Pastor Eric Chang | Matius 12:22-29 |

Hari ini kita melanjutkan pembahasan sistematis kita akan pengajaran yang luar biasa dari Yesus di Matius 12:22-29:

Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: “Ia ini agaknya Anak Daud.” Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.

Di pesan yang lalu, kita telah melihat kemuliaan Yesus. Kita melihat bahwa Yesus lebih besar daripada Daud, dia adalah Tuan bagi Daud, seperti yang disampaikan di Mazmur 110:1, Daud berkata, “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku.” Dan Anda ingat bahwa Yesus berkata, “Jika Daud adalah raja Israel, lalu siapakah tuannya itu?” Bagaimana mungkin anaknya sekaligus menjadi tuannya? Jadi kita telah melihat bahwa Yesus adalah Tuan (Lord) bagi Daud, dia juga adalah Tuan atas Bait Allah, dan dia juga Tuan atas hari Sabat. Sungguh besar kemuliaannya!


Setan, sang Iblis: musuh Allah dan kita

Namun dalam kutipan ayat-ayat yang kita baca ini, perhatian Yesus dipusatkan pada musuhnya, dan musuh kita juga, yaitu Iblis. Kata ‘Satan‘ sebenarnya bermakna musuh, lawan. Ini adalah kata Ibrani yang menjadi bagian dari bahasa Inggris (dan juga bahasa Indonesia). Bahasa Yunani untuk kata ini adalah diabolos, yang di dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan sebagai devil. Di ayat-ayat ini, kita melihat bahwa tema keseluruhannya adalah mengenai musuh bagi jiwa kita, dan kita sedang berhadapan dengan suatu hal yang sangat penting. Iblis itu nyata dan merupakan lawan yang sangat kuat dan mematikan. Berhadapan dengan dia, kita tidak akan pernah mampu memenangkan bahkan satu pertempuran pun, jika bukan karena darah Yesus, dan jika bukan karena Yesus tinggal di dalam diri kita. Jika Yesus tidak tinggal di dalam diri saya dan Anda, maka kita tidak akan punya peluang untuk menang menghadapi dia.

Iblis adalah makhluk yang memiliki kuasa serta kecerdasan yang sangat hebat, dan jika Anda tidak percaya akan keberadaan Iblis itu adalah karena Anda masih belum masuk ke dalam pekerjaan Allah. Setiap orang yang sudah masuk ke dalam pekerjaan Allah, dan benar-benar serius bekerja di ladang Tuhan, akan segera berhadapan dengan Iblis dalam beberapa kesempatan. Anda akan belajar untuk menghormati kekuatannya. Seperti pepatah yang sering saya kutip dari bidang ilmu militer kuno – Anda harus tahu keadaan Anda serta musuh Anda. Anda harus tahu kekuatannya dan juga harus tahu kelemahannya. Meremehkan lawan adalah hal yang fatal, terlalu memandang tinggi kemampuan lawan juga sangat fatal.

Terdapat banyak sekali kemungkinan untuk kita berbuat salah di dalam peperangan rohani. Ketepatan dalam menilai keadaan rohani adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan rohani. Sang musuh, yaitu Iblis, adalah pribadi yang sangat perlu diwaspadai. Namun, di sisi lain, dia tidak perlu ditakuti jika Anda adalah orang Kristen. Iblis mampu menimbulkan kerusakan yang sangat parah, baik secara rohani maupun jasmani. Saya katakan secara jasmani karena dia juga punya kekuatan jasmani. Saya sudah sering menyajikan contoh tentang kuasa Iblis. Dia bisa saja menyerang Anda secara langsung; atau dia juga bisa menyerang Anda melalui salah satu para anteknya, yaitu para roh jahat. Dia punya banyak pasukan, banyak anak buah; dan mereka semua adalah bala tentaranya.


Kisah nyata: upaya pembunuhan terhadap seorang Kristen oleh roh jahat!

Pernah terjadi suatu peristiwa yang menyangkut seseorang yang pekerjaannya adalah menjual Alkitab di bagian timur Inggris. Orang ini walaupun sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi ia masih tidak begitu percaya pada Iblis dan kuasanya, dan juga kuasa dari para roh jahatnya. Dia seperti banyak orang Kristen yang lainnya, yang secara teoritis mengakui adanya Iblis akan tetapi tidak begitu peduli akan hal ini. Kemudian dia sampai di sebuah desa di bagian Timur Inggris, dan menjual Alkitab serta buku-buku Kristen. Banyak orang yang menjalani pelayanan semacam ini di Inggris karena mereka merasa tidak begitu fasih berkhotbah atau mengajarkan Firman Allah, dan mereka berpikir bahwa setidaknya mereka bisa menjual Alkitab di tempat-tempat terpencil yang tidak terdapat toko buku Kristen di sana. Lalu sampailah dia di desa kecil ini, dan ketika mereka mengetahui bahwa dia menjual Alkitab, orang-orang di desa memberitahu dia tentang seorang wanita penyihir yang tinggal di kantor pos di kota. Perempuan ini adalah seorang dukun atau medium. Seorang medium adalah seorang yang memiliki hubungan langsung dengan roh-roh jahat, yang bisa berkomunikasi secara langsung dengan roh-roh jahat. Dan Anda akan terkejut jika mengetahui betapa banyaknya jumlah para medium ini. Tentu saja, mereka menjalankan kegiatan ini karena mereka mendapatkan keuntungan dari kegiatan ini. Sering kali mereka membuat perjanjian dengan Iblis, misalnya, mereka bisa tahu kuda yang akan menang dalam suatu balapan atau menebak angka lotere dengan angka yang tepat. Namun dengan bergulirnya waktu, mereka akan semakin dirasuki oleh roh jahat. Dan sudah merupakan suatu fakta dalam ilmu kejiwaan bahwa sebagian besar dari mereka mengalami kegilaan di akhir hidup mereka.

Setelah orang ini mendapat kabar tentang perempuan tersebut, dia lalu bergegas menuju ke kantor pos dan menaruh sebuah traktat di hadapan perempuan itu. Kisah ini disampaikan secara langsung oleh orang yang bersangkutan kepada saya,  bukan berasal dari orang ketiga, jadi saya bisa menyampaikannya kepada Anda tanpa perlu membumbuinya. Namun karena keterbatasan waktu, saya perlu memotong beberapa bagian dari kisah benar ini. Kisah ini merupakan suatu peringatan untuk tidak bermain-main dengan roh-roh jahat. Saat dia menaruh traktat itu di hadapan perempuan tersebut, perempuan ini menatap ke arahnya dengan tatapan mata yang tajam dan jahat, lalu dengan perlahan dia bangkit dan berkata, “Ikut aku!” Lalu dia pergi mengikuti perempuan itu, yang beranjak menuju ke lantai atas. Dia berpikir, “Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan kecil ini padaku?” Lagi pula, dia orang yang bertubuh besar dengan tinggi sekitar 180 senti, tentunya dia tidak perlu khawatir berhadapan dengan seorang perempuan kecil.

Lalu dia naik ke lantai atas bersama perempuan ini, dan di atas sana terdapat sebuah ruang pertemuan yang dindingnya dipenuhi dengan berbagai gambar yang aneh. Karena gambar-gambar tersebut sangat aneh, maka dia bertanya, “Tempat apa ini? Apa ini semacam pasar malam orang Mesir?” Dan perempuan itu mulai menjelaskan arti dari masing-masing gambar tersebut. Saat perempuan ini menunjukkan kepadanya ruang pertemuan para dukun, kawan ini mengingatkan perempuan itu untuk tidak melibatkan diri dengan roh-roh. Saat dia sedang memperingatkan perempuan ini, tiba-tiba saja perempuan itu berbalik menghadap ke arahnya, dengan posisi tangan seperti pemain kungfu. Dan mendadak, perempuan itu melompat ke arahnya. Kawan ini bercerita kepada saya, “Gerakan perempuan itu sangat cepat.” Kawan ini membawa pena di kantong jaketnya. Dalam sekejap saja, perempuan ini sudah menyambar pena itu dari kantongnya. Dengan kecepatan seperti itu, perempuan ini bisa menjadi seorang pencopet yang sangat gesit, demikian pikir kawan kita ini. Lalu perempuan itu mulai berkata-kata dalam bahasa yang aneh sambil meremas-remas pena itu. Kawan ini berkata, “Kembalikan pena saya!” Dia berkata, “jika Anda tidak mengembalikan pena saya, saya terpaksa harus menggunakan kekerasan untuk mengambilnya kembali.” Sambil tersenyum perempuan ini mengembalikan pena tersebut. Pada saat itu, si penjual Alkitab ini merasa bahwa urusan di tempat itu sudah cukup dan dia sudah muak dengan tempat itu, dan dia memasukkan pena itu ke kantongnya, sambil mengucapkan beberapa peringatan kepada perempuan itu, dia melangkah pergi.

Di sepanjang sisa hari itu, dia melanjutkan berjualan Alkitab dan tidak memikirkan lagi tentang kejadian dengan perempuan itu. Dia hanya menganggap bahwa perempuan ini orang yang sedikit gila. Pada malam harinya, dia begitu lelah dan saat naik ke tempat tidur dia segera terlelap.

Tengah malam, nafasnya sesak. Dia terbangun dan mendapati bahwa dia sedang tercekik. Seperti ada orang yang sangat kuat yang sedang mencekiknya dengan tenaga yang sangat besar – ingatlah bahwa kawan kita ini adalah orang yang tinggi besar dengan tenaga yang besar pula. Dia berpikir, “Matilah aku!” Dia tak bisa bernafas; lehernya tercekik. Lalu dia membuka matanya dan dia melihat dua mata yang aneh, berwarna kuning dan melotot ke arahnya. Dia berpikir, “Ini mustahil. Aku pasti sedang bermimpi.” Namun yang jelas saat itu dia memang sedang tercekik dan dia melihat ada dua mata aneh yang melotot ke arahnya. Lalu ceritanya kepada saya, “Saya mulai berdoa sekuat tenaga, namun tak ada sesuatu hal pun yang terjadi.” Akhirnya, dalam keputus-asaannya, dia berseru, “Yesus Krsitus!” Dan di saat kata ‘Yesus’ terucap dari mulutnya, terjadi hal yang ajaib. Dia berkata, “Saat nama Yesus ini terucap, makhluk tersebut mendadak pergi lewat pintu! Doa saya tidak membuat musuh ini takluk dan tampaknya tidak berakibat apa-apa padanya. Saat itu saya sudah hampir kehilangan kesadaran! Namun ketika saya berseru, ‘Yesus!’ tiba-tiba saja makhluk ini pergi. Ia pergi begitu saja lewat pintu yang tertutup!”

Tak ada satu hal pun yang bisa membuat orang ini takut. Dia melompat untuk mengejar makhluk tersebut. Dia berteriak, “Tunggu dulu! Kamu tidak bisa pergi begitu saja!” Orang ini benar-benar tidak mengenal rasa takut. Dia bergegas keluar, nyaris saja dia menabrak pintu karena dia lupa bahwa pintu itu tertutup. Dia lalu membuka pintu dan berlari keluar, dan tentu saja, di luar tidak terlihat apa-apa. Kemudian, dia kembali ke tempat tidurnya, meraba tenggorokannya sambil merenungkan kejadian yang baru saja berlangsung. Dan ketika dia merenungkan kejadian itu, terpikir olehnya, “Ah! Itu dia! Sekarang aku tahu apa yang dikerjakan oleh perempuan itu terhadap penaku.” Perempuan itu sedang mengerjakan semacam kutukan terhadap dirinya, dan kuasa musuh kemudian bekerja  melawan dia. Setelah kejadian itu, dia berkata kepada saya, “Saya mengakui kurangnya pengalaman saya di bidang peperangan rohani. Sebelum menaurh kembali pena itu ke dalam saku saya, seharusnya saya berkata, “Tuhan, hancurkanlah kuasa musuh dengan darah-Mu yang mulia.'” Dan karena dia tidak meminta, maka dia tidak menerima, dan karena dia tidak menerima perlindungan serta kuasa yang dia butuhkan, maka dia terjerat ke dalam masalah. Allah mengizinkan hal itu terjadi untuk memberinya suatu pengalaman dan dia mempelajari sesuatu yang sangat penting.


Roh jahat bisa membuat seseorang buta dan bisu

Musuh menyerang dengan berbagai cara, sebagai contoh, di bagian awal dari perikop ini, kita menemukan keterangan tentang orang yang menjadi buta dan bisu karena kuasa musuh, karena roh jahat telah membuatnya buta dan bisu. Alkitab membedakan dua macam penyakit, dan Anda harus tahu persis akan hal ini. Yang satu adalah jenis penyakit jasmani, yang terjadi secara alami. Demikianlah, misalnya, di Yohanes pasal 9, ada seorang buta tetapi ia buta bukan karena sedang kerasukan. Dia buta sejak lahir; penyakitnya adalah penyakit jasmani biasa. Dan selanjutnya, ada lagi jenis seperti yang kita temukan dalam perikop ini, yaitu tentang orang yang buta bukan karena sesuatu masalah jasmani melainkan oleh karena roh jahat.

Tidaklah benar jika dikatakan bahwa di dalam Alkitab, segala penyakit disebabkan oleh roh jahat; ini sama sekali tidak benar. Seperti yang telah saya sampaikan, Alkitab membedakan dengan tegas dua macam penyakit itu. Demikianlah, orang yang lumpuh selama 38 tahun, dan sedang menunggu di tepi kolam tidak disebutkan bahwa penyakitnya diakibatkan oleh Iblis. Akan tetapi, di dalam perikop yang kali ini, dengan jelas disebutkan bahwa kasus ini berkaitan dengan roh jahat.

Dan di dalam perikop ini, Yesus bertindak mengusir roh jahat. Kuasa yang sama telah dipercayakan kepada orang-orang Kristen, sebagaimana yang telah Anda lihat di saat kita mempelajari Matius pasal 10. Yaitu, jika Anda adalah seorang murid Kristus yang sejati, maka Anda juga akan memiliki kuasa itu. Saat Yesus mengusir Iblis dari dalam diri orang ini, tentu saja, orang ini kemudian bisa melihat dan berbicara. Dan ayat 23 memberitahu kita bahwa masyarakat yang melihat sangat ditakjubkan. Mereka berkata, “Apakah dia ini Anak Daud.” Yaitu, Raja yang dijanjikan, yang akan menyelamatkan Israel. Ini adalah ungkapan lain yang bermaksud untuk memastikan, ” Aapakah ini Mesias?” Akan tetapi orang-orang Farisi berkata, “Dia melakukan semua itu atas kuasa Beelzebul.” Beelzebul adalah nama lain dari Iblis. Ini adalah nama yang biasa dipakai oleh orang Yahudi, sedangkan di lingkungan orang Kristen, kita cenderung memakai nama “Iblis”. Kata Beelzebul adalah kata Ibrani untuk “Iblis”. Jadi orang-orang Farisi sebenarnya sedang berkata, “Dia itu mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Ibllis.”


Belajar dari Yesus tentang cara dia menangani Iblis dan pengikutnya

Ingatlah bahwa kata ‘iblis itu memiliki arti pemfitnah atau pendakwa. Iblis selalu mendakwa manusia. Dia selalu mendakwa manusia di hadapan Allah; dia selalu mendakwa manusia di hadapan manusia. Tindakan memfitnah atau mendakwa adalah dosa yang sangat serius. Sebelum Anda berbicara yang buruk-buruk tentang seseorang, ingatlah akan hal ini. Jika yang Anda bicarakan itu adalah seorang hamba Allah, maka tanggung jawab Anda akan sangat besar, karena itu berarti Anda sedang menjalankan pekerjaan Iblis. Kita akan kembali ke poin yang ini sesaat lagi.

Orang-orang Farisi itu sedang melakukan pekerjaan Iblis, mereka memfitnah Yesus. Jika Anda sedang mengerjakan sesuatu bagi Allah dan ada orang yang berkata, “Nah, kamu ini sebenarnya adalah pengikut Iblis.” Apa perasaan Anda?


Pikiran yang jernih

Hal yang mengesankan di sini adalah tanggapan dari Yesus yang tenang dan tidak emosional. Dia tidak menjadi panas hati, dia tidak menjadi marah. Tidak adanya tanda-tanda kemarahan dalam diri Yesus. Malahan, dia berbicara dengan tenang kepada mereka, untuk menunjukkan kebodohan mereka. Dia berkata, “Setiap kerajaan yang terpecah belah pasti akan runtuh. Tidakkah kalian menyadari hal itu? Jika Iblis yang melakukannya, ini hanya suatu pertunjukan saja; ia tidak akan mau untuk benar-benar mengusir roh jahat. Namun jika roh jahat itu tidak terusir, maka kalian akan bisa melihat sendiri bahwa orang ini akan tetap buta dan bisu. Jadi, jika roh jahat itu benar-benar terusir, maka orang ini tidak buta dan bisu lagi. Tidak dapatkah kalian melihatnya sendiri?

Jika roh jahat itu benar-benar terusir, maka tidaklah mungkin ini merupakan hasil pekerjaan Iblis, karena jika demikian halnya, maka itu berarti Iblis mengusir Iblis. Jadi, sekarang roh jahat itu benar-benar sudah terusir dari orang ini, apa kesimpulan Anda?

Jika Iblis mengusir Iblis, maka itu berarti dia sedang menghancurkan dirinya sendiri. Inilah tanggapan pertama Yesus. Hal pertama yang bisa kita lihat adalah suatu kejernihan pemikiran.

Sering kali, dalam perkara-perkara rohani, hal yang Anda butuhkan hanyalah berpikir sedikit lebih jernih. Namun pemikiran di dalam bidang kajian agama seringkali tidak jernih dan tajam. Kadang kala, bahkan orang-orang Kristen bisa mengucapkan hal-hal yang sangat tidak masuk akal. Ada yang mengajukan eksegese yang sepenuhnya salah tanpa menyadari bahwa uraian itu benar-benar keliru.  Ada begitu banyak kekaburan, kurangnya kejernihan pikiran, dan ini sering terjadi di bidang kajian agama.

Demikianlah, ketika Yesus mengungkapkan kepada orang-orang Farisi tentang betapa ngawur, betapa tidak logis, betapa bodohnya penalaran mereka, mereka tidak mampu menjawabnya. Menjadi orang Kristen itu bukan berarti menjadi orang yang tidak rasional atau bodoh. Sekali pun kita tidak bergantung pada penalaran manusiawi, namun seseorang yang telah ditebus seharusnya juga mengalami penebusan di dalam cara berpikirnya. Jika roh kita telah dibebaskan, seharusnya cara berpikir kita juga dimerdekakan.

Dan Yesus juga menyampaikan hal yang lainnya, “Baiklah! Jika kalian berkata bahwa aku mengusir Iblis dengan kuasa Iblis,” suatu hal yang tidak masuk akal, “maka aku ingin bertanya, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Beritahu aku dengan kuasa siapa mereka mengusir setan?” (ay.27)


Ketenangan

Yesus melanjutkan dengan ucapan yang diawali dari ayat 28, perhatikan kerendahan hati yang terkandung di dalam ucapan Yesus, “Tetapi jika.”; tidak ada dogmatisme dalam ucapannya.

“Tetapi jika Aku mengusir Setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”

Ini adalah  pokok kedua yang sangat indah di dalam sikap hati Yesus. Dia tidak berkata kepada mereka, “Dengarkan! Aku mengusir roh jahat dengan Roh Allah,” kemudian dia menggebrak mimbar. Dia bukan pribadi yang kaku, bukan pribadi yang tidak bisa memberi penjelasan, dan ini adalah hal yang sangat luar biasa. Dia berkata, “Jika aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka kalian akan berada dalam masalah, sobat.”

Apa yang diajarkan oleh sikap hati Yesus kepada kita? Ia mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat penting di dalam peperangan kita melawan Iblis. Orang yang berteriak-teriak adalah orang yang sangat gugup karena mereka tidak yakin apakah mereka memang benar. Pernahkah Anda berbicara dengan seorang Kristen dan ketika Anda menanyai dia sedikit saja, dia sudah mulai gelisah dan menjadi agresif? Dan semakin dia tidak mampu menjawab pertanyaan Anda, maka semakin agresif dia jadinya, “Ah! Kamu menentang Allah,” katanya kepada Anda.” “Kamu mengeraskan hatimu.” Dan karena dia tidak bisa menjawab pertanyaan Anda, maka dia merasa perlu untuk menekan Anda dengan ucapan-ucapan semacam itu.

Jika Anda berbicara dengan seorang Kristen yang tahu persis tentang kebenaran, maka Anda akan melihat adanya satu ketenangan yang pasti di dalam dirinya, dia tidak tergesa-gesa berusaha memenangkan perdebatan. Namun mereka yang berada dalam posisi yang salah, biasanya adalah mereka yang paling dahulu naik darah.

Saya teringat dengan peristiwa debat terbuka, di mana pada saat itu saya ditantang oleh beberapa orang dari suatu aliran Kristen yang dianggap umum sebagai telah menyimpang. Saya tidak menantang mereka, merekalah yang menantang saya untuk ikut dalam debat terbuka, dan saya berkata, “Baik.” Saya menerima tantangan itu demi kepentingan orang lain, bukan karena saya senang menikmati perdebatan. Dan perdebatan ini menjadi ilustrasi yang sangat cocok untuk pokok yang sedang kita bahas ini, semakin terdesak mereka, semakin cepat marah mereka. Semakin tidak mampu mereka membuktikan pandangan mereka berdasarkan Firman Allah, semakin besar kemarahan mereka. Dan pada akhir acara, mereka benar-benar mendidih dalam kemarahan. Dan pihak yang berbicara demi Firman Allah, tetap berada dalam ketenangan dan kesejukan. Kebenaran akan menang pada akhirnya, dan kami tidak perlu emosi.

Saya selalu katakan bahwa menjadi seorang Kristen, Anda harus memiliki sikap hati yang mengasihi kebenaran, bukannya sikap keras kepala membela satu doktrin tertentu, bertengkar demi doktrin tersebut. Jika doktrin yang saya pegang ini salah, maka saya akan sangat bersyukur jika Anda bersedia meluruskan saya, karena kebenaranlah yang kami kasihi. Jika apa yang saya katakan ini benar, saya tidak merasa perlu untuk menjadi panas hati, kebenaran akan muncul sendiri. Atau, jika orang tidak mau mendengarkannya, maka saya tidak akan memaksa untuk melanjutkan argumen saya. Dengan berubahnya wajah saya menjadi merah tidak akan membuat orang itu menjadi yakin. Dan saya belajar tentang sikap hati yang indah ini dari Yesus. Dia mengasihi kebenaran. Dia tidak bertengkar demi reputasi-nya. Dia sedang difitnah dengan tuduhan yang sangat serius tetapi dia tidak menjadi marah. Sungguh ajaib!

Anda bisa coba berkata kepada seorang pendeta, “Kamu berbicara seperti iblis.” Oh! Saya rasa Anda akan segera dilempar keluar gereja! Anda akan berada dalam masalah besar.  Jika pernah ada orang yang berkata seperti itu kepadanya, saya berdoa kepada Allah agar kiranya kita bisa bereaksi sama seperti Yesus, yang berusaha membantu orang-orang Farisi itu dengan ucapan yang jernih, logika yang jelas dan bukannya dengan ancaman atau tekanan.

Itulah alasan mengapa saya meluangkan waktu untuk pokok-pokok ini karena jika Anda ingin menangani Iblis, lalu Anda kehilangan kendali emosi, itu adalah jalan tercepat untuk terjerat ke dalam jebakannya. Itulah tepatnya hal yang dia inginkan dari Anda. Kehilangan kendali emosi adalah jalan tercepat untuk jatuh ke dalam lubang jebakannya. Tetapi jika Anda tidak mengasihi diri Anda sendiri, jika Anda tidak mencintai reputasi Anda, dan Anda hanya mengasihi kebenaran tanpa peduli apa pun yang terjadi dengan reputasi Anda, maka Anda tidak akan jatuh ke dalam jebakan Iblis.


Iblis adalah “seorang yang kuat, yang bersenjata lengkap”

Yesus sampai pada poin yang ketiga dalam jawabannya kepada orang-orang Farisi yang menuduh dia. Dia berkata, “Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu?” Yang sedang Yesus sampaikan adalah, “Tahukah kalian apa yang sedang aku kerjakan? Dalam mengusir keluar roh jahat, aku sedang mengikat orang kuat itu.” Dengan tenang dan sabar Yesus menjelaskan kepada orang-orang Farisi yang buta dan dengki itu tentang hal yang sedang dia kerjakan. Yesus berkata, “Kerajaan Allah datang untuk memerdekakan kamu, karena sekarang ini, kamu sedang dibelenggu oleh seorang yang kuat.” Siapakah orang yang kuat itu? Dia adalah Iblis. Perhatikanlah cara Yesus menggambarkan Iblis.

Sekarang ini, saya sering mendengar para pendeta yang berkata, “Iblis adalah musuh yang sudah dikalahkan dan dihancurkan.” Mungkin maksud mereka adalah, Anda tidak perlu lagi khawatir tentang Iblis; dia sudah tidak berarti apa-apa lagi. Ini adalah kebenaran yang separuh, dan hal yang sangat berbahaya. Yesus tidak meremehkan lawannya. Dia menggambarkan Iblis sebagai orang kuat, bukan sekadar orang yang kuat, bahkan lebih dari itu, dia adalah seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata, hal ini bisa kita lihat dalam ayat paralelnya di Lukas 11:21. Penilaian yang sangat mengesankan: seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata, dengan pakaian tempur, dan pedang yang siaga di tangannya.

Pengajaran Yesus sangat berbeda dari ajaran kebanyakan pendeta. Dia tidak berkata, “Kamu boleh mengabaikan Iblis, dia sudah dihancurkan, dia sudah dikalahkan, kamu boleh melangkahinya.” Anda tidak akan bisa melakukan hal tersebut. Iblis masih bersenjata lengkap sampai dengan hari ini. Dia masih utuh perlengkapannya dan masih mampu membuat kerusakan yang sangat parah pada diri Anda.

Itu sebabnya mengapa rasul Paulus berkata di Efesus 6,

“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, dan bertahanlah.”

Dia bahkan tidak berkata “majulah,” tetapi, setidaknya, Anda bisa bertahan di tempat Anda berada. Maksud Paulus adalah bahwa sekali pun Anda sudah lengkap mengenakan persenjataan Allah, Anda mungkin hanya bisa sekadar bertahan saja, lupakan urusan menyerang. Anda tahu bahwa hamba Allah yang satu ini, rasul Paulus ini adalah prajurit rohani yang sudah sangat berpengalaman. Dia berkata, “Kami tidak gegabah menghadapi jurus-jurusnya. Kami tahu bahwa dia adalah lawan yang sangat kuat, dia adalah lawan yang sangat cerdas.” Paulus sedang memperingatkan kita.

Rasul Petrus menggambarkan hal yang sama. Dia memperingatkan kita di 1 Petrus 5:8 bahwa,

“Lawanmu, si Iblis itu seperti singa yang mengaum mencari orang yang dapat ditelannya.”

Perhatikan gambaran yang diberikan, singa adalah hewan yang sangat kuat. Petrus tidak meremehkan lawan lalu menggambarkan dia seperti ulat atau cacing. Tidak, Iblis itu seperti singa, yang sangat lengkap bersenjata, dan dengan tinju yang kuat. Dan Petrus sedang berbicara kepada orang-orang Kristen yang ingin ditelan oleh Iblis. Kata ‘menelan (devour)’ ini berarti memakan habis sekali telan, yaitu menghancurkan Anda sepenuhnya. Orang-orang non-Kristen sudah berada di bawah belenggunya. Jadi Petrus mengingatkan orang-orang Kristen untuk berwaspada.


Iblis melangkah masuk ke tengah Gereja dengan doktrin ‘sekali selamat tetap selamat’

Namun sekarang ini, kita melihat doktrin lain di tengah Gereja yang menjamin bahwa bahaya itu tidak ada sama sekali. Tampaknya Gereja zaman sekarang ini dijejali oleh berbagai ajaran yang dirancang untuk menina-bobokan kita di tengah peperangan. Tampaknya Iblis memang sudah melangkah masuk ke dalam Gereja. Kita diajari bahwa sekali selamat kita akan tetap selamat, dan oleh karena itu, Iblis tidak akan pernah bisa menelan Anda. Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal semacam itu. Buat apa Anda repot-repot mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah kalau, bagaimana pun juga, Anda sudah tidak terkalahkan, karena Anda ini ‘sekali selamat tetap selamat’? Panah berapi dari pihak lawan terhadap Anda tidak akan dapat berbuat apa-apa terhadap Anda. Demikianlah, doktrin yang terlihat sangat menenteramkan, ternyata adalah doktrin yang sangat membinasakan!

Jika kita tidak bisa ditelan oleh singa yang mengaum-aum, lalu apa yang sedang disampaikan oleh Petrus kepada kita? Apakah dia sedang membual? Atau dia hanya sekadar sedang menggertak kita? Tetapi Petrus tidak berkata, “Waspadalah! Musuh besarmu, sang singa itu mungkin akan datang dan menjilat tanganmu.” Dia tidak berkata, “Dia mungkin akan datang untuk menggelitik kupingmu.” Atau bahwa dia mungkin akan mengunyah kaki Anda sedikit. Dia tidak menyampaikan hal-hal semacam itu. Petrus berkata, “Iblis akan memakanmu, ia akan menelanmu.”

Namun kita diajari, “Oh, tidak, tidak! Jangan kuatir! Sekali selamat, maka kamu akan tetap selamat. Buat apa kuatir akan hal itu?” Izinkan saya bertanya kepada Anda, apakah doktrin ini berasal dari Allah atau bukan? Silakan Anda nilai sendiri. Tak heran jika sekarang ini, jika kami berbicara tentang Efesus 6, mereka berkata, “Buat apa repot-repot mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, mengenakan ketopong keselamatan. Untuk apa? Kita baik-baik saja tanpa ketopong dan perlengkapan senjata itu. Kita telah diselamatkan untuk seterusnya.”

Namun, setiap kali saya memperingatkan tentang doktrin ‘Sekali selamat tetap selamat’ ini, orang-orang lalu berkata, “Hei! Bukankah ini doktrin dari Gereja?” Saya tidak tahu apa itu doktrin Gereja, karena yang saya bicarakan adalah Firman Allah. Saya tidak peduli dengan sebuah doktrin jika tidak bisa dibuktikan menurut Firman Allah. Saudaraku yang terkasih, yang saya pedulikan adalah diri Anda, bukannya doktrin. Yang membuat saya cemas adalah adanya orang-orang yang lebih mementingkan doktrin ketimbang jiwa-jiwa manusia. Dan sebagaimana yang telah kita lihat di pesan yang lalu, hal itulah tepatnya yang dilakukan oleh orang-orang Farisi; mereka lebih peduli pada doktrin mereka ketimbang pada kehidupan orang-orang. Inilah alasan mengapa mereka begitu membenci Yesus: Yesus menginjak-injak doktrin mereka dan Yesus melakukan hal itu karena dia sangat mengasihi manusia.

Dari ayat 9 sampai 14, yang tidak kami bahas hari ini, Anda akan menemukan tentang seseorang yang mati sebelah tangannya di dalam rumah ibadat tersebut, dan kemudian Yesus berkata, “Apakah salah menyembuhkan seseorang atau berbuat baik di hari Sabat?” Dia berkata kepada orang-orang Farisi, “Kalian para ahli Kitab, berilah jawaban.” Menurut doktrin orang-orang Farisi hal itu tidak diperbolehkan. Anda tidak boleh menyembuhkan orang sakit di hari Sabat. Lalu Yesus berkata, “Jika salah satu dari dombamu jatuh ke dalam lubang pada hari Sabat, akankah kamu biarkan domba itu mati di dalam lubang pada hari Sabat itu? Setiap orang dari kalian pasti akan menolong domba kalian dari lubang itu di hari Sabat. Bukankah jauh lebih berharga manusia dari pada seekor domba?” Anda bisa baca itu semua di Matius 12:11-12.

Doktrin di sinagoga, doktrin orang-orang religius di sana melarang hal itu, mereka berkata, “Uraian dari Alkitab kita (Perjanjian Lama) menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dikerjakan.” Doktrin mereka dilandaskan pada Alkitab, demikianlah menurut pengakuan mereka. Namun Yesus berkata bahwa setiap doktrin yang menilai manusia lebih rendah daripada doktrin itu sendiri bukanlah doktrin yang berasal dari Allah. Dia berkata, “Jika kamu belum mengerti bahwa belas kasihan lebih penting daripada persembahan, yaitu tindakan-tindakan religius, maka kamu belum mengerti apa itu pekerjaan Allah.”

Apakah belas kasihan itu? Dapatkah dikatakan sebagai suatu tindakan yang berbelas kasihan jika Anda berkata, “Di luar sana ada singa yang sedang berkeliaran. Jalan saja ke sana. Singa itu tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadapmu. Dia tidak punya kekuatan lagi. Dia memang punya gigi tetapi dia tidak akan menjamahmu.”? Mungkin ini karena Anda tidak percaya bahwa Iblis adalah singa yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan Anda (dan jika Anda tidak percaya akan hal itu, berarti Anda masih belum percaya pada Firman Allah). Kamu telah diberitahu bahwa “sekali selamat maka Anda tetap selamat”, Anda tidak akan pernah dilukai. Saya minta Anda menetapkan sendiri ajaran mana yang benar-benar berasal dari Allah, karena keduanya tidak mungkin benar secara bersamaan; kedua pandangan ini sangat bertentangan. Jika Anda pikir bahwa seekor singa tidak akan bisa melukai seorang Kristen, coba saja biarkan anak-anak berkeliaran di Taman Safari, saya ingin tahu apakah Anda percaya atau tidak. Sungguh tidak masuk akal tindakan yang mengajarkan hal yang sama sekali tidak benar, dengan berkata bahwa musuh tidak akan bisa melukai kita sekalipun dia sangat besar kekuatannya, atau mengajari orang bahwa musuh itu tidak nyata.

Yesus mengajari murid-muridnya untuk berdoa, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat.” Dan doa itu diajarkan kepada orang-orang Kristen, bukan kepada orang-orang yang tidak percaya. Namun mereka berusaha meyakinkan kita bahwa kita tidak perlu memedulikan masalah pembebasan dari yang jahat karena “sekali dibebaskan maka kita akan tetap bebas”.

Jadi apakah rasul Petrus dan Paulus mempersoalkan sesuatu yang tidak ada.  Apakah, paling banyak, Iblis hanya akan mengunyah sedikit jari-jari Anda, akan tetapi dia tidak akan bisa mencelakakan Anda? Paulus berkata, “Kenakanlah baju zirah supaya panah berapi dari Iblis tidak mengenai jantungmu.” Dan jika panah berapinya ditembakkan ke jantung Anda, ini bukan sekadar masalah jari yang dikunyah, Anda tentu tahu apa yang terjadi jika panah menembus jantung Anda! Renungkanlah Firman Allah dengan baik. Saya tidak peduli apa kata Gereja atau pendeta-pendeta yang lain tentang saya, yang saya pedulikan adalah kesejahteraan kekal Anda.


Karakteristik Iblis

 (1) Yesus menggambarkan Iblis sebagai orang kuat. Yesus tidak meremehkan Iblis yang mampu menimbulkan kerusakan besar karena Iblis bersenjata lengkap sebagaimana yang bisa dilihat di ayat-ayat paralelnya di Lukas 11:21-22.

 (2) Hal lain yang berkaitan dengan kekuatannya adalah bahwa dia memiliki kekuasaan atas mereka yang berada di bawah kendalinya dan kekuasaan itu tidak perlu diragukan lagi, bukan saja dia itu sangat kuat, tetapi dia juga memiliki kekuasaan.

 (3) Dan poin ketiga adalah adalah bahwa Iblis digambarkan sebagai satu pribadi, bukannya satu benda.

Kejahatan tidak lebih abstrak daripada kebaikan. Kebaikan dan kejahatan bukanlah hal yang abstrak. Dengan kata lain, saya memang tidak bisa menunjuk kepada sesuatu hal dan berkata, “Lihat, ini ada sepotong kejahatan.” Kejahatan maupun kebaikan tidak akan hadir tanpa adanya pribadi-pribadi yang menjalankannya. Tidak akan ada kebaikan di alam semesta ini jika tidak ada pribadi yang baik. Dengan kata lain, jika kebaikan hanya hadir bersama keberadaan manusia, maka jika umat manusia ini ditiadakan, tentunya tidak akan lagi yang namanya kebaikan atau kejahatan. Saya percaya bahwa ini bukanlah filsafat yang terlalu mendalam bagi Anda.

Dengan memahami hal itu, maka Anda juga akan mulai mengerti mengapa Alkitab berkata hanya Allah saja yang baik; segala kebaikan bersumber kepada Allah; Dia adalah perwujudan dari kebaikan; Iblis adalah perwujudan dari kejahatan, jika tidak ada Iblis maka tidak akan ada hal yang namanya kejahatan.


Kristus berkemenangan atas Iblis, tetapi Iblis masih belum menyerah

Yesus melanjutkan, “Satu-satunya jalan bagi kamu untuk bisa membebaskan orang-orang dari belenggu Iblis adalah dengan melumpuhkan dan membatasi kekuatan Iblis.” Kita tidak boleh memandang bahwa Iblis telah diikat sekali untuk selamanya. Banyak penginjil yang memberi kita pandangan bahwa Iblis telah diikat di Kalvari dan sejak saat itu, dia telah dibelenggu untuk selamanya. Dan karena Iblis telah dibelenggu di Kalvari, sekarang ini Iblis hanyalah tawanan perang yang malang dan tidak berdaya apa-apa, dengan tangan yang terikat di belakang. Tak ada doktrin semacam itu di dalam Alkitab.

Jika memang demikian halnya, berarti apa yang diperingatkan oleh Paulus di dalam Efesus 6:12 dan oleh Petrus di 1 Petrus 5:8 semuanya tidak perlu. Yesus tidak mengatakan bahwa Iblis sudah diikat untuk selama-lamanya. Sebagai contoh, saat orang yang buta dan bisu ini dibebaskan, maka di dalam kasus ini saja Iblis diikat, kuasanya atas orang ini dihancurkan.

Kita sekarang ini sedang menjalankan perang pembebasan dari jiwa ke jiwa, dari satu orang ke orang yang lain. Kita sedang menjalankan pertempuran Stalingrad rohani. Anda tahu bahwa pertempuran di Stalingrad merupakan contoh paling menonjol tentang pertempuran jarak dekat, pertempuran mati-matian. Dalam pertarungan ini, pasukan Jerman dan Rusia berperang memperebutkan Stalingrad dengan sangat susah payah; mereka hanya bisa maju beberapa meter saja setiap harinya; begitu sengitnya pertempuran ini. Mereka harus bertempur untuk merebut setiap jengkal tanah, setiap ruangan, setiap jalan, dari rumah ke rumah, dari kamar ke kamar.

Anda bisa saja berkata bahwa pihak yang satu lebih kuat daripada pihak yang lain. Memang benar bahwa kuasa Kristus berjaya atas Iblis, akan tetapi “kemenangan” itu tentunya tidak akan ada tanpa pertempuran.


Iblis baru akan diikat sepenuhnya di Wahyu 20:2

Di Kalvari, kuasa musuh memang dijebol. Itu adalah suatu titik balik. Di dalam sejarah, akan selalu ada titik balik pada setiap pertempuran. Hasil akhir dari peperangan kedua pihak memang masih belum pasti, namun ada satu pertempuran yang menentukan hasil akhir itu, dan sejak saat itu, pertempuran berjalan ke satu arah. Ada satu titik di dalam Perang Dunia II, di mana setiap orang tahu bahwa Jerman sudah kalah. Namun ini tidak berarti bahwa tentara Jerman lalu meletakkan senjata mereka dan menyerah sejak saat itu. Mulai dari titik itu, pertempuran tetap sama sengitnya seperti pertempuran yang sebelumnya, akan tetapi kemenangan sudah berada di pihak sekutu.

Mulai dari titik di Kalvari, Iblis memang sudah dikalahkan. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ia telah meletakkan senjatanya; dia masih belum menyerah. Dia masih melanjutkan pertempuran. Dan meskipun sejak titik balik itu tentara Jerman sudah pasti akan dikalahkan, namun mereka masih tetap memakan korban, dan memang banyak tentara sekutu yang kehilangan nyawanya. Sejak pendaratan di Normandia, pihak sekutu sangat yakin bahwa mereka akan menang, jika tidak, tentunya mereka tidak akan meluncurkan pendaratan itu. Namun tahukah Anda berapa banyak nyawa harus dikorbankan untuk melakukan pendaratan itu?

Demikian pula halnya, Iblis memang pasti akan kalah. Dia telah dikalahkan di Kalvari, akan tetapi dia masih belum menyerah. Senjatanya masih tetap mematikan, dan bidikannya masih jitu. Dia sangat terlatih dalam bertempur. Itulah sebabnya mengapa Paulus mengingatkan, “Ya, musuh memang sudah dikalahkan namun dia masih mampu memakan banyak korban dari antara kalian.” Alkitab memberitahu kita bahwa Iblis baru akan diikat sepenuhnya di  Wahyu 20:2. Hanya pada saat itulah Iblis baru dilemparkan ke dalam lubang tanpa dasar. Dan peristiwa itu masih lama baru akan terjadi. Jika Anda mempelajari Alkitab, pelajarilah dengan cermat. Artinya, sampai dengan saat ini, dia masih sangat perkasa dan masih punya kekuatan besar untuk menimbulkan kerusakan. Dia punya kuasa untuk membunuh, membinasakan, dia masih bisa menelan Anda. Jangan keliru memahami hal itu. Dia bisa menembakkan panah berapinya langsung ke jantung Anda, dan jangan biarkan orang lain membohongi Anda. Dia bisa membinasakan Anda secara harfiah jika Anda tidak berjaga-jaga. Berulang kali Yesus mengingatkan pada muridnya, “Berjaga-jagalah dan berdoalah! Berjaga-jaga dan berdoalah agar kalian tidak jatuh ke dalam pencobaan.” Berulang kali, dia memperingatkan murid-muridnya, “Waspadalah! Musuh sangat kuat!”


Berjaga-jaga dan berdoalah! Waspadalah terhadap musuh Anda!

Namun penginjil mana di zaman sekarang ini yang memperingatkan kita untuk berjaga-jaga dan berdoa? Berjaga-jaga dan berdoa terhadap apa? Anda tentu tidak akan berjaga-jaga dan berdoa terhadap musuh yang sudah dikalahkan serta dihancurkan. Anda tentunya tidak akan menguatirkan musuh semacam itu. Saya mohon, saudara-saudara, perhatikan lagi perbedaan antara kedua ajaran tersebut, karena kesejahteraan kekal Anda bergantung kepadanya.

Sama halnya dengan Yesus, saya berharap agar Anda berjaga-jaga dan berdoa karena musuh akan mampu untuk mengalahkan Anda jika Anda tidak melakukannya. Janganlah Anda berkata, “Aku orang Kristen. Aku akan baik-baik saja seterusnya. Tak peduli bagaimana aku akan berperilaku, tidak kira bagaimana aku menjalani kehidupan ini, aku boleh berbuat dosa sebanyak yang aku mau, mungkin aku akan sedikit terluka, sedikit didisiplin, namun tidak masalah, karena tempat buatku di surga sudah disiapkan.”

Jangan percaya pada omongan semacam itu sobat, karena jika Anda percaya akan hal semacam itu, maka saya mungkin tidak akan menjumpai Anda di sana pada Hari itu. Iblis suka pada doktrin ini. Tak ada hal yang lebih disukai oleh seorang petinju ketimbang menurunnya kewaspadaan lawannya. Doktrin semacam ini sebenarnya menyuruh Anda untuk, “Menurunkan kewaspadaan Anda, karena tidak ada bahaya apa-apa.” Akan tetapi, beberapa penginjil dan pendeta, yang dengan muka yang memerah akan berkeras membela doktrin yang berkata, “Sekali selamat tetap selamat” ini. Dengan mengajarkan doktrin yang menyuruh Anda untuk tidak perlu berjaga-jaga dan berdoa; Anda boleh berpuas diri; Anda tidak perlu kuatir. Doktrin semacam itu adalah sumber bencana di sepanjang masa!

Jika saya naik ring tinju melawan seseorang, saya akan senang sekali jika ada orang lain memberitahu lawan saya, “Kau tahu, orang yang akan menjadi lawanmu di atas ring nanti adalah orang yang tidak ada apa-apanya. Jangan kuatirkan dia. Kamu cukup pukul dia sekali saja dan dia pasti sudah jatuh tergeletak.” Dengan demikian, lawan saya akan berpikir, “Oh! Orang ini memberitahu bahwa lawanku nanti adalah lawan mudah, kalau begitu aku tidak perlu berlatih keras, aku tidak perlu melatih tubuhku. Urusannya pasti gampang, santai saja. Nikmati saja kue tart ini.” Yang begini bagus sekali! Orang yang mengindoktrinasi lawan saya dengan cara seperti itu jelas sangat berguna buat saya. Malahan, saya mungkin akan menyuruh salah satu teman saya, untuk berpura-pura menjadi temannya dan berkata, “Kau tahu orang itu? Dia tidak ada apa-apanya. Jangan kuatir akan dia. Kamu tidak perlu berlatih tiap hari. Jangan kuatirkan dia. Naik saja ke atas ring dan pukul dia satu kali, dan dia pasti akan tergeletak.” Demikianlah, ketika saya naik ke atas ring melawan dia, maka keadaan orang ini mungkin akan seperti ini: kelebihan berat badan, goyah, tak terlatih karena dia menjalani hari-harinya tanpa latihan, dan dia tersenyum lebar. Oh, yang seperti ini sangat cocok menjadi lawan saya! Sangat bagus sekali mendapat lawan seperti itu!!

Apakah Anda melihat bahwa memang hal itulah tepatnya yang sedang dilakukan Iblis? Iblis telah menipu kita lewat banyak pengkhotbah yang berkata, “Jangan kuatir pada Iblis. Oh! Dia itu tidak ada apa-apanya. Anda hanya perlu meneriakinya, maka dia akan lari terbirit-birit karena kita ini adalah anak-anak Allah. Kita tidak perlu kuatir akan hal-hal seperti Setan itu.” Saya beritahu Anda, jika Anda naik ke atas ring melawan Iblis, maka dia akan menjadikan Anda daging giling!

Iblis tengah berpesta pora, bukankah begitu? Dia telah menggilas sebagian besar dari Jemaat. Dan orang-orang Kristen yang malang itu, yang akhirnya berhasil bertahan, tampaknya sudah babak belur, dengan mata hitam, rahang yang patah, lumpuh dan melangkah lunglai, mereka seharusnya menjadi orang Kristen yang berkemenangan. Coba lihat orang Kristen yang telah menjadi Kristen selama bertahun-tahun, bagaimana rupa mereka? Mereka adalah orang-orang kalah yang telah dilumpuhkan.

Saya sampaikan sekali lagi, berjaga-jaga dan berdoalah, karena lawan Anda adalah singa yang mengaum-aum. Dia sangat kuat. Perhatikan, dia tidak takut mengaum, hal ini menunjukkan bahwa dia tidak takut terhadap Anda. Pada umumnya, Anda tahu bahwa seekor singa tidak mengaum saat sedang berburu mangsanya. Ia mengendap-endap untuk menyerang. Dia hanya mengaum jika sudah yakin bahwa mangsanya sudah terpojok, sudah tidak bisa lolos lagi. Atau, ia juga mengaum jika terluka. Entah yang sudah berhasil memojokkan mangsanya atau yang terluka, keduanya sangatlah berbahaya. Jadi, entah singa yang sedang dalam keadaan apa dia itu, berjaga-jagalah terhadap musuh kita. Jika Anda kalah dalam pertandingan tinju, maka itu hanya soal kecil saja, akan tetapi, di sini yang Anda pertaruhkan adalah jiwa Anda.

Saya sampaikan sekali lagi: Jika Kristus tidak di dalam diri Anda, maka Anda tidak akan punya peluang bertahan melawan Iblis. Anda bisa katakan pada Iblis, “Aku percaya pada Yesus.” Hal itu tidak membuatnya terkesan. Hanya ada satu jenis orang yang bisa menggentarkan Iblis, yaitu orang yang menjadi tempat Yesus berdiam, di mana Roh Kudus berdiam dalam segenap kepenuhannya. Maka, keadaannya akan seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes,

sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4).

Jika Kristus hidup di dalam diri Anda, maka Anda bisa melangkahi maju, dan selanjutnya Anda bisa memenangkan peperangan melawan Iblis. Saya berdoa kiranya Anda bisa memahami hal ini. Di dalam kekuatan Anda sendiri, Anda tidak akan pernah bisa bertahan, hanya di dalam persekutuan yang akrab dengan Yesus, dengan dia yang tinggal di dalam diri Anda, maka Anda bisa menang!

 

Berikan Komentar Anda: