Pastor Eric Chang | Matius 24:34 |

Terakhir kali kita membahas makna ungkapan ‘watch (berjaga-jaga, siap sedia)’. Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan,” dan juga, “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Apakah makna kata ‘watch (berjaga-jaga, siaga)’ ini? Secara harfiah kata ‘berjaga-jaga’ itu berarti tetap terbangun; tidak tidur tapi tetap berjaga.


Berjaga-jaga: gaya hidup anak-anak terang

Dari makna harfiah itu, kita melanjutkan untuk melihat bahwa kata ‘berjaga-jaga’ itu meliputi segenap cara hidup, suatu gaya hidup sebagai anak-anak terang, sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus, “Mereka yang tertidur, tidur di waktu malam (di dalam kegelapan), namun kita bukan anak-anak malam, kita adalah anak-anak siang, kita adalah anak-anak terang. Dan mereka yang berdiam di dalam terang tidak tertidur, mereka tetap terjaga.” Demikianlah, kita mengerti bahwa ketika Yesus berkata, “Berjaga-jagalah,” dia tidak bermaksud menyuruh kita untuk terus membelalakkan mata menantikan sesuatu yang kita tidak tahu kapan terjadinya, atau terus menerus mengamati awan-awan sambil berharap Yesus akan tiba-tiba muncul di antara awan-awan itu. Itu bukanlah makna dari kata ‘berjaga-jaga’. Makna ‘berjaga-jaga’ adalah suatu gaya hidup yang seutuhnya di dalam terang; secara konsisten setia pada Allah. Jadi, kapanpun Yesus datang, kita akan siap karena kita tetap setia. Kita tidak akan terkejut, tidak akan didapati sedang berada dalam kehidupan rohani yang kalah karena kita konsisten dan stabil di dalam terang.

Begitu banyak orang Kristen yang hidupnya naik-turun dan labil. Tidak teguh dan konsisten. Ini sangat berbahaya. Saat Anda jatuh Anda sedang mempermalukan Tuhan lewat cara hidup yang tidak konsisten. Bulatkan tekad Anda untuk menjadi orang Kristen yang teguh yang bergerak dengan langkah pasti. Teguh dan setia setiap saat. Itulah yang disebut anak-anak terang. Terang yang tidak meredup. Pasti ada yang salah dengan generatornya jika hal semacam itu terjadi. Ada masalah dengan sumber listriknya. Hal ini tidak boleh terjadi. Orang-orang Kristen tidak boleh berlaku seperti ini. Kita harus menjadi terang dunia dan kita harus hidup di dalam terang. Kita harus hidup di dalam terang secara teguh dan konsisten. Itulah arti dari ‘berjaga-jaga’.

Beberapa aspek dari arti berjaga-jaga:


Berjaga-jaga seperti seorang prajurit: jangan sampai disergap!

Yesus berkata bahwa kedatangannya berlangsung secara tidak terduga, seperti jerat, seperti jebakan yang menyergap secara tiba-tiba. Pakar dari Cambridge, C.H. Dodd di dalam studinya untuk topik ini, menunjukkan bahwa dari segi bahasa, kata berjaga-jaga ini tampaknya memiliki makna militer, yakni untuk tetap siaga menghadapi kemungkinan serangan mendadak setiap saat. Dalam istilah yang berbeda, perangkap itu bisa saja menjerat sewaktu-waktu. Di sini terdapat ‘war motif (motif perang)’ atau ‘battle motif (motif pertempuran)’. Artinya, Anda sudah tahu bahwa pihak lawan sedang bergerak ke arah Anda, dan Anda harus tetap siaga. Anda tidak akan berani lalai karena serangan bisa saja datang mendadak. Demikianlah, tetap berada di dalam  terang berarti cara hidup di mana kita secara rohani tetap terjaga.


Iblis bermaksud menyerang secara mendadak

Baru-baru ini, saya mengunjungi Calgary, dan sempat beberapa jam di daerah pegunungan di Taman Nasional. Kami sempat memasuki ‘wilayah beruang’! ‘Wilayah kekuasaan beruang’ adalah tempat di mana beruang-beruang bebas berkeliaran. Dan di Taman Nasional, Anda tidak boleh membawa senjata api. Jadi, para beruang bebas berkeliaran namun Anda tidak diizinkan untuk mempersenjatai diri untuk melindungi diri Anda!

Anda semua tentunya tahu bahwa beruang grizzly jelas bukan jenis makhluk yang ingin Anda ajak bertengkar. Beruang grizzly bisa mencapai berat sampai 450kg, mendekati 1000 pound, dan bisa berdiri sampai setinggi 8 kaki (hampir 2,5 meter). Artinya, ini adalah makhluk raksasa yang tentunya tidak akan Anda ganggu. Sekalipun Anda adalah seorang ahli karate atau kung fu, saya rasa Anda akan mengalami nasib buruk jika berjumpa dengannya. Dengan kekuatan otot Anda yang hebat itu, mungkin Anda hanya akan membuat sedikit lecet pada tubuh beruang grizzly.

Oleh karena itu, pihak taman nasional memberikan saran-saran bagi Anda, yang disusun dalam bentuk brosur, tentang bagaimana cara melindungi diri Anda. Beberapa saran di antaranya termasuk saran untuk membawa kaleng berisi batu kerikil, jadi Anda bisa membuat kegaduhan yang semoga saja bisa mengalihkan perhatian beruang itu. Jika upaya ini gagal, maka kalau Anda membawa ransel, silakan lepaskan ransel Anda lalu lemparkan sebagai pengalih perhatian dan berlarilah secepat mungkin dari sana. Mungkin beruang itu akan tertarik oleh ransel tersebut dan membiarkan Anda melarikan diri. Akan tetapi, jika Anda tidak membawa kaleng berisi kerikil, juga tidak membawa ransel, maka hal yang bisa Anda lakukan adalah berusaha untuk tetap diam seperti patung sekalipun hewan itu mendatangi Anda. Jika hal ini tidak juga memberi hasil, dan beruang itu tetap tertarik pada Anda, maka Anda bisa bertiarap sambil menaruh tangan Anda di belakang leher Anda, berpura-pura mati. Mudah-mudahan dia akan segera berlalu setelah mencakar atau menggigit Anda beberapa kali. Tentunya semua ini menunjukkan bahwa Anda harus selalu memelihara kesiagaan Anda.


Berjalan dalam kelompok

Orang-orang yang menjelajahi taman nasional itu akan berjalan dalam kelompok. Di sanalah kesamaannya dengan gereja. Ini adalah hal yang penting dalam kehidupan Kristen. Beruang cenderung menghindari kelompok-kelompok orang. Berada dalam kelompok juga bisa membuat kegaduhan yang lebih ramai sehingga beruang cenderung tidak mau menyerang. Jika Anda sendirian, maka Anda berada dalam bahaya. Ada banyak pelajaran rohani yang bisa kita pelajari dari sini sehubungan dengan hal berjaga-jaga. Sangat penting untuk hidup di dalam sebuah komunitas. Semua binatang buas lebih takut menghadapi suatu kelompok orang dibandingkan dengan satu individu saja.

Saat saya berjalan di wilayah pegunungan itu, muncul suatu rasa waspada dan mata Anda akan selalu mengawasi sekeliling Anda. Pihak taman nasional memberitahu bahwa beruang yang berjalan bersama anak-anaknya itu yang sangat berbahaya. Seekor induk beruang dengan satu atau dua anaknya adalah beruang yang paling mematikan. Dia akan segera menyerang jika dia merasakan sedikit saja tanda-tanda bahaya. Malahan, sehari sebelum saya pergi ke pegunungan itu, di halaman depan dari koran setempat memberitakan tentang seseorang yang baru saja diserang oleh beruang grizzly, dan dia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan terluka parah. Di sini ada pelajaran rohani yang sangat penting.

Ungkapan yang sejajar dengan hal ini dengan tepat disampaikan oleh Petrus di 1 Petrus 5:8. Mengapa kesiagaan sangat dibutuhkan? Karena keselamatan Anda bergantung pada kesiagaan Anda; hidup Anda bergantung padanya. 1 Petrus 5:8 berbunyi sebagai berikut:

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Dia ingin menelan Anda. Dan jika Anda memiliki pandangan yang salah, mengira bahwa Iblis itu seperti singa yang sudah dicabut giginya, dan tidak akan mampu menelan Anda, maka sebaiknya Anda baca lagi ayat tersebut. Dia tahu bagaimana cara menelan Anda jika Anda tidak bersiaga. Jadi sadarlah! Berjaga-jagalah!

Kita sekarang dibuai oleh satu bentuk ajaran yang memberitahu kita bahwa sebenarnya tidak ada bahaya yang perlu dikuatirkan. Kita pasti aman selamanya. Tindakan menanamkan ajaran semacam ini ke dalam benak orang-orang sama artinya dengan melucuti mereka. Sama artinya dengan menyuruh mereka untuk menjelajahi ‘wilayah kekuasaan beruang grizzly’ tanpa harus bersiaga karena semua grizzly di sana adalah beruang grizzly tua yang sudah sekarat, atau jika Anda kebetulan bertemu dengan mereka, maka mereka itu sudah dirantai. Atau, jika Anda kebetulan bertemu dengan salah satu monster ini, jangan kuatir karena semua gigi dan cakarnya sudah dicabut. Jika Anda mengutus seseorang ke negeri beruang dengan menanamkan ilusi semacam ini di dalam benaknya, sama artinya dengan Anda mengutus dia untuk dibunuh. Ini jelas sangat mencelakakan! Kita tidak boleh memegang ajaran yang semacam ini. Ajaran yang alkitabiah menyuruh Anda untuk selalu berjaga-jaga, selalu siaga.


Anda tidak tahu kapan Anda akan diserang

Tadi kami sebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan apa yang disebut ‘war motif (motif perang)’, atau ‘battle motif (motif pertempuran)’. Ini adalah hal yang sangat penting. Hal yang menakutkan bagi seseorang di pegunungan Rockies bukan bahwa ada beruang grizzly melainkan bahwa Anda tidak tahu kapan Anda akan bertemu dengannya. Di sinilah tepatnya letak kedekatan antara kesiagaan di negeri beruang dengan ajaran Yesus – Anda tidak tahu kapan peristiwa itu akan terjadi. Ini adalah hal yang sangat vital. Saat Anda sedang berjalan, tiba-tiba saja dari balik sebuah semak muncullah monster raksasa yang menakutkan ini.

Di dalam istilah militer, hal ini dikenal sebagai serangan mendadak atau sergapan. Serangan mendadak adalah hal yang sangat ditakuti oleh para komandan militer. Mereka takut akan sergapan karena unsur kejutannya membuat Anda kehilangan waktu yang seharusnya Anda pakai untuk bereaksi. Anda sedang berjalan di sebuah tempat, dan tiba-tiba saja tembakan senapan mesin menembaki dari segala arah. Anda terjebak di tempat terbuka karena mereka sudah menghadang jalan-jalan lolos Anda. Ini adalah hal yang mematikan. Setiap komandan militer khawatir akan sergapan. Serangan mendadak adalah hal yang sangat menakutkan. Dan Kitab Suci memperingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga karena Iblis sudah siap untuk menyergap Anda setiap waktu, untuk menyerang Anda secara mendadak di saat Anda tidak siaga. Itulah sebabnya mengapa saya katakan, bagi mereka yang kehidupannya jatuh-bangun, orang Kristen semacam ini sedang mengundang serangan Iblis, undangan itu muncul jika mereka menunjukkan kelemahannya. Saat Anda sedang lemah, saat itulah serangan muncul.


Berjaga-jaga: namun jangan dilumpuhkan oleh rasa takut akan serangan

Saya rasa Anda semua tahu bahwa anjing adalah makhluk yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi – mereka bisa merasakan kelemahan dan ketakutan Anda. Dan begitu mereka mencium ketakutan ini, maka mereka akan menyerang. Pernahkah Anda perhatikan bahwa orang yang takut akan anjing akan selalu diserang oleh anjing? Dan mereka yang tidak takut pada anjing justru tidak pernah diserang oleh anjing. Sungguh aneh, bukankah begitu? Semakin Anda takut, maka Anda akan semakin diserang. Dan Iblis justru persis seperti itu. Dia merasakan ketakutan Anda. Dia merasakan saat-saat Anda menjadi lemah dan dia akan menyerang. Itu sebabnya dia tidak bisa menyerang orang Kristen yang konsisten. Seorang Kristen yang konsisten melangkah dengan teguh. Iblis tidak bisa mendapat celah untuk menyerang. Kapan kesempatan yang baik? Tak ada kesempatan yang baik karena adanya konsistensi rohani yang teguh dan terus melangkah di level yang lebih tinggi. Itulah sebabnya mengapa saat Yesus berbicara tentang akhir zaman, kata ‘berjaga-jagalah’, ‘waspadalah’, ‘siaga’ selalu diulang-ulang karena kelangsungan hidup kita bergantung padanya.

Namun rasa takut akan diserang juga bisa melumpuhkan. Rasa takut akan sergapan dapat melumpuhkan kehidupan Kristen. Ada sebagian orang Kristen yang tidak pernah melakukan apa-apa karena mereka takut akan diserang. Mereka takut dicela. Sebagian orang begitu takutnya kalau-kalau saat mereka mengerjakan sesuatu lalu mendapat kritikan. Rasa takut akan diserang telah melumpuhkan mereka. Dan Iblis adalah ahli strategi yang hebat. Dia bisa menyerang dan mengalahkan Anda. Di juga bisa tidak menyerang tetapi tetap mengalahkan Anda. Apa maksudnya ini?


Strategi ‘Kota Kosong (空城計)’ dari Zhu Ge Liang

Izinkan saya menggambarkan hal ini lewat kisah seorang ahli strategi dalam sejarah militer Tiongkok, Zhu Ge Liang. Anda tahu, Zhu Ge Liang sangat memahami hal ini. Dia tahu persis akan bahaya sergapan, dia juga sering memakai serangan mendadak ini terhadap musuhnya. Akan tetapi dia juga tahu bagaimana cara mengeksploitasi ketakutan akan serangan mendadak yang ada dalam benak musuh-musuhnya, jadi dia bisa mengalahkan musuhnya tanpa harus menyerang, yakni dengan cara mengeksploitasi ketakutannya. Inilah prinsip dari ‘Kung Qeng Ji – 空城計 yakni ‘Strategi Kota Kosong’. Pihak musuh sudah mengepungnya, sedangkan pasukan utama Zhu Ge Liang sedang berada di tempat lain. Dia kedapatan sedang tidak bersama dengan pasukannya, dan kali ini pihak musuh berhasil mengunggulinya. Laporan intelijen pihak musuh cukup cermat. Intelijen pihak musuh mengetahui bahwa pasukan Zhu Ge Liang sedang berada di tempat lain, dengan demikian, panglima ini, Zhu Ge Liang ini, sedang tidak bersama dengan pasukan utamanya. Lalu musuh mengepung kota di mana Zhu Ge Liang berada saat itu, karena tahu bahwa pasukan utamanya tidak sedang di sana.

Zhu Ge Liang adalah seorang ahli strategi yang ulung, dan dia berusaha memanfaatkan rasa takut akan sergapan, rasa takut akan serangan mendadak. Dia membuka semua pintu gerbang kota dan menantang mereka untuk masuk. Di sinilah rasa takut akan sergapan dimanfaatkan. Semua panglima perang takut akan serangan mendadak. Dan Zhu Ge Liang lalu menjalankan gertakannya. Ini semacam suatu perjudian besar! Dia buka semua pintu gerbang dan menyuruh beberapa orang menyapu jalanan di luar pintu gerbang dengan tenang, seolah-olah berkata, “Silakan masuk!” Lalu panglima musuh meneliti keadaan ini, menggaruk-garuk kepalanya, dan berkata, “Siapa yang sedang ditipu di sini? Apakah laporan intelijenku tepat? Mungkinkah Zhu Ge Liang sudah berhasil menipu para agen rahasiaku? Bisa saja pasukan utamanya masih berada di dalam kota, bersembunyi di sana, menunggu untuk menyergap pasukanku saat mereka masuk ke kota. Kalau pasukannya tidak ada di dalam kota, mana berani dia membuka semua pintu gerbang seperti ini dan mengundang kita masuk ke sana, menantang kita untuk masuk?” Anda lihat, Zhu Ge Liang memanfaatkan sepenuhnya rasa takut akan sergapan.

Hasilnya adalah bahwa panglima musuh itu menarik mundur pasukannya karena setelah berpikir-pikir sekian lama, dia menganggap bahwa Zhu Ge Liang ini adalah orang yang terlalu berbahaya untuk diserang begitu saja. Jadi dia menarik mundur pasukannya. Sebenarnya, tentu saja, Zhu Ge Liang tidak punya pasukan di dalam kota itu. Laporan dari intelijen pihak musuh sebenarnya tepat. Tidak ada sergapan yang disiapkan di sana. Yang dilakukan oleh Zhu Ge Liang hanya sekadar bertaruh saja karena dia tahu kalau dia tidak bertaruh, maka dia pasti kalah karena musuh pasti akan melancarkan serangannya. Akan tetapi dia memukul mundur pihak musuh melalui rasa takut akan sergapan. Dia buka pintu gerbang dan berkata, “Silakan masuk. Coba saja.” Dan hal ini justru membuat musuhnya ketakutan.

Demikianlah, jika Anda berpikir, “Kalau aku melakukan hal ini, jelas sangat berbahaya! Mungkin Iblis sedang menungguku di sana! Dan kalau aku pergi ke sana, bang! Dia akan menungguku di sana! Menakutkan sekali! Dan kalau aku pergi ke sini, maka dia akan meninjuku juga. Menakutkan sekali!” Saya sudah pernah bertemu orang Kristen yang datang untuk konseling dan berkata, “Haruskah saya mengerjakan ini? Apakah saya memang harus mengerjakannya?” Lalu saya berkata, “Nah, mengapa Anda tidak melakukannya saja? Bergeraklah! Majulah!” “Tapi bagaimana kalau terjadi hal ini? Bagaimana kalau terjadi hal itu?” Mereka seperti sang jenderal yang sedang berdiri di luar pintu gerbang kota sambil berkata, “Haruskah aku menyerang? Atau jangan menyerang?” Anda tidak akan memenangkan pertempuran apapun dengan sikap seperti ini. Anda harus maju, dan kita tahu bahwa kita memiliki satu keuntungan yang tidak dimiliki oleh sang jenderal itu, yakni bahwa kita memiliki kepastian akan kemenangan, asalkan kita maju dalam ketaatan, kesetiaan dan komitmen kepada Tuhan.

Itulah poin yang ingin saya sampaikan secara khusus kepada orang-orang Kristen yang masih baru agar dipahami dengan jelas. Jangan pernah dilumpuhkan oleh rasa takut akan serangan. Sekalipun saya perlu tekankan bahwa serangan itu berbahaya, saya juga harus menekankan sisi lainnya. Kita harus melangkah maju, namun maju dalam kesiagaan. Kita tidak boleh berkata bahwa karena ada bahaya di depan maka kita tidak akan maju. Kita harus bergerak, kita harus maju, namun dengan tangan siaga di gagang pedang, atau gambaran yang modern, dengan jari siap di pelatuk, melangkah maju dalam kesiap-siagaan penuh, berhati-hati akan tetapi maju terus dengan langkah pasti di dalam peperangan rohani.

Saya sudah sering melihat orang Kristen yang dilumpuhkan oleh hal ini. “Aku ingin melayani Tuhan. Aku akan melayani full-time.” Lalu ia mulai berpikir. “Oh ya! Lalu bagaimana dengan pendapat teman-temanku? Bagaimana pendapat orang tuaku nanti? Bagaimana dengan ini dan itu?” Pada akhirnya Anda lalu berkata, “Lupakan saja!” Demikianlah, kita terus saja menurunkan komitmen kita, kita terus saja berkompromi sampai akhirnya kita tidak berbuat apa-apa. Itulah akibat yang timbul dari rasa takut akan serangan. Terlalu banyak ketakutan. Anda harus bergerak maju. Bisa jadi Anda kena tembak. Bisa saja Anda terluka akan tetapi memang itulah hal yang terjadi pada seorang prajurit. Mungkin saya takut terluka, lalu saya tidak mau menjadi prajurit, mungkin saya akan menjadi tukang roti saja. Mungkin saya akan jadi juru masak saja. Anda tahu, bisa saja Anda terluka oleh pisau dapur.

Jika Anda takut terluka, jangan jadi prajurit Kristus. Tugas prajurit adalah maju, dan mereka tahu bahwa mungkin saja peluru yang berikutnya akan mengenai diri mereka, akan tetapi mereka tetap maju. Saya harap orang Kristen tidak menjadi ketakutan, seperti yang dikatakan oleh Paulus kepada Timotius di 2 Timotius 1:7, Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, bukan roh penakut, melainkan hikmat, roh yang memberi kekuatan yang melangkah maju dalam keberanian namun dengan hikmat. Ini adalah hal yang sangat penting.


Berjaga-jaga itu berkaitan dengan siapa diri kita ini

Setelah semua uraian ini, saya ingin menelaah beberapa hal. Yakni mengenai kesimpulan yang kita capai pada pembahasan di khotbah yang lalu, yaitu bahwa kata berjaga-jaga ini berkenaan dengan keberadaan, yaitu, mengenai siapa diri kita ini. Ia tidak berkaitan dengan apa yang kita perbuat melainkan dengan siapa diri kita ini. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dipahami. Berjaga-jaga itu berkaitan dengan hal siapa diri kita ini. Ini adalah masalah sikap hati terhadap hidup yang dijalani sehari-hari. Keberadaan Anda adalah hidup secara rohani, dan oleh karena Anda secara rohani hidup, maka Anda secara rohani siaga, berjaga-jaga. Anda mengerjakan sesuatu hal oleh karena seperti itulah diri Anda.

Anda bisa saja mengerjakan sesuatu hal tanpa memiliki sifat tersebut, artinya, Anda bisa saja berusaha menjadi orang yang baik padahal sebenarnya Anda adalah orang yang jahat. Anda bisa menunjukkan kebaikan walau di dalam diri Anda sebenarnya jahat. Itu bukanlah siapa diri saudara sebenarnya, itu adalah perbuatan. Itu bukanlah “being”. Menurut Kitab Suci dan juga ajaran Yesus, siapa Anda adalah hal yang paling penting. Siapa diri Anda adalah hal yang penting, dan setelah itu lahirlah perbuatan-perbuatan yang dilandasi oleh siapa diri Anda itu. Prinsip ini sangatlah penting dalam rangka memahami ajaran Yesus.

Dan di sini, secara singkat, saya akan berusaha menunjukkan kepada Anda bagaimana prinsip ini perlu untuk diterapkan di dalam sebagian besar ajaran Yesus. Mari kita mulai dengan ayat pertama, yang seringkali dianggap sebagai ayat yang paling sukar di Matius pasal 24. Dalam menguraikan Firman Allah, saya tidak menghindar dari ayat-ayat, tidak peduli seberapa sulit ayat itu. Saya akan memberi pengantar akan apa yang menjadi eksposisi di dalam ayat ini, mengenai makna penting keberadaan, keberadaan sebagai anak-anak terang. Sebagai anak-anak Allah, kita adalah anak-anak terang. Sebagai yang hidup di dalam terang, kita bukan sekadar berpura-pura, bukan sekadar melakukan, bukan sekadar mengetahui dan bukan sekadar memiliki terang namun kita adalah terang.

Apa kaitan semua ini dengan Matius 24:34?

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.”

Apa artinya? Bagaimana kita akan memahami hal ini? Apa hubungan antara hal-hal yang telah kita pelajari itu dengan ayat ini? Tampaknya hanya sedikit sekali hubungannya. Namun Anda akan segera mengerti bahwa tidak demikian halnya. Mari kita pelajari. Yesus telah menyatakan bahwa kedatangannya akan berlangsung secara tiba-tiba, secara tidak terduga dan dia telah menyebutkan tentang peristiwa-peristiwa macam apa saja yang akan terjadi sebelum kedatangannya. Lalu dia melanjutkan dengan berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.” Bagaimana kita akan memahami hal ini? Ayat ini telah menjadi crux interpretum, artinya, merupakan ayat yang sukar bagi para penafsir. Malahan, mereka mendapati bahwa ayat ini luar biasa sulitnya.

Mari kita teliti beberapa kemungkinan makna yang bisa muncul di sini.


Apakah arti “angkatan” ini?

Apakah arti dari angkatan ini? “Angkatan ini”, angkatan yang mana? Jika kita menganggap bahwa kata ‘angkatan’ itu adalah generasi pada zaman Yesus, lalu maksud perkataannya adalah, “Angkatan yang mendengar ucapanku sekarang dan di tempat ini, orang-orang sedang berdiri di sini tidak akan berlalu sebelum semua hal yang aku ucapkan ini terjadi,” maka itu berarti bahwa Yesus akan datang pada masa hidup generasi itu juga.

Jika demikian halnya, maka berarti Yesus telah salah. Kita harus menghadapi kenyataan jika memang hal itu yang dia maksudkan. Dan mereka yang mengasihi kebenaran, tentunya tidak akan menghindar dari kebenaran, kita harus berkata, “Yah, kurasa dia memang salah.” Dia tidak datang pada masa generasi itu. Tidak semua yang Yesus ucapkan terjadi pada masa hidup generasi itu.

Yang kedua, kata-kata semuanya ini terjadi, artinya, semuanya ini akan terjadi di generasi ini, kata ‘terjadi (genetai)’ berbentuk aorist subjunctive – bagi Anda yang mempelajari tata bahasa Yunani. Aorist subjunctive memiliki makna tentang masa depan, dan oleh karena itu ayat tersebut diterjemahkan sebagai sesuatu yang akan terjadi nanti, yakni akan terjadi. Sebagian dari Anda tentunya tahu bahwa bentuk aorist adalah salah satu bentuk kata yang tidak memilki padanannya di dalam bahasa Inggris (demikian pula dalam bahasa Indonesia, pent.). Namun jika kita artikan ini sebagai suatu inceptive aorist (sesuatu yang berawal dari satu titik itu), maka kita bisa menerjemahkan ayat tersebut secara lebih wajar dengan bentuk berikut: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini mulai terjadi.” Ini adalah salah satu bentuk terjemahan yang bisa diajukan. Namun persoalannya adalah mengapa harus dipandang sebagai bentuk aorist inceptive dan bukannya bentuk aorist yang lain? Dengan demikian, menyatakan bahwa bentuk yang dipakai di sini adalah aorist inceptive sebenarnya tidak bisa dipastikan. Tidak ada eksegesis yang bisa bertahan jika mengandalkan pernyataan yang bersifat tidak pasti.


Yesus tidak tahu kapan waktu kedatangannya

Jadi apakah kita juga harus mempertimbangkan kemungkinan adanya kontradiksi di dalam ucapan Yesus? Jangan takut menghadapi kenyataan. Orang Kristen tidak boleh takut menghadapi kenyataan. Mungkinkah kita ini sedang menghadapi suatu pertentangan di dalam ucapan yang disampaikan oleh Yesus? Lihat lagi ayat 36. Apakah yang dikatakan di ayat 36? “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.” Dia mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu. Dia berkata, “Aku tidak tahu kapan hal itu akan terjadi,” namun di ayat 34 dia memberitahu kita bahwa hal itu akan berlangsung di dalam masa hidup generasi tersebut. Bukankah ini suatu pertentangan?


Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan kata ‘angkatan’?

Kunci pemahaman ayat ini ada pada kata ‘angkatan’. Apakah arti kata ‘angkatan’ ini? Apakah hal itu menunjukkan sezaman, zaman waktu dia hidup? Jika kata angkatan itu berkenaan dengan ‘sezaman’ maka Yesus telah salah. Namun jika Anda cek kata ‘angkatan’ di dalam bahasa Yunani, Anda akan temukan bahwa kata angkatan ini tidak sekadar menunjuk kepada ‘sezaman’.

Kata ini memiliki makna yang sangat luas. Kita juga perlu melihat bagaimana kata ini dipakai oleh Yesus sendiri karena cara dia menggunakan kata ini akan menentukan apa makna kata tersebut di dalam ayat ini.


‘Angkatan’ bermakna jenis orang; ‘genea

Kata ‘generation (angkatan)’ merupakan terjemahan dari kata Yunani genea, yang pada dasarnya berarti keturunan dari leluhur yang sama. Jadi, kata ini bisa diterjemahkan sama seperti terjemahan yang dipakai di dalam kamus Liddell & Scott yaitu mempunyai arti ‘keturunan’ khususnya ‘keturunan atau keluarga’. Kata ini pada dasarnya bermakna lahir, dilahirkan oleh, dan berasal dari akar kata yang memiliki makna menjadi, dilahirkan sebagai, dan perhatikan, to be (menjadi). Sangatlah penting untuk memahami hal ini. Sekarang Anda mulai bisa melihat hubungan antara apa yang sedang saya sampaikan sekarang dengan apa yang telah kita bahas sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan, ini sangat penting, yakni keberadaan tertentu karena Anda dilahirkan sebagai jenis tertentu.

Mari kita lihat pada pasal yang sebelumnya untuk contoh, yakni Matius 23:33. Di sini Yesus berbicara kepada orang-orang Farisi. Katanya kepada orang-orang religius munafik ini,

“Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?”

Kata ‘keturunan’, adalah kata angkatan.

Atau sebagaimana yang terdapat di Yoh 8:44, hal yang sama disampaikan dalam bentuk yang berbeda, “Iblislah yang menjadi bapamu.” “Dia adalah ular dan kalian adalah keturunan ular. Kalian adalah ular beludak.” Ular beludak termasuk ular juga. “Kamu adalah ular karena bapamu adalah ular, bapa rohanimu adalah ular.” Dia tidak sedang berbicara tentang bapa jasmani tentunya. “Secara rohani, kalian dilahirkan dalam jenis ini, yakni dilahirkan oleh iblis.” Ini adalah kata-kata yang keras. Ucapan ini tidak dimaksudkan sebagai penghinaan. Ucapan ini dipakai sebagai diagnosa, untuk menjelaskan kepada Anda seperti apa situasi Anda sekarang.


Kata ‘angkatan’ berarti: jenis manusia, tidak menunjuk kepada periode waktu

Kamu keturunan ular beludak“: kata ‘generation (keturunan, angkatan)’ yang juga dipakai di sini adalah kata yang memiliki akar kata yang sama yakni genea, memiliki makna dasar yang sama yaitu keturunan atau angkatan. Ini berarti bahwa kata angkatan di dalam ayat tersebut tidak dimaksudkan sebagai penunjuk waktu sebagaimana arti yang muncul di dalam terjemahan Inggris (dan juga LAI). Kata itu berbicara tentang jenis manusia. Sangatlah penting untuk bisa memahami hal ini: yakni maknanya adalah “jenis manusia.


Maknanya di dalam Perjanjian Lama

Anda bisa temukan makna ini dalam pemakaian yang cukup banyak di dalam Perjanjian Lama.

Sebagai contoh, di Mazmur 14:5, sayangnya kita tidak punya banyak waktu untuk membahasnya. Jika Anda ingin mencatatnya, Anda bisa mencatat hal ini dan mempelajarinya nanti. Mazmur 14:5, angkatan yang benar. Apakah arti dari angkatan yang benar itu? Jenis orang yang benar, itulah artinya.

Ada begitu banyak contoh untuk ini. Saya akan bacakan satu bagian dari Amsal yang menggambarkan hal ini dengan tegas. Amsal 30:11-14,

“Ada keturunan yang mengutuki ayahnya dan tidak memberkati ibunya. Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri. Ada keturunan yang berpandangan angkuh, yang terangkat kelopak matanya. Ada keturunan yang giginya adalah pedang, yang gigi geliginya adalah pisau, untuk memakan habis dari bumi orang-orang yang tertindas, orang-orang yang miskin di antara manusia.”

Di dalam ayat-ayat tersebut sebenarnya kata Ibrani yang diterjemahkan bermakna ‘keturunan (generation = angkatan, keturunan)’. Kata ‘generation (angkatan, keturunan)’ bermakna jenis manusia.

Anda juga bisa temukan di Yeremia 2:31. “Keturunan” Apakah arti dari kata tersebut? Maknanya adalah menunjuk kepada orang-orang yang berperilaku tertentu.

Dan saya akan bacakan secara khusus Yeremia 7:29, karena ayat ini tertuju langsung kepada Perjanjian Baru. Yeremia 7:29 berbunyi sebagai berikut:

“Cukurlah rambut kepalamu dan buanglah! Angkatlah ratapan di atas bukit-bukit gundul, sebab TUHAN telah menolak dan membuang bangsa yang kena murka-Nya!” (Generation of His wrath = Angkatan yang kena murka-Nya.)

Kata angkatan di sini merujuk pada jenis orang yang terkena murkaNya. Mencukur rambut sekali lagi adalah tanda perkabungan. Angkatlah ratapan – meratap seolah-olah ada orang yang meninggal karena Tuhan telah meninggalkan orang-orang yang telah kena murkaNya ini.

Kata ini juga dipakai di dalam gulungan kitab-kitab di Laut Mati, jika ada di antara Anda yang akrab dengan gulungan kitab Laut Mati. Di dalam 1QS314 dari Gulungan Kitab-kitab Laut Mati, kita temukan kata ‘generation (angkatan, keturunan)’ dipakai untuk “menunjuk secara jamak bukan untuk menunjukkan pergantian generasi-generasi menurut waktu melainkan pada jenis manusia”. Uraian ini bukanlah hasil karangan saya. Uraian itu adalah kutipan dari karya seorang pakar Perjanjian Baru, I.H. Marshall, di dalam karyanya Commentary on Luke (Tafsiran Lukas). Dia menunjukkan lagi di sana bahwa kata ini tidak mengacu pada waktu keberadaan suatu angkatan melainkan pada jenis karakter.


Makna di dalam Perjanjian baru

Kita akan mendapati bahwa makna ini juga lazim dipakai di dalam Perjanjian Baru. Makna semacam ini sebenarnya juga dipakai oleh Paulus. Di Perjanjian Baru bisa kita temukan makna ini di dalam berbagai tulisan Paulus. Dan beberapa di antaranya akan kita lihat nanti.

Sebagai contoh, di Filipi 2:15, ayat ini lebih merupakan rangkuman dari apa yang sedang kita bahas. Filipi 2:15 berbunyi sebagai berikut,

“Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.”

Nah, kata-kata angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa satu-satunya angkatan yang bengkok hatinya dan sesat itu adalah generasi di mana Paulus hidup. Angkatan tersebut tidak lebih bengkok dan sesat daripada angkatan lainnya jika kita artikan kata angkatan di sana sebagai kata yang menunjuk kepada suatu periode waktu. Yang dia maksudkan adalah jenis manusia yang hidup di dalam kegelapan, yang hidup di dalam dosa, yang hidup dalam keterasingan dari Allah, mereka disebut sebagai angkatan yang bengkok hatinya dan sesat.

Saya bisa saja melanjutkan penelusuran contoh-contoh ini namun jumlahnya akan terlalu banyak untuk kita bahas hari ini, dan kita akan menelitinya dalam waktu mendatang. Setelah melihat semua contoh dan uraian itu, sekarang kita kembali kepada firman, dan kita juga perlu melihat bukti-bukti dari ajaran Yesus. Namun sekarang mari kita simpulkan pembahasan tentang Matius pasal 24 hari ini. Sekarang kita mulai mengerti bahwa saat Yesus berbicara tentang angkatan yang bengkok dan sesat ini, dia tidak bermaksud mengatakan bahwa hanya orang-orang yang sedang mendengarkan firmannya saat itu saja yang merupakan angkatan yang bengkok dan sesat di dalam sejarah. Bukan begitu, yang dia maksudkan adalah semua orang yang hidup di dalam kuasa kegelapan adalah bengkok dan sesat. Jadi, kata angkatan itu mengacu pada jenis manusia; jenis manusia yang merupakan anak-anak kegelapan, keturunan dari kegelapan sebagai lawan dari orang-orang Kristen yang digambarkan sebagai ‘anak-anak terang’.


Kesimpulan atas Matius 24:34

Oleh karena itu, saat dia berkata di Matius 24:34, “Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi,” (saat Yesus berbicara tentang ‘angkatan’, maka dia cenderung untuk secara konsisten mengartikannya sebagai keturunan, anak-anak kegelapan), maka yang dia maksudkan, “Seluruh angkatan manusia yang jahat dan sesat ini, jenis manusia ini, tidak akan berlalu sebelum Kerajaan Allah datang mengubah semuanya.” Ini adalah hal yang sangat penting untuk dipahami. Kita akan melanjutkan pembahasan mengenai pokok ini.

Dari sini, saya berharap agar Anda memahami bahwa di dalam ajaran Yesus, penekanan terletak pada siapa kita ini, jenis manusia apakah kita ini. Sekalipun dia memakai kata ‘angkatan’, yang Yesus maksudkan adalah jenis orang yang hidup di dalam terang sebagai lawan dari angkatan ini, yaitu orang yang hidup di dalam kegelapan. Bahkan Paulus sendiri menyebut jenis manusia seperti ini sebagai angkatan yang bengkok hatinya dan sesat.

Jadi marilah kita bersinar di tengah angkatan ini. Mari kita melangkah sebagai orang-orang yang secara rohani hidup.

 

Berikan Komentar Anda: