Pastor Eric Chang | Matius 24:42-44 | Markus 13:33-37 |  

Hari ini, saya akan memusatkan perhatian pada satu kata, atau satu konsep yang disampaikan oleh Yesus di dalam perikop ini. Hal ini dapat ditemukan pada bagian akhir dari uraian atau ‘Khotbah Perpisahan’ Yesus.

Mari kita beralih ke Markus 13:33-37, yang berbicara tentang mendadaknya atau tidak terduganya kedatangan Yesus. Di perikop ini, Yesus memperingatkan para murid bahwa kedatangannya akan begitu mendadak. Terdapat satu kata yang terus menerus diulangi di dalam ayat-ayat ini. Inilah hal yang disampaikan oleh Yesus di Markus 13:33-37:

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!

Sangat sering kata ‘berjaga-jaga’ ini diucapkan oleh Yesus.


Berjaga-jaga terhadap apa?

Anak perempuan saya bertanya kepada saya tentang apa isi khotbah yang akan saya sampaikan pada hari Minggu ini. Jawab saya, “Isi khotbah nanti adalah tentang hal berjaga-jaga.” Lalu dia bertanya, “Berjaga-jaga terhadap apa?” Ini suatu pertanyaan yang sangat bagus. Karena ketika Yesus berkata, “Berjaga-jagalah,” tentunya kita akan segera bertanya, “Berjaga-jaga terhadap apa?” Bagaimana kita bisa berjaga-jaga terhadap sesuatu yang bahkan tidak kita ketahui? “Engkau menyuruhku berjaga-jaga, akan tetapi terhadap apa aku harus berjaga-jaga kalau engkau sendiri berkata bahwa kedatanganmu itu nanti tidak terduga?”

Sebagai contoh, jika Anda akan menemui seseorang di bandara, lalu dia berpesan, “Aku akan datang di jam sekian dengan penerbangan nomor sekian.” Nah, berjaga-jaga terhadap hal ini tentunya sangat mudah, dan kita bisa melakukannya. Pertama-tama, kita pergi mencari layar pengumuman, dan di layar itu tertulis bahwa pesawat nomor sekian akan segera tiba, dan pesawat tersebut memang akhirnya tiba. Lalu kita berkata, “Ah, sekarang dia sudah mendarat.” Lalu kita mulai mengamati (atau berjaga-jaga). Setelah mengamati layar pengumuman, hal selanjutnya yang akan kita awasi adalah pintu kedatangan. Lalu kita mulai mengawasi siapa saja yang keluar dari pintu kedatangan tersebut. Kita tahu terhadap apa kita harus berjaga-jaga karena kita tahu apa yang akan terjadi.

Akan tetapi bagaimana Anda akan berjaga-jaga terhadap hal yang tidak bisa Anda perkirakan? Anggaplah tamu kita berkata, “Aku akan datang di saat yang tidak kamu ketahui.” Lalu apa yang harus saya awasi? Sekalipun saya mengawasi layar pengumuman, hal ini tidak akan ada gunanya. Apa yang harus saya awasi? Apakah saya harus berdiam di bandara dari pagi hingga malam, sampai pagi berikutnya, sambil mengawasi orang-orang yang keluar dari pintu kedatangan? Saya tidak tahu pada hari dan jam berapa kedatangannya, lalu apa yang harus saya awasi?

Yesus berulang-ulang menyampaikan kepada para murid, “Hati-hatilah dan berjaga-jagalah,” namun Yesus juga memberitahu kita bahwa kedatangannya secara mendadak dan tak terduga, seperti pencuri di tengah malam. Lalu terhadap apa kita harus berjaga-jaga?”


Bagaimana berjaga-jaga terhadap pencuri jika Anda tidak tahu kapan dia akan datang?

Atau, persoalannya mungkin bisa dirumuskan seperti ini: “Bagaimana aku harus menjalankan hal ini?” Sangatlah penting untuk berjaga-jaga  karena itu berkaitan dengan hal keselamatan. Yesus berkata, “Anak Manusia akan datang seperti pencuri di malam hari.” Bagaimana Anda akan berjaga-jaga terhadap pencuri jika Anda tidak tahu kapan dia akan datang?

Ada berbagai cara bagi Anda untuk menjalankannya. Anda bisa menambahkan kunci pengaman di pintu, kunci pengaman yang khusus, atau juga menambahkan beberapa baut di kunci yang sudah ada, menambahkan rantai, semua hal itu bisa Anda lakukan. Lalu Anda bisa memperkuat jendela Anda. Mungkin, jika masih belum cukup, Anda bisa memelihara anjing herder. Seperti yang Anda ketahui, rumah salah satu saudari kita di telah beberapa kali kemalingan belakangan ini, dan cukup banyak harta yang telah terkuras oleh pencuri tersebut. Belakangan mereka telah memperkuat pintu depan, memasang alarm dan membeli anjing herder yang ditaruh di halaman belakang, mereka mengupayakan segala hal karena mereka tidak tahu kapan maling tersebut akan membongkar rumah mereka lagi. Tentu saja, saya ragu apakah langkah-langkah itu bisa mencegah pencuri yang profesional. Pencuri amatiran mungkin bisa digertak oleh anjing herder, namun bagi pencuri yang profesional, mereka tahu bagaimana menangani anjing herder, alarm dan pengamanan yang lainnya. Lalu bagaimana Anda akan berjaga-jaga terhadap kedatangan yang tidak terduga dari pencuri yang sangat ahli? Itulah pertanyaan yang perlu kita bahas di sini. Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan kata, “Berjaga-jaga,” itu?


Pesan ini disampaikan berulang-ulang secara konstan

Mulai dari bagian akhir dari pengajaran Yesus mengenai akhir zaman, kalimat dan ajaran ini diulang berkali-kali secara konstan. Di Matius 24:42, tertulis:

“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.”

Dan kemudian di pasal berikutnya, yakni di Matius 25:13, hal yang sama diulangi lagi,

“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Demikianlah, berkali-kali terjadi perulangan pesan ini. Matius 24:42-44 berkata,

“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”


Mengapa Yesus membandingkan kedatangannya dengan kedatangan pencuri di malam hari?

Mengapa Yesus membandingkan kedatangannya dengan masuknya pencuri di malam hari? Maksudnya, sudah tentu mereka yang benar-benar mengasihi Yesus tidak akan memperlakukan dia seperti pencuri yang mengendap-endap di malam hari. Mereka akan menyambut dia dengan penuh sukacita, seperti orang yang akan pergi ke bandara dan berkata, “Oh! Aku telah lama menantikan hal ini!” Hati Anda akan penuh oleh sukacita.

Lalu mengapa terdapat rujukan yang konstan terhadap peristiwa masuknya pencuri di malam hari? Alasannya adalah karena Yesus tahu bahwa jemaat secara keseluruhan akan sangat tidak siap menghadapi kedatangannya nanti. Lukas 18:8 –

“Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Ini adalah suatu pertanyaan retorik yang tentunya mengandung jawaban yang negatif. Dia tidak akan mendapati iman di muka bumi ini. Gereja secara keseluruhan telah semakin menjauh dari komitmen dan realitas rohani. Anda bisa lihat hal ini berlangsung di mana-mana. Sama seperti yang telah diperkirakan oleh Yesus, akan terjadi kemerosotan di akhir zaman ini, dan juga akan terjadi kemurtadan besar. Oleh karenanya, Yesus sendiri hanya mengharapkan jawaban yang negatif terhadap pertanyaannya sendiri, “Akankah Anak Manusia mendapati iman di muka bumi ini?”


Kedatangan Yesus akan seperti kedatangan mempelai bagi mereka yang menantikan dia

Bagi mereka yang dengan penuh harapan menantikan kedatangannya, peristiwa ini bisa digambarkan melalui perumpamaan yang disampaikan Yesus di pasal berikutnya, Matius 25, yakni mengenai sepuluh orang gadis. Mereka semua dengan penuh sukacita menantikan kedatangan mempelai pria. Akan tetapi, sebagian dari mereka ternyata tidak memiliki persiapan yang memadai dan akhirnya memang terbukti tidak siap.


Kedatangannya diibaratkan seperti pencuri di malam hari bagi yang tidak siap, yang akan mengalami kerugian besar

Namun bagi mereka yang tidak mengharapkan kedatangannya, maka kedatangannya itu akan memiliki dampak seperti kemalingan. Apakah artinya? Karena jika Anda ternyata tidak siap, maka Anda akan sangat merugi. Hal apakah yang dilakukan oleh pencuri? Dia tentu saja tidak datang dan berkata, “Halo, apakah Anda tidur nyenyak? Apakah Anda mendapat istirahat yang cukup? Saya hanya ingin menyapa Anda.” Tentu saja tidak! Dia tidak akan berkata apa-apa. Dia akan masuk dan mengambil barang-barang berharga milik Anda. Saat Anda bangun di pagi hari, Anda akan dapati bahwa jam tangan Anda yang baru telah lenyap, TV Anda telah lenyap, segala sesuatunya telah lenyap. Semua yang bisa dia angkut pasti akan dia bawa, paspor Anda, dompet Anda, uang Anda, segala yang berharga lenyap dalam semalam. Anda menderita kerugian. Dan poin dari peringatan Yesus adalah ini: Jika pada saat kedatanganku ternyata kamu tidak siap untuk menyambutnya, maka kamu akan merugi. Itulah sebabnya mengapa saya berkata bahwa keselamatan kita bergantung padanya. Kita juga perlu bertanya, “Apa yang akan menjadi kerugian kita? Kita sudah punya gambaran tentang kerugian yang akan kita derita jika kemalingan, lalu apa kerugian kita pada saat kedatangan Yesus jika kita tidak siap untuk itu?”


Mengapa kedatangan
Yesus itu mendadak dan tidak diumumkan?


(1) Allah sangat sabar dan ingin memberi kita waktu sebanyak mungkin untuk bertobat

Mengapakah kedatangannya mendadak dan tidak diumumkan? Ada banyak alasan untuk ini. Salah satunya telah saya sampaikan pada saat mengawali pembahasan isi Matius pasal 24, yakni bahwa semua peristiwa itu berlangsung dalam jangkauan waktu yang longgar. Allah tidak mematok suatu waktu tertentu, walaupun nubuatan mengatakan bahwa sesuatu hal akan terjadi, namun waktu penggenapan nubuatan itu tak pernah disampaikan karena kesabaran Allah. Dia ingin memberi kita sebanyak mungkin waktu untuk bertobat. Jika Allah menyatakan bahwa waktunya telah ditetapkan, maka waktu yang tersedia bagi kita akan berakhir saat itu juga tanpa peduli apakah kita percaya atau tidak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Petrus di 2 Petrus 3:9 bahwa Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Dia ingin, jika bisa, semua orang agar mendapat kesempatan untuk bertobat. Oleh karenanya, waktunya tidak dipatok secara ketat. Peristiwa yang dinubuatkan bisa saja datang secara mendadak; atau bisa juga terjadi belakangan. Malahan, sudah ada sebagian orang di masa awal gereja yang mengeluh tentang lamanya waktu berlalu dan Yesus belum juga datang, padahal zaman kita sekarang ini sudah berlalu sekitar 2000 tahun sejak zaman mereka. Dan kebanyakan orang sudah mulai berkata, “Apakah Yesus benar-benar akan datang? Mungkinkah Allah lupa? Mungkin Yesus memang tidak akan datang sama sekali.” Akhirnya tumbuh ketidaksabaran. Mungkin Yesus memang benar-benar tidak akan datang. Jangan lupa akan hal yang telah disampaikan oleh Petrus, “Anggaplah kesabaran Allah itu sebagai keselamatan bagimu.” Allah telah memberi Anda banyak waktu untuk bertobat. Jika Yesus datang pada malam ini, maka tampatlah riwayat Anda jika malam ini Anda tidak bertobat. Mungkin saja Allah sedang memberi Anda waktu semalam lagi. Dia bisa saja memberi Anda waktu sampai besok, namun jangan terlalu yakin akan hal tersebut. Yang Tuhan sampaikan adalah, “Jangan terlalu yakin akan hal ini. Jangan menganggap waktu yang telah diberikan itu sebagai hal yang memang seharusnya diberikan. Waktu yang tersedia buatmu mungkin akan berlalu lebih cepat dari yang kau duga.”


(2) Kemunafikan watak manusia

Alasan yang lain mengapa kedatangannya akan tidak terduga adalah kemunafikan dari watak manusia. Di sini Anda bisa melihat hikmat Allah.

Mungkin Anda menjalani hidup ini di dalam dosa. Namun jika Anda tahu bahwa Yesus akan datang pada akhir bulan ini, Anda mungkin akan berkata, “Tampaknya aku masih punya waktu untuk hidup di dalam dosa untuk beberapa hari lagi.” Kemudian, dua hari menjelang kedatangannya, Anda merencanakan untuk bertobat. Anda akan berkata, “Tuhan, ampunilah aku. Kumohon pengampunan dan penyucian darimu, penyucian dengan darahmu yang sangat berharga.” Akan tetapi kita ingin melakukan hal itu pada saat terakhir saja. Nah! Itulah sebabnya mengapa sebagian orang tidak mau segera dibaptiskan, karena apa yang akan diperbuat dengan dosa-dosanya setelah dia dibaptiskan? Jadi, biarlah semua itu dilakukan pada saat-saat terakhir saja, dan sebelum mati baru berkata, “Tuhan, aku siap untuk dibaptis sekarang. Aku sudah menjelang ajal, jadi panggilkan pendeta segera.” Tentu saja, jika sang pendeta – kebetulan – datang tidak tepat waktu, Anda mungkin akan ketinggalan kapal juga. Mudah-mudahan si pendeta tinggal tidak begitu jauh dari Anda. Anda tahu bahwa hal-hal semacam ini memang ada. Banyak orang yang ingin dibaptis pada saat-saat terakhirnya saja. Mereka berkata, “Biarkan aku hidup di dalam dosa dulu. Beri aku lebih banyak waktu untuk menikmati dosa. Dosa begitu enak. Nanti aku akan bertobat pada saat-saat terakhir.” Jika saja kita tahu kapan saat terakhir itu! Tuhan mengetahui kemunafikan kita. Dan dia memperingatkan kita, “Aku akan memberimu waktu, namun tidak sebanyak yang kamu perkirakan.”

Orang Kristen juga sama saja. Ada begitu banyak orang Kristen yang munafik. Kalau saja kita tahu kapan Yesus akan datang, maka kita akan menunjukkan perilaku kita yang terbaik saat itu. Kita akan berkata, “Sekarang ini aku bukan orang Kristen yang baik. Aku jarang membaca Alkitab. Akan tetapi Yesus akan datang pada tanggal 21 Oktober, jadi mulai tanggal 20 Oktober aku akan menghabiskan seluruh hariku untuk membaca Alkitab. Sebelumnya aku sangat sibuk, namun – setidaknya – pada saat engkau datang, engkau akan dapati aku sedang membaca Alkitab.” Tidak begitu! Yesus tahu kemunafikan kita. Dia tidak akan membiarkan kita melakukan kemunafikan semacam itu. Dan justru karena waktu kedatangannya itu tidak bisa diperkirakan, maka kita tidak akan bisa merencanakan untuk melakukan yang terbaik di saat terakhir.

Inilah maksud dari gambarannya tentang pencuri di malam hari, jika Anda kedapatan tidak siap pada saat kedatangannya maka Anda akan menderita kerugian. Itulah poin yang ingin disampaikan oleh Yesus. Anda akan menderita kerugian. Itulah sebabnya Tuhan berkata, “Berjaga-jagalah! Sekali lagi kukatakan kepadamu, berjaga-jagalah!” Segala sesuatunya akan bergantung pada seperti apa keadaan Anda pada saat kedatangannya. Dan akan seperti apa jadinya nanti? Karena Anda tidak tahu kapan dia akan datang, maka Anda tidak akan bisa bersandiwara. Anda tidak akan bisa menunggu sampai saat yang terakhir baru bertobat. Hal yang seperti itu tidak akan bisa dilakukan. Dia bisa datang setiap saat. Anda tidak akan tahu kapan hal itu akan terjadi. Inilah pokok yang ingin disampaikan.


Apa
yang dimaksudkan oleh Yesus lewat ungkapan ‘berjaga-jaga’?

Lalu bagaimana kita akan melakukan hal berjaga-jaga ini jika kita tidak tahu kapan waktunya? Apa yang harus saya perbuat? Apakah makna dari kata ‘berjaga-jaga’ ini? Ada dua kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ‘berjaga-jaga’ ini.


(1) Tetap terjaga, tidak tertidur, selalu siaga – ahupneo

Salah satunya adalah ahupneo. Kata ini memiliki makna harfiah tidak tertidur. Ahupneo berarti selalu terjaga, tidak tidur semalaman. Kata ini merupakan kombinasi dari kata: a yang memiliki makna tidak, dan bagian yang satunya lagi adalah hupnos yang berarti tidur, jadi makna harafiahnya adalah tidak tertidur, selalu terjaga. Selalu siaga atau selalu bersiap-siap akan sesuatu hal sampai-sampai tidak tertidur.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keadaan selalu terjaga bagi keselamatan, jadi bukan sekadar dalam kaitannya dengan hal tidak kemalingan. Anda tahu di dalam banyak kasus, pada saat tersesat atau ketika terjadi kecelakaan pesawat, orang-orang terdampar di suatu tempat yang sangat dingin, dan jika mereka sampai tertidur di tempat yang sangat dingin itu, maka mereka tidak akan pernah bangun lagi. Mereka akan tidur sampai mati. Keselamatan mereka bergantung pada kemampuan mereka untuk tetap terjaga. Mereka harus berjuang untuk tetap terjaga, karena mereka tahu bahwa jika mereka sampai jatuh tertidur, maka mereka tidak akan pernah bangun lagi. Mereka akan kedinginan sampai membeku di saat tidur. Dan disaat-saat seperti ini, Anda harus tetap terjaga.

Pokok penting yang perlu dipahami dari kata ahupneo yang disampaikan oleh Yesus ini adalah bahwa maknanya memang tidak tertidur. Mengapa harus begitu? Karena kata tidur sudah sejak lama diartikan sebagai mati, baik di dalam literatur Yunani maupun di dalam Alkitab. Demikianlah, si pemazmur di dalam Perjanjian Lama sudah berkata kepada Tuhan, “Jangan sampai aku tertidur lalu mati.” (Mazmur 13:4). Memang ada kemiripan antara tidur dan mati, dan oleh karenanya kata tidur memiliki makna simbolik yang melambangkan kematian. Ini berarti bahwa terjaga memiliki makna hidup. Sangatlah penting untuk bisa memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus.

Kata yang bermakna tetap terjaga, ahupneo, cukup sering muncul di dalam Kitab Suci. Kata ini muncul di dalam perikop yang sejajar di Markus 13:33, di sana disebutkan, Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Kata ‘berjaga-jaga’ di ayat ini secara harfiah bermakna tidak tertidur. Kata ini muncul lagi di Lukas 21:36, yang akan kita bahas sesaat lagi.

Juga di Efesus 6:18, di mana Paulus mendorong orang-orang Kristen untuk berjaga-jagalah.

Dan Ibrani 13:17 berkata berjaga-jaga, yakni para pimpinan jemaat yang selalu terjaga karena mereka berjaga-jaga atas jiwa para jemaat.

Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.

Mereka tidak berani sampai jatuh tertidur karena takut kalau mereka sampai jatuh tertidur maka gerombolan serigala akan datang dan mengoyak-ngoyak serta mencerai-beraikan para domba. Demikianlah, para gembala di padang rumput, sekalipun keadaannya berbahaya, mereka tetap berusaha untuk tetap terjaga supaya jangan sampai ada serigala yang datang dan mencuri dombanya. Itulah gambaran yang dipakai di Ibrani 13:17.

Itu juga gambaran yang dipakai oleh Paulus sendiri di 2 Korintus 6:5, 11:27, di mana dia berbicara tentang dirinya yang tidak tidur-tidur karena memikirkan kesejahteraan jemaat, dia berdoa bagi jemaat, dia memperhatikan keadaan para jemaat. Kita bersyukur kepada Allah karena adanya para hamba yang setia yang peduli dan rela kehilangan saat-saat istirahat mereka demi kita, dan Paulus berkata, “Janganlah membuat pekerjaan mereka menjadi lebih sulit dengan cara hidup di dalam dosa atau mengerjakan hal-hal yang mendukakan hati mereka.”

Jadi inilah makna dari kata ‘berjaga-jaga’. Namun makna kata ‘berjaga-jaga’ di dalam bahasa Inggris agak menyesatkan karena, seperti yang telah saya sampaikan, begitu Anda mendengar kata ‘watch (berjaga-jaga, mengawasi, mengamati)’ Anda segera berpikir berjaga-jaga terhadap apa? Pokok yang utama bukanlah ‘berjaga-jaga terhadap apa’? Melainkan ‘apa makna berjaga-jaga ini’? Dan makna dari kata berjaga-jaga ini berarti tetap terjaga, tetap siaga sehingga Anda selalu siap menghadapi keadaan apapun.


(2)
Bersiaga, aktif, bangungregoreo

Ada lagi kata Yunani lainnya yang diterjemahkan dengan kata berjaga-jaga. Dan Anda mungkin akan mengira bahwa ini adalah kata yang sama jika Anda tidak tahu kata dalam bahasa aslinya karena sering diterjemahkan dengan kata “berjaga-jaga”, “berhati-hati”, atau “siap sedia”, atau kata lain yang mempunyai makna yang sama. Dan kata ini adalah gregoreo. Kata ini pada dasarnya memang memiliki makna yang sama yakni tetap terjaga, siap sedia. Kata gregoreo ini merupakan bentuk perfect tense dari kata egregora yang berarti siaga, aktif, bangun. Ini adalah pokok yang sangat penting untuk dipahami. Mengapa? Karena kita bisa melihat makna dasarnya yang mulai timbul.

Di Matius 25:13 juga dikatakan, “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Kontras dari makna dua kata yang berbeda di atas sangatlah penting. Saya akan uraikan pokok ini sekiranya Anda masih belum mendapatkan gambarannya. Gambarannya seperti dua orang yang sedang berada dalam keadaan yang berbeda, yang satu sedang tertidur, dan yang satunya lagi sedang terjaga. Jadi, hal yang sedang disampaikan oleh Yesus adalah, “Engkau harus terjaga dan siap sedia pada saat kedatangan Tuhan jika kamu tidak ingin menderita kerugian.”


Dua macam orang: yang hidup dan yang mati

Makna dari gambaran tersebut adalah: tertidur berarti mati dalam pengertian rohani. Bangun atau terjaga berarti hidup secara rohani. Pada dasarnya hanya ada dua jenis orang, dan ada juga orang yang berada di antara dua keadaan tersebut, mereka yang berusaha untuk bangun, mencoba untuk masuk ke dalam hidup.

Berikut adalah ayat yang sangat penting, Efesus 5:14 – yang memakai gambaran seperti ini.

“Itulah sebabnya dikatakan: ‘Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.'”

Di sini Anda bisa lihat hubungan antara tertidur dan mati.

Hanya ada dua macam orang, yakni mereka yang secara rohani hidup, dan mereka yang secara rohani mati. Atau, jika memakai ungkapan dari Yesus, mereka yang tertidur dan mereka yang terjaga. Persoalan yang penting di sini adalah bahwa Anda termasuk ke dalam salah satu kelompok tersebut. Anda bisa berada dalam kalangan yang mati atau yang hidup. Di manakah Anda? Apakah Anda hidup atau mati secara rohani? Injil memanggil Anda untuk menuju terang, atau untuk bangun. Itulah sebabnya mengapa pemberitaan injil sering diibaratkan seperti orang yang meniup sangkakala yang membangunkan Anda di waktu pagi. Sangkakala yang dimaksudkan di sini seperti terompet di lingkungan tentara. Saat pasukan masih tidur, terompet ditiup, dan sebagaimana yang Anda ketahui, terompet itu memanggil pasukan untuk siap beraksi. Pemberitaan Injil diibaratkan seperti tiupan terompet tersebut karena Injil membangunkan kita, seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”


Tanggapan terhadap Injil merupakan tanggung jawab pribadi Anda

Yang menjadi pokok persoalan di sini, sekali lagi, adalah: tanggung jawab untuk bangun itu berada di pundak kita, suatu hal yang menarik. Itulah poin yang penting. Allah telah menjalankan hal-hal yang menjadi bagianNya dengan menyatakan Injil. Allah telah menjalankan bagianNya dengan membunyikan sangkakala dari terang injil. Dan Injil ini mampu membangunkan mereka yang memiliki kesediaan untuk bangun. Sebagian dari kita mungkin sangat mengandalkan jam weker untuk bisa bangun. Dan memang alarm semacam itu bisa membangunkan kita, akan tetapi kita lalu mematikan alarm itu. Banyak orang, ketika mendengar Injil, mereka memang mendengar ada suara yang masuk, akan tetapi mereka menutup telinganya. Tak ada yang mau mendengarkannya, jadi lebih baik kita bungkam saja. Kita memang bisa membungkam suara tersebut, dan juga bisa menutup telinga kita.

Ketika saya di Calgary, teman saya membawa saya ke pegunungan Banff, dan di Banff ini kami berjalan kaki menuju danau Louise, suatu tempat yang sangat indah, yang dinikmati sambil berjalan-jalan di daerah pegunungan. Kemudian dia mengajak untuk mengunjungi Columbia Icefield (dataran es Columbia). Saya menanggapi, “Wah, menarik sekali.” Dataran es itu adalah timbunan es yang turun dari puncak gunung, dan dataran es ini memiliki satu ciri yang unik. Dari timbunan es atau glacier pegunungan Rocky ini, airnya mengali ke arah tiga samudera. Ke barat menuju samudera Pasifik, ke utara menuju Artik dan ke timur menuju Atlantik. Jadi, mengunjungi dataran es ini adalah pengalaman yang sangat menarik. Satu-satunya masalah adalah, ketika kami sampai di sana, hari sudah mulai gelap dan di sana tidak ada hotel. Hotel yang terdapat di sana sedang tutup. Akibatnya, kami harus terus berkendara sampai akhirnya tiba di Jasper, sebuah kota kecil yang sangat indah, di mana kami akhirnya menemukan hotel untuk melewati malam itu. Dan karena kelelahan, kami langsung tertidur.

Pagi berikutnya, saya bisa mendengar suara alarm teman saya dari kamar sebelah. Suara alarm itu membangunkan saya, namun tampaknya tidak membangunkan dia. Anda bisa mematikannya, dan bunyinya dimatikan selama beberapa menit, dan setelah itu, jika Anda masih belum bangun, ia akan berbunyi lagi, mati lagi dan bunyi lagi, begitu seterusnya sampai Anda terbangun. Nah, alarm itu memang bagus, namun ternyata alarm itu tidak mampu membangunkannya. Saya bisa mendengar suara istrinya berseru, “Bangun, bangun.” Dan saya membatin, “Wow! Si istri ternyata lebih efektif daripada alarm!” Akan tetapi kombinasi dari sang istri dan alarm itu ternyata tetap tidak bisa membangunkannya, karena setiap beberapa menit suara alarm itu tetap terdengar.

Hal ini membuat saya berpikir tentang banyak orang yang ketika mendengar Injil, mereka mendengar suaranya – atau mungkin teriakannya, namun kadang kala hal tersebut juga tidak banyak hasilnya, mereka tetap tidak menanggapi. Mungkin mereka punya cara yang sangat efektif untuk menutup diri dari segala gangguan yang datang dari luar, dan ketika Injil mulai mengusik mereka, mereka bisa menutup dirinya, dan mereka tidak terbangun.

Poin dari semua ini adalah bahwa Allah memanggil kita melalui Injil, namun dia memperingatkan kita bahwa waktu yang tersedia sangatlah singkat. Namun kita bisa saja mematikan suara itu, dan kenyataannya memang banyak orang Kristen yang mematikan suara itu, jadi bukan hanya mereka yang non-Kristen, dan akibatnya sangat mencelakakan.


Rasul Paulus juga memperingatkan kita untuk tetap terjaga

Mari kita baca ayat yang berkaitan dengan pokok ini di 1 Tesalonika 5:5-10, ayat-ayat yang menegaskan makna tersebut dengan sangat jelas buat kita. Seluruh perikop ini berkaitan dengan perihal kontras antara bangun – tidur, terang – gelap dan siang – malam. Saya melihat bahwa di saat Paulus menuliskan perikop ini, dia sedang merenungkan ajaran tentang perihal bangun dan tidur ini.

Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.

Di sini Anda bisa lihat bahwa Paulus memakai kata ‘tidur’ dalam lebih dari satu pengertian. Dia berkata bahwa kita adalah ‘anak-anak siang’. Mereka yang tidur, biasanya, tidur di malam hari, di dalam kegelapan. Kita bukanlah anak-anak malam, kita bukanlah anak-anak kegelapan. Oleh karenanya, kita harus bangun. Di perikop ini Anda bisa lihat bahwa makna tersebut diungkapkan dengan sangat jelas oleh rasul Paulus. Perhatikan kontras yang ada. Saya akan sajikan kontras tersebut buat Anda.

Ø  Antara yang tidur dengan yang terjaga (yang bangun) di ayat 6 dan 7

Ø  Antara malam dan siang di ayat 5 dan 7

Ø  Antara terang dan gelap di ayat 4 dan 5

Ø  Antara hidup dan mati di ayat 10

Ø  Antara yang mabuk dan yang sadar di ayat 7 dan 8

Ø  Dan terakhir, di ayat 9, antara yang mendapat murka dan keselamatan.

Itulah sebabnya mengapa saya katakan bahwa keselamatan kita bergantung pada keadaan kita, apakah tertidur atau terjaga, apakah secara rohani kita ini hidup atau mati pada saat kedatangan Yesus nanti. Ini adalah hal yang sangat penting.


Terjaga secara rohani berarti mengalami perubahan perilaku

Sisi lain dari penegasan makna yang disampaikan itu memberitahu kita tentang apa artinya terjaga secara rohani itu. Artinya adalah suatu kualitas perilaku tertentu di dalam hidup kita dan hal ini sangatlah penting. Ini berarti bahwa orang yang terjaga secara rohani adalah orang yang hidup di dalam terang, yakni di dalam kebenaran. Terang mencerminkan kebenaran Allah. Kegelapan, di dalam Alkitab, melambangkan kejahatan, yakni gelapnya dosa. Jadi sekarang kita tahu apa makna hidup, yakni orang yang berperilaku di dalam terang, yang hidup di dalam kesalehan dan kebenaran, dan dia secara konsisten hidup di dalam kesalehan dan kebenaran itu.

Menjadi seorang Kristen bukan sekadar perkara mempercayai hal ini dan itu, mempercayai bahwa Yesus telah disalibkan dua ribu tahun yang lalu, bahwa dia telah mati bagi dosa-dosa kita, bahwa dia telah bangkit dari antara orang mati. Semua hal itu memang benar dan sangat penting. Akan tetapi kebenaran fakta tersebut tidak memiliki nilai penyelamatan bagi kita jika hal-hal tersebut belum membangunkan kita dari tidur kita; belum memindahkan kita dari gelap menuju terang; dan belum menjadikan kita ciptaan yang baru – sebagaimana yang disebutkan oleh Paulus. Perlu ada perubahan mendasar di dalam sikap dan perilaku kita.

Kita mendapati bahwa ajaran tentang perubahan perilaku ini juga mendapatkan banyak penekanan di dalam ajaran Yesus. ‘Berjaga-jaga’ berarti ada suatu perbedaan yang jelas dari suatu perilaku.

Mari kita kembali ke Matius 24:44-51, untuk melihat pokok ini, yang uraiannya menjadi penutup dari pasal tersebut. Perhatikan bahwa ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang hal berjaga-jaga, dan di ayat 44 disebutkan,

“Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”

Dan sesudahnya, di ayat 45, diuraikan dampak logis dari hal berjaga-jaga ini. Di terjemahan bahasa Inggris di ayat 45 bermula dengan “Who then,” kata sambung yang di dalam bahasa Yunaninya adalah ara (maka). Kata ara ini dapat diartikan sebagai penegasan suatu kesimpulan, yang di dalam perikop ini berarti menunjukkan konsekuensi dari hal kedatangan Anak Manusia yang tidak terduga itu.

Jika hamba yang bijak dan setia itu mengharapkan kedatangan Tuannya, maka dia tentu akan mengerjakan segala yang telah dipercayakan oleh Tuannya itu dengan setia.

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

Di mana terdapat ratapan dan kertakan gigi? Ajaran Yesus sudah memberitahu kita – di kegelapan sebelah luar, atau di neraka.

Demikianlah, semua ini menunjukkan kepada Anda betapa pentingnya berjaga-jaga. Sekarang kita tahu apa arti berjaga-jaga itu. Berjaga-jaga berarti hidup yang konsisten di dalam kesetiaan. “Ketika Anak Manusia datang, akankah dia mendapati iman?” (Lukas 18:8). Secara harfiah ini berarti akankah Yesus mendapatkan kesetiaan di muka bumi ini? Akankah dia mendapati umat tetap setia saat dia datang nanti? Akankah kita, seperti hamba yang setia ini, didapati sedang mengerjakan hal-hal yang menjadi tugas kita? Apakah panggilan kita itu? Paulus memberitahu kita bahwa kita dipanggil untuk hidup di dalam kebenaran. Kita dipanggil untuk disucikan, kita dipanggil untuk dikuduskan. Dia menekankan hal ini berulang kali.

Lalu, apa maksud dari berjaga-jaga itu? Masalahnya bukanlah pada, “Berjaga-jaga terhadap apa?” melainkan, “Bagaimana berjaga-jaga?” Artinya, ‘berjaga-jaga’ itu berarti kita tidak sekadar duduk memelototi layar pengumuman, atau seperti yang telah diupayakan oleh sebagian orang Kristen, berusaha menghitung hari kedatangan Yesus. Apakah dia akan datang tahun ini atau tahun depan, atau tahun berapa? Menghitung kapan tanggal kedatangannya tidaklah penting. Yang penting adalah bahwa kita terus berjaga-jaga, artinya, tetap dalam keadaan terjaga menjalani kehidupan Kristen, hidup di dalam terang, hidup dalam kesetiaan.

Jika Anda hidup di dalam kesetiaan, setiap hari secara konsisten menjalani kehidupan Kristen, maka ketika Yesus datang, tak ada hal yang perlu Anda sembunyikan. Anda juga tidak akan merugi apa-apa. Disebutkan bahwa Anda bukan sekadar tidak merugi, Yesus malah akan mempercayakan kepada Anda segala miliknya. Hal ini karena Anda didapati setia, setia setiap saat walaupun Anda tidak menduga bahwa dia akan datang. Kesetiaan Anda menunjukkan bahwa Anda memang diri Anda sebagaimana adanya. Anda tidak sekadar melakukan usaha-usaha disaat terakhir dalam rangka menutupi fakta dan menampilkan yang baik-baik saja ketika dia datang. Dia mendapati Anda dalam keadaan yang sebenarnya. Itulah panggilan menjadi seorang Kristen, yakni supaya kita menjalani kehidupan Kristen ini setiap saat sehingga kapan pun Yesus datang, maka Anda akan ditemukan setia, terjaga, hidup secara rohani dan siaga, mengerjakan hal-hal yang telah menjadi panggilan kita. Ini adalah pokok yang sangat penting.


Hal apa saja yang membuat kita mengantuk dan tertidur?

Sebelum kita akhiri pembahasan ini, kita perlu ajukan satu pertanyaan: hal apa saja yang membuat kita tertidur? Apa saja yang membuat kita mengantuk? Ada satu hal khusus yang disebut oleh Yesus di dalam uraian yang sama, kali ini kita ambil dari Lukas 21:34-36.

“Berwaspadala, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”

Di sini ada hal yang sangat penting. Mengapa orang Kristen sampai tertidur dan mengapa orang non-Kristen juga tertidur secara rohani? Dosa adalah salah satu penyebab utamanya. Akan tetapi seorang Kristen seharusnya tidak jatuh tertidur oleh dosa. Lalu hal apa yang menyebabkan seorang Kristen sampai tertidur? Ada satu hal khusus yang sangat perlu untuk diwaspadai. Di sini disebutkan, “Sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.” Hal yang membebani hati di sini digambarkan lewat ungkapan pesta pora dan kemabukan.


Sarat“: menjadi berat dan membuat mengantuk

Kata ‘sarat’ di ayat sini sangatlah menarik karena kata yang sama digunakan saat menunjuk murid-murid yang terlalu mengantuk di Matius 26:43. Di ayat itu disebutkan bahwa mata mereka sudah ‘berat’ sehingga mereka tertidur. Ingatlah akan apa yang dikatakan oleh Yesus, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Demikianlah, mereka berusaha berjaga-jaga, dan mereka berdoa, namun mata mereka tetap saja terasa berat – seperti yang mungkin bisa Anda perhatikan betapa beratnya mata Anda ketika Anda sedang berdoa! Oh! Biasanya, mata Anda terasa ringan, terutama jika sedang menonton TV. Anda mungkin bahkan tidak menyadari bahwa Anda memiliki kelopak mata karena Anda seperti tak pernah berkedip saat menonton. Apa yang akan menjadi adegan selanjutnya? Dan bukan hanya mata saja yang tidak tertutup, bahkan mulut Anda juga ikut-ikutan terbuka, karena begitu mempesonanya acara yang ditampilkan.

Namun ketika Anda mulai berdoa, sesuatu yang aneh terjadi pada kelopak mata Anda. Tiba-tiba saja mata Anda terasa berat dan mereka mulai menutup, dan dibutuhkan upaya seperti seorang atlet angkat besi untuk bisa membuka kelopak mata Anda. Anda berusaha berdoa untuk tiga puluh detik berikutnya, namun kelopak mata Anda sudah mulai menutup lagi. Dan kali ini, rasanya memang benar-benar sangat berat. Kali ini, bukan hanya kelopak mata yang turun, bahkan kepala Anda juga mulai terkulai. Dan hal selanjutnya yang Anda ketahui adalah bahwa Anda sudah terbangun besoknya. Apakah hal yang membuat semua itu menjadi berat?


Makna ‘pesta pora’

Di sini disebutkan pesta pora dan kemabukan. Apakah arti ungkapan ini? Kata yang diterjemahkan dengan ungkapan ‘pesta pora’ itu secara harfiah sebenarnya bermakna keracunan (intoxification), tepatnya adalah dampak dari keracunan. Artinya, rasa pusing yang muncul ketika Anda minum terlalu banyak. Jika Anda minum terlalu banyak, maka kepala Anda akan mulai terasa pusing, Anda mulai merasa agak pening, dan jika Anda berjalan, maka langkah Anda akan bergoyang-goyang. Anda tidak bisa menyeimbangkan diri Anda. Itulah makna harfiah dari kata asalnya. Rasa pusing akibat mabuk.


Makna “Kemabukan”

Dan istilah yang berikutnya adalah ‘kemabukan’, yang secara harfiah bermakna berada dalam keadaan mabuk. Saat mengalami kemabukan, Anda tentu tahu, bahwa salah satu akibatnya adalah bahwa Anda tertidur. Anggur memang bisa membuat orang tertidur pulas. Itulah sebabnya mengapa sebagian orang, ketika merasa sangat tertekan, mereka minum anggur, karena hal itu membuat mereka merasa santai. Dan setelah minum beberapa gelas lagi, mereka benar-benar tertidur pulas, sangat santai.


Kehidupan sehari-hari bisa memusingkan, membuat bingung dan menghipnotis kita ke dalam kebodohan rohani

Lalu hal apa yang menyebabkan kemabukan ini? Yesus melanjutkan dengan memberitahu kita bahwa penyebab tersebut adalah kekuatiran (cares) yang di ayat ini diterjemahkan dengan ungkapan kepentingan-kepentingan duniawi. Cares (kekuatiran) seringkali menyita seluruh perhatian kita, dan kata duniawi itu sebenarnya menerjemahkan kata Yunani biotikos. Kata biotikos ini berasal dari kata bios, yang merupakan kata dasar dari istilah biologi. Makna dasarnya adalah kehidupan sehari-hari. Bios berarti kehidupan, dan biotikos berarti kehidupan sehari-hari. Ini adalah hal yang sangat penting. Hal-hal yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari itu memiliki kemampuan untuk menghipnotis diri kita. Pernahkah Anda memperhatikannya? Kehidupan sehari-hari mampu menyita segenap perhatian kita sehingga kita dilelapkan dalam keadaan tidur secara rohani.

Anda akan menemukan “kuasa” atau “kekuatan” dari hal-hal yang sedang disampaikan oleh Yesus di sini, yakni kuasa dari kepentingan-kepentingan duniawi. Saya telah melihat betapa kuasa dari kepentingan-kepentingan duniawi ini telah menina-bobokan begitu banyak orang Kristen. Sangat luar biasa! Sangat mengerikan!

Anda mulai melirik ke arah gadis cantik, atau pemuda tampan, dan mulai memikirkan tentang dia sepanjang waktu. Pikiran Anda tersita dengan urusan ini setiap saat. Dan jika memang akhirnya Anda menikah dengan dia, maka akan muncul berbagai persoalan yang harus segera ditangani. Akan tinggal di mana? Itulah masalah kehidupan sehari-hari. Anda tentunya harus mencari tempat tinggal. Sebelumnya, hal ini tidak menjadi masalah buat Anda. Anda bisa saja membawa sleeping bag Anda dan tidur di tempat yang Anda mau. Namun sekarang Anda sudah punya istri dan Anda tidak bisa berbuat seperti itu lagi. Istri tidak bisa diajak tidur seperti itu, Anda harus punya rumah yang cukup nyaman. Rumah yang nyaman berarti ongkos yang lumayan, dan ongkos yang lumayan berarti harus ada pekerjaan yang lumayan juga, kalau Anda bisa mendapatkannya. Dan pekerjaan yang lumayan berarti bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang lumayan pula, agar bisa mendapatkan rumah yang lumayan, mobil yang lumayan, dan juga – semoga saja – anak-anak yang lumayan membanggakan. Segera saja masalah kehidupan sehari-hari menekan Anda dengan kekuatan yang luar biasa. Awalnya berbagai persoalan itu muncul secara perlahan-lahan, satu demi satu. Selanjutnya, Anda segera mulai memikirkan tentang sekolah anak-anak, dan kapan sekolah mulai liburan? Dan apa yang bisa dilakukan untuk anak-anak di saat liburan mereka? Lalu bagaimana jika bos menghendaki agar Anda mengerjakan sesuatu hal di saat itu? Lalu bagaimana juga dengan masalah-masalah yang lain? Oh, tanpa disadari Anda sudah begitu disibukkan dan terikat dengan masalah kehidupan sehari-hari.

Dan tentu saja, Anda bahkan tidak harus sampai menikah untuk bisa merasakannya. Ujian akhir sudah dekat, Anda juga sudah harus mendapatkan pekerjaan, lalu bagaimana dengan orang tua Anda – apakah Anda bisa membalas segala jerih payah mereka? Ini jika mereka memang menginginkan hal yang semacam itu, dan biasanya para orang tua memang suka pemberian uang. Demikianlah, segala sesuatunya lantas membuat Anda sangat sibuk – itulah kepentingan-kepentingan duniawi.


Kehilangan visi dan semangat yang menyala-nyala bagi Tuhan

Perhatikan kebanyakan orang Kristen, ketika mereka masih bujangan di kampus, apakah mereka pernah kuatir akan hal-hal semacam itu? Mereka masih memiliki visi, mereka masih punya pandangan jauh ke depan, masih punya idealisme. Namun begitu mereka menikah, idealisme mereka secara tiba-tiba lenyap. Mereka menyebut hal ini dengan istilah, “Menjadi lebih pragmatis.” Ini adalah istilah yang cukup enak didengar. Sebenarnya katakan saja bahwa Anda sudah kehilangan visi Anda. Namun jika Anda berkata, “Aku telah kehilangan visi,” kedengarannya tidak begitu bagus. Jadi, Anda berkata, “Aku telah menjadi lebih pragmatis.” Demikianlah, segenap visi Anda telah lenyap. Ada begitu banyak orang muda yang ketika masih di kampus, mereka punya semangat yang menyala-nyala. Mereka ingin melayani Tuhan dan mereka ingin mengerjakan ini dan itu. Kemudian, mereka menjadi semakin pragmatis seiring dengan berjalannya waktu dan menjadi semakin terikat dengan mobil, rumah, istri dan anak-anak mereka, juga dengan pekerjaan dan sebagainya. Dan seiring dengan semakin pragmatisnya mereka, itu berarti mereka semakin kehilangan visi. Hasilnya adalah bahwa mereka jatuh tertidur secara rohani.


Jaga visi Anda agar tetap tajam!

Saya berharap agar Anda menjaga visi Anda tetap tajam. Dibutuhkan seseorang yang memiliki kebesaran rohani yang hebat untuk mampu menjaga ketajaman visinya dan berkata, “Baiklah, aku telah menikah, namun hal ini tidak akan mengubah visiku. Baiklah, aku sudah punya anak, akan tetapi visiku tetap sama. Baiklah, aku harus menjalankan pekerjaan ini, akan tetapi visiku tetap sama.” Anda tidak mau terlelap. Anda tidak mau kehilangan visi Anda. Ini adalah pokok yang sangat penting. Inilah hal yang sedang disampaikan oleh Yesus, yakni masalah kehidupan sehari-hari telah menyebabkan kemabukan, kebodohan rohani, menghilangnya visi, jatuh tertidur.


Keasyikan dengan kehidupan duniawi bisa meninabobokan

Ada seorang penginjil yang bercerita bahwa dia pernah menyaksikan seorang petani yang berjalan diikuti oleh sekumpulan babi. Dia sangat tertarik dengan melihat bagaimana babi-babi itu dengan tertib mengikuti langkah si petani. Si petani melangkah menuju ke rumah pemotongan ternak, dan semua babi itu berbaris mengikuti dia masuk ke rumah pemotongan ternak itu, dan di sana tentunya mereka akan dibantai.

Ketika si petani itu keluar dari rumah pemotongan ternak, tanpa diikuti oleh babi-babi itu karena mereka semua sudah dipotong, si penginjil bertanya, “Bagaimana cara Anda membuat semua babi itu berjalan mengikuti Anda dengan taat sampai masuk ke rumah pemotongan ternak?” Si petani menjawab, “Oh, sederhana saja. Di saat saya berjalan, saya membawa sekeranjang kacang, dan sambil berjalan saya lemparkan sedikit kacang di sebelah kiri dan kanan saya. Tentu saja babi-babi itu akan berjalan sambil memakan kacang yang saya lemparkan itu. Mereka tidak pernah memerhatikan ke mana mereka sedang dibawa, selagi mereka bisa menikmati kacang-kacang itu, mereka ikut saja sampai ke dalam rumah pemotongan. 

Saya mendapatkan ada banyak orang Kristen yang hidupnya persis seperti itu. Kepentingan-kepentingan duniawi, kacang-kacang dunia yang dilemparkan oleh dunia ke sekitar Anda, dan orang-orang Kristen ini bergerak mengikuti kacang-kacang itu, mengunyah kacang-kacang yang enak dan renyah ini, dan tanpa disadari Anda sudah berada di dalam rumah pemotongan! Sudah sangat terlambat untuk bisa keluar dari sana. Waspadalah terhadap kepentingan-kepentingan duniawi atau masalah kehidupan sehari-hari itu, yang merupakan umpan pemikat dari dunia! Semua itu akan meninabobokan Anda!

 

Berikan Komentar Anda: