Ev. Xin Lan | Kejadian 4-5 | 

Hari kita kita sampai pada bagian yang kedua dari tokoh Alkitab, Kain. Peristiwa tentang Kain tertulis di Kejadian 4-5. Dia adalah anak sulung Adam dan Hawa. Namun, dia membunuh saudaranya sendiri, Habel, karena Allah mengindahkan persembahan Habel tetapi tidak mengindahkan persembahan Kain. Maka Kain akhirnya menjadi sangat marah dan mengangkat tangannya untuk membunuh Habel.

Kita sudah melihat kenapa Kain marah ketika Allah tidak mengindahkan persembahannya. Karena dia merasa dia sudah memberikan yang terbaik dan berjerih lelah. Allah seharusnya menerimanya dan memujinya. Kita mempelajari dua pelajaran:

  1. Pertama, ketika kita memberikan persembahan kepada Allah, jangan berpikir Allah wajib untuk menerimanya. Allah mungkin tidak menerimanya. Kedua-dua pihak mempunyai pilihan. Kita memilih Allah dan Allah memilih kita juga. Namun, keputusan akhir ada di Allah. Jadi kita tidak bisa berkata kepada Allah, “Oh Tuhan, aku percaya pada-Mu, aku melayani-Mu , aku sudah melakukan ini dan itu untuk-Mu, maka aku pasti selamat.” Belum tentu!
  2. Kita harus takut akan Allah. Jangan lupa siapa kita: Allah adalah Allah dan Raja, kita adalah hamba. Apa yang kita sudah lakukan dan persembahkan adalah hal yang seharusnya kita lakukan. Tidak ada apapun yang dapat kita sombongkan di hadapan Allah maupun meminta imbalan dari Allah. Saat kita mempunyai sikap sebagai hamba dalam berhubungan dengan Allah, Allah sebaliknya akan membalas kita. Kita juga telah melihat bahwa Allah sering menimbulkan pertanyaan untuk mengusik hati nurani kita, untuk menuntun kita agar menyelidiki diri kita. Jadi jangan menekan suara hati nurani yang kecil ini, jangan mengacuhkan peringatan Allah.

Itulah yang sudah kita pelajari pada waktu yang lalu. Sebelum kita mengakhiri PA yang lalu, kita meninggalkan sebuah pertanyaan. Mari kita membuka di Kejadian 4.13-15,

“Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.” Firman TUHAN kepadanya: “Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. (Kejadian 4:13-15)

 

Kenapa Allah Mengurangi Hukuman Kain setelah Kain “Mengeluh”?

Kita mempunyai pertanyaan di sini. Setelah Allah mengumumkan hukuman untuk Kain, Kain sepertinya banyak menggerutu. Dan sebagai hasilnya, Allah malah memberikan dia perlindungan dan mengurangi hukumannya. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, “Kenapa?” Kenapa setelah Kain menggerutu, Allah meringankan hukumannya? Apa alasannya? Bukankah Allah hanya mengampuni setelah seseorang bertobat? Apakah Allah juga akan mengurangi hukuman kita jika kita mengeluh setelah kita menerima hukuman? Benarkah demikian?

Untuk memahami pertanyaan ini, kita perlu memahami latar belakang Alkitab. Kita harus tahu kita sedang membaca Alkitab terjemahan. Alkitab yang asli di Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Sekarang Alkitab telah diterjemahkan ke dalam dalam versi bahasa-bahasa yang berbeda di seluruh dunia. Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani sementara Perjanjian Baru diterjemahkan dari bahasa Yunani. Alkitab berbahasa Inggris mempunyai beberapa versi terjemahan. Alkitab bahasa Chinese juga demikian.

Tentu saja Alkitab asli Perjanjian Lama Ibrani dan Perjanjian Baru Yunani diwahyukan oleh Allah kepada para nabi-nabi-Nya yang kemudian menulisnya. Namun, versi terjemahan memiliki keterbatasan yang terjadi saat proses penerjemahan. Hal ini tidak dapat terhindari. Untuk setiap versi terjemahan, tidak mungkin untuk menterjemahkan teks asli tanpa kesalahan apapun. Jika kita, para pekerja ingin menjelaskan firman Allah sesuai dengan makna aslinya, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Jika kita hanya mengandalkan versi terjemahan, kita akan terbatas dalam menguraikan Alkitab dengan benar. Setiap teolog di dunia mengerti akan hal ini. Jadi sebagian dari mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyusun buku-buku referensi untuk mempermudah kita dalam mempelajari naskah aslinya. Setiap kata di dalam Alkitab diberikan nomor. Dengan cara ini kita tahu berapa kali kata itu digunakan di dalam Alkitab dan di mana saja kemunculannya. Kadang-kadang Anda akan menemukan bahwa kata yang sama dalam bahasa aslinya, tidak diterjemahkan dengan kata yang sama dalam versi terjemahan, tetapi berbagai kata yang berbeda dipakai untuk menerjemahkan kata yang sama dalam bahasa aslinya. Jadi, jika kita ingin mepelajari arti kata itu secara tepat, maka kita perlu melihat apakah terjemahan itu benar sesuai dengan teks aslinya. Kita perlu melihat di mana kemunculan ayat itu dan apakah sebenarnya arti kata itu dalam bahasa aslinya.

 

Terjemahan kata “Hukuman” kurang Tepat

Jadi dengan memahami latar belakang ini, mari kita melihat Kejadian 4:13. Kain berkata “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung!” Kata “hukuman” di sini terjemahannya tidaklah terlalu tepat. Bagaimana kita tahu? Kita akan melihat bagaimana kata Ibrani yang sama diterjemahkan di ayat-ayat lain.

Kita melihat bahwa kata aslinya dalam Ibrani, “hukuman” muncul 230 kali dalam Perjanjian Lama. Hampir setiap kali kata ini diterjemahkan sebagai “kesalahan”. Hanya beberapa kali diterjemahkan sebagai “hukuman”. Karena keterbatasan waktu, kita hanya akan melihat beberapa ayat: 

Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! (Mazmur 51:4)

Kata asli Ibrani untuk “hukuman” di Kejadian 4.13 diterjemahkan di sini sebagai “kesalahan”. Berikutnya di ayat 7, Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Ayat 11: sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!

Seluruh Mazmur 51 merupakan doa pengakuan dosa dan pertobatan Daud kepada Allah. Jadi kata “kesalahan” muncul 3 kali, kata yang diterjemahkan sebagai “kesalahan” ini adalah kata Ibrani yang sama yang diterjemahkan sebagai “hukuman” di Kejadian 4.13.

Mari kita beralih ke Yesaya pasal 53. Pasal ini menubuatkan bahwa Yesus akan mati untuk kita. Kata Ibrani ini juga muncul 3 kali di sini, tetapi diterjemahkan sebagai “kejahatan”. Kita lihat di ayat 5, Yesaya 53:5 tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita…, ayat 6: Yesaya 53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Mari kita lihat ayat 11, kalimat terakhir adalah “…dan kejahatan mereka dia pikul.” Struktur kalimat dari ayat ini adalah sama dengan yang diucapkan Kain dalam Kejadian 4:13. Jika kita menerapkannya tanpa pandang bulu dan mengatakan bahwa Yesus akan “menanggung hukuman kita” jelaslah ini tidak tepat. Harusnya adalah “kejahatan”.

Ada banyak ayat lain, tetapi kita tidak punya waktu untuk mempelajari satu per satu. Jika Anda tertarik untuk mempelajarinya Anda dapat mencatatnya dan mempelajarinya sendiri. Inilah ayat-ayatnya: Kejadian 15:16, Keluaran 20:5, Imamat 5:1, Bilangan 5:15, Ulangan 5:9, Yosua 22:17 dan Mazmur 18:23. Ada begitu banyak ayat yang mengandung kata yang diterjemahkan sebagai “hukuman” di Kejadian 4.13, semuanya ada 230 ayat. Karena keterbatasan waktu kita tidak dapat mencatat semuanya. 

Jadi, setelah begitu banyak menganalisa, kita sampai pada kesimpulan. Yaitu saat Kain berbicara kepada Allah di Kejadian 4:13 “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung,” kata hukuman lebih tepat di terjemahkan sebagai “kesalahan”. Jadi sebenarnya Kain sedang berkata, “Kesalahanku terlalu besar”, dia melihat dosanya, dia mengakuinya. Poin ini dapat kita buktikan dengan melihat belas kasihan yang Allah berikan kepadanya. Karena Kain telah menunjukan pertobatannya, maka Allah mengurangi hukumannya.

Di samping itu, kita juga dapat merujuk pada terjemahan Alkitab versi lain untuk melihat bagaimana ayat ini diterjemahkan. Di sini kita perlu memiliki sedikit pengetahuan tentang beberapa versi terjemahan Alkitab. Kita harus tahu, ada yang sangat terkenal, dan diterima secara luas sebagai versi terjemahan yang sangat akurat dari Perjanjian Lama. Terdapat satu versi dalam terjemahan Yunani yang disebut Septuaginta. Septuaginta ini mulai ditulis dari 100-300 Sebelum Masehi. Pada waktu itu bahasa Yunani adalah bahasa yang digunakan secara meluas di Timur Tengah. Jadi beberapa ahli taurat memutuskan untuk menerjemahkan Perjanjian Lama bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Mereka mengundang sebanyak 70 atau 72 ahli taurat yang ahli dalam kedua bahasa ini dan juga ahli dalam hukum Perjanjian Lama. Maka generasi yang kemudian menyebutnya versi septuaginta. Keakuratan versi ini sangat tinggi. Sampai ke hari ini, versi ini sangat dihormati oleh para sarjana yang mempelajari Alkitab. Jadi mari kita melihat dari versi Septuaginta ini untuk melihat bagaimana perkataan Kain di Kejadian 4:13 ini diterjemahkan. Dalam terjemahan versi Chinese, ayat ini menjadi: Kain berkata kepada Allah, “Dosaku terlalu berat, tidak dapat diampuni.” Versi Septuaginta juga menterjemahkan-nya sebagai “dosa”, bukannya “hukuman”.

Dari analisa di atas kita dapat melihat bahwa pengertian yang lebih akurat untuk kata “hukuman” seharusnya adalah “kesalahan”. Kain bertobat pada waktu itu, maka Alllah berbelas kasihan padanya. Allah melindungi dia bukan karena dia banyak menggerutu. Jadi, prinsip Allah tidak berubah, jika kita bertobat, Dia akan mengampuni kita.

 

Apa Tanggapan Anda Saat Orang Lain lebih Baik dari Anda?

Mari kita renungkan terus, Kain dan Habel adalah saudara kandung, kenapa bisa sampai ke tahap di mana Kain membunuh saudaranya sendiri? Apa penyebab kita membunuh seseorang? Bahkan kerabat kita sendiri? Mari kita membuka 1 Yohanes 3:12,

“Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya.” Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? “Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” (1 Yohanes 3:12)

Di sini Yohanes memberitahu kita kenapa Kain membunuh Habel. Karena perbuatan Kain jahat dan Habel benar. Apakah artinya? Kenapa Kain jahat dan Habel benar, lalu Kain membunuh Habel? Bagaimana memahami hal itu? Mari kita coba menempatkan diri kita ke dalam gambaran ini. Jika seseorang itu sangat baik tidak ada masalah dalam sikap maupun caranya melakukan sesuatu, sementara saya sangat buruk. Dan kebaikan dari orang itu membuat saya terlihat lebih parah. Lalu bagaimana Anda dan saya menanggapi hal itu? Satu jenis respon adalah: Oh! Betapa buruknya aku, aku harus belajar dari dia, aku harus bertobat dan mengubah diri, respon yang lain adalah: “Oh! Itu sangat tidak menyenangkan, sangat munafik, kenapa kehadiranmu membuat orang lain berpikir bahwa saya ini tidak baik? Kemudian dia mulai membenci orang itu, berharap orang itu pergi. Respon seperti apakah yang akan kita miliki? 

Mari melihat satu ayat, Yohanes 3:20:

“Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak Nampak. (Yohanes 3:20)

 

Dua Jenis Tanggapan

Alkitab memberitahu kita bahwa ketika kita berhadapan dengan kebaikan, kita akan memiliki dua jenis tanggapan. Salah satu jenis adalah kita rela untuk berubah dan tidak lagi berbuat jahat, tetapi jenis yang lain adalah kita akan membenci terang dan kebajikan. Kenapa? Karena kita tidak mau disalahkan dan masih mau hidup dalam kejahatan. Yesus harus berhadapan dengan dua macam orang ketika dia ada di bumi. Justru karena dia baik, dia adalah kebenaran dan dia adalah terang. Ketika dia menunjukan dosa orang, sebagian dari mereka akan mengikuti dia dengan senang hati dan membiarkannya mengubah hidup mereka. Sebagian lagi, yang merupakan mayoritas, membenci dia dan secepatnya memaku dia di kayu salib. Yesus memberitahu murid-muridnya dan juga kita bahwa kita akan dibenci dengan cara yang sama. Bagi seorang Kristen yang sejati atau seorang pengkhotbah yang memberitakan kebenaran firman Allah, dia belum tentu seorang yang akan selalu diterima orang. Sebaliknya mungkin banyak orang akan membenci dia karena dia baik. Dia berjalan dalam kebenaran dan dengan demikian mengungkapkan dosa orang lain. 

Orang jenis apakah kita? Apakah kita jenis orang yang rela mengikuti kebenaran? Rela segera bertobat setelah kita melihat kebenaran atau kita malah jenis orang yang tidak rela bertobat dan membenci kebenaran? Ketika seseorang menunjukkan kesalahan kita, akankah kita membenci orang itu? Perhatikan 1 Yohanes 3:12 yang baru saja kita lihat. Yohanes mengingatkan kita agar kita tidak seperti Kain yang membunuh Habel. Di ayat yang berikutnya di 15, dia berkata, “Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh….,” Yohanes dengan tepat dan jelas menunjukkan bahwa ketika kita membenci seseorang, maka itu adalah pembunuhan. Bermula dari kebencian, Kain membunuh Habel. Karena Habel baik maka Allah berkenan pada persembahannya, tetapi tidak berkenan pada persembahan Kain. Ini secara persis menunjukkan keburukan Kain. Dia bukan saja tidak bercermin dan bertobat, tetapi dia malah membenci Habel sehingga ia membunuhnya.

 

Kita tidak lebih Baik dari Kain

Oh! Mungkin kita tidak berpikir bahwa membenci seseorang adalah setara dengan membunuh dia. Apakah itu benar? Alkitab tidak sedang melebih-lebihkan. Kita harus tahu, pada zaman Kain tidak ada hukum. Maka ketika ada kebencian dalam hatinya, Kain segera mewujudkannya dan dia bangkit untuk membunuh Habel. Kita tidak melakukan pembunuhan karena ada banyak undang-undang yang mencegah kita dari melakukannya. Membunuh di zaman sekarang harus diganti dengan nyawa. Maka kita tidak akan mengangkat pedang untuk membunuh walaupun ada kebencian di dalam hati. Namun, bila kekangan dari hukum hilang, manusia menjadi bebas, dan akan ada kekacauan di mana-mana. Itulah sebabnya, sampai sekarang, apabila ada perang maka akan ada pembantaian yang tidak manusiawi dan kekejaman yang ekstrim.

Banyak orang di Tiongkok masih mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi pada setengah abad yang lalu ketika Jepang menyerbu Tiongkok. Puluhan ribu orang Tiongkok dibunuh, khususnya pembantaian yang terjadi di Nanjing. Pada saat itu Jepang melakukan kejahatan yang keterlaluan. Apakah karena orang Jepang sesungguhnya orang jahat? Tidak! Jepang adalah bangsa yang beradab. Saya yakin orang yang pergi ke Jepang akan mendapat kesan yang baik tentang orang Jepang. Orang Jepang yang saya kenal sangat ramah, baik hati, berbudi halus dan santun. Namun, bukankah orang Jepang yang ada di Tiongkok pada waktu itu memang jahat? Apakah mereka sekelompok penjahat yang baru dibebaskan dari penjara? Tidak, mereka orang biasa-biasa dan sebagian dari mereka adalah anak-anak muda terbaik negeri.

Beberapa waktu yang lalu, seorang sutradara membuat sebuah film dokumenter tentang “Pembantaian besar-besaran di Nanjing”. Lebih dari sepuluh orang veteran yang ikut dalam pembantaian di Nanjing diwawancara. Anda akan menemukan bahwa ketika itu mereka masih muda dan punya masa depan yang menjanjikan, mereka punya pengetahuan dan moralitas. Mereka berharap untuk dapat memberikan sumbangsih kepada Negara. Bahkan sebagian dari mereka adalah cendikiawan, orang yang naturnya pemalu dan tidak punya keberanian untuk membunuh apapun. Mereka hampir pingsan ketika pertama kali melihat darah, tetapi kemudian mereka menjadi iblis yang membunuh dalam sekejap mata. Dalam film dokumenter ini mereka merefleksi diri dan bertobat. Mereka sendiri tidak dapat percaya kenapa mereka bisa melakukan perbuatan yang biadab dan mengerikan. Apakah penyebabnya? Hal ini adalah karena tidak ada undang-undang yang menghalang. Perang adalah kata ganti untuk membunuh. Karena pada waktu perang, tidak ada hukuman untuk membunuh dan malah sebaliknya, membunuh menjadi beralasan dan legal. Tidak ada kekuatiran akan dieksekusi karena telah membunuh. Pada situasi itu, sifat asli manusia sepenuhnya muncul. Siapa saja yang Anda tidak suka dan ingin Anda singkirkannya, Anda bunuh saja. Banyak perwira yang sampai ke tahap menjadi gila karena rekan seperjuangan mereka mati dalam rangkulan mereka. Mereka ingin membalas dendam, balas dendam terhadap musuh Negara dan rakyat jelata. Didorong kebencian yang ada di dalam hati dan tanpa kendala hukum mereka benar-benar bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Jadi, sejak ratusan dan ribuan tahun yang lalu sifat manusia itu tetap sama, tidak berubah. Tentara-tentara Jepang yang membunuh itu tidaklah lebih parah dari kita. Kain tidaklah lebih parah daripada kita. Kita tidak melakukan hal itu sekarang, karena kita dikekang oleh berbagai macam hukum. Sekali kita bebas dari kekangan hukum, maka kita akan menjadi sama seperti Kain. Jadi, Yohanes mengingatkan kita: kebencian setara dengan membunuh. Hal ini tidak melebih-lebihkan karena itulah akar penyebabnya.

Berapa di antara kita yang dapat dengan hati nurani yang murni berkata bahwa, “Saya tidak pernah membenci siapapun?” Kepada siapakah kalimat dari Yohanes ini ditujukan? Mari kita beralih ke 1 Yohanes 3, pertama mari kita lihat ayat 11, yang mengatakan, “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi”; ayat 13 mengatakan, Saudara-saudara”. Jadi sangat jelas, Yohanes berbicara kepada gereja, dia berbicara kepada orang Kristen: Jangan belajar dari Kain. Perhatikan bahwa Kain dan Habel itu bersaudara dan dari orang tua yang sama. Mereka bukanlah orang non-Yahudi yang tidak mengenal Allah. Ayat itu ditujukan pada orang Kristen. Anak-anak Allah, setiap orang Kristen harus berhati-hati agar jangan sampai menjadi sama seperti Kain yang membunuh saudaranya, yang membunuh sesama di dalam gereja. Karena membenci sesama adalah membunuh. Kita mungkin berkata, “Bagaimana munkin kita membenci sesama di dalam gereja? Saya tidak membenci sesiapapun!”

Mari kita melihat arti “membenci”. Apakah pengertian Yohanes tentang membenci? Seluruh perikop dari 1 Yohanes 3:11-18 berbicara tentang kasih dan mengasihi sesama. Ayat 14 berkata: Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Yohanes mengatakan ketika kita tidak mengasihi sesama maka kita membencinya. Tidak ada yang di tengah-tengahnya. Alkitab itu selalu mutlak. Jika bukan kasih maka itu benci. Jika tidak dingin maka itu panas. Apabila ada kasih maka segala sudut pandang yang buruk tentang sesama, segala sesuatu yang menyakiti orang lain, tidak akan terjadi. Sama seperti Kain, jika dia mengasihi Habel saudaranya, maka ketika Allah berkenan pada Habel dan persembahannya, maka Kain tidak perlu iri dan membencinya, apalagi sampai harus membunuh. Karena jika Anda mengasihi seseorang, Anda akan senang dengan keberhasilannya.

Kita harus menyelidiki diri di hadapan Allah: Apakah kita ada kasih? Di dalam gereja, jika Allah telah bermurah hati kepada satu anggota gereja, mungkin memberikan dia kesehatan yang baik tetapi kesehatan Anda buruk; atau mungkin dia mendapat pekerjaan dengan gaji yang bagus, tetapi Anda kehilangan pekerjaan untuk sementara waktu; atau Anda berkerja begitu keras tapi upahnya sangat kecil; atau mungkin dia punya anak, tetapi Anda mau menikah saja belum ada target; atau Anda sudah beberapa tahun bernikah tetapi tidak bisa punya anak. Mungkin berkat pelayanan Anda, seluruh keluarganya percaya kepada Tuhan. Namun, keluarga Anda sendiri sudah bertahun-tahun belum bertobat. Terlebih lagi mereka menganiaya Anda. Mungkin dia diberi begitu banyak karunia untuk melayani, apabila dia mulai berkhotbah, banyak orang bertobat, tetapi jika Anda yang membuka mulut, mereka tidak mengerti apa yang ingin Anda sampaikan. Mungkin di gerejanya jemaat semakin bertambah, tetapi gereja Anda orang-orangnya semakin berkurang, mereka semua pergi beribadah di gerejanya. Secara menyeluruh, tidak peduli apapun situasinya, ketika kita melihat hal-hal ini, akankah kita menjadi iri pada anggota gereja itu? Atau dari kedalaman hati kita, kita turut berbahagia? Tuhan mengenal isi hati kita meskipun tanpa kita mengatakannya, Allah tahu.

 

Kesimpulan

Hari ini kita melihat kalimat yang di katakan Kain kepada Allah, “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung”. Dalam Kejadian 4:13, terjemahan untuk kata “hukuman” yang lebih tepat adalah “kesalahan/kejahatan.” Jadi, Kain menunjukkan pertobatannya atas dosa yang telah dilakukannya. Karena itu, Allah mengurangi hukuman baginya. Prinsip Allah tidak berubah. Jika kita bertobat, Dia pastinya akan berbelas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak boleh kehilangan kesempatan itu.

Yang kedua, kita juga sudah melihat dari 1 Yohanes 3, kenapa Kain membunuh Habel. Karena Habel itu baik dan Kain jahat. Berhadapan dengan kebaikan dan kebenaran Allah, manusia bisa mempunyai 2 tanggapan. Yang pertama rela berubah, rela berbuat sesuai dengan kebenaran, yang kedua adalah dia tidak rela berubah dan mulai membenci. Kain memilih yang terakhir, termasuk jenis yang manakah kita?

Pada akhirnya, kita juga telah melihat bahwa kebencian itu adalah sama dengan membunuh menurut ajaran Alkitab. Di zaman Kain tidak ada hukum, sehingga sekali dia marah, maka dia langsung bertindak dan mengangkat tangannya untuk membunuh. Namun, jika kita membenci di dalam hati kita, dosa kita itu sama dengan dosanya Kain. Apakah kebencian itu? Menurut definisi Alkitab, tidak mengasihi sesama itulah kebencian.

Sampai di sini, kita sudah selesai mempelajari tokoh Kain. Namun, masih ada satu pertanyaan, “Mengapa Allah berkenan dengan persembahan Habel dan bukannya persembahan Kain?” Di kesempatan berikutnya kita akan mempelajari tokoh Habel dan kita akan melanjutkan pembahasan ini.

 

Berikan Komentar Anda: