SC Chuah | COVID-19 |

Teks untuk pesan hari ini diambil dari Yohanes 16:33,

Semua ini aku katakan kepadamu supaya di dalam aku, kamu memiliki damai sejahtera. Di dunia, kamu akan mengalami penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia!” (AYT)

Judul pesan ini ialah “Janji yang Tak Terduga”. Jadi dimanakah janji yang tak terduga itu? “Di dunia, kamu akan mengalami penganiayaan!” Kata yang diterjemahkan sebagai “penganiayaan” itu aslinya mempunyai makna yang lebih luas. Makna dasarnya adalah “kesusahan, tekanan, kesengsaraan dan kesedihan”. Penganiayaan hanyalah salah satu makna. Kalau itu adalah janji Yesus, menurut saudara akan terjadi atau tidak? Namun jangan stres duluan, karena firman Tuhan tidak pernah diberitakan untuk membuat kita stres. Saya hanya ingin mengingatkan saudara untuk tidak lupa bahwa kesusahan merupakan salah satu janji Yesus kepada para pengikutnya.


JAMINAN KESUSAHAN

Kalau saudara tidak percaya, coba saudara baca Injil sekali lagi dengan kacamata baru. Lupakan apa yang telah saudara dengarkan dari para pendeta dan penginjil dan biarkan firman Tuhan yang berbicara sendiri. Saudara akan menemukan bahwa janji kesusahan merupakan salah satu janji yang paling prominen dan paling pasti. Paulus mengatakannya seperti ini, “Sesungguhnya, semua orang yang ingin hidup saleh dalam Yesus Kristus akan dianiaya.” Orang Kristen banyak yang suka berbicara tentang jaminan keselamatan. Namun hari ini kita akan berbicara tentang “jaminan kesusahan”.

Jemaat Allah tidak boleh bingung dan disesatkan. Janji Yesus kepada kita adalah janji kemenangan, bukan janji dilindungi dari konflik. Yang dilindungi dari konflik tidak dapat disebut pemenang. Mereka bisa disebut penonton, pengungsi, penakut, dll. tetapi bukan pemenang. Saat kita dipanggil menjadi murid Kristus, kita dipanggil untuk mengikuti dia. Maknanya kita didaftarkan dan direkrut ke dalam konflik yang sama. Itulah sebabnya Paulus berkata,  “Sebab demi Kristus kamu telah dikaruniakan bukan hanya untuk percaya kepadanya, tetapi juga untuk menderita bagi dia.” Paulus di sini menyebut penderitaan sebagai “karunia”. Sebagai murid Kristus, apakah kita melihat penderitaan bagi dia sebagai karunia?

Rasul Petrus mengungkapkannya seperti ini,

Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah terkejut dengan api pencobaan yang datang untuk menguji kamu, seolah-olah sesuatu yang aneh terjadi atas kamu. (1Petrus 4:12)

Jadi kita tidak perlu terkejut. Api pencobaan bukanlah hal aneh bagi seorang Kristen. Namun sekarang entah bagaimana pemberitaan “Injil” kita telah memupuk iklim kekristenan yang aneh, yang benar-benar lembek. Di dalam firman Tuhan, iman dan ujian itu tak terpisahkan, sama seperti emas dan api pemurniaan tak terpisahkan. Saya membayangkan ketika seseorang mulai percaya, dia itu bagai emas yang baru ditemukan di dalam sungai, atau di dalam tambang. Emas yang belum diolah. Kemurniannya hanya 5%, 10%. Penemuan itu ialah awal dari sebuah proses pemurnian, untuk mencapai 99% dan kalau bisa 100%. Banyak kotoran yang harus dibuang oleh api pemurnian. Setiap orang dalam gereja, memiliki persentase kemurniaan yang hanya diketahui Tuhan. Sepanjang hidup kita, kita berada di dalam tungku pemurnian. Pertumbuhan adalah pertumbuhan dalam persentasi kemurnian, yang menyebabkan kita makin berkilau dan makin berharga.


PENTINGNYA YOHANES 16:33

Di dalam Injil, ada beberapa blok percakapan dan pengajaran Yesus yang amat penting. Yang pertama ialah Khotbah di Bukit (Matius 5,6,7) yang diberikan Yesus pada awal pelayanannya. Dalam Khotbah ini, Yesus memberikan kepada kita portret seorang Kristen. Tiga tahun berikutnya, Yesus meninggalkan bagi kita sebuah teladan; dia menghidupi setiap kalimat dalam khotbahnya itu. Jika ada sesuatu dalam khotbah itu yang saudara tidak mengerti, saudara hanya perlu memahaminya melalui kehidupan Yesus sendiri.

Satu lagi blok percakapan dan pengajaran yang teramat penting adalah Yohanes 14-16, yang disampaikannya menjelang kematiannya, yaitu akhir pelayanannya di bumi. Setiap kata dan setiap kalimat dalam Yohanes 14-16 adalah begitu indah dan kaya. Yesus sedang mempersiapkan murid-muridnya untuk memasuki fasa baru. Dia sendiri akan memasuki fasa baru dalam pelayanannya dan perannya selama ini akan diambilalih oleh Roh Kudus. Perubahan besar semacam ini membutuhkan persiapan hati yang matang. Mereka perlu diberitahu terlebih dulu apa yang akan akan terjadi. Setiap kata dan setiap kalimat dalam Yohanes 14-16 dimaksudkan untuk mempersiapkan murid-muridnya untuk memasuki masa peralihan yang besar itu. Itulah pentingnya Yohanes 14-16 bagi kita. Apakah saudara sudah perhatikan? Ayat yang telah kita bacakan di awal pesan, Yohanes 16:33, merupakan ayat kesimpulan dari pesan terakhir Yesus kepada murid-muridnya. Itulah kata-kata terakhirnya sebelum dia pergi mati di atas kayu salib untuk mewujudkan era baru itu.


“SEMUA INI AKU KATAKAN KEPADAMU”

Perhatikan bahwa ayat itu dibuka dengan kalimat, “Semua ini aku katakan kepadamu…” Kesimpulan dari seluruh percakapannya di Yohanes 14-16 adalah “supaya di dalam aku, kamu memiliki damai sejahtera. Di dunia, kamu akan mengalami penganiayaan, kesusahan, tekanan, kesengsaraan, kesedihan…. tetapi kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia!” Bukankah ini indah? Inilah realitas yang tidak boleh kita lupakan! Itu sebabnya saya katakan jangan stres duluan. Maksud dari seluruh percakapan Yesus ini adalah damai sejahtera. Adakah damai sejahtera dalam hati saudara? Apakah saudara sudah mendengarkan firmannya ini?

Kalimat “Semua ini aku katakan kepadamu” muncul beberapa kali dalam nas ini. Untuk mendapatkan pandangan sekilas isi dari Yohanes 14-16, kita akan membaca ayat-ayat yang mengandung kalimat itu. Yang pertama, Yohanes 14:25,

Semua hal ini telah aku katakan kepadamu selama aku masih bersamamu. (Yohanes 14:25)

Yesus tahu bahwa waktunya bersama mereka tinggal sedikit. Ada hal-hal penting yang ingin disampaikannya selama dia masih bersama mereka. Apakah hal-hal itu? Ayat 24, bahwa firmannya, bukan dari dia, tetapi dari Bapa yang mengutus dia. Di sepanjang Injil Yohanes, Yesus sangat menekankan hal ini karena dia tidak ingin orang salah paham. Perkataannya, perbuatannya, mukjizatnya, misinya, dan bahkan hidupnya, berasal dari Bapa bukan dirinya sendiri. Kemudian ayat 26, tentang Roh Kudus yang akan datang, yang peran utamanya ialah mengingatkan kita akan firmannya! Apa tujuannya mengingatkan kita akan firmannya? Tentu saja untuk dituruti (ay 21, 23). Dan bahwa bukti kasih adalah ketaatan (ay.21,23).

Berikutnya Yohanes 15:11,

Hal-hal ini Aku katakan kepadamu supaya sukacitaku ada di dalammu, sehingga sukacitamu menjadi penuh.

Ini merupakan satu lagi ayat yang indah. Mengapa Yesus mengatakan semua hal ini? Supaya sukacitanya ada di dalam kita, sehingga sukacita kita menjadi penuh! Tahukah saudara bahwa firman Yesus membawa sukacita? Tahukah saudara firmannya tidak pernah dimaksudkan untuk membuat kita stres? Membuat kita terbeban? Pernahkah saudara mendengarkan Yesus sehingga hati dipenuhi sukacita? Saya heran dengan orang Kristen yang suka baca ini dan itu, mendengarkan ini dan itu, tetapi jarang sekali mendengarkan Yesus. Pantas hidup saudara tidak bahagia; pantas hidup saudara tidak ada sukacita; pantas saudara stres. Sebagai seorang pembicara, saya harus belajar dari Yesus. Begitulah mulianya niat hatinya. Mengapa kita berbicara? Ada apa dalam diri kita yang dapat kita bagikan?

Yang ketiga ada di Yohanes 16:1,

Semua ini telah aku katakan kepadamu supaya kamu tidak terguncang.

Orang yang mendengarkan Yesus juga orangnya sangat stabil, kokoh dan tidak mudah terguncang. Yesus meramalkan bahwa murid-muridnya akan dikucilkan, bukan dari virus, tetapi karena namanya. Suatu hari nanti nama Yesus akan dianggap seperti virus oleh orang dunia. Hal ini sudah pernah terjadi dan akan terjadi lagi. Lebih ngeri lagi, setiap orang yang membunuhmu akan berpikir bahwa mereka sedang berbakti kepada Allah (ay 2). Mereka adalah orang-orang religius yang tidak mengenal Bapa (ay 3). Kita diberkati dengan sebuah kitab yang bukan saja memberitahu kita tentang masa lalu, tetapi tentang masa depan, secara khusus masa depan kita. Tidak ada yang tidak terduga; tidak ada yang di luar perkiraan. Semuanya sudah diberitahukan terlebih dulu.

Yang keempat di Yohanes 16:4,

Akan tetapi, semua itu sudah aku katakan kepadamu supaya apabila waktunya datang, kamu ingat bahwa aku telah mengatakannya kepadamu. Dan, hal-hal ini tidak aku katakan kepadamu pada awalnya karena aku masih bersamamu.

Yesus sedang mempersiapkan murid-muridnya untuk ketidakhadirannya. Yesus yakin apa yang dikatakannya pasti akan terjadi. Tidak ada yang lebih pasti daripada firman dan perkataan Yesus. Orang Kristen yang mendengarkan Yesus jarang sekali terkejut dengan hal-hal yang menimpa dirinya. Sebaliknya, mereka akan selalu berkata, “Ah, sudah dikatakan Yesus sebelumnya… sudah termaktub.” Tidak perlu terguncang. Kita hanya terguncang apabila sesuatu terjadi di luar dugaan. Orang bijak akan mempertaruhkan segala-galanya atas perkataan Yesus. Perkataan Yesus akan menjadi gunung batu sekalipun dalam situasi paling mustahil.

Hal ini diilustrasikan oleh Petrus dengan indahnya. Ketika Petrus melihat tuannya berjalan di atas air, dia berkata, “Apabila engkau itu, suruhlah aku datang kepadamu berjalan di atas air.” Ingat, saat itu angin belum reda. Yesus berkata, “Datanglah!” Di atas satu kata itu, Petrus mempertaruhkan segala-galanya. Saat Petrus mengeluarkan kakinya untuk “menginjak” air, dia meresikokan segalanya atas satu kata itu. Itulah sebabnya saya sangat mengagumi Petrus. Saya lebih mirip sebelas murid yang lain yang merasa aman dalam perahu.

Yang terakhir, Yohanes 16:33. [Sebenarnya ada beberapa lagi ungkapan yang serupa dengan “semua ini aku katakan kepadamu” dalam nas ini. Namun kita langsung saja ke kesimpulannya.] Apakah tujuan dari seluruh percakapan ini? “supaya di dalam aku, kamu memiliki damai sejahtera.” Itulah pesan terakhir Yesus sebelum kematiannya. Setelah ini tidak ada pengajaran lagi, tidak ada pesan lagi. Adakah damai sejahtera dalam hati saudara? Apakah saudara berada di dalam dia? “Damai sejahtera kutinggalkan bersamamu; damai sejahteraku kuberikan kepadamu, bukan seperti yang dunia berikan yang aku berikan kepadamu. Jangan biarkan hatimu gelisah ataupun gentar.” (14:27) Semua ini Yesus katakan karena dia ingin memberikan kepada kita, bukan sembarang sukacita, bukan sembarang damai sejahtera, tetapi damai sejahteranya dan sukacitanya. Indah sekali! Alangkah bodohnya kita jika kita tidak mendengarkan!


BUAH ROH IALAH KASIH, SUKACITA, DAMAI SEJAHTERA

Tema utama dari tiga Injil yang pertama (yang disebut Injil sinoptik) ialah Kerajaan Allah. Dari survei singkat di atas, kita dapat melihat bahwa tema utama dari percakapan Yesus yang terakhir ini ialah: Roh Kudus, berbuah banyak, kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita. Paulus menangkap semua ini dengan jelas sekali ketika dia berkata, “Buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera…” Dan juga, “Kerajaan Allah bukanlah tentang makan dan minum, tetapi tentang kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus.”

Mari kita menyimpulkan bagian ini. Setelah percakapan ini, Yesus langsung menengadah ke langit dan berdoa kepada Bapa untuk murid-muridnya. Yesus bukan saja mengajar tetapi juga berdoa untuk murid-muridnya. Ingat juga bahwa Yesus tidak berdoa untuk dunia, “Aku berdoa untuk mereka, Aku tidak berdoa untuk dunia” (17:9). Jangan habiskan tenaga dan masa yang berharga dan terbatas untuk berdoa bagi dunia. Jika Yesus tidak berdoa untuk dunia, buat apa kita berdoa untuk dunia? Bukannya karena Yesus tidak peduli dengan dunia, tetapi karena dalam rencana Allah, dunia dijangkau hanya melalui murid-muridnya, yang disebut juga tubuh Kristus. Saya cukup terharu membaca Yohanes 17:13,

Namun sekarang, aku akan datang kepada-Mu; dan semua ini aku katakan di dunia ini supaya mereka dapat memiliki sukacitaku yang dipenuhkan di dalam diri mereka.

Indah sekali! Ingat bahwa ini adalah doa pribadinya kepada Bapa. Apakah tujuannya seluruh percakapan ini? Supaya kita memiliki kepenuhan sukacitanya. Yesus sungguh-sungguh ingin meninggalkan damai sejahteranya dan sukacitanya di bumi ini sebelum dia pergi. Sekalipun dibenci dunia karena firman itu (17:14), sukacita karena firman itu tidak dapat dibendung. Adakah virus, atau apa pun yang dapat mematikan sukacita atau damai sejahtera yang berasal dari firman?

Di gereja-gereja masa kini, ada model ibadah yang berbeda-beda. Ada yang kalem, ada yang lebih serius, ada yang agak kaku, ada pula yang tepuk-tepuk tangan, dan ada juga yang suka melompat-lompat kegirangan. Saya harap tidak ada yang merasa lebih superior di atas yang lain hanya karena itu. Semua perbedaan itu hanya beda selera saja. Semua ini biasanya dilakukan dalam ruang a/c di depan penyanyi, penari dan alat-alat musik ala konsert. Dalam Perjanjian Baru, hanya satu kali kita diminta untuk melompat kegirangan. Tahukah saudara kapan kita diminta melompat-lompat kegirangan?

22  Diberkatilah kamu saat orang membencimu, mengucilkanmu, menghinamu, serta mencemarkan nama baikmu karena Anak Manusia. 23  Bersukacitalah pada hari kamu mengalaminya, dan melompatlah kegirangan karena upahmu besar di surga; sebab seperti itulah nenek moyang mereka memperlakukan para nabi.


“DALAM KRISTUS”

Yesus berkata, “supaya di dalam aku, kamu memiliki damai sejahtera.” Saya akan bicara sedikit tentang konsep “di dalam Kristus”. Ini merupakan konsep yang sangat penting di dalam Perjanjian Baru, khususnya tulisan Paulus. Istilah ini dipakai 93 kali dalam PB. Saudara yang memiliki buku The Only Perfect Man (TOPM), bisa melihat daftar setiap ayat yang mengandung konsep ini di Lampiran 10. Pada dasarnya “dalam Kristus” ialah ranah, atau alam, di mana Allah melakukan karya keselamatan-Nya. Umpamanya Efesus 1:3 yang mengatakan bahwa Allah “dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.”

Untuk mengilustrasikan hal ini pikirkan kapal selam di dasar laut. Dasar laut bukanlah lingkungan yang bersahabat bagi manusia. Namun atmosfir dari permukaan bumi di bawa ke dalam kapal selam itu. Jadi di dasar laut, nasib saudara sangat ditentukan apakah saudara di dalam atau di luar kapal selam. Hanya di dalam kapal itu, saudara merasakan suasana seperti di bumi. Demikian juga di luar angkasa. Manusia tidak bisa hidup di luar angkasa. Dasar laut dan luar angkasa suasananya mencekik. Namun atmosfir dari bumi di bawa oleh roket atau kapsul itu. Dengan cara itu, kita mengalami atmosfir dan suasana permukaan bumi sekalipun kita berada di dasar laut atau di luar angkasa. Dengan cara yang sama, kita berada di dalam dunia ini, tetapi di dalam Kristus, kita mengalami suasana surgawi. Di dalam dunia yang kacau, tidak bersahabat dan mencekik, di dalam Kristus kita mengalami damai sejahteranya, sukacitanya. Lebih dari itu, kita mengalami segala berkat rohani di dalam surga.


TIDAK ADA DAMAI SEJAHTERA BAGI ORANG FASIK

Mari kita baca Yesaya 57:20,

20  Akan tetapi, orang fasik akan seperti laut yang berombak, yang tidak dapat tenang. Airnya melemparkan lanyau dan lumpur. 21  “Tidak ada damai sejahtera,” firman Allahku, “bagi orang fasik.”

Hati yang tidak damai menandakan adanya kefasikan. Ini merupakan sebuah prinsip ilahi yang mutlak. Setiap kali hati kita merasa tidak damai, di situ ada kefasikan. Setiap kali hati saya tidak damai, jika ditelusuri sampai ke akar-akarnya, saya akan menemukan kefasikan di situ. Jika saudara tersinggung dengan perkataan seseorang dan kehilangan damai, percayalah, di dalam hati saudara ada lanyau, sampah dan lumpur. Saudara bisa beryoga sampai puas, dan saudara hanya akan mendapatkan secuil damai sejahtera dari dunia.  

Kita harus belajar jujur dengan diri sendiri. Kita ke dokter bukan untuk mencari penghiburan atau entertainment. Kita ke dokter hanya karena dua pertanyaan: ada apa yang salah dengan saya, dan apa yang harus saya lakukan. Dokter itu ramah atau tidak, menghibur atau tidak, tidak relevan pada persoalan. Demikian pula, tugas utama gereja adalah memberitakan kebenaran. Apabila gereja terjun ke bidang entertainment, gereja telah kehilangan arah, seperti rumah sakit yang menyediakan konsert sebagai obat. Kita harus peka kepada gejala penyakit rohani, salah satunya ialah hati yang tidak damai.

Kita harus belajar memandang dosa sebagai sampah. Kita harus menyebutnya dengan sebutan paling ekstrim. Itulah yang diajarkan Yesus kepada kita di Matius 5. Ketika kita marah dan mengucapkan kata-kata yang menghina, kita harus menggambarkannya seperti membunuh, seperti sedang menusuk-nusuk orang dengan pisau. Ketika melihat gambar atau filem yang membangkitkan berahi sekalipun hanya beberapa detik, kita menyebutnya zinah. Ketika kita berdusta, kita telah menjadi penyambung lidah si jahat.

Aku mau mendengarkan apa yang hendak YAHWEH Allah katakan. Sebab, Ia akan mengatakan damai bagi umat-Nya, bagi orang-orang kudus-Nya, tetapi jangan biarkan mereka kembali kepada kebodohan. (Mazmur 85:9)  

Bukankah itu yang Yahweh Allah sedang katakan kepada kita melalui Anak-Nya Yesus Kristus? Ia mengatakan damai bagi umat-Nya. Marilah kita menyendengkan telinga dan mendengarkan.


YESUS PERGI MATI UNTUK MENJADIKAN SEMUA ITU KENYATAAN

Itulah kalimat terakhir dari seluruh pengajarannya. Setelah itu tidak ada pengajaran lagi. “Kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia!” Saudara ingat bagaimana Yesus memulai percakapannya? Yohanes 14:1,

“Janganlah hatimu menjadi gelisah; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaku.”

Dalam bahasa Inggris, “Let not your hearts be troubled”. Perkataan Yesus di sini menunjukkan bahwa kita dapat menguasai hati kita, kita dapat mengendalikan perasaan kita. Itu yang membedakan kita dari hewan, dari ayam, dari bebek. Sewaktu saya baru bertobat, saya diberikan beberapa tumpukan kartu yang mengandung firman Tuhan untuk dihafal. Dari sekian banyak ayat, ada satu ayat hafalan yang sangat berharga buat saya yang saya ingat sampai sekarang:

Yang hatinya teguh Engkau jagai dengan kedamaian yang sempurna, karena ia percaya kepada-Mu. (Yesaya 26:3)

Kita lihat keterkaitan antara iman dan kedamaian yang sempurna. Hati yang gelisah adalah hati yang tidak percaya. Ketidakpercayaan pula akan membuka pintu kepada segala macam kefasikan.

Setelah mengatakan semuanya itu, Yesus pergi dan mati untuk menjadikan setiap perkataannya kenyataan; dia pergi dan mati untuk mewujudkannya. Doa saya, saudara semua berada di dalam Kristus, dan Yahweh Allah akan menjagai saudara semua dengan kedamaian yang sempurna. Tahukah saudara maknanya Yerusalem? Tidak banyak dari kita pernah ke sana. Saya pribadi juga belum pernah ke sana. Maknanya “Kota Damai”. Sekalipun masih di bumi yang penuh kesusahan, di dalam Kristus, kita mengalami suasana dari Yerusalem “surgawi”, atau Yerusalem “yang di atas” (Gal 4:26).  

 

Berikan Komentar Anda: