan berarti berbicara tentang api Allah, dan api itu akan menghanguskan segala sesuatu yang bertentangan dengan kepribadian-Nya. Apakah kita rela membiarkan Dia mengerjakan hal itu? Atau apakah kita akan melarikan diri dari api itu? Apakah kita akan menyembunyikan diri dari-Nya? Jika Anda ingin menjadi seorang murid sejati, jika Anda benar-benar ingin melayani Allah dan menjalani kehidupan Kristen yang berguna, bermakna dan dinamis, memang tidak ada jalan lain selain membiarkan api-Nya masuk ke dalam hidup kita. Apakah Anda bersedia membiarkan api itu masuk ke dalam diri Anda? Apakah Anda bersedia mengizinkan Dia masuk?

Firman Tuhan di Ibrani 4:12 adalah seperti pisau bedah yang dengan tajam membedah kita. Ayat itu menusuk ke dalam dan mengungkapkan segalanya. Jadi langkah yang pertama adalah mengakui dosa-dosa dan bertobat dari dosa-dosa. Jika Anda tidak melewati tahapan ini, Anda tidak usah berpikir untuk masuk ke tahap selanjutnya. Anda tidak akan bisa masuk lebih jauh lagi. Jika Anda takut atau tidak rela melepaskan dosa-dosa Anda, maka pengajaran tentang pemuridan tidak ada gunanya bagi Anda dan hanya membuang-buang waktu Anda. Anda tidak akan bisa menerapkan segala yang telah Anda pelajari di sini. Anda tidak akan bisa menerapkannya.

Demikianlah, langkah yang pertama adalah datang ke hadapan Allah dan membiarkan Dia menguji hati Anda. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Hendaklah setiap orang menguji hatinya sendiri, melihat apakah ia berada di dalam iman,” dan Paulus tidak sedang berbicara kepada orang non-Kristen. Ia sedang berbicara kepada jemaat di Korintus. Hendaklah setiap orang menguji hatinya sendiri dan jika ia menghakimi dirinya sendiri maka ia tidak akan jatuh ke dalam penghakiman. Jika Anda menghakimi diri Anda sendiri, maka Allah tidak perlu menghakimi Anda.

Setiap hamba Allah yang sejati selalu prihatin akan masalah dosa. Izinkan saya membahas tentang John Sung lagi untuk pokok yang satu ini. Pernah sekali, ia tidak memiliki uang untuk membeli perangko, lalu ada orang yang membayarkan uang 50 sen untuknya. John Sung tidak bisa tidur lelap malam itu karena dia belum bisa melunasi yang 50 sen itu. Anda mungkin berkata, “Yang benar saja. Hanya 50 sen. Ia terlalu membesar-besarkan masalah.” Bagi John Sung, persoalannya bukan terletak pada nilai yang 50 sen itu. Bukan nilai uangnya yang menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ia tidak mengembalikan uang yang 50 sen itu, dan ia merasa telah mencuri uang dari orang tersebut. Nilainya bisa saja 50 sen atau bahkan 50.000 dolar, tidak peduli berapapun nilainya. Prinsip dosa sama saja. Jadi itulah langkah yang pertama. Hewan korban haruslah sempurna. Tidak boleh ada cacat sedikitpun. Harus sempurna dalam arti kemurniannya. Tentu saja, hewan tidak berbuat dosa, sejauh yang kita ketahui. Saat, kita berbicara tentang hewan yang tanpa kecacatan, yang dibahas bukanlah masalah jasmani; karena jika kita berbicara tentang diri kita sebagai persembahan, cacat atau noda itu mengacu kepada dosa.


Penyerahan Total pada Tuhan

Poin yang kedua adalah persembahan diri yang utuh sepenuhnya kepada Allah. Akan tetapi tidak usah berpikir untuk masuk ke poin yang kedua jika poin yang pertama belum dilalui. Aspek urut-urutan sangat penting di sini. Untuk alasan inilah saya mengajarkan tentang Komitmen Total ke gereja-gereja. Jika Anda bukan seorang Kristen dengan komitmen yang total, maka Anda tidak akan tahu apa api itu karena api mencerminkan intensitas dari komitmen total. Jadi apa yang sekarang ini diterbitkan dalam bentuk buku sebenarnya merupakan bahan pelajaran yang berseri. Buku itu bisa dipakai untuk menjadi bahan untuk pelatihan melalui langkah-langkah komitmen total. Pokok ini bukan sekadar perkara mengatakan, “Ya. Aku berkomitmen total.” Anda harus memahami hal-hal apa saja yang terkait dengan masalah komitmen total ini. Demikianlah, bahan-bahan pelatihan itu kemudian diterbitkan dalam bentuk buku karena begitu banyaknya orang yang menjalani kehidupan dalam kekalahan rohani karena mereka tidak pernah menyerahkan hidup mereka sepenuhnya. Tidak pernah berkomitmen total kepda Tuhan.


Doa dan Persekutuan dengan Tuhan

Langkah penting yang ketiga di dalam menangkap api kudus dari Allah, tentu saja, adalah doa. Sekarang ini banyak sekali hamba Allah yang tidak meluangkan waktunya untuk berdoa karena mereka sangat sibuk menjalankan berbagai kegiatan gereja. Berdoa. Bagaimana caranya? Kita harus berhati-hati di dalam membahas perkara ‘bagaimana’ sebab kita akan melangkah ke persoalan teknis. Saya telah mencoba untuk menyederhanakan penjelasannya sebisa mungkin dengan menyatakan bahwa berdoa adalah pelajaran untuk memanggil nama Tuhan. “Berseru kepada nama Tuhan,” sebagaimana yang kita lihat di Roma 10. Di sana disebutkan, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” Namun berseru kepada nama Tuhan tidak kita lakukan hanya di saat awal kehidupan Kristen kita, melainkan di sepanjang kehidupan Kristen kita.

Di Perjanjian Lama, di 1 Raja-raja 8:38, kita dapat melihat suatu pertempuran yang sangat hebat di gunung Karmel, antara Elia bersama dengan sisa-sisa nabi Allah melawan ratusan nabi Baal. Ketika Elia berseru kepada nama Yahweh, api datang dari langit dan membakar habis hewan korban. Perhatikan kata ‘membakar habis’. Terdapat satu kaitan antara doa dengan api yang menghanguskan.

Di ayat-ayat sebelumnya Elia mempersilakan para nabi Baal untuk memanggil sesembahan mereka agar membakar hewan korban milik mereka. Dan setelah seharian mereka berusaha tanpa hasil, lalu Elia berkata, “Baiklah. Sudah seharian kalian berjuang, menari-nari, menoreh diri sendiri, dan berdoa tanpa hasil, sekarang tiba giliranku.” Elia berdoa singkat saja. Jangan mengira bahwa doa yang efektif adalah doa yang panjang. Tidak jarang doa yang dipanjatkan dengan intensitas api yang kudus hanya terdiri dari satu kalimat saja, dan doa yang tidak efektif kadang kala bisa dipanjatkan dalam kalimat-kalimat yang banyak dan panjang sekali sehingga orang lain jatuh tertidur. Jika Anda memiliki api yang kudus itu, Anda hanya akan berkata, “Oh Tuhan,” dan itu saja sudah cukup karena Allah tahu persis apa yang akan Anda sampaikan. Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika berkata, “Jangan mengira bahwa doamu diterima karena banyaknya kata-kata yang kamu ucapkan.” Doa Anda akan didengarkan karena intensitas di dalam hati Anda.

Apakah Anda memperhatikan adanya ciri lain dari api? Jika Anda mengamati lilin, maka Anda akan mendapati bahwa apinya menuju lurus ke atas. Apinya tidak menuju ke arah lain. Api mengarah ke atas, kepada Allah. Jika Anda berdoa, jadikanlah doa Anda itu singkat namun padat terisi oleh curahan hati Anda. Itulah rahasia doa. Seringkali saya lebih suka untuk berdoa singkat saja. Saya berseru kepada nama Tuhan, memuji nama-Nya, dan sekadar berkata, “Yahweh atau Bapa di surga.” Saya mengakui-Nya sebagai Tuhan, sebagai Allah Israel dan Allah bagi gereja. Tidak ada waktu lagi untuk memusingkan kata-kata yang lain. Panggil saja nama-Nya, panggil sampai api mulai menyala. Itulah doa yang membawa api ke diri Anda.


Perenungan Firman Allah

Poin selanjutnya adalah merenungkan Firman Allah. Saat merenungkan Firman-Nya, Anda akan mulai mengalami hal yang pernah dialami oleh Yeremia, api membara di dalam dirinya sehingga ia tidak kuasa menolak dorongan untuk memberitakan Firman Allah pada saat Allah ingin agar dia melakukannya. Pernahkah Anda merenungkan Firman dan meminta Tuhan, “Ajarkanlah aku menjalankannya,” sampai Anda merasakan api yang kudus membara dalam diri Anda? Ada banyak orang Kristen yang bahkan tidak mau membaca Alkitab atau jika mereka membacanya, itu karena mereka merasa wajib membaca ketika bersaat teduh. Dan pertanyaan yang muncul di benak mereka hanyalah, “Bagian mana yang harus kubaca sekarang ini?” Mereka mulai membaca dan setelah itu merasa puas diri karena sudah memenuhi tanggungjawab membaca Firman.

Cobalah renungkan satu bagian yang pendek saja. Pikirkan baik-baik. Tanyakan, “Bagaimana aku bisa menjalankannya? Apa yang harus kulakukan sejalan dengan bagian ini?” Renungkanlah sampai api itu menyala. “Aku berdiam di dalam firman-Mu siang dan malam,” demikian kata sang pemazmur. Jadikanlah hal itu sebagai bagian dari hidup Anda. Ingatkah Anda ketika para murid membawakan makanan kepada Yesus? Ia berkata, “Tidak, aku mempunyai makanan yang tidak kau ketahui.” Alkitab disebut sebagai roti, roti hidup, dan yang terjadi pada diri Anda ketika memakan roti tentunya Anda mendapat tambahan gizi makanan. Atau jika Anda gantikan gambarannya, maka Firman Allah yang berasal dari Allah adalah api yang akan membuat hati Anda membara.


Mempraktekkan Firman

Hal yang kelima adalah untuk selalu mempraktek firman. Jika Anda telah merenungkannya, lalu Anda sudah memahami kebenaran yang ingin diungkapkan, maka Anda harus mempraktekkannya. Saya menantang Anda untuk melakukan hal ini. Jika Anda hidup melakukan firman, Anda tidak akan dingin. Kuasa dari Firman-Nya sangatlah hebat. Saya sudah sering memberi kesaksian tentang bagaimana saya bertekad untuk mempraktekkan apapun yang dikatakan oleh Tuhan kepada saya. Mudah? Sangat susah! Saya harus belajar untuk bergantung pada Allah, bahkan untuk kebutuhan jasmani saya, seperti yang telah saya alami di Tiongkok. Tuhan memelihara saya seperti yang dikatakan bahwa burung-burung di udara tidak menabur atau menanam, bunga bakung tidak memintal pakaian, akan tetapi mereka dipelihara dan didandani sedemikian rupa, jauh melebihi dandanan para raja. Sungguh sangat indah, itulah perlakuan Bapa terhadap umat-Nya. Itulah pengalaman saya.

Saya merindukan tampilnya orang Kristen yang berani menerima tantangan ini, yaitu pergi melayani Tuhan tanpa sepeserpun uang di kantong. Cobalah lakukan hal itu. Inilah ujian iman. Merupakan hal yang layak untuk dipertimbangkan. Di sepanjang hidup saya, saya mempercayakan sepenuhnya kepada Allah dalam hal pemenuhan kebutuhan saya dan Allah selalu mengerjakan perkara-perkara ajaib. Dan semua itu bukan sekadar untuk saya. Jika Anda bisa mempercayai Allah sampai ke titik Anda berani untuk berangkat tanpa sepeserpun uang di kantong, maka berarti Anda benar-benar memiliki iman. Allah akan menghargai iman Anda dan memberikan Anda apa yang Anda butuhkan sehingga Anda tahu bahwa Allah adalah Allah yang hidup. Seiring dengan pengenalan Anda yang semakin akrab dengan-Nya, maka api itu akan menjadi semakin besar. Itulah pengalaman luar biasa di dalam Tuhan, namun pengalaman setiap orang akan berbeda-beda.

Ini pengalaman saya, seorang rekan sekerja datang pada saya dan berkata, “Ada yang menanyakan pada saya apakah kita berminat untuk membeli sebuah stasiun radio?” Saya berkata, “Apa? Stasiun radio?” “Ya, mereka menawari kita untuk membeli stasiun radio dengan harga murah. Mereka bertanya apakah kita berminat untuk membelinya.” “Membeli stasiun radio? Berapa besar dana untuk itu?” Demikianlah, ia lalu menjelaskan gambaran biayanya, kira-kira jutaan dolar Hong Kong. Lalu saya berkata, “Baiklah. Tuhan saya mempercayai-Mu untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri selama ini. Jika saya harus menahan lapar untuk keperluan ini, akan saya jalani. Tidak masalah buat saya.” Demikianlah, selama ini saya sudah menyaksikan Dia memenuhi semua kebutuhan saya, tetapi beranikah saya meletakkan kepercayaan pada-Nya untuk urusan pembelian stasiun radio? Jadi saya merenungkan persoalan ini di hadapan Tuhan dan berkata, “Bagaimana kami akan menjalankan tujuan ini? Apakah tantangan ini terlalu besar? Apakah saya harus berkata kepada mereka, ‘Maaf, saya tidak ada dana untuk urusan ini, carilah orang kaya yang mau membantu’”?

Setelah berdiam dan menunggu di hadapan Tuhan, saya lalu berkata, “Kita akan membelinya,”  karena Tuhan telah memberitahu bahwa ini adalah jalan bagi kami untuk mengabarkan Injil ke Tiongkok dan Asia Tenggara, ke tempat-tempat yang tak pernah dapat kami jangkau dan bergerak dengan kecepatan yang jauh melampaui kecepatan gerak kami. Siaran stasiun radio itu berpotensi menjangkau 1,2 milyar orang di Tiongkok, belum termasuk penduduk di Asia Tenggara. Satu pemancar mengarah ke utara, menuju Jepang, Korea dan wilayah timur Rusia, pemancar ke arah barat menjangkau Asia Tenggara, dan pemancar utama diarahkan langsung ke Beijing, dan tentu saja gelombang yang dipancarkan cukup kuat untuk bisa ditangkap di Hong Kong sendiri. Beranikah kami menerima tantangan ini? Karena Tuhan sudah meletakkan tantangan ini di hadapan kami, tentu saja kami tidak berniat untuk menghindarinya, kecuali jika pada waktu selanjutnya Tuhan menyatakan bahwa bukan itu kehendak-Nya. Akan tetapi saat kami menunggu jawaban dari Tuhan, rencana pembelian itu jelas sekali merupakan kehendak-Nya dan kami harus percaya bahwa Dia akan menyediakan segalanya. Lalu kami mulai bergerak, kami memberi kabar ke penjual bahwa kami akan membeli stasiun radio itu, bahwa kami akan menandatangani kontrak pembeliannya. Sekarang ini, stasiun radio tersebut sudah kami pakai untuk siaran selama empat setengah jam setiap hari.

Jika ada orang yang datang kepada Anda dan berkata, “Apakah Anda berminat untuk membeli stasiun radio?” Saya pikir Anda akan menjawab, “Anda mencari orang yang salah. Apakah Anda sedang berbicara dengan saya? Apakah saya terlihat seperti orang kaya?” Praktekkanlah Firman Allah. Jika Anda memiliki iman, apa yang akan terjadi? Yesus berkata bahwa Anda bisa memindahkan gunung. Dan lihatlah, stasiun radio itu jelas gunung yang besar, akan tetapi Yesus sudah memindahkannya.

Praktekkanlah Firman Allah. Allah berkata, “Percayalah pada-Ku.” “Jika engkau percaya pada-Ku, jika engkau memiliki iman kepada-Ku, engkau akan bisa mengerjakan hal yang mustahil.” Katakanlah kepada gunung itu, berpindahlah, maka ia akan berpindah. Rintangan itu tidak akan menghalangi langkah Anda dalam memberitakan Firman yang memberi hidup kepada orang-orang. Bukankah ini suatu kehidupan Kristen yang ajaib? Selanjutnya saya melihat apa yang dikerjakan oleh Tuhan, dan perbuatan-Nya sungguh ajaib. Sungguh luar biasa hal yang dikerjakan oleh Tuhan, kami bahkan tidak perlu mengumpulkan sumbangan dari jemaat gereja. Kami tidak menghubungi orang lain dan berkata, “Kami akan membeli stasiun radio. Sediakanlah dana untuk kami.” Kami tidak membicarakan hal ini dengan orang lain. Kami tidak pernah menggalang kampanye untuk mengumpulkan dana. Bahkan di dalam gereja kami sekalipun, tak ada orang yang kami hubungi untuk mengumpulkan dana. Mengapa? Sepanjang hidup saya, saya percaya pada-Nya, saya berbicara kepada Allah, dan Allah berbicara kepada saya, dan itu sudah cukup.

Bagi saya, iman berarti bahwa Allah mengetahui. Saya tidak perlu berkata apa-apa lagi kepada orang lain. Dan saya melihat ada konfirmasi dari Firman Allah. Di dalam peristiwa pembelian stasiun radio ini, saya memang pernah berbincang dengan seseorang mengenai pembelian stasiun radio tersebut, karena ia sebelumnya bermaksud untuk menyumbang bagi kegiatan pelayanan. Karena ia sudah menyatakan niatnya sebelum tawaran pembelian ini muncul, maka saya memberitahu dia akan hal ini. Saya berkata, “Inilah proyek yang akan dikerjakan, apakah kamu berminat untuk ikut serta karena sebelumnya kamu sudah berniat untuk memberikan sumbangan.” Akan tetapi saya kemudian menolak uangnya karena masalah yang berkaitan dengan poin pembahasan kita yang pertama itu. Ada satu noda serius di dalam hidupnya yang gagal ia tangani, dan saya berkata, “Jika kamu tidak menghentikan dosa itu, saya tidak mau menerima uangmu.” Dengan menolak uang darinya, dari mana lagi saya bisa mendapatkan dana? Ia berasal dari kalangan orang yang sangat mampu untuk mengucurkan dana berjuta-juta dolar, dan jika saya bersedia menutup mata untuk persoalan yang satu itu, maka dana yang dibutuhkan pasti sudah tersedia. Kami bisa saja berkata bahwa pelayanan lewat radio membutuhkan dana besar, mari kita abaikan satu persoalan ini, akan tetapi saya tidak mau hal itu terjadi. Saya berkata, “Alasan kami untuk menolak uangmu adalah karena uang yang akan kamu sumbangkan itu tidak akan berkenan di hati Tuhan, kamu belum bertobat dari dosamu itu.” Sungguh tantangan yang luar biasa. Saya bisa saja menutup mata atas dosanya, tetapi saya tidak. Jika kita ingin mengerjakan sesuatu bagi Tuhan, kita harus mengerjakan dengan cara yang berkenan kepada-Nya, mengerjakan dengan cara-Nya, dan saya yakin bahwa Tuhan akan membuka jalan untuk memenuhi kebutuhan kami yang berjuta-juta dolar itu. Saya bisa berkata seperti ini sekarang karena saya memang tidak pernah meminta sumbangan apapun dari Anda semua untuk proyek ini. Dan saya bisa memberitahu Anda lebih jauh lagi yaitu bahwa kebutuhan itu telah dipenuhi. Anda tidak perlu kuatir akan proyek ini. Saya tidak bermaksud untuk memanfaatkan pembahasan ini agar Anda kemudian menyumbangkan dana untuk proyek tersebut. Tidak usah. Kebutuhannya sudah terpenuhi berkat kasih karunia Tuhan.


Cinta kepada Rumah Bapa

Poin yang keenam adalah cinta kepada rumah-Nya. Kita melihat hal itu di Yohanes 2:17. Jika kita ingin menangkap api dari Allah, salah satu hal yang perlu kita kerjakan adalah pergi melakukan sesuatu bagi rumah-Nya. Apa itu rumah? Bait-Nya. Apa itu bait-Nya? Di dalam Perjanjian Baru itu berarti tubuh Kristus, jemaat. Rumah Allah adalah di mana Allah berdiam. Dan Paulus berkata, “Kamu adalah Bait Allah Yang Hidup.” Jika Anda mencintai rumah-Nya, maka api itu sudah mulai membara. Pergi dan lakukanlah sesuatu. Banyak sekali orang Kristen yang terbenam di dalam persoalannya sendiri, selalu saja berkata, “Aku punya masalah ini, masalah itu, dan sebagainya.” Dan para pendeta seringkali terkuras waktu dan tenaganya hanya untuk menasehati jemaat yang berputar-putar di dalam lingkaran persoalan pribadi. Tahun demi tahun, persoalan mereka bertambah terus. Orang-orang ini tidak pernah masuk ke Tanah Perjanjian. Dan pelayan Tuhan terkuras tenaga serta waktunya untuk menangani orang-orang semacam ini, orang-orang yang hanya mementingkan diri serta masalahnya sendiri.

Saat api itu mulai menyala, Anda akan kehilangan fokus terhadap kepentingan pribadi Anda. Anda tidak lagi memikirkan urusan pribadi Anda, paling tidak hal itu akan semakin mengecil seiring dengan semakin besarnya api itu. Saat api mulai menyala, begitu banyak hal yang bisa Anda lakukan tanpa disuruh siapa pun. Jika Anda melihat ada orang di gereja yang sakit dan membutuhkan pertolongan, orang yang kesepian, yang ketakutan, Anda bisa mengangkat telpon Anda, menghubungi dia dan berbicara dengannya. Bukankah ini akan membuat Anda melupakan persoalan pribadi Anda untuk sementara dan membantu Anda memusatkan perhatian atas persoalan orang lain? Seseorang bertanya kepada saya, “Apakah Anda tidak pernah memiliki persoalan pribadi?” Saya jawab, “Tidak tahu, saya tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Waktu saya tersita untuk memikirkan persoalan orang lain. Mungkin saya memang punya masalah pribadi tetapi saya tidak tahu apa itu. Saya terlalu sibuk mengurusi yang lain.” Cobalah lakukan ini sekali waktu. Biarkan cinta Allah kepada rumah-Nya begitu membakar Anda sehingga Anda begitu menaruh perhatian kepada kesejahteraan saudara dan saudari Anda. Dan Anda akan terheran-heran, “Ke mana perginya persoalan saya? Saya tidak ingat lagi persoalan apa itu.” Bukankah itu ajaib? Dalam membantu orang lain, persoalan Anda sendiri lenyap. Saya yakin setiap orang punya persoalan.


Bersaksi bagi Tuhan

Poin yang ketujuh adalah bersaksi bagi Dia. Bersaksi adalah jalan untuk menerima api dari-Nya dan membagikan api itu. Seringkali, jika Anda tidak berbuat apa-apa bagi Tuhan, maka Anda tidak akan mengalami kuasa-Nya. Pada saat Anda mulai berbuat sesuatu bagi Tuhan, maka kuasa Tuhan datang kepada Anda. Dengan kata lain, kuasa itu tidak diberikan kepada Anda untuk dimasukkan ke dalam kantong, lalu Anda bebas keluyuran ke sana kemari dengan kuasa di kantong sambil mengagumi kuasa itu. Kuasa hanya diberikan saat Anda mengerjakan sesuatu, saat Anda melayani, saat Anda dengan setia menjalankan Firman-Nya, kuasa itu datang di saat Anda menjalankan Firman-Nya. Jika tidak berbuat apa-apa, maka kuasa itu tidak datang. Semakin Anda giat berkarya bagi Tuhan, termotivasi oleh kasih-Nya, semakin Anda mengalami keajaiban kuasa-Nya. Kadang kala di saat Anda sedang prihatin akan seseorang, dan mengasihinya dengan tulus dan kudus, lalu Anda berdoa bagi orang itu, Anda akan terkejut pada hal yang akan terjadi. Mungkin Tuhan akan memakai Anda untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi jangan mengutamakan karunia kesembuhan. Kesembuhan hanyalah sesuatu yang datang bersamaan dengan datangnya api itu. Jika Anda sedang terbakar oleh api bagi Tuhan, bahkan roh-roh takut kepada Anda. Mereka akan menjauh dari Anda karena mereka melihat api itu di dalam diri Anda. Anda memang tidak melihat api itu secara kasat mata. Orang lainlah yang bisa melihatnya. Pada waktu api yang kudus itu datang di hari Pentakosta, para rasul saling menatap satu dengan yang lain, dan mereka berkata, “Hey lihat! Ada api di atas kepalamu,” akan tetapi mereka tidak bisa melihat api di atas kepalanya sendiri, dan mereka hanya bisa berkata, “Di atas kepalamu juga ada.” Itulah keindahan dari kehidupan Kristen. Jadi di dalam menjalankan kehendak Allah, Anda akan mengalami Dia di dalam segala kepenuhan-Nya, di dalam kuasa-Nya.


Bersekutu dengan Orang yang memiliki Api

Poin yang terakhir. Ini adalah poin yang penting. Satu cara untuk menangkap api yang kudus itu adalah dengan bersekutu dengan mereka yang memiliki api itu agar mereka bisa membagikannya kepada Anda. Jika pendeta di gereja Anda adalah orang yang memiliki api itu, datangilah dia dan katakan, “Saya ingin selalu dekat dengan Anda agar bisa menerima api itu. Saya akan mengikut Anda sampai api itu menyala di dalam diri saya.” Di sinilah letak keindahannya. Seperti hubungan antara Elia dengan Elisa. Inilah pola pemuridannya. Elisa mengikut Elia sampai api itu menyala di dalam dirinya. Jika Anda bertemu dengan orang yang memiliki api itu, maka Anda sangat diberkati. Anda akan bisa menangkap api itu. Saya sudah menceritakan bahwa saya dulu memiliki dua pembimbing. Hari ini rasanya perlu saya sampaikan lagi. Tak mungkin Anda tidak bisa menangkap api itu jika Anda bersama dengan orang yang memiliki api karena begitu kuatnya kasih mereka kepada Tuhan. Kemuliaan api yang kudus itu akan menyebar dan gereja akan dibangkitkan lagi melalui Anda semua. Akan semakin banyak orang yang mengalami Allah melalui Anda. Banyak jiwa akan berubah. Api sanggup mengubah kehidupan.

Saya akan tutup sekarang karena waktunyan sudah habis. Saya hanya bisa berdoa dengan sepenuh hati kepada Tuhan kiranya Anda sekalian bisa memperoleh sesuatu dari pesan ini untuk Anda terapkan, agar Anda bisa tahu apa yang harus dikerjakan, agar kehidupan Anda menjadi perwujudan dari kemuliaan Allah. Ingatlah bahwa api itu adalah terang dan kemuliaan. Mari kita berdoa.

 

Berikan Komentar Anda: