Pastor Eric Chang | Matius 26:30-35 | Lukas 22:31-34 |

Bagaimana bertahan di tengah ujian Iblis?

Mari kita masuk ke dalam Lukas 22:31-34. Hari ini, kita perlu melihat aspek lain dari pengajaran Yesus di dalam perikop yang luar biasa penting ini.

“Simon, Simon lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu (kata ‘kamu’ di sini bersifat jamak, yang menunjuk kepada para rasul) seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau (kata ‘engkau’ di sini bersifat tunggal, yang menunjuk pada Simon Petrus), supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau (tunggal), jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Jawab Petrus: “Tuan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Tetapi Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”

Perikop ini sangatlah penting. Hari ini, saya akan berkonsentrasi pada satu aspek sangat penting dari perikop ini, yakni mengenai hal syafaat – “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” Inilah yang disebut sebagai pelayanan doa syafaat. Setiap orang yang telah disatukan dengan Kristus melalui baptisan telah memasuki realitas dunia rohani. Iblis akan menampi Anda seperti gandum, jika dia berkesempatan untuk melakukannya. Seraya Anda melangkah di dalam kehidupan rohani, kuasa dan realitas si musuh ini, serta kuasa dan realitas dari Allah akan menjadi semakin nyata.

Orang yang baru dibaptis akan melewati masa percobaan. Iblis akan menguji iman Anda. Deklarasi iman Anda lewat baptisan akan diuji oleh Iblis. Iblis akan berkata, “Aku mau lihat seperti apa komitmen Anda itu, apakah komitmen ini akan mampu bertahan menghadapi ujian yang akan kuberikan.” Lalu bagaimana kita bisa bertahan di dalam ujian ini. Bagaimana supaya Anda bisa berhasil melewatinya?

Bagi Anda yang baru menyelesaikan pelatihan dan akan diutus, Anda juga akan diuji. Di dalam pelatihan dan di gereja Anda mendapatkan naungan dan perlindungan dari banyak orang. Namun begitu Anda melangkah keluar, Anda akan menjadi sasaran tembak sang musuh.


Iblis menuntut untuk bisa menampi Anda

Iblis telah menuntut untuk menampi kamu“. Kata ‘menuntut’ ini jarang muncul di dalam bahasa Yunani di Alkitab. Kata aslinya memang bermakna ‘menuntut’ atau ‘meminta’. Iblis secara khusus meminta; dia menghendaki Anda; dia menginginkan semua rasul itu agar dia bisa menampi mereka. Dalam penggunaan sekuler, kata menuntut atau meminta ini secara khusus dipakai dalam peristiwa meminang calon pengantin. Pihak pria meminang pihak wanita. Pemakaian kata ini bersifat khusus. Namun ada juga bentuk pemakaian lain yakni dalam hal menuntut penyerahan diri seorang pelaku kejahatan.

Sebagai contoh, jika Anda melindungi seorang pelaku kejahatan, seorang buronan, lalu ada penegak hukum yang mendatangi Anda serta menuntut agar Anda menyerahkan orang ini untuk diadili secara hukum. Demikianlah cara kata “menuntut” ini dipakai.


Kata ‘menuntut’ bisa bermakna pemilikan atau pengantara

Di dalam bahasa Yunani terdapat bentuk kalimat middle (antara aktif dan pasif). Terdapat bentuk kalimat aktif dan pasif, dan satu lagi adalah bentuk middle. Dan bentuk kalimat middle ini biasanya menunjukkan makna meminta sesuatu bagi diri sendiri, mempunyai arti refleksif. Demikianlah, Iblis menuntut Anda untuk dirinya sendiri. Dia ingin agar Anda ditaruh di bawah kuasanya; dia ingin memiliki Anda. Dia ingin melakukan sesuatu ke atas diri Anda, dan secara khusus, menampi Anda.

Namun ada satu pokok yang menarik di sini, yakni di dalam bentuk kalimat middle, kata menuntut itu mempunyai makna pengantara atau syafaat. Sungguh menarik! Di sini Iblis sedang memohon atau menuntut, untuk bisa menaruh para rasul itu di bawah kuasanya. Dan di sisi lain, Yesus pun memohon atau meminta supaya para rasul itu tidak jatuh.


Tuntutan Iblis atas Ayub dikabulkan Allah

Di kitab Ayub, kita melihat bagaimana Iblis bisa menghadap Allah dan membuat tuntutan atas seseorang jika dia memang punya dasar yang kuat. Dan Allah harus menghargai tuntutannya. Ini adalah persoalan hukum. Menurut aturan hukum, bahkan seorang pelaku kejahatan juga memiliki hak. Dan hak mereka memang ditegakkan walaupun terkadang terasa menyebalkan, akan tetapi memang demikianlah keadaannya. Dan Iblis, di dalam pertarungan legal ini, secara khusus mengajukan tuntutan atas Petrus. Dia menginginkan Petrus dan rasul-rasul lainnya.

Di dalam kasus Ayub, Iblis menuntut agar Ayub ditaruh di dalam kuasanya, hal itu memang dikabulkan. Dasar tuntutan Iblis kuat. Katanya, “Ayub berkomitmen kepadaMu, berkomitmen secara total kepadaMu. Dia mengasihMu dengan segenap hatinya. Namun semua itu karena Engkau telah menaungi dia. Engkau memagarinya. Engkau tidak mengizinkan siapapun untuk mengganggu dia, apalagi sampai melukai dia. Engkau telah melindungi dia. Engkau juga melimpahkan segala berkat kepadanya. Kalau Engkau melakukan hal itu kepada semua umatMu, tentu saja mereka semua akan mengasihiMu. Engkau berkati mereka setiap saat. Engkau lindungi mereka sepanjang waktu. Namun jika Engkau singkirkan perlindunganMu atas diri mereka, dan izinkan aku untuk mengambil tindakan terhadap mereka, akan kutunjukkan bahwa komitmen mereka itu palsu. Hanya omong kosong saja. Komitmen mereka tidak akan mampu bertahan.”

Apa jawaban Allah? Allah berkata, “Baik, silakan bertindak. Aku akan singkirkan perlindungan atas dirinya. Kamu boleh bertindak terhadap dia. Dasar tuntutanmu memang kuat. Mungkin dakwaanmu bisa dibuktikan.” Dan terjadilah hal-hal yang menimpa diri Ayub itu.


Jangan sampai musuh mendapatkan dasar tuntutan terhadap Anda

Ayub sama sekali tidak berbuat dosa, namun Iblis tetap punya landasan kuat untuk menuduhnya dan Allah menerima alasan tersebut. Apa yang terjadi pada diri kita jika kita berbuat dosa? Iblis akan bisa datang menghadap dan berkata, “Itu dia, orang ini sudah berbuat dosa. Taruh dia di dalam kuasaku.” Hal ini dapat dibaca di 1 Korintus 5. Seorang yang melakukan percabulan dan Iblis punya kasus terhadapnya. Orang ini telah melakukan bentuk dosa yang berakibat pada hukuman mati; dia telah melakukan dosa maut dan hukumannya adalah mati. Lalu apa yang dilakukan oleh Paulus? Paulus berkata, “Aku serahkan orang ini ke dalam tangan Iblis. Iblis akan bertindak terhadap orang ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia harus diserahkan.” Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen, jalani hidup Anda dengan hati-hati dan jangan sampai Anda memberi musuh dasar hukum untuk mendakwa Anda. Iblis mendapat kesempatan mendakwa. Anda berbuat dosa? Maka Iblis akan berkata kepada Allah, “Aku punya hak untuk menangani orang ini. Engkau harus menyerahkan dia ke dalam tanganku.” Dan memang salah satu peranan Iblis adalah sebagai eksekutor atau penganiaya.


Iblis diizin untuk menampi Petrus tetapi Yesus berdoa buatnya

Di dalam perikop in ini, tidak disebutkan atas dasar apa Iblis  menuntut untuk bertindak terhadap para rasul. Dalam kasus Petrus, dia mendapatkan hak untuk bertindak. Iblis akan menampi Petrus.

Perhatikan bahwa Yesus tidak berkata, “Aku telah berdoa buatmu supaya kamu tidak ditampi.” Dia tidak berkata seperti itu. Dia hanya berkata, “Kamu akan ditampi. Iblis telah mengajukan klaim atas dirimu dan aku berdoa supaya imanmu tidak jatuh.” Perhatikan, fakta penting bahwa Yesus tidak berdoa agar Petrus tidak ditampi. Satu-satunya hal yang disampaikan oleh Yesus adalah, “Aku akan berdoa buatmu supaya imanmu tidak ambruk di bawah tekanan.”


Apakah iman tidak mungkin gugur?

Menurut pengajaran yang banyak beredar, iman itu tidak mungkin gugur. Jika iman memang tidak bisa gugur dan ambruk, maka tidak ada bahaya. Jika memang demikian halnya, tidaklah perlu Yesus bersyafaat bagi kita. Jika kita ‘sekali selamat tetap selamat,’ tentunya Yesus tidak perlu berdoa supaya iman Petrus tidak gugur.

Akan tetapi hal semacam itu bukanlah ajaran Yesus. Menurut Yesus, iman Petrus sedang berada dalam bahaya. Malahan, iman semua rasul saat itu terancam bahaya keambrukan. Oleh karenanya, dia berkata, “Jikalau engkau sudah insaf,” kata yang diterjemahkan sebagai ‘insaf’ ini di bagian lain diartikan sebagai bertobat. “Jikalah engkau telah bertobat dan kembali lagi,” adalah kalimat yang keras. Kalimat ini menunjukkan adanya kegagalan yang sangat parah sehingga, Anda perlu kembali lagi. Ini bukan suatu kegagalan yang kecil; Petrus akan gagal, dan kegagalannya itu sangat parah. Akan tetapi Yesus berdoa supaya Petrus tidak terus tergeletak. Dia akan jatuh akan tetapi tidak sampai dihabisi, jika kita memakai gambaran dari Paulus. Jadi Yesus sudah tahu sebelumnya mengenai adanya satu bahaya besar dan dia berkata, “Kalau kamu sudah bertobat, kuatkanlah saudara-saudaramu yang lain karena mereka juga akan menghadapi bahaya besar.”


Kuatkanlah apa yang masih tersisa

Kata kuatkanlah ini juga dipakai di Wahyu 3:2. Yesus berkata kepada jemaat di Sardis, “Kamu disebut hidup padahal kamu mati. Namun kuatkanlah apa yang masih tersisa, yang sedang sekarat itu.” Tanggungjawab untuk menguatkan apa yang masih tersisa itu terletak di pundak mereka. Anda harus menguatkan apa yang masih tersisa, yang sebenarnya juga sedang sekarat. Jika kehidupan rohani itu tidak mungkin mati, tentu tidak ada hal yang disebut masih tersisa yang harus dikuatkan.


Apa pemahaman kita tentang iman?

Mari kita membahas tentang hal syafaat ini. “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” Apa pemahaman kita tentang iman?

Rata-rata orang Kristen tidak dapat menjelaskan arti iman. Bagi mereka, iman adalah mempercayai Tuhan. Akan tetapi apa artinya itu? Apa arti percaya pada Tuhan? Seberapa besar kepercayaan yang  layak disebut sebagai percaya kepada Tuhan? Kata percaya ini memiliki ukuran yang relatif. Anda bisa mempercayai seseorang lebih dari yang lain. Seberapa besar Anda harus menaruh kepercayaan itu? Apakah kepercayaan yang total? Kalau demikian halnya, berarti iman adalah komitmen total.

Yesus berkata kepada Petrus, “Aku telah berdoa buat kamu supaya imanmu jangan gugur.” Dan Petrus paham apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Dia paham dan dia segera menjawab, di ayat 33, “Tuan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Petrus tahu kalau Yesus bermaksud untuk menyatakan bahwa di bawah tekanan dan aniaya yang akan datang, komitmen Petrus tidak akan mampu bertahan. Lalu Petrus menjawab dengan memberikan jaminan kepada Yesus, “Tidak, aku akan tetap berkomitmen total kepadamu. Aku siap untuk masuk ke dalam penjara, dan jika belum cukup, aku siap mati.” Dia tahu bahwa iman itu berarti komitmen total, dan makna dari kegagalan iman adalah bahwa iman itu tidak sanggup bertahan menghadapi ujian penjara dan maut.

Akan tetapi Yesus tahu bahwa komitmen Petrus tidak sekuat yang dia bayangkan. Yesus tidak meragukan ketulusan Petrus, akan tetapi dia menyanggah perkiraan Petrus mengenai kekuatan komitmennya. Ini adalah pokok yang sangat penting. Anda mungkin memiliki keyakinan – saat Anda duduk tenang di kursi Anda – bahwa Anda sanggup bertahan menghadapi ancaman penjara, dan jika perlu, ancaman kematian demi kpercayaan Anda. Namun ketika realitas itu benar-benar datang, Anda mungkin akan gagal menghadapi ujian tersebut. Satu hal yang bisa kita pahami adalah bahwa Petrus dengan setulusnya beranggapan bahwa dia memiliki komitmen.


Yesus melihat pada kejujuran kita

Di dalam pokok ini terdapat peringatan dan penghiburan sekaligus. Jika Anda mampu berkata dengan setulus hati, seperti Petrus, “Tuhan, aku bersedia untuk menderita demi Engkau, sekalipun itu berarti maut.” Walaupun komitmen Anda mungkin tidak sekuat itu namun Tuhan akan menghargai ketulusan dari komitmen Anda. Sama seperti Petrus, Anda dan saya juga mungkin salah dalam memperkirakan tingkat komitmen kita. Lalu di mana penghiburan yang tersedia bagi kita? Anda memiliki satu sumber penghiburan. Yesus akan bersyafaat untuk kita berdasarkan ketulusan dan kejujuran Anda dalam menyatakan komitmen tersebut. Jika kita benar-benar bisa dengan setulusnya berkata, “Aku akan mengikut engkau bahkan sampai ke penjara atau menghadapi maut,” maka Anda boleh yakin bahwa Yesus akan bersyafaat buat kita. Dan di dalam ujiannya, kita mungkin akan terjatuh namun tidak sampai hancur. Anda mungkin bisa gagal seperti Petrus, namun Anda tidak akan hancur sepenuhnya seperti Yudas. Hal ini adalah suatu sumber penghiburan yang luar biasa, mengetahui bahwa syafaat Yesus ditujukan kepada orang-orang semacam itu, yang mencakup sebagian besar dari kita di sini.


Apa maknanya “berdoa untuk engkau”?

Kalimat berdoa buat engkau dalam bahasa Yunani secara literal bermakna “sedang dalam kekurangan, sedang membutuhkan sesuatu”. Ini berarti, memohon atau berdoa kepada suatu pribadi untuk memenuhi suatu kekurangan atau kebutuhan. Jika tidak ada hal yang dibutuhkan, tentunya Anda tidak perlu memohon. Karena adanya kebutuhan, maka Anda meminta. Kata ini, pada dasarnya, mengandung makna mengajukan permohonan berdasarkan kebutuhan diri sendiri atau juga kebutuhan orang lain. Dari pengembangan makna tersebut muncullah makna syafaat atau pengantara. Akan tetapi, permohonan itu bisa ditujukan pada kebutuhan diri sendiri maupun orang lain. Tidak hanya demi kebutuhan orang lain, juga tidak sekadar bagi kebutuhan diri sendiri.

Demikianlah, Kristus melihat kebutuhan Petrus dan dia mengajukan permohonan mewakili Petrus. Dalam hal ini, Petrus sendiri bahkan tidak sadar akan kebutuhannya sendiri. Di sinilah makna penting memiliki Yesus sebagai Pengantara kita, karena kita tidak tahu kelemahan kita sendiri. Kita tidak tahu kekurangan kita sendiri. Kita sering membayangkan diri kita ini lebih kuat daripada kenyataannya.


Jangan menelantarkan bayi rohani

Di sini ada dua hal yang perlu saya sampaikan. Pertama, berkaitan dengan hal syafaat Kristus. Kasih Kristus jauh lebih daripada kematiannya bagi kita, walaupun ini sudah terlalu sulit untuk dibayangkan. Kasihnya juga ditunjukkan lewat syafaatnya buat kita sekarang ini dan di sepanjang hidup kita. Itulah yang disebut kasih. Kerap kali, jauh lebih mudah melakukan satu tindakan demi orang lain dan setelah itu selesai. Anda menolong orang itu sekali saja; selanjutnya tidak ada hal lain lagi. Apa yang terjadi dengan orang itu selanjutnya sudah bukan urusan kita lagi.

Apa yang terjadi di dalam penginjilan sekarang? Anda mendorong seseorang untuk membuat komitmen kepada Kristus. Setelah menunjukkan bahwa dia adalah orang berdosa dan karena itu membutuhkan Kristus, Anda mendorong dia untuk membuat ‘keputusan buat Kristus’. Kita lalu akan bertanya, “Apakah kamu sekarang percaya kepada Yesus?” Lalu dia menjawab, “Ya.” Dan Anda berkata, “Haleluyah! Mari kita berdoa bersama.” Lalu kita akan berkata, “Isi tanda tanganmu di bagian yang ini.” Itu saja. Anda telah mendaftarkan satu lagi penganut agama dan kemudian Anda pergi berlalu. Setelah dua atau tiga hari, Anda melupakan orang tersebut. Selesai sudah.

Itu adalah tindakan yang paling tidak bertanggungjawab. Mengapa? Karena jika Anda melahirkan seorang bayi ke dunia, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan berkata, “Haleluyah! Bayinya sudah lahir! Bagus, mari kita beri dia nama.” Bayi itu lalu diberi nama Yohanes, Petrus atau mungkin Paulus, terserah Anda. Kemudian, Anda beri dia sebotol susu untuk keperluannya selama satu hari dan Anda berkata, “Selamat tinggal! Aku harus pergi dan mendapatkan lebih banyak bayi lagi!” Lalu apa yang akan terjadi dengan bayi yang malang ini? Anda tidak punya waktu buat dia, karena Anda telah mendapatkan lebih banyak bayi lagi, makin banyak penganut baru lagi.

Akibatnya, gereja dipenuhi oleh para bayi. Bagaimana dengan nasib bayi yang pertama? Ia mati kelaparan karena tak ada orang yang punya waktu buat dia. Kita semua sibuk mencari bayi-bayi baru, lebih banyak lagi orang yang lahir baru ke dalam Kerajaan. Inilah salah satu fenomena terburuk di gereja zaman sekarang. Orang-orang giat mencari penganut baru lalu melupakan mereka begitu saja. Para bayi yang malang ini. Setiap kali mereka ribut atau menangis, Anda segera menaruh dot karet di mulut mereka. “Diam! Masih banyak bayi yang harus kuperhatikan. Kamu bukan satu-satunya bayi di sini. Ada begitu banyak bayi yang harus diurus di sini.” Akhirnya, gereja dipenuhi oleh para bayi dengan dot karet di mulut mereka dan mereka tidak pernah bertumbuh secara rohani. Mereka menjadi bayi-bayi rohani seumur hidup. Sepuluh tahun kemudian, “Wah! Mereka masih bayi juga!” Jika Anda berbicara tentang hal-hal rohani dengan mereka, mereka akan berkata, “Aku masih kesulitan membaca Alkitab.” Mereka masih harus berjuang keras untuk mempelajari hal-hal dasar. Mereka tak pernah berhasil melewati tahapan bayi.

Ini adalah hal yang paling tidak bertanggung jawab yang telah dilakukan oleh gereja. Inilah hal yang terjadi di ‘pertobatan massal’. Menarik ratusan orang datang kepada Tuhan dan membiarkan mereka menjadi bayi selamanya. Banyak dari antara mereka yang mati. Sejujurnya, mereka mati karena mereka memang tidak akan bisa bertahan. Mengapa? Karena tak ada yang memberi mereka makan. Tak ada orang yang terus menerus bersyafaat bagi mereka. Tak ada orang yang terus menerus membangun mereka di dalam Tuhan.


Bayi rohani harus terus menerus diberi makan, dirawat dan didoakan

Cara kerja Paulus tidak seperti itu. Saat seorang bayi rohani dilahirkan, segenap keluarga Allah merawat dia. Mereka akan memastikan bahwa dia terus bertumbuh. Mereka akan memastikan bahwa dia akan mendapatkan hal-hal yang dibutuhkannya seperti makanan. Jika dia terjatuh dan melukai dirinya, ada yang akan datang membersihkan dan membalut luka itu. Dia akan ditenangkan dan didorong, “Coba lagi.” Ketika dia jatuh lagi, akan selalu ada orang yang datang dan berkata, “Tenang saja, jangan menangis.” Perlahan-;ahan, bayi ini mulai bisa berjalan! Dan pada suatu hari, dia mulai bisa berlari, dan mungkin bisa memenangkan lomba lari 100 meter. Mereka akan terus bertumbuh sampai mencapai kedewasaan Kristus!

Hal yang sama juga dilakukan oleh Yesus yang tidak hanya sekadar mati bagi kita dan menyelamatkan kita dari dosa-dosa. Dia tidak  meninggalkan kita berdiri sendirian setelah itu. Kita masuk ke dalam ruang sidang, hakim mengetuk palu dan berkata, “Aku telah membebaskanmu. Kamu telah bebas dari dosa-dosamu. Kristus telah mati bagimu.” Anda lalu keluar dari ruang sidang, menoleh kiri-kanan, dan bertanya-tanya, “Sekarang harus pergi ke mana? Sekarang aku telah bebas dari dosa, lalu apa yang akan kukerjakan?” Inilah gambaran menyedihkan dari begitu banyak orang Kristen, karena setelah mereka diselamatkan, mereka lalu keluar dari ruang sidang itu persis seperti seorang penjahat yang baru bebas dari penjara. Banyak dari Anda yang terlibat pelayanan penjara tahu bahwa hal terburuk yang menimpa seorang penjahat yang baru keluar dari penjara adalah dia tidak tahu mau pergi ke mana, mau melakukan apa. Dia berdiri di luar tembok penjara, menatap lagi bangunan penjara yang telah menjadi rumahnya untuk waktu yang lama, dan dia dapati bahwa sekarang dia telah berada di luar tanpa melihat adanya satupun teman di sekitarnya. Dia tidak tahu harus pergi ke mana.

Penanganan tahanan yang baru keluar dari penjara adalah salah satu tahap yang paling menentukan. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik, apa yang akan terjadi? Dia akan kembali pada kejahatan. Kebanyakan tahanan yang telah dibebaskan dari penjara akan kembali lagi ke penjara. Penjara menjadi rumah di mana mereka bisa menikmati makanan, menonton TV, memiliki para pengasuh yakni para sipir penjara. Mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dalam penjara karena mereka tidak tahu harus berbuat apa di luar.

Itulah hal yang terjadi pada sekian banyak orang yang bertobat. Mereka telah diselamatkan. Mereka telah dibebaskan dari penjara, lalu mereka berdiri menatap dunia, dan membatin, “Aku harus ke mana setelah ini? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Lalu apa yang terjadi? Mereka jatuh ke dalam dosa lagi. Akhirnya, masuk penjara lagi. Dibebaskan lagi, namun kembali lagi, mereka jatuh di lubang yang sama, seperti orang yang masuk ke dalam ruang pengakuan dosa, “Bapa, aku telah berdosa.” Minggu berikutnya, “Bapa, aku telah berbuat dosa lagi.” Demikianlah kejadian ini berulang-ulang setiap minggu. Apakah ini kekristenan. Ini bukanlah kekristenan!


Kita tidak akan bertahan tanpa syafaat dari Yesus

Yesus tidak sekadar mati bagi kita tapi telah menjadikan kita satu keluarga. Dia bahkan mencurahkan hidupnya untuk bersyafaat buat kita sampai sekarang. Kita dapat membaca tentang pelayanan imamat Yeus untuk kita di Ibrani 7:23-25.

Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Bagaimana cara kita diselamatkan? Tidak hanya lewat kematian Yesus. Kematian Yesus telah akan membebaskan Anda dari tuntutan hukum. Akan tetapi Anda belum mendapatkan kekuatan, sama seperti seorang bayi, untuk berdiri di atas kaki Anda sendiri. Anda tidak memiliki kekuatan untuk melangkah. Pihak lawan masih terlalu kuat bagi Anda. Jika bukan karena perhatian dan syafaat yang terus menerus dari Yesus buat Anda, Iblis akan menghancurkan Anda sebelum Anda sempat melangkah cukup jauh.

Kita perlu bersyukur kepada Allah atas kematian Yesus karena kematiannya telah membebaskan kita dari tuntutan dosa masa lalu. Yang lalu sudah dibersihkan, namun ke mana kita akan melangkah sesudah ini? Setiap saat hidup kita, kita sangat bergantung kepada syafaat dari Yesus. Dia mencurahkan hidupnya untuk membela dan bersyafaat bagi umatnya. Sama seperti Petrus, kita sebenarnya tidak akan sanggup bertahan tanpa ditopang oleh syafaat yang berkelanjutan dari Yesus. Anda tidak akan bisa hidup secara rohani saat ini jika bukan karena syafaat dari Yesus. Sejak hari Anda dilahirkan ke dunia rohani, sejak kelahiran Anda, Yesus sudah bersyafaat buat Anda.


Yesus membela perkara Anda

Berapa banyak dosa yang Anda perbuat dalam beberapa hari terakhir ini? Tidak perlu bicara dalam hitungan tahun. Sudah berapa kali Anda berbuat dosa hanya dalam sepekan ini?

Tahukah Anda bahwa Iblis, si pendakwa dan lawan utama kita di dalam sidang pengadilan rohani akan datang menghadap Allah dan berkata, “Lihat orang ini! Seperti itukah yang disebut sebagai orang Kristen? Lihat dia! Dia dibaptiskan minggu lalu – atau bulan lalu, atau tahun lalu – tapi lihat kelakuan orang ini! Apakah Engkau akan menyebut dia sebagai anakMu? Maukah Engkau mengambil dia sebagai anakMu? Lihat dosa yang dia perbuat. Serahkan dia ke dalam tanganku dan aku akan beri dia pelajaran. Serahkan dia padaku. Engkau wajib menyerahkan dia ke tanganku karena dia sudah berbuat dosa.”

Dan Allah wajib menyerahkan Anda sesuai dengan takaran dosa Anda. Dan jika demikian yang terjadi, maka Anda tidak akan bisa bertahan saat ditampi oleh Iblis.

Pernahkah Anda melalui masa-masa yang sukar? Orang-orang yang dibaptis akan mendadak mengalami berbagai kesukaran. Mendadak saja terjadi kecelakaan. Tiba-tiba saja terjadi hal-hal yang mencelakakan. Mendadak saja sebagian teman Anda berbalik memusuhi Anda. Mendadak orang tua Anda tidak mau lagi bertegur sapa dengan Anda. Ada banyak hal yang terjadi. Mendadak kesehatan Anda merosot. Saat Iblis punya bahan dakwaan terhadap Anda, dia pasti bertindak terhadap Anda.

Kita masih bertahan karena Yesus juga hadir di ruang sidang itu. Seperti yang tertulis di 1 Yoh 1:9 – 2:2. Yesus adalah Pembela kita yang memohon pembebasan atau keringanan bagi kita. Akan tetapi hukum-hukum rohani tetap berlaku.


Janganlah berbuat dosa seenaknya karena Iblis akan segera bertindak

Beberapa hari yang lalu, ada berita tentang seseorang yang mengaku bahwa dia bisa terbang memakai kekuatan magis. Menurutnya dia mampu mengatasi hukum gravitasi. Lalu dia melompat keluar dari jendela di lantai delapan sebuah hotel. Dia langsung terjatuh ke jalan dan dikabarkan dia mati saat dibawa ke rumah sakit. Sia-sia orang ini berusaha melawan hukum fisika. Hukum-hukum fisika tetap berlaku.

Demikian juga hukum-hukum rohani. Allah menetapkan alam rohani yang berfungsi mengikuti hukum-hukum rohani, dan jika Anda melanggar hukum tersebut, maka Anda akan menghadapi konsekuensinya. Iblis senantiasa siaga untuk mengajukan dakwaan atas diri Anda. Jangan berani berbuat dosa seenaknya. Yesus berkata, “Kalau kamu berkata kepada saudaramu, ‘Bodoh,’ maka kamu harus diadili dalam sidang surgawi untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut.” Karena Anda telah melanggar hukum rohani yakni bahwa Anda harus mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dan Iblis akan segera mendakwa Anda.

Oleh karena itu segeralah bertobat. Akuilah dosa Anda secepatnya. Jangan tunggu sampai Iblis mengajukan masalah ini ke sidang pengadilan surgawi. Namun, walaupun Anda telah bertobat, perlanggaran sudah Anda lakukan dan akan ada konsekuensinya. Namun, setidaknya, Yesus sebagai pembela Anda bisa mengajukan pembelaan buat Anda. Janganlah mempersulit pekerjaannya. Janganlah hidup di dalam ketidaktahuan akan realitas rohani. Syafaatnya sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup rohani kita.


Pelayanan syafaat telah dipercayakan pada kita

Di 1 Timotius 2:1 kita melihat bahwa pelayanan bersyafaat ini juga dipercayakan kepada kita. 1 Timotius 2:1 –

Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

Timotius memakai empat istilah yang berbeda: permohonan, doa, syafaat dan ucapan syukur. Inilah hal yang harus kita kerjakan yang merupakan prioritas kita menurut Timotius.

Yesus memberitahu Petrus, “jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Kata yang diterjemahkan dengan istilah ‘kuatkanlah,’ di dalam bahasa asli lebih bermakna kestabilan dari pada kekuatan. Makna utamanya adalah kestabilan.

Apakah penampian itu? Penampian adalah lawan dari kestabilan. Pada saat menampi, alat yang dipakai adalah alat penampi, atau jika untuk tepung, maka yang digunakan adalah ayakan tepung.

Menampimu seperti gandum. Pada saat gandum dipanen, yang didapatkan masih berupa gabah. Gabah itu masih harus digiling di mana batu yang berat digilaskan ke atas gabah itu sehingga terpisahlah bagian kulit dengan intinya. Dan setelah kulitnya dihancurkan, maka hasil gilingan itu dikumpulkan di tempat pemisahan. Hasil gilingan itu dilontarkan ke atas dengan memakai garu supaya kulit atau sekamnya bisa terbang dibawa angin dan bagian bijinya jatuh kembali ke lantai. Namun, bahkan setelah proses ini, masih akan tersisa gandum-gandum yang tidak tergiling dengan sempurna. Dan gandum yang masih berkulit itu tentu saja tidak bisa dimakan karena terlalu keras. Dan gandum yang masih bercampur gabah serta kotoran lainnya itu perlu ditampi agar semua kotoran yang berupa batu kerikil, jerami, lumpur kering serta gabah yang belum tergiling dengan sempurna itu bisa disisihkan. Cara menampi adalah dengan menaruh gandum ke atas alat penampi, lalu Anda menggoyangnya ke kiri dan ke kanan, melontarkannya ke atas, dan menggoyangnya lagi, mengguncangnya maju-mundur dan seterusnya.

Hal semacam inilah yang akan dihadapi oleh Petrus. Iblis akan mengguncang dan melontar-lontarkan Petrus. Ini adalah gambaran yang merupakan lawan dari kestabilan, keadaan tergoncang sepenuhnya. “Kalau kamu sudah melewati semua guncangan itu dan kamu bisa bertahan melaluinya, maka kamu harus menguatkan, dalam arti meneguhkan, saudara-saudaramu.” Kadang kala, akan terjadi peristiwa yang sangat megguncang kita. Itulah gambaran dari tindakan menampi ini. Anda dibawa masuk ke dalam suatu proses yang akan menggoyah kestabilan Anda dan mungkin juga bisa menghancurkan Anda.


Petrus diminta untuk berdoa bagi saudara-saudaranya

Kata Yesus kepada Petrus, kalau kamu sudah melalui proses pencobaan ini, stabilkanlah saudara-saudaramu. Ini berarti bahwa Yesus tidak sekadar bersyafaat buat Petrus. Saat Petrus sendiri sudah selamat oleh syafaat ini, pada gilirannya, dia juga harus meneguhkan saudara-saudaranya. Dengan cara apa? Tentu saja bukan hanya dengan membagikan pengalamannya, dia juga harus menjalankan pelayanan syafaat itu. Dia juga harus berdoa bagi saudara-saudaranya. Tuhan tidak sekadar menyelamatkan kita, dia juga memberi kita tugas. Dan salah satu tugas yang paling penting bagi kita adalah melakukan syafaat bagi orang lain. Kita harus berdoa bagi keselamatan orang lain.

Selama seminggu ini, sudah seberapa banyak Anda mendoakan orang lain? Apakah Anda sudah beridentifikasi dengan Yesus dalam hal memikul salib ini? Karya keselamatan itu bukan sekadar kerelaan untuk mati melainkan untuk bersyafaat.

Yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita (Rom 8:34).

Demikianlah, karya keselamatan itu bukan sekadar kerelaan untuk mati demi orang lain, sekalipun hal ini sangatlah sulit, namun mungkin lebih mudah untuk dikerjakan karena kematian itu hanya berupa satu peristiwa saja. Namun pelayanan syafaat adalah tindakan memikul salib yang paling menuntut pengorbanan karena menyita begitu banyak waktu yang mungkin tidak mau kita berikan. Pelayanan doa juga menyita begitu banyak tenaga, yang mungkin juga tidak banyak kita miliki. Inilah tindakan memikul salib dalam bentuk yang paling nyata bagi keselamatan orang lain.


Kita wajib mendoakan sesama

Kehidupan Kristen itu adalah pelayanan syafaat. Kita wajib mendoakan sesama, terutama orang yang baru dibaptis. Mereka adalah anggota keluarga Anda. Ada yang akan segera berhadapan dengan pencobaan yang sangat berat. Bersyafaat bagi mereka adalah tanggung jawab kita. Petrus sudah pasti akan gagal kalau Yesus tidak bersyafaat buat dia, demikianlah pentingnya doa kita bagi orang lain.

Apakah kita menunaikan tanggung-jawab kita untuk mendoakan sesama? Apakah kita akan ditanya pada Hari itu nanti, “Aku telah memberikanmu pelayanan syafaat juga, supaya kamu bisa menjadi rekan sekerjaku di dalam pembelaan ini, sudahkah kamu melakukannya?” Karena oleh pelayanan syafaat Yesus kita bisa bertahan sampai dengan sekarang,  dengan demikian, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menguatkan para saudara seiman, agar mereka juga tidak gagal.

Seringkali, di malam hari, benak saya memang terlalu letih untuk belajar Firman Allah. Doa lebih melibatkan hati Anda ketimbang pikiran Anda. Terasa sangat indah jika bisa duduk di atas ranjang dan bersyafaat di dalam ketenangan dan kegelapan malam. Waktu berlalu tanpa Anda sadari. Mungkin sudah satu jam, dua atau bahkan tiga jam. Jika Anda kesulitan tidur, jangan membuang-buang waktu yang sangat berharga itu. Gunakan untuk bersyafaat. Saat-saat berdoa syafaat adalah saat-saat yang sangat berharga.

Namun, tentunya bukan hanya di waktu Anda tidak bisa tidur saja, ada banyak saat lain yang bisa Anda pakai untuk bersyafaat dan tidak Anda sia-siakan dengan urusan lainnya. Saat Anda mengendarai mobil. Atau di saat Anda sedang duduk di dalam bus atau kereta api. Jangan menyia-yiakan waktu yang bisa dipakai untuk bersyafaat bagi orang-orang lain. Dan Allah bisa mengerjakan perkara-perkara yang sungguh ajaib melalui doa kita.


Mengapa Yesus berdoa bagi Petrus dan tidak bagi Yudas?

Ada beberapa pertanyaan yang perlu kita bahas sebelum kita tutup. Pertama-tama, Yesus berdoa untuk Petrus, tetapi mengapa tidak untuk yang lainnya? Jawabannya cukup sederhana. Karena Yesus tahu bahwa hanya Petrus yang akan dicobai sampai menyangkal dia. Dalam mendoakan orang lain, kita harus mengenal orang itu. Efektifitas syafaat buat orang lain dipengaruhi oleh pengenalan kita akan orang tersebut. Kita perlu mengenali kelemahan dan kekuatan orang tersebut. Pokok ini sangatlah penting.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa Yesus tidak bersyafaat buat Yudas, supaya dia tidak gagal? Ada dua prinsip yang mendasari syafaat.


Prasyarat bagi yang didoakan: keterbukaan untuk taat pada Allah

Yang satu menyangkut orang yang didoakan dan prinsip satunya lagi bagi orang yang bersyafaat. Yesus bisa bersyafaat buat Petrus karena dipenuhinya suatu prasyarat, yakni bahwa komitmen Petrus itu tulus, murni. Sekalipun perkiraan Petrus mengenai kekuatan komitmennya itu tidak tepat, namun ketulusannya tidak diragukan. Ada prasyarat yang harus dipenuhi dalam hal bersyafaat. Ada sebagian orang yang tidak bisa Anda masukkan ke dalam syafaat Anda. Itulah kebenaran yang diberikan oleh Kitab Suci. Mereka yang hatinya sudah sedemikian keras, sudah mencapai taraf memberontak dan tidak taat kepada Allah, akan sia-sia saja mereka didoakan, karena doa Anda tidak akan sampai pada Allah.

Hal ini bisa terlihat, misalnya dari contoh umat Israel ketika mereka jatuh ke dalam dosa dan berpaling dari Allah. Mereka menyembah berhala, menyembah uang – Mamon – dan mereka mulai menyembah ilah-ilah yang baru yang terbuat dari emas dan perak. Mereka tidak bisa didoakan lagi. Ini merupakan salah satu pokok yang paling mengejutkan, yakni kesia-siaan saat mendoakan mereka. Itulah firman yang disampaikan oleh Allah kepada Yeremia. Di Yeremia 7:16,

“Tetapi engkau, janganlah berdoa untuk bangsa ini, janganlah sampaikan seruan permohonan dan doa untuk mereka, dan janganlah desak Aku, sebab Aku tidak akan mendengarkan engkau.”

Allah sedang berkata, “Jangan bersyafaat kepadaKu mengenai umat Israel karena Aku tidak akan mendengarkanmu. Aku tidak mau mendengar syafaat tentang Israel. Masa keselamatan bagi umat Israel sudah lewat. Sudah berakhir! Aku tidak mau mendengar doa-doa bagi mereka lagi.” Ada takaran di mana jika Anda melampauinya maka Anda sudah berada di luar jangkauan syafaat. Tak ada syafaat yang bisa menjangkau Anda lagi. Pahamilah bahwa kesabaran dan kasih karunia Allah itu, walaupun sangat luas dan melimpah, juga ada batasnya di mana Anda tidak boleh melewatinya. Jangan bersikap ceroboh terhadap Allah.

Anda tidak bisa berbuat dosa sesuka hati Anda dan tetap diselamatkan. Anda tidak akan tetap selamat jika Anda hidup di dalam dosa. Israel adalah umat Allah, akan tetapi Allah berkata kepada nabi Yeremia, “Jangan berdoa buat mereka. Jangan bersyafaat buat mereka karena Aku tidak akan mendengarkan doa semacam ini. Mereka telah melampaui batas di mana toleransi tak bisa lagi diberikan lagi.”

Pesan ini diulangi di Yeremia 11:14 di mana tertulis firman yang sama,

“Adapun engkau, janganlah engkau berdoa untuk bangsa ini dan janganlah naikkan permohonan dan doa untuk mereka, sebab Aku tidak akan mendengarkan pada waktu mereka berseru kepada-Ku karena malapetaka mereka.”

Allah tidak akan mendengarkan. Ada prasyarat yang harus dipenuhi, dan umat Israel gagal memenuhinya. Allah tidak akan membela mereka lagi. “Aku tidak akan mendengarkan mereka lagi.”

Pesan yang sama ditemukan di Yeremia 14:11,

“TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!”

“Jangan berdoa buat mereka. Aku tidak mau mendengarkan doa-doa ini lagi. Mereka sudah keterlaluan.” Yeremia 15:1,

TUHAN berfirman kepadaku: “Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!”

“Usir mereka. Kalian telah bertindak terlalu jauh, hai Israel. Kalian telah melewati batas toleransi, melampaui batas kesabaran. Mulai sekarang, tak ada syafaat yang akan bisa menolong mereka.” Angkatan itu binasa di bawah penghakiman Allah. Sama seperti angkatan yang binasa di padang gurun, Allah tidak mau mendengarkan syafaat buat mereka lagi, bahkan Musa juga tidak bisa bersyafaat buat mereka lagi. Mereka binasa di padang gurun dan tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian.

Ajaran yang sama ditemukan di Perjanjian Baru di 1 Yohanes 5:16. Yohanes berkata,

“Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.”

Dosa itu sudah berada di luar jangkauan syafaat. Sudah keterlaluan.

Kemurtadan adalah salah satu contoh hal yang tak bisa didoakan lagi. Yudas berada di dalam kategori ini. Inilah jawaban mengapa Yesus tidak berdoa buat Yudas. Yudas telah murtad dan dia berada di luar jangkauan syafaat. Hatinya tidak memiliki kemurnian komitmen. Dia tidak bisa didoakan. Ini adalah peringatan yang sangat menakutkan.


Prasyarat bagi yang mendoakan: kebenaran

Di sisi lain, pihak yang mendoakan juga harus memenuhi prasyarat. Allah hanya mau mendengar doa orang benar. Artinya, jika Anda hidup di dalam dosa, maka Anda tidak masuk ke dalam kategori pendoa syafaat. Anda tidak layak untuk mendoakan orang lain. Anda tidak hidup di dalam kebenaran. Anda tidak berjalan di dalam terang. Jika Anda tidak bisa membereskan masalah Anda dengan sesama, lalu Anda ingin mendoakan siapa? Anda harus memulai dari diri Anda. Mulailah dengan memohon belas kasihan atas diri Anda.

Yakobus 5:16 memberitahu kita bahwa doa orang benar sangat besar kuasanya. Di 1 Petrus 3:12, kita melihat bahwa telinga Allah terbuka bagi seruan orang benar. Orang-orang semacam itulah yang Dia dengarkan. Oleh karenanya, jika saya ingin bersyafaat, maka saya harus menjadi benar demi kepentingan orang lain, dan juga buat kepentingan saya sendiri. Jika saya ingin bisa terlibat di dalam pelayanan, maka saya harus melangkah di dalam kekudusan.


Pelayanan yang paling penting: doa syafaat

Tidak ada pelayanan yang lebih penting dari pelayanan berdoa syafaat.  Bersyafaat adalah pelayanan yang dikerjakan langsung oleh Kristus. Dan tidak ada pelayanan yang lebih penting dari ini. Ini adalah pelayanan yang bisa Anda kerjakan setiap saat. Hal apa yang bisa Anda doakan?


Berdoa agar Tuhan mengirimkan lebih banyak lagi pekerja di ladang

Berdoa kepada Tuan pemilik ladang untuk mengirim lebih banyak pekerja ke ladang ini. Saya mendoakan ini selama bertahun-tahun. “Tuhan, kami perlu lebih banyak lagi hamba setiaMu sekarang ini. Bangkitkanlah orang-orang setiaMu di tengah angkatan ini.” Dan saya telah menyaksikan betapa Tuhan memang mengerjakan hal ini – Ia membangkitkan orang-orang setia untuk melayani Dia, membangkitkan orang-orang setia satu demi satu. Saya takjub akan kuasa dan keajaiban karya Allah menjawab doa ini. Allah telah membangkitkan banyak orang yang tergerak untuk menjalankan pekerjaanNya.


Berdoa bagi keselamatan bangsa-bangsa

Berdoa bagi keselamatan bangsa kita – kata Paulus di Roma 10:1,

“Aku tidak henti-hentinya berdoa bagi keselamatan Israel.”

Marilah kita berdoa supaya Allah berkenan menyatakan FirmanNya dengan penuh kuasa di bangsa-bangsa. Doa untuk memohon tambahan pekerja dan doa bagi keselamatan bangsa sangat erat kaitannya. Bagaimana orang bisa diselamatkan jika tidak ada orang lain yang menjangkau dia? Jadi, kedua pokok doa ini sangatlah erat kaitannya.


Saling mendoakan

Namun yang paling penting adalah saling mendoakan. Dalam hal ini, saya ingin menyampaikan satu anjuran  praktis sebelum kita tutup. Pada bagian awal saya sudah menyebutkan bahwa untuk bisa bersyafaat buat orang lain, maka Anda harus tahu tentang orang tersebut. Saya tidak bisa mendoakan Anda jika saya tidak tahu apa persoalan Anda. Mungkin Anda sedang menghadapi masalah dengan kekasih Anda, namun saya tidak tahu, jadi saya tidak dapat mendoakan Anda. Mungkin Anda sedang menghadapi masalah rumah tangga. Saya juga tidak akan bisa mendoakan Anda jika saya tidak tahu. Jika Anda tidak memberitahukannya kepada orang lain, lalu siapa yang akan berdoa buat Anda? Mereka tidak tahu apa persoalan Anda, akibatnya Anda terpaku dengan masalah Anda sementara tidak ada orang lain yang bisa bersyafaat buat Anda. Anda menghadapi masalah dengan dosa di dalam hidup Anda. Anda memiliki kelemahan di dalam diri Anda. Namun Anda tidak mengungkapkannya kepada orang lain, lalu siapa yang akan berdoa buat Anda, mereka tidak tahu bahwa Anda sedang menghadapi masalah.


Saya bisa bertahan berkat syafaat dari Tuhan dan sesama

Saya bisa sampaikan dengan penuh keyakinan bahwa saya bisa berdiri di sini hari ini adalah berkat syafaat dari Tuhan, dan juga saudara seiman yang selama bertahun-tahun tanpa lelah berdoa buat saya. Sering kali Anda mengalami hal-hal yang aneh di mana Anda tahu bahwa ada orang yang sedang bersyafaat buat Anda. Sudah pernahkah Anda mengalaminya? Saya pernah merasakannya beberapa kali, saat di mana saya sedang berjalan atau sedang duduk, dan tiba-tiba saja saya merasa seperti sedang terangkat oleh suatu kuasa yang luar biasa. Dan mendadak saja, saya sadar bahwa ada orang yang sedang mendoakan saya saat itu. Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Kuasa dari syafaat itu menguatkan Anda.

Saya tahu bahwa saya tidak akan berada di sini pada hari ini jika saudara-saudara saya di China pada masa itu tidak mendoakan saya. Terdapat seorang saudara yang selama bertahun-tahun berdoa tanpa lelah buat saya. Ia dengan penuh setia mendoakan saya. Saya tidak ada kontak dengannya selama 20 tahun ini. Akan tetapi saya tahu bahwa dia ada bersama saya di dalam doa. Seringkali saya bahkan sangat sadar bahwa dia sedang mendoakan saya. Saya merasakan adanya kuasa yang datang dari Tuhan melalui dia.

Terapkanlah sistem rekan doa. Berkomitmenlah untuk saling mendoakan. Saling terbuka akan kelemahan masing-masing, dan mintalah doa dari sesama. Bentuk kelompok kecil karena tidak mungkin Anda dapat mengenal akrab untuk saling mendoakan di dalam kelompok yang besar.

Ada kalanya, Tuhan akan menaruh di dalam hati Anda suatu pokok doa tertentu mengenai seseorang. Anda terus berdoa buat orang tersebut, dan nantinya Anda bisa melihat hasil doa Anda. Anda akan bersukacita akan hal yang Anda lihat, tanpa perlu memberitahukan dia bahwa Anda mendoakannya, Anda akan melihat apa yang dikerjakan oleh Allah di dalam hidupnya. Pelayanan syafaat akan memenuhi Anda dengan rasa takjub dan sukacita.

 

Berikan Komentar Anda: