Pastor Eric Chang | Matius 26:30-35 | Lukas 22:31-34

Hari ini kita akan melihat Firman Allah di Lukas 22:31-34:

Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Jawab Petrus: “Tuan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Tetapi Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”

Bagian ini adalah pokok yang luar biasa penting yang berkaitan dengan kelangsungan hidup rohani kita dan juga pertumbuhan spiritual kita.


Komitmen Simon diuji dengan sangat berat

Ayat 31 ini tidak mempunyai kata sambung yang mengaitkan ayat ini dengan ayat sebelumnya (kata sambung misalnya kata ‘maka’, ‘dan’, dan kata-kata lain yang semacam itu). Hal ini menunjukkan bahwa mulai dari ayat 31, kita masuk ke suatu pokok yang terpisah.

Ayat ini dimulai dengan kata, “Simon, Simon.” Namanya diucapkan dua kali. Dua kali pengucapan nama Simon menunjukkan ada hal penting yang akan disampaikan oleh Yesus kepada Simon berkenaan dengan diri Simon itu sendiri. Ucapan ini mirip dengan yang terdapat di Lukas 13:34 ketika Yesus berkata, “Yerusalem, Yerusalem.” Di ayat itu Yesus mengulangi penyebutan Yerusalem di saat Yesus akan menyatakan kepada mereka bahwa Yerusalem akan hancur. Saat Yesus mengulangi ucapannya, itu berarti dia akan menyampaikan sesuatu hal yang sangat serius. Keselamatan rohani Simon sedang dipertaruhkan.

Hal apakah yang diucapkan oleh Simon? Dia berkata, “Aku siap untuk mengikut engkau walau sampai ke penjara dan juga sampai mati.” Dan dia memang benar-benar serius dengan ucapannya itu. Dia orang yang berkomitmen total. Iblis tidak akan melepaskan dia sekalipun dia orang yang berkomitmen total. Jika orang yang berkomitmen total nyaris tidak bisa bertahan, bagaimana dengan orang yang tidak memiliki komitmen? Mereka tidak punya harapan sama sekali, tidak ada harapan!

Yesus lebih tahu tentang komitmen Simon daripada Simon sendiri. Katanya, “Tidak, Petrus, komitmenmu tidak sekuat itu. Aku tahu bahwa engkau meyakini bahwa komitmenmu itu total, akan tetapi komitmenmu itu tidak sekuat yang kamu bayangkan. Sebelum ayam jantan berkokok nanti, kamu sudah menyangkal aku sampai tiga kali.”

Kita mungkin saja mengira bahwa kita berkomitmen total, namun ketika ujian itu datang, komitmen kita gagal bertahan. Saat komitmen kita diuji, komitmen itu gagal.


Komitmen Petrus tulus akan tetapi belum cukup kuat untuk menghadapi ujian kenyataan

Inilah hal yang terjadi pada Petrus. “Tuan, aku siap masuk penjara dan menjemput maut.” Tidak perlu sampai masuk penjara. Tidak perlu sampai menjemput maut. Yang dia hadapi adalah seorang hamba perempuan, dan komitmennya sudah hancur berantakan. Hanya berhadapan dengan seorang hamba perempuan yang berkata, “Hei! Bukankah aku pernah melihatmu bersama Yesus?” Dan Petrus menjawab, “Siapa itu Yesus? Aku tidak kenal dia. Yesus? Yesus yang mana? Siapa yang sedang kamu bicarakan itu?” Demikianlah, pernyataannya sebelum itu, “Tuhan (Lord), aku akan mengikut engkau sampai ke penjara dan menjemput maut,” mendadak lenyap begitu saja.

Apakah saat menyampaikan niatnya itu Petrus sedang membohongi diri sendiri? Benar, namun bukan karena dengan sengaja. Dia benar-benar percaya bahwa komitmennya itu tulus. Hanya saja komitmen tersebut belum mampu bertahan saat berhadapan dengan ujian kenyataan.

Saya tidak meragukan bahwa sebagian dari Anda meyakini bahwa komitmen Anda itu total dan utuh. Saya tidak meragukan kejujuran dan ketulusan Anda.  Tetapi apakah komitmen kita dapat bertahan di bawah ujian. Apakah kita masih takut untuk berdoa mengucap syukur sebelum makan di tempat umum? Apakah kita takut menegakkan kebenaran di tempat kerja kita? Seberapa utuhkah komitmen kita? Tidak perlu berbicara tentang hal-hal yang besar. Kita bahkan nyaris tidak berani bersaksi bagi Tuhan dengan tindakan berdoa. Terasa sangat memalukan. Seberapa ‘total’kah komitmen kita?


Iblis menuntut untuk menampi para murid seperti gandum

Di ayat ini disebutkan, “Lihat, Iblis telah menuntut (berkeras meminta) untuk menampi kamu seperti gandum.” Kata ‘kamu’ di ayat ini bersifat jamak, tidak hanya menunjuk kepada Petrus. Iblis tidak sekadar menuntut untuk menampi Petrus. Dia ingin menampi semua murid. Dia ingin menampi mereka semua seperti gandum. Jika Anda menampi gandum, Anda akan menaruhnya di atas alat penampi, lalu Anda mulai melemparkan gandum itu ke udara, mengguncangnya, dan melemparkannya lagi, demikianlah seterusnya. Iblis sangat ingin benar-benar menangani para murid. Hal ini penting untuk kita catat.

Iblis terus menerus menuntut untuk bisa menampi mereka. Menuntut kepada siapa? Kepada Allah tentunya. Iblis meminta kepada Allah, “Apakah menurutMu kumpulan orang-orang ini setia kepadaMu? Apakah orang-orang ini memang berkomitmen kepadaMu? Berilah aku kesempatan, letakkanlah mereka di alat penampiku. Dan setelah aku selesai menampi mereka, Engkau bisa melihat sendiri apakah mereka memang benar-benar berkomitmen kepadaMu.”


Contoh terdahulu sudah ada di dalam kisah tentang Ayub

Contoh terdahulu untuk pokok ini adalah seluruh isi kitab Ayub. Ayub adalah orang yang baik dan orang benar. Ayub memang jenis orang yang luar biasa. Lalu Iblis berkata kepada Allah, “Orang ini memang menyembahMu. Ini karena Engkau yang selalu menyayangi dia, selalu baik dengannya, menambah terus jumlah ternaknya, Engkau terus menambahkan jumlah anaknya. Kalau Engkau memperlakukan orang dengan cara itu, siapa yang tidak mau menyembahMu? Ini penyembahan omong kosong! Taruhlah dia di atas alat penampiku. Saat aku selesai menampi dia, silakan Engkau lihat apakah dia masih mengasihiMu atau tidak.”

Iblis memang punya alasan bagus di sini. Alasan yang dia ajukan memang sangat bagus. Dan Allah tidak bisa menyangkal pokok yang dia sampaikan itu. Allah harus menanggapi pokok ini. Allah menanggapi persoalan ini dengan berkata, “Baiklah, alasanmu memang bagus. Bawalah dia. Taruh dia di atas alat penampimu. Ayaklah dia seperti gandum dan mari kita lihat apa yang akan terjadi.” Lalu Iblis mulai bertindak terhadap Ayub. Satu-satunya batas yang ditetapkan oleh Allah adalah, “Kamu tidak boleh membunuhnya. Selain dari itu, silakan, kamu boleh menampi dia.”

Lalu mulailah Iblis bertindak, dan dia melakukan pekerjaannya dengan sangat baik! Segala macam bencana mulai menerpa Ayub. Segenap isi rumah tangganya bergolak. Segala sesuatunya runtuh, bahkan perkawinannya juga berantakan. Istrinya berkata, “Kutukilah Allah dan matilah kamu! Apa gunanya menyembah Allah yang semacam ini? Sembahlah Dia kalau segala sesuatunya berjalan baik buatmu, kalau tidak, lupakan saja Dia. Kutukilah Dia. Apa yang telah Kau perbuat terhadapku? Anak-anak laki-lakiku mati, anak-anak perempuanku juga mati, rumahku lenyap, kesehatanku hancur, semuanya hancur. Dan kamu sekarang duduk di sana. Lihat dirimu. Sungguh memalukan, tubuhmu diselimuti oleh koreng. Kamu masih mau menyembah Allah?”

Namun Ayub bertahan. Dia berpegang teguh. Seperti itulah totalitas dari komitmennya. Perhatikan, komitmen total bukanlah hal yang baru yang hanya ada di dalam Perjanjian Baru. Pokok ini sudah ada jauh di zaman Perjanjian Lama. Ayub adalah salah satu kitab yang paling tua di dalam Perjanjian Lama. Ayub tetap bertahan ketika Iblis selesai menampi dia. Iblis akhirnya kelelahan sendiri. Dia menampi habis-habisan namun Ayub tetap berpegang teguh. Dia tampi lagi, namun Ayub tidak bergeming.

Pendekatan yang sama juga dipakai oleh Iblis di dalam kasus para murid ini. “Jadi mereka ini yang disebut para murid? Sekumpulan nelayan ini? Lalu mereka berkata akan mengikut Engkau sampai mati, sampai masuk penjara dan sampai ke manapun juga. Izinkan aku uji sedikit orang ini. Izinkan aku menampi mereka dan kita lihat apakah mereka benar-benar akan bertahan. Izinkan aku menguji kumpulan orang yang selalu mengikutimu ke mana-mana ini.” – “Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum.”


Kata ‘Satan’ (dari bahasa Ibrani) berarti si pendakwa

Kata ‘Satan’ ini memiliki arti pendakwa. Kata ini berarti pihak yang menjadi lawan di dalam kasus hukum. Kata ‘Satan’ ini berasal dari bahasa Ibrani. Kata ini berarti lawan di dalam pengadilan. Mungkin Anda belum pernah berperkara di pengadilan. Namun, jika Anda pernah berperkara di pengadilan, Anda tentu tahu bahwa di sana ada hakim, yang mengadili dan memutuskan perkara. Ada pembela yang akan menjadi penasihat hukum Anda di dalam mengajukan pembelaan di pengadilan. Pembela ini bertindak membela Anda. Selain itu, ada juga penuntut atau pendakwa. Dan seringkali, penuntut ini menjadi pihak lawan Anda.

Si penuntut akan mengajukan perkara melawan Anda. Penasihat hukum Anda, di dalam Alkitab disebut sebagai ‘pembela’, akan hadir dan berusaha untuk membela Anda. Jika pembela Anda kalah, maka Anda harus menanggung akibatnya, mungkin dalam bentuk denda, hukuman penjara atau hukuman mati, bergantung pada pelanggaran apa yang telah Anda perbuat. Jadi, Anda bisa memandang Iblis sebagai penuntut atau pendakwa.  


‘Diabolos’ bermakna pendakwa atau pemfitnah

Kata ‘devil (iblis)’ bersumber dari kata Yunani – sedangkan kata ‘Satan’ bersumber dari bahasa Ibrani. Kata ‘devil (iblis)’ berarti si penuntut atau pemfitnah. Dia ada untuk mendakwa Anda dan seringkali dia cenderung membesar-besarkan perkara Anda dan tuduhan itu berubah menjadi fitnah. Seringkali, hal itu memang dilakukan oleh pihak penuntut. Dia akan berusaha untuk membuat Anda terlihat jauh lebih buruk dari yang sebenarnya.


Allah adalah Allah yang maha tertib, Allah berhukum

Lalu apa hubungan semua ini dengan kita? Kaitannya terletak pada fakta bahwa: Allah adalah Allah yang maha pengasih, akan tetapi Dia juga adalah Allah yang maha adil dan maha kudus. Dan syukur kepada Allah atas keberadaanNya sebagai Yang Maha Adil karena keadilan adalah landasan bagi kehidupan. Jika Anda singkirkan keadilan, maka kehidupan ini mustahil berjalan.

Sama halnya dengan hukum-hukum yang ada di alam ini. Di dalam bidang fisika, ada hukum-hukum ilmu fisika. Tanpa hukum-hukum tersebut maka akan ada kekacauan. Hukum-hukum tersebutlah yang menopang segala sesuatunya agar kehidupan menjadi mungkin untuk dilangsungkan. Kehidupan menjadi mustahil tanpa ada hukum yang mengaturnya. Segala sesuatunya akan runtuh berantakan.

Prinsip yang sama juga berlaku di dalam dunia rohani. Dunia rohani juga diatur oleh berbagai hukum atau prinsip. Dan hukum-hukum serta prinsip-prinsip itu tidak bisa dilanggar tanpa mendatangkan hukuman. Ini berarti jika Anda melanggar hukum-hukum tersebut, maka Anda akan menghadapi dampaknya sama seperti jika Anda melanggar hukum-hukum fisika.

Jika Anda melawan hukum gravitasi dengan melangkah keluar dari lantai empat sebuah gedung, maka hukum gravitasi itu akan mengakibatkan Anda jatuh dan binasa. Dengan demikian, Anda sadar bahwa Anda tidak boleh melakukan hal yang semacam itu. Anda tidak bisa melangkah di udara, setidaknya sekarang ini Anda tidak bisa melakukannya. Jadi, ada hukum yang melandasi setiap situasi, dan di dalam bidang rohani dan moral juga ada hukum yang menjadi landasannya. Hukum terdapat di dalam setiap segi kehidupan. Oleh karenanya, pelanggaran suatu hukum akan menimbulkan dampak yang sangat berat.

Allah adalah Allah yang maha ‘tertib’, demikian Paulus memberitahu kita. Itu berarti adanya hukum. Kita bisa memakai kata hukum dan ketertiban dalam pengertian yang sama karena yang satu tidak akan ada tanpa adanya yang lain. Kedua hal ini selalu beriringan. Oleh karenanya, Perjanjian Lama berbicara tentang hukum sebagai landasan dari kasih. Kasih dan kehidupan tidak akan bisa berfungsi, entah itu kehidupan rohani atau yang jasmani, jika tidak disertai oleh hukum.

Banyak orang yang tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang arti hukum ini. Mereka berkata bahwa Kristus membatalkan Hukum Taurat. Dia tidak melakukan hal itu. Dengan tegas Yesus berkata di Khotbah di Bukit, “Aku datang bukan untuk membatalkan Hukum Taurat.” Saat Paulus mengatakan bahwa “Kristus adalah ‘end (akhir)’ dari Hukum Taurat,” dia tidak memaksudkan kata ‘end (akhir)’ itu dalam makna ‘berakhir’. Kata ‘end (akhir)’ ini maknanya adalah ‘penggenapan’; Dialah kegenapan, perwujudan dari Hukum Taurat itu. Hukum Taurat digenapkan di dalam dirinya. Itulah makna kata ‘end (akhir)’ tersebut.

Kristus sendiri menegaskan hal ini, “Jangan mengira bahwa Aku datang untuk membatalkan Hukum Taurat, Aku datang untuk menggenapinya.” Anda tidak boleh membatalkan Hukum Taurat, Hukum Taurat ini tidak boleh dibatalkan. Tidak ada ayat di dalam Perjanjian Baru yang menganjurkan pembatalan Hukum Taurat. Hukum moral tidak boleh dibatalkan dengan alasan apapun. Anda boleh menyingkirkan hukum dalam artian aturan seremonialnya (upacara), karena hal tersebut hanya mengatur praktek keagamaan di dalam penyembahan di Bait Allah. Akan tetapi hukum moral dari Hukum Taurat itu adalah landasan dari kehidupan rohani. Anda tidak boleh membatalkannya. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata bahwa dengan mengasihi, berarti kita menggenapi Hukum Taurat. Kasih itulah yang merupakan kegenapan dari Hukum Taurat. Kasih itulah yang merupakan hukum bagi kehidupan rohani di Perjanjian Baru.


Dosa memberi Iblis kesempatan untuk mengajukan tuntutan

Allah adalah Allah yang maha adil. Karena itu Iblis bisa mengajukan tuntutannya. Iblis jauh lebih cerdas dari kita. Iblis adalah seorang pengacara yang sangat lihai, terutama jika sedang mengajukan tuntutan. Ia lihai di dalam memanfaatkan hukum yang ada untuk mendakwa lawannya. Anda harus mengajukan pembelaan Anda berdasarkan hukum. Iblis bisa memanfaatkan kebenaran untuk menjatuhkan Anda. Saat itu Anda benar-benar berada dalam kesulitan besar. Iblis tidak selalu memanfaatkan dusta. Dia juga sangat mahir memakai kebenaran. Sebagai contoh di peristiwa pencobaan Yesus. Iblis bisa mengutip ayat Alkitab. Dia memakai kebenaran, dan memakainya dengan sangat efektif. Dia tidak salah mengutip. Di dalam pencobaan Yesus, Iblis mengutip ayat Alkitab dengan sangat cermat dan sangat akurat, sekalipun memang dia mengutipnya di luar konteksnya.

Jika Anda berbuat dosa, Iblis mendapat alasan untuk mendakwa Anda. Di punya kasus yang valid untuk diajukan, dan dia tidak akan melewatkan kesempatannya untuk mendakwa Anda. Sekiranya saja Anda sadar akan hal ini, Anda tentu Anda tidak akan berani untuk bersikap ceroboh terhadap dosa, karena hal ini akan membuat Anda menjadi sasaran dakwaan Iblis.

Anda juga harus mengerti bahwa jika kasus yang diajukan oleh Iblis itu valid, maka Allah tidak bisa menampiknya. Mari kita ambil sebuah contoh. Misalnya Anda mencuri sejumlah uang, Iblis akan mendakwa Anda. Dia akan menghadap Allah dan berkata, “Ya Allah, aku mengajukan sebuah perkara. Orang yang menyebut dirinya sebagai muridMu ini, yang terikat pada hukum kudusMu, telah mencuri uang. Beritahukan padaku, apa hukuman bagi pencurian uang? Hukuman apa yang harus dia tanggung berdasarkan hukum kudusMu.” Dengan demikian, maka Allah harus bertindak. Dia tidak bisa menyangkal diriNya sendiri. Kasus yang diajukan memang benar dan Allah – bisa Anda katakan – terikat pada kebenaran. Dia harus bertindak.


Mengapa Yesus harus mati?

Banyak orang yang gagal memahami misalnya, mengapa Allah harus mengutus Yesus untuk mati. Mengapa Allah tidak bisa sekadar berkata, “Oh, kamu bertobat? Baiklah, Aku ampuni. Lupakan masalah ini.” Mengapa Yesus harus mati? Jika Allah bisa memaafkan Anda tanpa kematian Yesus, apakah menurut Anda Allah akan mengutus Yesus untuk mati? Yesus harus mati karena memang tidak ada jalan lain. Inilah pokok yang disampaikan oleh Paulus – yakni bahwa Allah benar dan juga membenarkan. Benar berarti Dia harus menegakkan hukum. Membenarkan berarti Dia mengasihi. Hanya dengan cara inilah maka kasih dan keadilan bisa beriringan. Banyak orang Kristen yang membayangkan, “Baiklah, jika aku meminta maaf, maka Allah akan memaafkanku begitu saja.” Tidak seperti itu urusannya. Tidak bisa begitu. Karena untuk setiap dosa selalu ada hukuman yang pasti akan dituntut oleh Iblis. Dia menuntut, perhatikan kata ‘menuntut’ ini. Dia menuntut karena dia tahu bahwa dia memiliki hak yang sah dan dia tidak akan melewatkan haknya yang memang sah ini.

Jika Anda mengerti akan hal ini, maka Anda akan lebih berhati-hati karena setiap kali Anda melanggar komitmen Anda, maka Iblis akan bertindak. Dia akan menghadap kepada Allah dan berkata, “Lihat orang ini. Dia mengaku berkomitmen kepadaMu dan mengaku bahwa Engkau adalah Tuhan atas kehidupannya. Lihatlah kehidupannya! Apakah Engkau telah menjadi Penguasa atas kehidupannya? Apakah prioritasnya sudah benar? Lihat saja. Pendidikannya lebih diprioritaskan daripada menyembahMu.” Atau, “Dia jadikan bisnisnya sebagai prioritas dan jika bisnisnya sedang bagus, Engkau tidak akan bertemu dengannya lagi. Dia terlalu sibuk dengan bisnisnya,” atau, “Lihatlah keegoisannya. Dia selalu mengutamakan dirinya setiap saat.” Anda memberikan sang musuh begitu banyak peluang untuk mendakwa Anda.

Kita diberitahu dari Wahyu 12:10 bahwa dia adalah pendakwa umat dan dia mendakwa mereka siang dan malam! Dia benar-benar bekerja keras. Saya sangat malu jika dibandingkan dengan Iblis. Dia selalu datang menghadap dalam rangka mengajukan perkara. Sedemikian besar kebenciannya. Lalu apa yang sudah saya kerjakan? Kegigihan usaha saya tidak mencapai separuh dari kegigihan usahanya. Sungguh mengerikan membayangkan semangatnya atas hal yang menurutnya adalah keadilan, akan tetapi dilandasi oleh kebencian. Semangatnya sungguh mengerikan bagi saya. Dan jika Anda mengira bahwa Iblis menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur-tiduran di ranjang dan bersantai-santai, sebaiknya Anda baca lagi bagian ayat itu. Di sana dikatakan, “Siang dan malam.” Iblis tidak akan melewatkan kesempatannya bahkan sepanjang malam sekalipun. Dia akan selalu datang menghadap dan mendakwa Anda. “Engkau lihat orang ini? Engkau lihat orang itu? Orang-orang ini menyebut diri Kristen, tapi lihatlah kehidupan mereka!”


Allah itu maha adil: setiap dosa ada hukumannya

Jika kasus yang diajukan oleh Iblis itu memang benar, walaupun Allah sangat berat untuk memutuskannya, Dia tetap harus menetapkan keputusan atas diri Anda. Dia wajib melakukannya. Tidak ada pilihan lain demi keadilan. Hukuman harus dijatuhkan. Di sinilah letak arti penting dari keberadaan Yesus sebagai Pembela Anda. Anda harus memahami segenap sisi hukum dari hal ini sebelum Anda bisa memahami kasih. Jika Anda tidak memahami sisi hukumnya, maka itu berarti Anda tidak tahu apa yang sedang Anda bicarakan jika Anda bebicara tentang kasih. Tak akan ada orang yang bisa menyampaikan hal tentang kasih dalam makna sepenuhnya sebelum dia memahami sisi hukum yang melandasinya.

Jika Allah tidak ingin menyelamatkan kita, dan Dia membiarkan saja kita binasa, maka Yesus tidak perlu mati. Namun jika Dia ingin menyelamatkan kita, bahkan Allah sendiri tidak bisa mengampuni cukup dengan melambaikan tangan saja, karena Dia tidak bisa menyangkal dirinya. Dia tidak bisa menentang hakekatNya sendiri yang adil dan kudus. Dan syukur kepada Allah karena Dia itu adil karena kita tidak akan bisa memperoleh keselamatan dengan cara yang lain. Dan hanya di dalam terang keadilanNya maka makna kasihNya menjadi penuh, dan kita bisa memahami arti dan nilai pengorbananNya dalam mengutus Yesus Kristus untuk menebus kita.

Banyak orang Kristen yang memiliki pemahaman yang kabur mengenai pokok ini. Mereka masih berpikiran bahwa karena Yesus telah mati bagi mereka, maka mereka bebas untuk berbuat dosa dan Allah akan tetap mengampuni mereka. Dia boleh terus menambah dosanya dan Allah tetap akan mengampuni dia. Mereka tidak memahami keadilan sebagaimana Iblis memahami hal tersebut. Dia akan mendakwa Anda setiap kali Anda berbuat dosa. Dan Allah harus mengambil keputusan atas perkara itu. Dia harus bertindak atas perkara itu. Allah tak punya pilihan lain. Saya harap Anda mengerti akan hal ini. Dia tidak punya pilihan lain.


Apa yang bisa kita perbuat jika kita terlanjur berbuat dosa?

Lalu, apa yang bisa kita lakukan jika kita terlanjur berbuat dosa? Kita memang memiliki Pembela, namun Pembela ini juga tidak akan bisa berbuat banyak bagi Anda jika Anda tidak memenuhi beberapa persyaratan mendasar.


1. Mengakui dosa kita dengan mulut kita

Mari kita baca di 1 Yohanes 2:1-2 –

Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Kematian Yesus mampu mendamaikan dosa seluruh dunia. Namun bukan berarti bahwa dosa seluruh dunia secara otomatis dihapuskan.

Apa yang harus diperbuat? Kita mundur beberapa ayat di pasal 1:9-10:

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

Perhatikan bahwa Pembela Anda tidak akan bisa berbuat apa-apa sebelum kita mengakui dosa kita, jika kita mengakuinya maka dia akan mengampuni kita. Dia tidak bisa mengampuni tanpa adanya pengakuan dosa. Pemahaman tentang hal pengakuan dosa adalah hal yang sangat penting.


2. Mengaku kepada Allah, kepada orang yang Anda rugikan, kepada orang-orang yang telah terpengaruh oleh dosa Anda

Pertama-tama, pengakuan merupakan ungkapan dari pertobatan. Bertobat di dalam hati tidaklah cukup. Pengakuan itu keluar dari mulut (Roma 10). Banyak orang mengira bahwa mereka cukup mengucapkan kata maaf di dalam hati dan hal itu sudah memadai. Tidak begitu. Tidak ada pengampunan yang murahan dan gratis di dalam Alkitab karena dosa adalah masalah yang sangat serius dan pengampunan juga adalah hal yang sangat serius. Jadi, jika Anda bertobat, jangan sekadar berkata, “Aku sudah bertobat di dalam hatiku, dan itu sudah cukup.” Anda harus mengakuinya dengan mulut Anda.

Ini memang menarik, Anda boleh berdoa di dalam hati akan tetapi mengapa Anda harus membuat pengakuan dengan mulut Anda? Anda baru bisa mengaku dengan mulut Anda jika Anda berbicara dengan orang lain. Anda tidak harus berbicara keras-keras saat berdoa. Anda harus membuat pengakuan kepada Allah, dan Anda juga harus membuat pengakuan kepada setiap orang yang terkena dampak dosa Anda, bukan hanya kepada orang yang secara langsung Anda rugikan. Karena di saat Anda berbuat dosa, Anda bisa saja membuat orang lain tersandung sehingga dosa Anda tidak hanya berdampak pada satu orang. Oleh karenanya, pengakuan Anda harus dibuat sampai menjangkau mereka yang mungkin terkena dampaknya. Kehidupan Kristen bukan sekadar urusan hubungan dengan Allah. Masih ada hubungan horisontal. Tidak akan ada hubungan vertikal tanpa adanya hubungan horisontal. Itulah kedua arah palang salib yang tidak bisa kita pisahkan. Pengakuan dari mulut adalah bagian yang berat di dalam sebuah pertobatan. Pertobatan di dalam hati sangatlah mudah. Membuat pengakuan atas dosa kita sangatlah sulit. Jika kita membuat pengakuan, maka Dia akan mengampuni.


3. Membuat pengakuan kepada pemimpin rohani kita yang berjaga-jaga atas jiwa kita dan bersyafaat bagi kita

Kita juga perlu mengaku pada para pemimpin rohani kita. Hal ini tertulis di Ibrani 13:17, bahwa mereka – sebagai para gembala bawahan Kristus – bertanggung jawab atas jiwa kita. Mereka adalah para duta Kristus selama mereka tetap menjadi gembala bawahannya. Pengakuan terhadap para pemimpin rohani ini menjadi sangat penting karena mereka harus berjaga-jaga atas jiwa kita. Mereka perlu tahu apa persoalan kita untuk bisa bersyafaat bagi kita. Dan kadang kala, doa syafaat mereka menjadi penentu apakah kita bisa bertahan. Doa orang benar sangat besar kuasanya. Orang benar tidak memanfaatkan isi doanya untuk dirinya sendiri, syafaatnya bisa sangat menentukan kemampuan orang lain untuk tetap teguh.

Itulah sebabnya mengapa kita membutuhkan komunitas – komunitas yang saling bersyafaat untuk satu sama lain. Bahkan rasul Paulus memohonkan doa bagi orang-orang kudus. Dia tidak beranggapan bahwa karena dia adalah seorang rasul dan memperoleh kuasa dari Tuhan lalu dia tidak membutuhkan doa Anda. Sebaliknya, dia sangat mengerti arti penting dari doa syafaat.

Kita memang memiliki Pembela, akan tetapi Sang Pembela itu tidak akan bisa membela Anda jika Anda tidak menunjukkan perilaku yang membuat pembelaannya itu menjadi mungkin. Bahkan di dalam sidang pengadilan duniawi, orang yang sedang dibela bisa membuat kasus tersebut menjadi tidak mungkin dibela oleh pengacaranya. Dia bisa saja memberhentikan pengacaranya atau berbuat sesuatu hal sehingga pekerjaan pengacaranya menjadi sia-sia. Dan hal itu sangat sering kita perbuat di dalam kebodohan kita. Kita gagal untuk mengakui dosa-dosa kita. Mungkin secara diam-diam kita bertobat dengan setulus hati, akan tetapi kita gagal membuat pengakuannya dengan mulut. Jika kita membuat pengakuan itu, berarti kita sedang meluruskan perkara itu dengan benar.


Tanpa pengakuan, tangan Allah terikat

Jika lewat perilaku Anda, Anda membuat Pembela Anda tidak bisa membela Anda, Anda sedang mengikat tangannya. Ingatlah akan hal ini. Tidak banyak mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus di Nazaret, demikian kata Alkitab, mengapa? Karena ketidakpercayaan mereka. Dan kegagalan di dalam membuat pengakuan dosa berarti kegagalan dalam ketaatan. Kegagalan dalam hal ketaatan berarti kegagalan iman; ketidak-taatan adalah ungkapan ketidak-percayaan. Jika Anda tidak taat berarti Anda sedang mengikat kedua tangan Tuhan. Dia tidak akan bisa menolong Anda dan bisa berbuat apa-apa bagi Anda.

Sebagian dari kita yang melayani Tuhan sering masuk ke dalam situasi di mana kita mendapati bahwa tangan kita terikat. Kita ingin menolong orang tersebut akan tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa karena tindakan dan perilakunya membuat segenap upaya pertolongan menjadi sia-sia. Tak ada hal yang bisa dilakukan bagi orang itu. Seringkali, dengan sedih hati, saya harus berkata, “Tak ada hal yang bisa saya perbuat. Saya tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali jika terjadi perubahan yang mendasar di dalam diri orang tersebut.” Kuasa itu memang ada, akan tetapi kuasa itu diatur oleh hukum, oleh keadilan. Anda tidak bisa menunggangi kekuasaan dan mengatasi keadilan, hal itu tidak berlaku di dalam sistem Allah. Allah memang maha kuasa akan tetapi Anda juga bisa mengikat kedua tanganNya dan membuat Dia tidak bisa berbuat apa-apa bagi Anda lewat ketidak-taatan Anda.


4. Mengganti kerugian

Dan pengakuan itu sendiri kadang kala masih belum cukup. Dalam kasus pencurian uang, maka saya tidak bisa sekadar membuat pengakuan dosa lalu menganggap urusannya sudah tuntas. Saya harus mengembalikan uang yang telah saya curi. Sekalipun untuk itu saya harus berkorban, sekalipun saya tidak sedang punya uang, saya harus memperjuangkan pengembalian uang tersebut. Saya harus mengganti kerugian yang terjadi sebagai bagian dari pertobatan itu.

Berbuat dosa adalah urusan yang sangat serius karena kelangsungan hidup Anda terancam olehnya. Dan yang lebih mengancam lagi adalah karena adanya pihak lawan, si pendakwa, si penuntut, yang bertekad untuk menaruh Anda di bawah penguasaannya. Dan dia juga bisa bertindak untuk menjebak dan menghancurkan Anda. Jika Anda paham apa itu pekerjaan Iblis, maka Anda tidak akan meremehkan kemampuannya, tidak akan menyepelekan hal-hal yang bisa dia perbuat terhadap diri Anda. Di dalam Alkitab, Iblis disebut sebagai penganiaya dan penghukum sekaligus. Dia bukan sekadar pendakwa, dia juga penganiaya, yakni dia melaksanakan hukuman. Dan dia ahli dalam hal ini. Dia akan menganiaya Anda jika Anda memberi dia kesempatan sekecil apapun.


Iblis adalah penganiaya

Contoh mengenai Iblis sebagai penganiaya dapat dibaca di Lukas 13:16, yang menyebutkan tentang seorang perempuan yang diikat dan dibuat lumpuh oleh Iblis secara jasmani selama 18 tahun. Perempuan ini tentunya sudah berusia jauh di atas 18 tahun. Dia telah mendatangi banyak tabib yang ternyata tidak bisa menolongnya. Mereka telah mengerahkan segenap keahlian mereka tanpa menyadari bahwa masalah perempuan ini adalah masalah rohani yang tidak bisa diatasi oleh keahlian medis. Dia lumpuh secara jasmani. Ini berarti bahwa, sekitar 18 tahun yang lalu, perempuan ini telah melakukan sesuatu hal yang membuat dia jatuh ke dalam kuasa Iblis. Dan Iblis tidak akan melewatkan kesempatan ini. Dia mengikat perempuan itu selama 18 tahun. Kemudian Yesus membebaskannya.

Contoh lain dari masalah ini adalah rasul Paulus. Bahkan rasul Paulus juga dianiaya oleh Iblis, sebagaimana yang bisa kita lihat di dalam 2 Korintus 12:7. Bahkan rasul Paulus yang penuh kuasa juga dianiaya oleh Iblis, dan hal ini kita ketahui dari pengakuannya sendiri. Apakah kelemahannya? Kesombongan. Godaan terbesar yang menghadang orang yang memiliki kemampuan adalah kesombongan. Orang yang berprestasi tahu persis bahwa dia memiliki kemampuan. Orang yang kuat tenaganya tahu bahwa dia punya kekuatan besar. Jika Anda harus bersusah payah untuk mengangkat sebuah tas, dia mungkin bisa dengan mudah menjinjing tas tersebut. Dia segera tahu bahwa dia punya kekuatan. Orang yang cerdas akan segera tahu bahwa dia memang cerdas. Saat Anda bergelut dengan sebuah soal matematika, dia hanya perlu melihat dan berkata, “Apa? Kamu habiskan waktu setengah jam untuk soal semacam ini? Nah, ini jawabannya.” Lalu Anda berkata, “Setengah jam aku bersusah payah dan kamu menyelesaikannya hanya dalam hitungan detik!” Orang yang berprestasi seringkali harus berurusan dengan hal kesombongan itu. Paulus adalah orang yang sangat tinggi kemampuannya, orang yang sangat cerdas. Dan dia bergumul keras dengan kesombongan ini. Karena atas hal inilah Iblis datang menghadap kepada Allah dan berkata, “Lihat dia! Apakah Engkau melihat kesombongannya? Perhatikan dia! Dia punya kelemahan ini, benar bukan? Dia memang berusaha mengendalikannya, akan tetapi dia tidak sepenuhnya berhasil. Engkau bisa melihat ke dalam hati manusia. Engkau tahu perilakunya, bukankah begitu? Dia orang yang sombong, benar bukan?” Allah harus membenarkan, “Ya, memang benar. Itu memang benar.” “Serahkanlah dia padaku. Aku akan mengajari dia beberapa hal tentang kerendahan hati. Bagaimana? Aku akan memberinya sedikit pelajaran.” Lalu apa yang bisa Allah katakan? “Lakukan saja.”

Paulus sendiri paham akan hal ini. Dia berkata, “Utusan Iblis sedang menggocoh aku.” Kata ‘menggocoh’ ini sangat menarik. Kata aslinya bisa Anda terjemahkan dengan ungkapan ‘memukuli’. Ungkapan memukuli merupakan terjemahan yang sama cocoknya dengan ungkapan menggocoh. Makna kata aslinya adalah memukul jatuh. Kadang kala, saya merasa heran mengapa mereka memakai istilah yang membuat penasaran, karena ketidaklazimannya, seperti kata ‘menggocoh’ ini, yang menimbulkan bayangan tentang orang yang dihempaskan ke sana kemari oleh angin ribut. Di sini Anda bisa lihat bahwa Iblis mampu mencari celah perkara.

Dan siapa dari antara kita yang tidak bisa diperkarakan oleh Iblis? Jika Allah mengizinkan dia untuk bertindak leluasa, dan jika saya tidak memohon belas kasihan dari Sang Pembela, serta memberi jalan bagi Sang Pembela untuk mengupayakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan untuk membela saya, mungkin saya sudah berada di dalam mesin giling dan menjadi daging cincang. Tanpa bantu Sang Pembela, mungkin sejak dulu, saya sudah dihabisi Iblis.


Iblis menjatuhkan hukuman terhadap orang berdosa

Itulah sebabnya mengapa hal memiliki sikap hati yang benar menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup kita, yakni supaya Pembela kita bisa mengambil segala langkah pembelaan yang perlu dalam rangka membela kasus kita dan bersyafaat bagi kita. Camkanlah juga hal berikut ini: Iblis bisa berperan sebagai pelaksana hukuman terhadap Anda. Dia bisa menghukum Anda baik secara jasmani maupun rohani. Dalam hal hukuman jasmani, kita bisa membaca di 1 Korintus 5:5orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya. Dibinasakan tubuhnya tentu saja berarti dibunuh. Dibinasakan berarti kematian. Dalam hal ini, tidak ada pilihan lain. Orang ini sudah melakukan dosa yang sedemikian besarnya sehingga tuntutan keadilan berdasarkan hukum moral menuntut dia untuk dihukum mati. Tidak ada jalan lain. Lalu siapa yang menjalankan hukuman itu? Iblis. Mungkin Anda tidak menyukai fakta ini, namun memang demikianlah adanya. Setiap orang yang mengerti hal keadilan, tidak akan memandang 1 Korintus 5:5 sebagai hal yang mengagetkan. Jika ada yang tidak beres, bergegaslah memohon pengampunan dan mengakui dosa Anda. Mintalah gereja untuk menjalankan tindakan disiplin, kecuali jika Anda lebih suka menghadapi hukuman itu dari Iblis. Iblis adalah lawan yang mengerikan dan dia tanpa ragu-ragu akan menjalankan keadilan itu.


Tindakan disiplin adalah suatu tindakan kasih untuk menyelamatkan 

Tindakan disiplin gereja, sebenarnya adalah tindakan belas kasihan untuk memastikan bahwa Anda tetap berada di luar jangkauan Iblis. Jika gereja sudah menangani maka Iblis tidak lagi punya kasus ke atas Anda. Jika tidak, maka dia akan berusaha memastikan bahwa hukumannya akan dijalankan. Dan Allah akan mengizinkan dia untuk menjalankannya karena Allah tidak punya pilihan demi keadilan. Disiplin gereja adalah suatu tindakan kasih untuk menyelamatkan Anda dari jatuh ke dalam sesuatu hal yang jauh lebih buruk.

Jika Iblis tidak menindak Anda secara jasmani, dia bisa menindak Anda secara rohani. Itulah tepatnya tindakan yang dia lakukan terhadap Yudas. Dia menghabisi Yudas bukan hanya secara jasmani melainkan juga secara rohani. Dia bisa mengerjakan hal dengan begitu menyeluruh sehingga, bagi Yudas, jalan yang terbaik yang diambilnya adalah menggantung diri. Iblis bisa menggarap seseorang sedemikian hingga dia lebih memilih untuk mati daripada tetap hidup. Mengapa? Mengapa Yudas tidak bertobat? Mengapa dia tidak memohon ampunan dari Allah? Mengapa dia tidak memohon belas kasihan dari Allah? Dia tetap bertahan di dalam kekerasan hatinya sampai akhirnya Iblis memperoleh kendali penuh atas dirinya.

Salah satu kalimat yang paling mengerikan di dalam Alkitab ada di Lukas 22:3 yang berbunyi:

Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas.

Ini adalah salah satu kalimat yang paling mengerikan dan ini berarti berakhirnya riwayat Yudas. Segalanya sudah berakhir buat dia. Tidak ada jalan keluar. Saat Iblis masuk ke dalam dirinya karena kesalahannya sendiri, maka Iblis tidak akan keluar lagi. Tamatlah sudah.


Iblis ada di surga, di dalam sidang pengadilan Allah

Jika Anda membaca Alkitab, Anda akan menyadari bahwa Iblis punya akses ke surga. Apakah hal ini mengejutkan hati Anda? Iblis memang berada di surga. Anda mungkin bertanya, “Apa yang dikerjakan Iblis di surga?” Di sanalah tempat pengadilan Allah dan Iblis memang berada di sana, di dalam ruang pengadilan di surga.

Kita selalu berpikir bahwa hanya orang-orang kudus yang ada di sana. Alkitab tidak berbicara tentang hal pergi ke surga ketika Anda mati, yang disebutkan adalah bahwa Anda masuk ke dalam hidup yang kekal. Surga adalah tempat yang terbuka bahkan bagi Iblis. Iblis ada di sana juga untuk mengajukan dakwaan-dakwaan terhadap orang-orang kudus.

Mari kita baca kutipan di Wahyu 12:7-8.

Maka timbullah peperangan di sorga (perhatikan tempat peperangan itu terjadi – yakni di surga). Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu (yakni Iblis), dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis (dari bahasa Yunani) atau Satan (dari bahasa Ibrani), yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Beberapa pokok di dalam kutipan di atas.


(1) Iblis berada di surga sampai dengan terjadinya peristiwa di Wahyu 12:8

Perhatikan bahwa, Iblis berada di surga sampai dengan peristiwa di  Wahyu 12:8. Peristiwa dia dilemparkan keluar dari Surga baru akan terjadi menjelang kedatangan Kerajaan Kristus, yang merupakan peristiwa masa depan. Artinya, sampai dengan saat ini, Iblis masih berada di surga, di dalam sidang pengadilan surgawi Allah, dan mengajukan dakwaan terus menerus terhadap Anda dan saya. Dia mengajukan dakwaan itu siang dan malam, menuntut untuk boleh memiliki kita. “Lihat orang ini, dia berbuat dosa, Engkau harus menyerahkan dia ke dalam tanganku. Lihat orang itu. Serahkan dia kepadaku. Dia layak menerima hukuman.”

Seringkali kita sendiri yang menunjukkan perilaku yang memaksa Allah harus berkata kepada Iblis, “Baiklah, kau boleh menguasainya sampai dengan batas ini,” Bergantung pada takaran dosa Anda. Jika dosa Anda sangat serius, maka Anda akan masuk lebih jauh ke dalam kuasanya. Jika dosa Anda tidak begitu serius, mungkin Anda tidak masuk terlalu jauh ke dalam kuasanya. Namun, tak peduli seberapa kecil atau besar, dia tetap akan memastikan bahwa dia sudah meninggalkan bekas gigitannya pada diri Anda. Demikianlah, proses persidangan itu berlangsung siang dan malam. Dengan kata lain, keadilan Allah itu berlangsung setiap saat. Sidang Allah tidak pernah ditutup. Proses keadilan akan terus brelangsung sampai Kerajaan Kristus ditegakkan di muka bumi.


(2) “Aku melihat (saw = telah melihat) Iblis jatuh…”

Di Lukas 10:18, Yesus berkata, “Aku melihat (saw = telah melihat) Iblis jatuh seperti kilat dari langit.” Dan sebagian orang berpikir ayat itu berarti bahwa Iblis telah dilemparkan keluar dari surga pada saat Yesus mengucapkan firman tersebut. Bukan seperti itu kejadiannya. Yang tercatat di Lukas 10:18 adalah suatu nubuatan. Penglihatan yang bersifat nubuatan selalu merujuk ke peristiwa di masa depan namun disampaikan dalam bentuk lampau, hal yang bisa dibuktikan melalui ayat-ayat nubuatan di dalam Perjanjian Lama. Berulang kali para nabi itu menyebutkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan dengan memakai bentuk lampau karena hal-hal yang dinubuatkan itu pasti akan terjadi, sehingga penyampaiannya memakai bentuk kalimat seolah-olah peristiwa itu telah terjadi. Nubuatan adalah hal yang pasti akan terjadi. Itulah sebabnya mengapa rasul Petrus mengatakan, “Nubuatan itu pasti.”


(3) Saat ini juga Iblis mungkin sedang mengajukan dakwaannya tentang diri Anda di mahkamah surgawi

Izinkan saya untuk mengingatkan Anda sekali lagi, bahwa Iblis sekarang ini berada di dalam sidang pengadilan surgawi. Dan pada saat ini juga, mungkin dia sedang mengajukan dakwaan tentang diri Anda. Karena itulah rasul Paulus hidup dengan takut dan gentar. Sudah sering saya bertanya kepada orang-orang Kristen, mengapa Paulus takut dan gentar? Mengapa dia mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar? Mereka tidak bisa menjawab. Mereka tidak tahu proses pengadilan yang terus menerus berlangsung. Renungkanlah hal ini. Janganlah membuat tugas Pembela Anda menjadi mustahil lewat perilaku yang mengakibatkan upaya pembelaannya sia-sia. Setiap saat, tak peduli sekecil apapun dosa Anda, Iblis tidak akan melewatkan kesempatan itu. Dia akan memasukkan data itu ke dalam komputernya. Orang ini dengan segala dosa-dosanya. Orang itu dengan semua dosanya. Dia sangat efisien dalam bekerja. Dia punya jajaran pengacara yang melimpah dan dia adalah jaksa agungnya, pimpinan tertingginya. “Hukum orang ini! Dapatkan orang itu!” Suasana persidangan di atas sana luar biasa sibuknya.

Saya mohon demi kelangsungan hidup rohani Anda, pahamilah pokok ini dengan baik. Jika Anda tidak hidup di dalam kasih karunia Allah, dalam sikap hati yang terbuka, dengan hati yang murni, komitmen yang tulus dan tidak menipu diri sendiri, maka keselamatan rohani Andalah yang menjadi taruhannya. Martin Luther tahu persis masalah ini. Dia berkata bahwa kita tidak mungkin bisa bertahan menghadapi Iblis. Kita tidak bisa, kecuali jika kita bergantung pada kekuatan Tuhan yang memelihara kita.


Yesus adalah Pendoa Syafaat bagi kita

Satu pokok bahasan lagi dan kita akan tutup. Pokok ini adalah tentang doa syafaat. “Aku telah berdoa buatmu, Petrus, aku telah bersyafaat buatmu.” Bahkan sebelum naik ke surga, Yesus sudah bertindak sebagai Pembela. “Aku telah berdoa buatmu supaya imanmu tidak gagal.” Yesus tahu bahwa Petrus akan diuji. Dialah orang yang nantinya akan menyangkal Yesus secara terbuka di tempat umum.

Sungguh Pembela yang mengagumkan! Dia tahu kelemahan kita. Dia tahu tentang kita jauh melebihi pengetahuan kita sendiri tentang diri kita. Dia tahu apa yang akan terjadi pada diri kita dan dia telah bersyafaat bagi kita. Tak seorangpun dari kita yang bisa bertahan. Keselamatan tidak sekadar terjadi di Kalvari saja. Sadarkah Anda bahwa keselamatan kita terus menerus dikerjakan sekarang ini? Setiap saat dia mengajukan pembelaan buat Anda di dalam sidang pengadilan bagi kelangsungan hidup Anda. Akan tetapi, mengandalkan syafaatnya saja tidak akan membuat kita bertahan.

Itulah sebabnya mengapa kita harus pahami apa yang Paulus katakan di Roma 5:10,

“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”

Hidupnya yang dia jalani buat kita sekarang adalah syafaat bagi kita, karya buat kita, menguatkan kita, menopang kita, membela kita, dan di atas semua itulah keselamatan kita tergantung, bukan sekadar pada kematiannya. Keselamatan adalah proses yang berkelanjutan dengan mengandalkan Tuhan setiap saat.

Ayat Ibrani 7:25 merangkum apa yang telah saya sampaikan sejauh ini. Kita bisa diselamatkan karena kita memiliki Imam Besar yang hidup yang selalu bersyafaat buat kita. Keselamatan Anda sangat bergantung pada syafaatnya dan bukan sekadar pada kematiannya. Tak ada orang lain yang bekerja sedemikian keras bagi keselamatan kita. Janganlah kita meresikokan kelangsungan hidup kita dengan kebodohan kita. Kalau saja Anda punya kesempatan untuk bisa melihat sekilas suasana di dalam sidang surgawi, tentunya Anda akan mengerti mengapa kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.


Kita harus saling mendoakan sesama

Kita juga harus bersyafaat satu sama lain bagi kelangsungan hidup kita bersama. Kita semua harus saling bersyafaat. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata, “Berdoalah buatku. Perlawanan dari pihak lawan sangat keras. Iblis tidak sekadar melawanku di dalam persidangan di atas sana, dia juga memerangiku di bumi ini. Berdoalah buatku setiap saat.” Itulah sebabnya mengapa kita membutuhkan komunitas.

Namun apa yang terjadi di gereja? Yang ada adalah individualisme. Masing-masing mengerjakan urusannya sendiri. Anda membela kepentingan Anda sendiri, mengurusi hal Anda sendiri. Anda tidak peduli pada orang-orang di sekitar Anda. Anda bahkan tidak tahu apa persoalan yang sedang menimpanya. Namun Anda ingin bertahan hidup? Tidak ada sel di dalam tubuh yang bisa hidup sendiri. Jika saya memotong jari saya, maka jari itu akan mati. Mengapa jari itu bisa hidup? Karena ia didukung oleh seluruh tubuh. Setiap anggota tubuh berperan dalam menunjang kehidupan jari itu, mempertahankan kehidupannya. Kita saling bergantung satu sama lain. Tidakkah Anda memahami hal ini? Saya membutuhkan doa Anda. Dan Anda juga mungkin membutuhkan doa saya. Kita perlu saling mendoakan.


Tidak saling mendoakan adalah dosa

Samuel berkata, saat dia berbicara kepada umat Israel di 1 Samuel 12:23,

“Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu.”

Tidak saling mendoakan adalah dosa! Bagaimana mungkin Anda menyebut seseorang sebagai saudara seiman jika Anda tidak mendoakannya? Saudara macam apa itu? Apakah Anda menjadi orang yang bertanggung jawab saat Anda berkata, “Aku mengasihi dia tetapi aku tidak berdoa buatnya”?

Harus saya akui bahwa saya juga gagal dalam hal ini dan saya meminta maaf dari Anda semua, juga memohon ampunan dari Tuhan. Saya tidak mendoakan Anda semua sebagaimana yang seharusnya saya kerjakan. Dan inilah sebabnya saya selalu membuat pengakuan tentang betapa banyaknya hal yang harus saya kerjakan namun yang masih belum juga saya kerjakan. Saya kurang berdoa. Dan kadang kala, saya juga gagal mendoakan beberapa orang di gereja. Kiranya Tuhan berbelas kasihan karena saya tahu bahwa Iblis akan berkata, “Lihat orang yang menyebut dirinya pendeta ini. Dia sangat fasih berteriak-teriak di mimbar. Coba lihat dia! Dia tidak berdoa buat orang-orang yang telah Kau percayakan untuk digembalakannya. Izinkan aku menanganinya.” Dan dia memang sudah bertindak atas diri saya sampai batas tertentu. Jika dia diperkenankan untuk bertindak lebih jauh, mungkin saya sudah lama menjadi daging giling. Itulah sebabnya mengapa saya memohon kepada Sang Pembela, “Tolonglah aku.” Jadi, saya juga membutuhkan doa Anda. Dan jika Anda mengampuni saya, ingatlah saya dalam doa Anda.


Kita saling membutuhkan

Contoh kasus lain adalah yang tertulis di dalam Keluaran 17:11. Di sini Anda bisa lihat hal-hal yang berkenaan dengan peperangan rohani. Ketika Musa mengangkat tangannya, pasukan Israel unggul. Namun ketika lengannya menjadi letih, dan dia menurunkan tangannya, pasukan Israel mulai terdesak, tekanan melanda pasukan Israel. Jadi dia harus mengangkat tangannya lagi, akan tetapi dia sangat kelelahan! Akhirnya, jalan keluar yang dicapai adalah mereka menyediakan sebuah batu untuk dia duduk dan Yosua memegangi salah satu tangannya, lalu seorang lagi memegangi tangannya yang lain, dengan demikian mereka bisa terus menerus berdoa. Karena di dalam Perjanjian Lama, orang-orang kudus biasanya berdoa dengan tangan terangkat.

Kita saling membutuhkan. Dan jika kita mengaku saling peduli, tunjukkanlah hal itu di dalam doa kita. Secara praktis, Anda tentu tidak bisa bersyafaat bagi orang lain jika Anda tidak tahu apa persoalan yang sedang dihadapinya. Oleh karenanya, jika Anda benar-benar ingin berperan sebagai seorang Kristen dan berfungsi di dalam Tubuh Kristus, cobalah untuk mencari tahu tentang persoalan yang sedang melanda saudara seiman Anda. Karena jika Anda tidak tahu apa-apa tentang mereka, tidak ada yang bisa Anda doakan. Oleh karena itu, sangtlah perlu bagi kita untuk mengetahui persoalan masing-masing.

Selanjutnya Anda juga harus bersedia memberitahu orang lain tentang persoalan yang sedang Anda hadapi. Bagaimana mungkin orang lain bisa berdoa buat Anda jika mereka tidak tahu masalah apa yang sedang Anda hadapi? Berbagilah. Itulah sebabnya mengapa kita punya waktu sharing dan berdoa bersama. Bagikanlah persoalan Anda. Jangan takut untuk berkata, “Berdoalah buatku karena aku sedang menghadapi masalah ini”.

Dan juga berdoalah bersama-sama. Kadang-kadang Anda akan mendapati bahwa urusannya akan menjadi lebih mudah jika 2 atau 3 orang berkumpul bersama. “Di mana ada 2 atau 3 orang berkumpul dalam namaku, maka aku hadir di tengah mereka.” Berdoalah bersama orang lain. Berdoalah bersama 2 atau 3 orang lain dan Tuhan akan mendengarkan.

 

Berikan Komentar Anda: