Pastor Eric Chang | Matius 11:12 |

Yesus berkata, “Kerajaan Allah datang dengan kuasa yang besar sejak tampilnya Yohanes Pembaptis sampai dengan sekarang ini (yaitu saat Yesus mulai memberitakannya) dan Kerajaan Allah itu memancing tanggapan yang sangat hebat.” Mat. 11:12

Kita melanjutkan pembahasan kita mengenai pengajaran Yesus di Matius pasal 11, khususnya di ayat 12. Matius 11:12 tertulis seperti ini:

“Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya.”

Apa arti sesungguhnya dari ayat ini? Ayat ini dipandang sebagai ayat yang sangat sulit oleh para penafsir. Mari kita lihat lagi kata-kata tersebut di dalam Revised Standard Version (RSV): “From the days of John the Baptist until now the kingdom of heaven has suffered violence, and men of violence take it by force (Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Surga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya, LAI)” Akan tetapi terjemahan RSV tersebut tidak begitu bagus, sebagaimana yang bisa Anda lihat, karena para penerjemah itu sendiri telah menambahkan catatan di dalam RSV: “the Kingdom of God has come violently or has been coming violently. (Kerajaan Allah telah datang dengan kekerasan atau sedang datang dengan kekerasan” – terjemahan LAI juga kelihatannya sama). Tanpa perlu masuk ke dalam pembahasan yang terperinci, makna dari ayat ini sebenarnya jelas. Terjemahan bahasa Inggris, “…suffered violence (diserong, LAI)” tidak begitu tepat karena sejak saat tampilnya Yohanes Pembaptis dan dimulainya pemberitaan Yesus, waktu yang ada sangatlah singkat, dan Kerajaan Allah khususnya tidak mengalami kekerasan (violence) apa pun saat itu.

 “Kerajaan Allah sedang datang dengan kekuatan.” Ini berarti Kerajaan Allah sedang datang dengan kuasa yang besar. Kerajaan Allah sedang mendesak maju. Apa arti semua ini? Secara sederhananya, Yesus sedang berkata, “Kerajaan Allah sedang datang dengan kuasa yang besar sejak masa tampilnya Yoahnes Pembaptis sampai dengan sekarang (kata ‘sekarang’ ini mengacu pada masa ketika Yesus melakukan pemberitaan, bukannya ‘sekarang’ dalam arti abad ke-20) dan kuasa dari Kerajaan memicu tanggapan yang sangat keras.

Pokok yang perlu diperhatikan adalah saat Yohanes Pembaptis dan Yesus memberitakan Kerjaan Allah, tak seorang pun yang bisa bersikap netral terhadap pesan tersebut. Pemberitaan itu disertai dengan dengan kuasa yang khusus. Tak seorang pun yang bisa menggampangkannya. Setiap yang mendengar bertindak dan menanggapi. Perhatikanlah, ketika Yohanes Pembaptis berkhotbah, berduyun-duyun orang datang untuk mendengarkan khotbahnya. Pesan yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis bukanlah sesuatu yang menyenangkan, namun ada satu kuasa yang besar menggiringi pesannya. Apa yang mau kita bahas hari ini adalah perihal kuasa itu.

Ketika Yohanes berkhotbah, orang-orang berduyun-duyun datang mendengarkannya. Yohanes Pembaptis tidak melakukan mukjizat apapun jadi mereka tidak datang untuk melihat mukjizat. Malahan, Yohanes Pembaptis tidak melakukan sesuatu yang ajaib. Tetapi, Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang datang dari berbagai penjuru, dari Yudea, dari Yerusalem. Ada suatu kuasa yang khas yang terdapat di dalam diri orang ini. Dan ketika Yesus berkhotbah, hal yang sama juga terjadi, bahkan dalam ukuran yang lebih besar.

Akan tetapi apa yang kita lihat di zaman ini? Yang kita lihat adalah banyaknya gereja tetapi jemaatnya semakin berkurang, khususnya gereja-gereja di barat. Kita melihat bahwa masyarakat semakin mengabaikan Injil. Di Inggris, misalnya, ada banyak bangunan gereja yang sekarang ini telah menjadi gudang. Gedung-gedung gereja yang besar itu tentunya dibangun dengan biaya yang sangat mahal pada zaman dulu dan tentunya telah menampung banyak jemaat pada zamannya. Sekarang, gedung-gedung itu telah menjadi gudang! Orang-orang bisa mengabaikan Injil sekarang ini. Mereka bisa dengan mudah menyisihkannya. Mereka bisa tidak mempedulikannya.

Yesus berkata, “Sejak saat tampilnya Yohanes Pembaptis, Kerajaan Allah datang dengan penuh kuasa.” Karena gebrakannya yang kuat, ia datang dengan tekanan seperti bala tentara yang sedang menyerbu “dengan kekuatan.” Yesus gemar memakai bahasa gambar. Sekarang ini, yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang telah terjadi dengan kuasa itu sekarang? Dan juga, apakah rahasia kuasa itu? Mengapa orang-orang di zaman sekarang ini bisa dengan enteng mengabaikan Gereja?


Kerajaan itu menonjol karena kuasa Allah

Sebagaimana yang diberitakan oleh Yesus, ada tiga hal mengenai Kerajaan di dalam ayat ini. Orang tidak bisa mengabaikan hal tersebut karena hal itu sangat menarik perhatian mereka. Sangat menonjol dibandingkan dengan hal yang lain. Karena hal ini menarik perhatian mereka, maka sudah pasti ia bukan sesuatu yang tertutupi atau yang tersamarkan. Dan kita melihat bahwa Yohanes Pembaptis memang sangat menyolok perhatian. Dia menonjol di tengah generasinya. Jika Anda renungkan tentang Yohanes Pembaptis, dia selalu tampil sebagai pribadi yang berbeda. Hal apakah yang membuatnya berbeda? Apakah hanya karena dia mengenakan pakaian yang berbeda? Karena dia makan makanan yang berbeda? Ada banyak orang yang mengenakan pakaian yang berbeda dan makan makanan yang berbeda, akan tetapi orang banyak tidak mendatangi mereka karena pakaian atau makanan mereka yang berbeda itu.

Jika Anda pikirkan tentang Yesus, Anda akan segera melihat adanya sesuatu yang menonjol dari Yesus. Dia berbeda dari orang lain. Apakah dia memiliki gaya rambut yang berbeda sehingga orang banyak mendatangi dia untuk melihat gaya rambutnya?

(Omong-omong, saya perlu memberitahu Anda bahwa semua gambaran tentang Yesus yang berambut panjang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kitab Suci. Itu cuma khayalan para seniman dari Eropa pada abad pertengahan. Jika Anda mengira bahwa laki-laki yang berambut panjang adalah cerminan gaya baru, maka Anda sudah ketinggalan zaman. Gaya tersebut sudah ada sejak abad pertengahan. Tak ada yang baru sama sekali dari gaya tersebut. Anda cukup membuka ensiklopedia dan mencermati gambar dari orang-orang yang berasal dari abad pertengahan di dalam sejarah Eropa dan Anda akan melihat bahwa mereka semua berambut panjang. Dan itulah sebabnya para seniman pada zaman itu membuat gambar Yesus berambut panjang karena memang seperti itulah gaya orang-orang pada zaman itu. Para arkealog ada menemukan gambar-gambar Yesus tertera di sebuah tembok yang diperkirakan dari abad ke-2. Walaupun tidak terlalu jelas, akan tetapi satu hal yang bisa kita lihat adalah bahwa Yesus berambut pendek. Pada kenyataannya orang-orang Yahudi memang memotong pendek rambut mereka. Dan jika Anda baca 1 Korintus pasal 11, seharusnya Anda bisa mengetahuinya. Jadi saya sangat terkejut kalau ada orang yang berbicara, “Anda tahu, orang itu mirip Yesus.” Kapan dia pernah melihat Yesus? Mereka pikir setiap orang yang berambut sebahu dengan kumis dan jenggot, khususnya yang berujung lancip, atau serupa itu, pastilah Yesus. Sebenarnya, mereka akan kecewa karena penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Yesus berambut pendek dan wajahnya bersih dari kumis dan jenggot. Jadi gambaran Yeus yang berambut panjang itu hanyalah imaginasi manusia saja.)

Akan tetapi, hal apakah yang dicari oleh orang banyak itu? Apanya yang menarik dari Yesus? Apakah karena dia memakai semacam pakaian khusus? Bukan itu. Lalu hal apakah yang membuatnya menonjol? Orang melihat ada satu kuasa dalam dirinya. Seorang hamba Allah seharusnya mempunyai kuasa tertentu. Saya selalu bercerita kepada Anda ketika saya pertama kali bertemu dengan saudara Yang di China, itulah saat pertama bagi saya untuk belajar tentang hal ini. Saya melihat ada satu hal yang menyolok di dalam dirinya dan saya tidak tahu hal apakah yang menonjol itu sampai saya menyadari bahwa itu adalah suatu kuasa yang berdiam di dalam dirinya. Itu adalah kuasa dari Roh Allah.


Kuasa dari Kerajaan hanya datang dari tanggapan yang 100% pada firman

Ini adalah hal yang paling penting untuk diketahui oleh seorang Kristen dan khususnya bagi seorang hamba Allah. Di sinilah letak perbedaannya, perbedaan antara pelatihan yang diadakan Yesus  dengan pendidikan akademis biasa. Di dalam pendidikan akademis, yang Anda peroleh adalah pengetahuan. Dengan kata lain, jika Anda masuk ke dalam seminari maka yang akan Anda peroleh hanyalah bahan kuliah, Anda diberi informasi, Anda diberi pengetahuan. Tentu saja, memanglah penting untuk memiliki pengetahuan dan informasi. Sangatlah berguna untuk mengetahui kapan Surat Roma dituliskan atau, dari kota mana Paulus menulis Surat Roma dan kepada siapa dia menuliskan surat itu? Semua ini memiliki nilai yang cukup berharga. Akan tetapi jika seluruh pelatihan hanya berkaitan dengan informasi semacam ini saja, maka sejujurnya, Anda tidak perlu sekolah kemana-mana kalau hanya untuk mengejar informasi semacam ini, Anda hanya perlu masuk kamar, mengambil buku dan membacanya, dan semuanya sudah tertulis di sana. Orang-orang yang mengajar di kampus-kampus itu yang menulis buku-buku tersebut, jadi Anda bisa memilih apakah pergi mendengar kuliahnya atau cukup membaca bukunya. Semuanya sama saja.

Akan tetapi tidak ada kampus yang bisa memberi tahu Anda bagaimana untuk memperoleh kuasa. Mengapa? Karena ini bukan masalah pengetahuan, ini masalah kehidupan. Dan hidup tidak disampaikan hanya lewat kuliah. Kuasa adalah sesuatu yang harus Anda pelajari lewat pengalaman dan respons atau tanggapan. Anda tidak wajib menanggapi pengetahuan. Jika saya beritahu Anda bahwa Paulus menulis Surat Roma dari kota Korintus, Anda hanya perlu berkata ‘ya’. Tak ada tanggapan yang diperlukan di sini. Dengan kata lain, Anda cukup menerima saja pengetahuan itu. Anda tidak harus berbuat apa-apa.

Akan tetapi dalam hal memperoleh kuasa, harus ada respons yang terus menerus. Jika tidak ada tanggapan, maka tak akan ada kuasa. Dan jika hanya ada tanggapan separuh saja, juga tak akan ada kuasa. Dengan 80% tanggapan, tetap saja tidak ada kuasa. Lalu Anda berkata, “Lantas, dengan meresponi 98%, tentunya akan ada kuasa.” Tetap tak ada kuasa. Dibutuhkan respons yang 100%, baru akan ada kuasa. Setiap manusia Allah perlu memahami dan menerapkannya. Kita perlu menerima kuasa itu dari Tuhan dan juga para hamba-Nya.

Jika kita dapat selalu menerima kuasa Allah secara langsung, maka kita tidak membutuhkan bagian tubuh yang lain. Jika tangan saya bisa menerima kehidupan langsung dari kepala saya, maka ia tidak membutuhkan lengan saya. Ia bisa bekerja secara mandiri. Akan tetapi kita adalah satu tubuh dan hidup itu disalurkan melalui tubuh Kristus. Akan tetapi untuk bisa menerima hidup itu, maka haruslah ada hubungan yang nyata antara satu dengan yang lainnya. Kita semua perlu untuk belajar hal ini.

Dari manakah Yesus memperoleh kuasa ini? Kuasa itu berasal dari Allah. Akan tetapi bagaimana cara Anda memperolehnya? Allah memiliki kuasa, tetapi Anda tidak memiliki kuasa, lalu bagaimana supaya kuasa itu datang kepada Anda? Allah memiliki hidup, Anda tidak memilikinya, lalu bagaimana cara Anda bisa memperolehnya? Allah memiliki sukacita yang penuh. Di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa (Maz. 16:11), tetapi Anda tidak memiliki sukacita. Jadi hal penerimaan itu terletak pada masalah komunikasi. Dan komunikasi adalah masalah tanggapan. Jika tidak ada tanggapan, maka tak akan bisa ada komunikasi. Jika Anda berbicara kepada saya dan saya tidak berbicara kepada Anda, maka tak ada komunikasi di sana. Jika Anda berkata “halo” kepada saya dan saya menatap ke arah lain, maka itu adalah akhir dari komunikasi Anda dengan saya. Komunikasi baru bermulai kalau ada tanggapan dan tanggapan itu berkelanjutan. Yesus telah menyampaikan Firman kepada kita, pertanyaannya sekarang adalah apakah kita telah menangapi. Orang-orang selalu datang kepada saya dan berkata, “Aku tidak ada kuasa. Aku tidak mendapat urapan saat berkhotbah.” Anda tahu, ada khotbah yang disertai kuasa dan ada yang tidak memiliki kuasa. Jika ada kuasa, maka ada kehidupan. Akan tetapi dari manakah kuasa itu berasal? Kuasa itu berasal hanya dari tanggapan terhadap Firman yang telah disampaikan oleh Yesus.


Semakin besar kuasa dari Kerajaan Allah lewat pemberitaan Firman Allah, semakin kuat tanggapan untuk menerima atau menolaknya

Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa sejak saat tampilnya Yohanes Pembaptis dan orang-orang menanggapinya entah dalam penerimaan atau penolakan, tetapi mereka tidak bisa bersikap netral. Saat saya memberitakan Injil, saya tahu bahwa ada beberapa orang yang akan menanggapi Firman itu, akan tetapi beberapa lainnya akan menolak. Demikianlah, saya mengharapkan adanya tanggapan yang jelas, akan tetapi saya menghendaki tanggapan yang kuat: semakin besar kuasanya, semakin kuat tanggapan untuk menerima atau menolaknya. Sangatlah penting untuk diperhatikan bahwa jika ada kuasa, bukan berarti bahwa orang akan memberi tanggapan yang menerima Anda; mereka bisa saja menanggapi dengan menolak Anda. Ketika orang-orang mendengarkan Yesus, ada sebagian yang menerima dan memperoleh hidup dan ada juga yang malah membenci dia. Orang tidak bisa tetap netral. Ini adalah hal yang penting untuk disadari. Mereka tidak bisa sekadar berkata, “Oh, lupakan saja.” Tak bisa mereka lakukan hal itu, karena Firman itu akan mencengkeram mereka, akan menantang mereka. Hasilnya selalu sama.

Para penginjil juga mengalami hal itu. Ada orang yang sangat mengasihi mereka dan ada juga yang membenci mereka. Sebagian orang sangat membenci saya. Saya bersyukur kepada Allah akan hal itu. Sangatlah buruk jika semua orang mengasihi Anda. Yesus berkata, “Celakalah kamu jika semua orang mengatakan hal yang baik tentang kamu.” Dengarkanlah apa yang mereka katakan tentang Yesus: “Dia orang gila! Dia dirasuki setan!” Hal semacam itulah yang mereka katakan tentang Yesus. Lalu apa yang kita harapkan? Yesus berkata pada pasal yang sebelumnya,

“Seorang murid tidak akan melebihi gurunya, seorang hamba juga tidak akan melebihi tuannya. Jika mereka memperlakukan tuannya seperti itu, maka mereka juga akan memperlakukan kalian seperti itu” (Mat 10:24-25).

Ada seorang perempuan di Liverpool yang sangat membenci saya karena anak laki-lakinya mau mendengarkan pemberitaan Firman Allah dan dia ingin memberi tanggapan. Dia adalah seorang dokter dan dia ingin melepaskan pekerjaannya untuk melayani Tuhan. Lalu ibunya menyalahkan saya atas semua ini, sambil berkata, “Anakku adalah seorang dokter dan sekarang, karena orang yang bernama Eric Chang ini berkhotbah, dia lalu ingin meningglkan pekerjaan dokternya dan semua yang lain untuk melayani Tuhan.” Semua jadi salah saya. Akan tetapi dia harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa mencegah anaknya dari tarikan firman Allah. Saya hanya sekadar saluran yang memberitakan firman Allah. Dia mencoba untuk memfitnah saya kemana pun dia pergi. Dan saat dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah anaknya, dia lalu berpikir bahwa cara terbaik langsung berhadapan dengan saya. Dia lalu mengundang saya makan malam. Bagaimanapun juga, saya tahu bahwa apapun yang dia ucapkan, jauh di dalam hatinya, dia sangat membenci saya. Dan anak laki-lakinya juga memberitahu saya akan hal yang sama. Menjadi penginjil itu sangat menarik. Ada orang yang sangat mengasihi Anda sehingga mereka rela mengorbankan nyawanya bagi Anda, tetapi yang lainnya akan sangat membenci Anda. Poin yang pentingnya adalah bahwa orang tidak akan bisa bersikap acuh terhadap Anda. Dan saya bersyukur kepada Allah akan hal itu. Mereka akan dipaksa untuk memberi tanggapan yang jelas terhadap Anda karena mereka harus menanggapi Firman Allah.


Rahasia kuasa:  Meresponi dengan 100% untuk mati bersama Yesus

Firman Allah macam apakah yang harus ditanggapi oleh seseorang? Jika kita ingin memahami perikop ini, maka kita harus memahami perikop yang sebelumnya yang disampaikan oleh Yesus.

Dan tema sentral dari perikop tersebut ada di Matius 10:38 –  “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Orang yang membenci Anda adalah mereka yang membenci Anda karena Anda memberitakan pesan yang seperti ini. Akan tetapi orang yang mengasihi Anda adalah mereka yang mengasihi Anda karena Firman ini juga. Orang-orang yang mengasihi Yesus adalah mereka yang mengasihi dia karena dia mengucapkan Firman ini. Akan tetapi, orang-orang yang membenci dia juga bersikap demikian karena dia telah memberitakan pesan semacam ini.

Apa arti dari memikul salib di sini? Camkan baik-baik kata-kata berikut ini: “Jika Anda tidak memikul salib Anda dan mengikut dia, maka Anda tidak layak bagi dia.” Inilah apa yang saya maksudkan dengan tanggapan 100%. Ini adalah jenis pesan yang tidak bisa Anda tanggapi separuh-separuh. Hanya bisa 100% atau tidak sama sekali. Anda tidak bisa memikul salib secara sebagian. Hanya ada pilihan seluruhnya atau tidak sama sekali. Anda siap untuk mati bersama dengan dia atau tidak siap sama sekali. Tak ada tempat di antara hidup dan mati. Inilah rahasia kuasa itu. Saya ingatkan Anda sekali lagi bahwa kuasa itu datang melalui tanggapan atau respons kita.

Bagaimana Anda menanggapi Firman dari Yesus? Apakah Anda sedang mencoba untuk menyisihkannya? Apa yang Anda kerjakan dengan Firman ini? Dan jika Anda tidak layak bagi Yesus, dapatkah Anda diselamatkan? Ini adalah perkara keselamatan. Jadi, ini bukan sekadar perkara kuasa, ini adalah perkara kehidupan, masalah keselamatan. Jika Anda terbukti tidak layak bagi Yesus, bagaimana Anda akan diselamatkan?

Di dalam ayat-ayat yang sejajar di Lukas 14:27, kita melihat kata-kata berikut ini: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Di sana juga kita melihat ucapan yang sama dari Yesus, “Jika kamu tidak memikul salibmu, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku.” Dengan kata lain, dia tidak akan menerima Anda. Jika Yesus tidak menerima Anda, lalu bagaimana Anda akan diselamatkan? Bagaimana Anda bisa menerima hidup? Tak ada harapan apa pun bagi Anda. Demikianlah, kita sudah melihat firman yang sangat penting itu. Anda tahu, ada orang yang akan berkata, “Yah, baiklah. Aku cukup percaya saja kepada Yesus. Itu sudah bagus buatku.” Akan tetapi saya ingatkan Anda, bukan itu yang Yesus ucapkan. Adalah mustahil bagi Anda untuk diselamatkan dengan cara ini. Itu sebabnya mengapa Anda harus perhatikan sejak awalnya: apakah tanggapan Anda terhadap firman yang sudah disampaikan oleh Yesus di dalam pengajarannya?


Arti dari memikul salib

Baru-baru ini, saya membaca sebuah buku tentang hal penyaliban. Buku itu ditulis oleh seorang cendekiawan Jerman, seorang profesor teologi di Jerman. Dan buku ini murni berisi hasil penelitian sejarah. Dan isi buku itu kembali mengingatkan saya dengan sangat jelas apa arti disalib itu. Sekali lagi, dia menyatakan bahwa salib adalah bentuk hukuman mati paling kejam yang pernah terbayangkan oleh manusia. Dan mereka yang dihukum ini tidak disalib hanya dengan satu cara saja: mereka bisa disalibkan dengan berbagai posisi. Tampaknya hal ini bergantung pada kekejaman orang yang menjadi pelaksana hukuman tersebut, yaitu, bergantung pada hasil penemuannya tentang bagaimana cara menimbulkan penderitaan yang lebih lagi kepada orang yang disalib (lewat cara menggantungnya dalam berbagai posisi yang berbeda) untuk memperpanjang penderitaannya. Jadi, buku ini mengungkapkan kepada saya bahwa makna salib adalah menerima kebencian dari orang lain demi kebenaran, demi pemberitaan kebenaran.


Mengakhiri cara hidup lama Anda dan segala sesuatu yang Anda miliki

Salib juga bermakna kehilangan segala yang Anda miliki. Memikul salib berarti mengakhiri kehidupan duniawi Anda. Di dalam hukum Yahudi, penyaliban adalah bentuk hukuman terburuk yang bisa dijatuhkan. Dan penyaliban ini juga seringkali dikhususkan bagi mereka yang berasal dari kelas rendahan, khususnya para budak. Itu sebabnya, menjatuhkan hukuman yang dikhususkan bagi para budak terhadap seseorang itu berarti menghina orang tersebut, menurunkannya ke tingkatan budak. Itulah hal-hal yang berkaitan dengan penyaliban. Dan Yesus berkata, “Jika kamu tidak memikul salibmu dan mengikut Aku, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku.” Apakah Anda melihat makna tersebut? Apakah Anda bersedia menerima hal ini?


Mengikut Yesus kemana pun dia pergi

Yang kedua, Yesus berkata, “Ikutlah Aku.” Jadi ada dua hal yang terkait dengan pemuridan ini. Pertama, memikul salib, dan Anda mungkin mengira bahwa perkaranya cukup sampai di sini saja. Namun tidak, Anda harus mengikut dia untuk bisa menjadi murid. Kita sudah terbiasa dengan omongan semacam ini, bahwa yang Anda perlukan untuk bisa diselamatkan hanya sekadar percaya. Hanya Yesus saja yang perlu memikul salib. Dia maju dan mati, dan kita cukup berdiri di sini dan percaya. Yang perlu Anda lakukan untuk bisa diselamatkan hanyalah percaya bahwa Yesus telah memikul salib, dan dia pergi dan mati di Kalvari. Dan kita bersorak, “Haleluyah! Aku percaya dengan segenap hatiku. Sekarang aku diselamatkan!” Apa yang Alkitab katakan? Apakah itu yang dikatakan Yesus? Tidak, yang dia katakan adalah, “Kamu ikut Aku.” Bukan saya yang berkata seperti itu, saudaraku. Yesus yang mengatakan itu. “barangsiapa,” berarti semua orang, bukan hanya orang-orang tertentu saja. Kata-kata tersebut tertuju kepada setiap orang, bukan hanya kepada sekumpulan kecil orang-orang tertentu saja. “Barangsiapa ingin mengikut Aku, dia harus memikul salibnya dan mengikut Aku.”

Anggaplah pada waktu Israel keluar dari Mesir, saat itu Musa datang kepada mereka dan berkata, “Allah akan melakukan perkara besar. Allah akan membawa kita menuju ke Tanah Perjanjian, kepada hidup yang baru.” Anggaplah ketika itu umat Israel berkata, “Oh, kami percaya padamu, Musa,” selanjutnya mereka kembali menjalani kehidupan sehari-harinya seperti biasa. Kemudian, Musa berangkat menyeberangi Laut Merah menuju Tanah Perjanjian, dan umat Israel diselamatkan karena percaya bahwa Musa telah pergi ke Tanah Perjanjian. Dan mereka percaya bahwa pada suatu hari nanti, entah dengan cara apa, Allah akan mengangkat dan memindahkan mereka ke Tanah Perjanjian karena mereka telah percaya bahwa Musa benar-benar telah pergi ke Tanah Perjanjian itu.

Saya bertanya kepada Anda, apakah perbedaan antara kisah rekaan ini dengan omongan dari sebagian besar orang Kristen di zaman sekarang ini? “Yesus telah pergi ke surga dan kita mau pergi ke surga juga. Jadi kita hanya perlu berkata, ‘Haleluyah! Yesus telah pergi ke surga!'” Kalau umat Israel ingin sampai ke Tanah Perjanjian, jika mereka benar-benar percaya, mereka tidak bisa sekadar berkata, “Oh ya, Musa, aku percaya. Ini kabar yang benar-benar bagus, tapi tunggu sampai aku selesai dulu dengan urusanku di sini.” Apakah yang dikatakan oleh Musa kepada orang Israel? “Ikutlah aku. Aku akan berangkat dan kamu akan berangkat bersama aku. Itulah satu-satunya cara bagimu untuk bisa sampai di sana. Aku berjalan di depan, Allah berjalan di depanku. Aku mengikut Allah, kamu mengikut aku, dan kita akan sampai di sana.”

Itulah hal yang dikatakan oleh Yesus kepada kita. Sangat jelas, bukankah demikian? Bagaimana kita bisa pergi ke tempat dia berada jika kita tidak mengikut dia? Dengarkanlah firman Yesus di Yohanes 12:26. Yesus menujukan ucapan ini kepada setiap orang, bukan kepada beberapa orang dari kalangan elit. “Barangsiapa melayani Aku,” (yaitu setiap orang yang mengakui dia sebagai Raja atas kehidupan mereka), “ia harus mengikut Aku.” Itulah perkataan Yesus. “Dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada.” Jika Anda ingin pergi ke tempat Yesus berada, maka Anda harus mengikut dia. Tidak ada jalan lain. Itulah pemahaman yang alkitabiah tentang makna keselamatan. Yesus telah berangkat. Tak ada gunanya berdiri di sini sambil bertepuk tangan dan berkata, “Oh bagus! Teruskan Yesus, engkau melakukannya dengan baik dan aku akan menyanyikan lagu pujian buat-mu di gereja. Engkau lanjutkan perjalanan sendiri saja. Dan suatu hari nanti, entah dengan cara apapun, karena aku percaya akan semua ini, maka engkau akan membawaku ke sana.” Aneh, inilah pengajaran standar di zaman sekarang, bukankah demikian? Sungguh-sungguh aneh.

Orang-orang berkata kepada saya, “Mengapa kamu selalu menyampaikan khotbah yang mengecewakan semua orang? Setiap kali aku merasa aman dengan keselamatanku, kamu datang dan menyampaikan khotbah dan, beginilah aku jadinya, kecewa lagi. Tidakkah kamu tahu bahwa aku ini sudah dibaptis? Dan aku sudah memberikan uang persembahan? Tak perlu tanya berapa, yang jelas aku sudah memberi uang persembahan. Ya, dan namaku ada di dalam daftar jemaat. Tapi sekarang kamu datang dan berkata bahwa aku tidak bisa pergi ke surga jika tidak mengikut Yesus. Kamu membuatku merasa sangat tidak tenang. Tak heran jika ada orang yang membencimu. Aku bisa mengerti kebencian mereka.” Namun harap diingat, berbelaskasihanlah sedikit kepada saya. Bukan saya yang mengatakan hal-hal sperti itu. Yesuslah yang menyampaikan Firman itu: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku.” Dan satu-satunya jalan bagi Anda untuk mengikut dia adalah dengan memikul salib Anda. Itu adalah akhir dari ego Anda, akhir dari kehidupan lama Anda. Saat Anda berkata, “Aku percaya,” itu tidak berarti bahwa Anda sekadar percaya bahwa Yesus telah mati di kayu salib, juga bukan sekadar berkata, “Aku percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati.”

Pada waktu yang lalu, seseorang bertanya kepada saya, “Apakah arti dari ‘percaya’ itu? Bukankah benar bahwa ketika kita percaya, maka kita diselamatkan?” Saya menjawab, “Ya, tetapi tahukah Anda apa maksud kata ‘percaya’ itu? Percayakah Anda bahwa Yesus telah mati di kayu salib? Lalu Anda menjawab, ‘Ya! Haleluyah! Haleluyah! Yesus telah mati di kayu salib.’ Dan percayakah Anda bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati? Dan Anda menjawab, ‘Ya! Haleluyah!’ Dan apakah Anda juga percaya bahwa Yesus sekarang berada di sebelah kanan Bapa? ‘Ya! Haleluyah! Haleluyah!’ Demikianlah, Anda berkata, ‘Aku percaya semua itu!’ Apakah menurut Anda Iblis juga percaya akan hal itu semua? Apakah menurut Anda Iblis percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa kita?” Mereka menjawab, “Ya, mungkin saja.”

Dan saya berkata, “Menurut Anda, apakah Iblis percaya dengan segenap hati bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati?” Mereka menjawab, “Saya rasa dia tahu bahwa kejadian itu memang benar. Ya, dia percaya itu.” Lalu saya tanyakan mereka, “Apakah Iblis juga percaya bahwa Yesus sekarang berada di sebelah kanan Bapa?” Mereka menjawab, “Ya, Iblis juga percaya itu.” Kemudian saya bertanya, “Apakah Anda ingin mengatakan kepada saya bahwa Iblis juga diselamatkan?” Dan mereka menjawab, “Oh, tidak, tidak, tidak.” Saya bertanya, “maksud Anda, Iblis tidak diselamatkan? Apanya yang salah? Dia juga percaya, tetapi kalian berkata bahwa dia tidak diselamatkan. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?

Demikianlah, setelah menggaruk-garuk kepala beberapa saat, mereka berkata, “Yah, Anda harus melakukannya.” Saya bertanya, “Melakukan apa?” “Yah, menjadi orang baik,” kata mereka. Lalu saya berkata, “Bagaimana Anda bisa menjadi orang baik? Apakah Anda sedang menyatakan kepada saya bahwa kita ini diselamatkan oleh perbuatan baik?” Mereka menjawab, “Oh tidak! Bukan diselamatkan oleh perbuatan baik.” Saya berkata, “Akan tetapi tadi Anda berkata bahwa Anda harus menjadi orang baik. Berarti Anda harus mengerjakan hal-hal yang baik.” Dan mereka berkata, “Yah, ini susah sekali. Ini masalah sulit. Saya tidak tahu. Anda harus menjadi orang baik akan tetapi Anda tidak diselamatkan oleh perbuatan baik. Dan Iblis juga ikut percaya tetapi tidak diselamatkan. Oh, sungguh memusingkan! Susah sekali mencari jalan keluarnya.”


Makna mengikut Yesus

Menjalani jenis kehidupan seperti yang Yesus jalani, melakukan pekerjaan yang dia lakukan, mengatakan hal-hal yang dia katakan

Pada kenyataannya sangatlah sederhana jika Anda memahami ajaran Yesus, bukankah demikian? Anda tidak perlu memusingkan pikiran untuk urusan seperti ini. Yang dinyatakan oleh Kitab Suci secara sederhananya adalah, “Ikutlah Aku.” Iblis tidak akan mengikut Yesus, khususnya dia tidak akan mau memikul salibnya dan mengikut Yesus. Mengikut Yesus berarti menjalani hidup sebagaimana yang telah Yesus jalani, melakukan perkerjaan yang dia lakukan, mengatakan hal-hal yang dia katakan. Itulah makna mengikut Yesus. Dan itu berarti bahwa ketika Anda mengikut Yesus, maka Anda menjadi serupa dengan Kristus. Jika Iblis mengikut Yesus, maka dia tidak menjadi Iblis lagi. Di sanalah persoalannya. Lalu apa maksud Alkitab dengan ungkapan “percaya dan diselamatkan”? Jika Anda percaya kepada Yesus, maka Anda akan mengikut dia.


Mempercayakan hidup Anda kepada Tuhn

Jika saya berkata kepada Anda, “Saya akan berangkat menempuh daerah yang berbahaya. Percayakah Anda bahwa saya bisa melintasinya?” Dan Anda berkata, “Ya.” Kemudian saya berkata, “Mari, ikutlah saya.” Dan Anda menjawab, “Oh, tidak, tidak.” Lalu saya bertanya, “Anda percaya kepada saya atau tidak?” Dan Anda menjawab, “Oh, aku percaya padamu. Ya, kamu bisa melakukannya.”

Anda lihat, itulah ‘percaya’ jenis yang pertama. ‘Percaya’ dari jenis yang ini tidak menyelamatkan Anda. Jika Anda percaya kepada saya, maka Anda tentunya mau mempercayakan diri Anda untuk saya bawa menyeberang; Anda akan ikut dengan saya. Anda bisa lihat bahwa percaya yang jenis ini berarti mempercayakan hidup Anda kepada orang yang bersangkutan. Apakah Anda tidak munafik jika Anda berkata bahwa Anda percaya kepada Yesus tetapi Anda tidak mau mempercayakan diri Anda kepadanya? Oh tidak! Anda tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada kehidupan Anda. Dia mungkin malah akan menjadikan Anda seorang penginjil! Dan Anda berpikir, “Aduh celaka! Itu adalah hal terburuk yang bisa terjadi padaku!” Demikianlah, kita mendapati bahwa kita tidak berani mempercayakan diri kita kepada Yesus. Akan tetapi ingatlah pada kata-kata ini, saudara-saudaraku. Yesus telah berkata bahwa tak seorang pun yang layak bagi dia pada Hari Penghakiman nanti kecuali mereka yang mengikut dia.


Paulus bukan sekadar mengikuti tapi dia mengejar Tuhan

Dan saat saya membaca bagian lain dari Kitab Suci, saya mendapati bahwa Kitab Suci juga menyatakan hal yang tepat sama di setiap bagiannya. Hal apakah yang Paulus katakan? Dia mengatakan hal yang persis sama. Saat Anda memahami makna pemuridan, Anda akan mengerti bahwa rasul Paulus menyampaikannya pada kedalaman yang baru. Di dalam Filipi pasal 3, misalnya, ini pasal yang terkenal di mana Paulus berkata, “Aku telah melepaskan semua itu dan memandangnya sebagai sampah demi mengikut dia, untuk memperoleh Kristus,” Saya coba untuk mencari kata ‘mengikut’ dan, Anda tahu, saya tidak bisa menemukannya. Lalu saya berpikir, “Ah! Mungkin aku telah melakukan kekeliruan di sini,” sampai saya menyadari bahwa Paulus ternyata memakai kata yang bahkan memiliki makna yang lebih tegas dari pada ‘mengikut’, yang di dalam Authorized Version terkadang diterjemahkan dengan kata ‘follow (mengikut)’. Paulus tidak pernah memakai kata ‘mengikut’, tetapi dia selalu memakai kata yang lebih tegas lagi, yaitu kata ‘mengejar’.

Apakah Anda tahu apa arti mengejar? Kata mengejar memiliki makna ibarat Anda sedang memburu binatang yang sedang melarikan diri dari Anda, dan Anda berlari untuk mengejarnya. Hal ini merupakan ciri khas Paulus yang mengikuti kepribadiannya yang penuh semangat. Jadi, bukannya memakai kata ‘mengikut’, dia malah memakai kata ‘mengejar’. Dan, tahukah Anda, berapa kali dia memakai kata tersebut? Dia memakainya sampai 21 kali! Tahukah Anda akan hal itu? Ini menunjukkan intensitas yang begitu mencirikannya. Paulus tidak sekadar mengikut, dia mengejar, berlari-lari dengan sekuat tenaga. ‘Mengikut’ berarti Anda mungkin berjalan dengan pelan di belakang, seperti sedang berjalan-jalan, irama langkahnya terasa enak. Akan tetapi Paulus tidak memakai langkah yang santai. Dia hanya mengenal satu kata: mengejar –  melaju dengan kecepatan penuh. Di dalam Filipi 3:12, kata ‘mengejar’ terdapat di sana, dan Revised Standard Version (RSV) menerjemahkannya dengan kata “press on (mengejar, LAI)”. Dan dia berkata, “Aku telah melepaskan segalanya, aku memandang semua itu sampah supaya aku bisa menderita dengan Dia.” Lalu Anda berkata, “Oh Paulus, ada apa denganmu? Apa kamu ini gemar menderita?”


Orang dengan sikap yang berkomitmen total pasti akan mengejar Tuhan

Dan Anda mungkin berkata, “Baiklah, hal itu boleh saja dilakukan oleh Paulus. Dia mengejar Yesus. Dia ingin memperoleh Kristus. Akan tetapi ini tidak harus berlaku untuk semua orang.” Jika itu yang Anda pikirkan, maka sebaiknya Anda baca lebih banyak lagi tulisan Paulus. Paulus tidak berpendapat seperti itu. Dia berkata, “Ini berlaku bukan untuk aku saja.” Di Filipi 3:15, dia melanjutkan dengan berkata, “Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian.” Artinya, “Milikilah jenis mentalitas yang sama denganku.” Marilah kita yang sempurna,  berpikir demikian. Terjemahan bahasa Inggris telah mengencerkannya dengan kata ‘mature (dewasa)”. Kata ‘mature (dewasa)’  berarti bahwa Anda bertumbuh sampai pada tingkatan tertentu, tetapi ini bukan makna yang terdapat di dalam bahasa Yunaninya. Kata di dalam ayat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan tingkat pertumbuhan. Kata di dalam ayat ini berkaitan dengan sikap hati kita terhadap Allah tanpa mempedulikan usia Anda atau, sudah berapa lama Anda menjadi Kristen.


Menjadi sempurna berarti menjadi taat sepenuhnya kepada Allah

Kata di ayat ini sama dengan yang terdapat di Matius 5:48, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Yaitu, sempurna di dalam pengudusan diri kita kepada Allah. Ini bukan berarti sempurna tanpa dosa, melainkan sempurna di dalam ketaatan kita kepada Allah. Kesempurnaan komitmen. Itulah maknanya. Karena Bapa Anda sempurna di dalam komitmen-Nya kepada Anda, maka Anda harus sempurna di dalam komitmen Anda kepada Allah. Perhatikan bahwa di sini tidak terdapat janji bahwa Anda akan menjadi sempurna. Yang ada ialah perintah: Haruslah kamu sempurna.


Menjadi sempurna berarti menjadi sempurna di dalam komitmen mengikut Allah

Kembali lagi, di Matius 19:21, kata yang sama dipakai di saat Yesus berbicara kepada orang muda yang kaya.

“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Yaitu sempurna di dalam hal komitmen Anda terhadap Allah tentunya. Paulus dengan sangat berhati-hati menyatakan bahwa kesempurnaan ini bukanlah dalam pengertian tanpa dosa melainkan sempurna di dalam komitmen kita. Namun sekiranya Anda masih kurang memahami apa yang dia maksudkan, dia dengan hati-hati mengulanginya lagi di ayat 17, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku.” Dia berbicara kepada semua jemaat Filipi, bukan kepada beberapa orang tertentu saja. Dan di ayat 15b dia berkata jika ada orang yang tidak berpikiran sama dengannya di dalam hal mengikut Kristus, maka Allah akan memberi menyatakan kepada orang itu. Allah akan menunjukkan kepada Anda bahwa Anda telah keliru jika Anda tidak mengikut Yesus. Jadi apakah tanggapan Anda? Apakah perkataan ini membuat Anda merasa tidak nyaman?


Petrus dan Yohanes berkata, “Mengikuti”

Jika kita beralih ke rasul Petrus, kita akan mendapati bahwa dia menyatakan hal yang persis sama di dalam hal mengikut Yesus. Di 1 Petrus 2:21, Petrus berkata,

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Lagi, jika kita beralih ke rasul Yohanes, kita juga akan mendapati bahwa dia mengucapkan hal yang sama. Dan jika kita masuk ke kitab Wahyu, kita lihat di Wahyu 14:4 tentang definisi mengenai seorang hamba Tuhan:

Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.

Di zaman sekarang ini, di tengah Gereja sekarang ini yang kita miliki adalah kepercayaan yang berlebih namun disertai tindakan yang sangat kurang. Terlalu banyak bicara dan terlalu sedikit bertindak. Terlalu banyak doktrin dan terlalu sedikit pemuridan. Sudah menjadi cita-cita saya bahwa gereja kita ini menjadi gereja para murid, jemaat orang-orang yang berkomitmen. Apa gunanya memiliki gereja yang dipenuhi oleh ribuan orang tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak mengikut Yesus? Saya tidak mau menjadi pendeta bagi jemaat semacam itu. Saya bertujuan untuk melayani Tuhan dan melayani Tuhan di dalam gereja para murid, di dalam jemaat di mana Yesus benar-benar disenangkan. Kiranya gereja ini menjadi gereja yang benar-benar Yesus tebus dengan darahnya dan benar-benar mengakui Yesus sebagai Tuan atas kehidupan mereka, dan mengakui kedaulatannya dengan mengikutinya. Tuan macam apakah itu jika hamba-hambanya tidak mengikutinya? Gereja yang berkomitmen ini akan menjadi gereja yang berbeda di tengah dunia. Menjadi gereja yang menyolok karena ada kuasa Allah yang bekerja di dalamnya. Dan adanya kuasa Allah yang bekerja di dalamnya itu terjadi karena adanya ketaatan pada panggilan serta tuntutan Yesus. Tak seorang pun yang bisa bersikap acuh terhadap gereja semacam ini, terhadap khotbah semacam ini. Mereka bisa mengasihinya, atau membencinya, akan tetapi mereka tidak bisa mengacuhkannya.

Pada Hari itu di mana kita semua berdiri di hadapan Yesus, saya tidak mau Yesus datang kepada saya dan berkata, “Mengapa kamu tidak memberitahu mereka tentang hal mengikut aku? Mereka datang ke gerejamu setiap Minggu tetapi kamu tidak memberitahu mereka tentang hal mengikut aku. Dan sekarang mereka terhilang karena mereka bukan milikku. Mereka tidak bisa pergi ke tempat aku berada karena mereka tidak pernah mengikut aku.” Darah Anda akan menjadi tanggungan saya pada Hari itu jika saya gagal memberitakan kebenaran ini.


Tanyalah diri Anda: “Apakah aku mengikut Yesus dengan setulus hati?”

Jika Yesus benar-benar Tuan atas kehidupan Anda, maka hidup Anda akan berkelimpahan, menonjol dengan kuasa, damai sejahtera dan sukacita dari Allah

Saya memberitakan kepada Anda firman dari Tuhan. Saya minta Anda untuk menilai apakah semua hal itu benar atau tidak karena keselamatan kekal Anda bergantung padanya. Tanyalah diri Anda: “Apakah aku mengikut Yesus? Apakah aku dengan setulus hati mengikut Yesus?” Janganlah menipu diri Anda sendiri. Apakah Yesus benar-benar menjadi Penguasa atas hidup saya? Jika Anda bisa berkata, “Ya,” maka Anda akan segera melihat bahwa hidup Anda benar-benar berbeda. Kemanapun Anda pergi, hidup Anda akan berbeda. Orang akan melihat, “Orang ini berbeda. Dia membawa kuasa Allah.” Anda akan mendapati bahwa orang lain akan datang kepada Allah cukup dengan mengadakan kontak dengan Anda. Kuasa itu sangat luar biasa. Orang datang dengan begitu saja kepada Tuhan tanpa Anda harus mamasang senyum kepada mereka, atau dengan berkhotbah, atau mengecam mereka. Orang datang begitu saja kepada Tuhan karena adanya kuasa tersebut. Apakah mereka bereaksi terhadap kehidupan Anda, atau mereka mengacuhkan Anda? Mereka akan mengacuhkan Anda jika memang tidak ada sesuatu apa pun di dalam diri Anda.

 

Berikan Komentar Anda: