Pastor Eric Chang | Seri Keselamatan (8) |

Kita lanjutkan pembahasan Firman Allah mengenai keselamatan. Di pesan yang lalu, kita melihat bahwa ‘iman yang menyelamatkan’ itu tidak kurang dari komitmen total. Kita lihat bahwa ada berbagai macam orang yang datang ke tengah jemaat, yang menjadi Kristen dengan berbagai macam alasan. Namun, yang Allah cari di dalam hati kita ialah komitmen yang utuh kepada-Nya. Kita juga telah melihat bahwa iman yang menyelamatkan itu haruslah iman yang seperti milik Abraham; tepatnya seperti tertulis di dalam Roma 4:16, iman yang seutuh iman Abraham.


KITA HARUS MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA

Namun, setelah kita memiliki iman dengan komitmen  seperti ini, ke mana lagi langkah harus kita arahkan? Jenis kehidupan Kristen macam apakah yang harus kita jalani? Di Filipi 2:12b-13, rasul Paulus mengatakan hal ini:

12  Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, sebagaimana kamu selalu taat — bukan hanya ketika aku ada bersamamu, lebih-lebih sekarang ketika aku tidak bersamamu — kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.
13  Sebab, Allahlah yang bekerja di dalam kamu, baik untuk mengingini maupun untuk mengerjakan apa yang menyenangkan-Nya.

Saya akan memakai ayat ini sebagai titik awal pembahasan. Rasul Paulus, seorang rasul iman yang besar, berkata kita harus mengerjakan keselamatan kita. Jangan ada orang yang mengabaikan kata kita! Dalam bahasa Inggris, “work out your own salvation”, yaitu kerjakan keselamatanmu sendiri!

Pertama, perhatikan kata “kerja” dalam kaitannya dengan keselamatan. Di zaman sekarang ini, ada semacam fobia terhadap kata “kerja” ini di dalam gereja.  Kita akan melihat bahwa Paulus tidak mengalami fobia tersebut. Dia berkata, “Kamu menginginkan keselamatan? Kamu harus mengerjakan keselamatan itu.”

Kedua, perhatikan hal ini: Paulus tidak berkata bahwa Allah akan mengerjakan keselamatan anda itu bagi anda. Yang dia katakan adalah, “Kamu yang harus mengerjakan keselamatanm sendiri.”

Ketiga, perhatikan bentuk dari kata “kerjakan” ini. Yang digunakan adalah bentuk sekarang yang berkelanjutan (present continuous tense). Ini yang berarti bahwa ini merupakan sesuatu yang harus terus anda kerjakan. Anda harus terus mengerjakan keselamatan anda. Ini bukanlah sesuatu hal yang pernah anda kerjakan pada masa lalu dan bisa anda lupakan sekarang.

Hal ini juga merupakan hasil karya Allah di dalam diri anda, seperti yang dikatakan oleh Paulus di dalam ayat 13, “Allahlah yang bekerja…”. Jika Allahlah yang berkarya di dalam diri anda, mengapa anda masih harus mengerjkan keselamatan anda itu? Pokok penting dari ayat ini akan menjadi hal yang saya ingin anda renungkan. Ayat ini, karena berkaitan dengan keselamatan merupakan ayat yang sangat penting bagi kita. Allah bekerja di dalam diri anda. Bukankah itu sudah cukup? Kebanyakan orang akan berkata bahwa itu sudah cukup. Allah berkarya di dalam diri anda, apa lagi yang anda inginkan? Dia mengerjakan “untuk mengingini maupun untuk mengerjakan”. Berarti itu sudah tuntas. Tidak! Paulus tidak berkata seperti itu. Dia berkata bahwa Allah bekerja di dalam diri anda dan anda harus mengungkapkannya keluar. Bagaimana kita akan memahami hal ini?


DUA KEKELIRUAN TENTANG KESELAMATAN

Saya akan menguraikan hal ini melalui satu kata yang sangat penting dari Alkitab, dan kata ini merupakan kata yang sangat singkat yang disebut ‘buah’. Saya akan menguraikan makna penting dari ‘buah’ kepada anda hari ini. Di dalam menguraikan makna kata ini, saya ingin menghadang dua macam kekeliruan mendasar yang banyak anda dengar di berbagai sudut gereja sekarang ini. Dalam pengajaran tentang keselamatan, terdapat dua macam kekeliruan yang mendasar.

Pertama, ada satu pandangan bahwa jika anda sudah percaya, dan mempercayai Yesus sepenuh hati anda, anda akan selalu selamat. Ini adalah doktrin yang sekarang ini kita kenal dengan istilah “sekali selamat, tetap selamat”. Inilah doktrin yang mengajarkan bahwa begitu anda percaya kepada Yesus, entah itu pada minggu yang lalu, 2 tahun lalu, atau 20 tahun yang lalu, selama anda pernah mempercayai Yesus, entah dalam sebuah kebaktian di suatu tempat, maka anda akan baik-baik saja untuk sepanjang hidup anda, atau dalam hal ini, selama kekekalan. Mereka gagal melihat bahwa ini adalah doktrin yang akan mengakhiri semua iman dengan iman! Ini merupakan satu aksi iman yang menghapus kebutuhan akan iman. Dapatkah anda melihat, saudara-saudari, bahwa jika hal ini memang benar, berarti anda hanya satu kali saja membutuhkan iman? Setelah itu, tidak menjadi masalah apakah anda masih memiliki iman. Ini adalah iman yang menghapus semua jenis iman! Ini adalah ajaran tentang kasih karunia yang mengakhiri semua kebutuhan untuk kasih karunia. Anda tidak membutuhkan kasih karunia lagi; anda cukup menerimanya satu kali saja, dan semuanya beres. Jadi, ini adalah ajaran ‘sekali percaya untuk semuanya’, yang mengajari anda bahwa selanjutnya anda tidak membutuhkan iman lagi. Suatu ajaran tentang penerimaan kasih karunia ‘sekali untuk semuanya’, dan selanjutnya, anda tidak membutuhkan kasih karunia lagi.

Saudara-saudari, saya mengalami kesulitan memahami bagaimana sebuah ajaran yang begitu keliru dan begitu jelas palsu bisa begitu luas diterima. Saya tidak bisa memahaminya. Hal ini mengingatkan saya kepada perkataan Yesus di Matius 24:24, di mana Yesus berkata bahwa harinya akan tiba di mana sekiranya mungkin, Iblis bahkan akan menyesatkan orang-orang pilihan Allah. Bahkan mereka yang terpilih juga akan disesatkan. Sungguh sebuah pernyataan yang mengerikan: sekiranya mungkin, bahkan orang-orang terpilih juga akan disesatkan! Saya berdoa supaya ketika kebenaran dinyatakan kepada anda, anda bisa melihatnya dengan sangat jelas.

Hal kedua yang perlu kita pahami ialah bahwa keselamatan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yang berujung pada keselamatan yang penuh. Keselamatan bukanlah suatu tindakan tunggal. Keselamatan memiliki titik awal; bermula dari satu titik tertentu. Akan tetapi, titik awal itu jelas bukan segala-galanya; harus ada proses yang berkelanjutan.


AJARAN TENTANG “BUAH KESELAMATAN”

Jika kita mencermati pertanyaan-pertanyaan tersebut di dalam terang ajaran yang alkitabiah mengenai ‘buah’, saya rasa persoalannya akan menjadi sangat jelas bagi anda. Apakah yang diajarkan oleh Alkitab mengenai ‘buah’? Sangatlah penting bagi kita untuk memahaminya! Sangat penting karena kata ‘buah’ ini dipakai sebanyak 66 kali di dalam Perjanjian Baru. Angka statistik dapat membantu kita memahami Perjanjian Baru, yaitu dengan menunjukkan seberapa sering sebuah kata muncul di dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan seberapa penting kata tersebut. Kata ‘buah’ ini muncul sebanyak 46 kali di dalam Injil-Injil saja. Jika kita teliti lebih jauh lagi, dari ke-46 kali kemunculannya di dalam Injil, sebanyak 42 kali kemunculannya ada di dalam pengajaran Yesus sendiri. Dari sini terlihat bahwa kata ‘buah’ ini merupakan unsur yang sangat penting di dalam pengajaran Yesus.

Camkanlah, di dalam Perjanjian Baru, kata ‘buah’ berbeda maknanya dengan kata ‘buah’ di dalam bahasa Inggris. Di dalam bahasa Inggris [atau juga Indonesia], kata buah bisa berarti pisang, jeruk, apel atau buah pir – hal-hal semacam ini. Di dalam Perjanjian Baru, kata ‘buah’ memang mencakup makna buah-buahan seperti itu, mencakup buah-buah seperti apel dan sebagainya. Akan tetapi, di dalam Perjanjian Baru, makna kata buah ini mencakup hal-hal yang lebih luas lagi. Kata ‘buah’ ini memiliki makna yang lebih luas daripada yang terkandung di dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh, gandum juga bisa dirujuk sebagai buah. Malahan, kita bisa temukan rujukan yang menyebutkan seluruh hasil panen sebagai buah. Sebagai contoh, di Matius 13:8, kata ‘buah’ di sana mengacu kepada gandum yang telah ditabur, bukan kepada apel atau pir. Di Lukas 12:17, kata ‘buah’ ini mengacu pada seluruh haasil panen dari si orang kaya itu. Jadi, jika anda baca ayat tersebut di dalam terjemahan LAI, yang akan anda lihat adalah kata hasil tanah’. Sebenarnya, kata hasil tanah’ itu adalah terjemahan dari kata Yunani yang berarti ‘buah’.


ALLAH HARUS MENDAPATKAN BUAHNYA!

Sekarang renungkanlah hal ini: tak ada petani yang menanami lahannya hanya untuk sekedar bisa berkata, “Lihatlah ladangku! Ada banyak gandum tumbuh di sana!” Untuk apakah seorang petani menanami ladangnya? Dia ingin menikmati panen — buah — dari apa yang telah ditanamnya. Dia tidak akan memuaskan diri dengan menatap ladangnya yang menghijau, bukankah begitu? Saat dia menanami ladangnya, ketika tanaman itu mulai bertumbuh, hal apakah yang dia harapkan? Dia mengharapkan buah sebagai hasil dari usahanya itu. Menurut anda, untuk apakah Allah menumbuhkan kita? Anda bisa lihat bahwa Allah adalah Sang Penabur benih itu. Itulah isi dari perumpamaan tentang penabur benih. Demikianlah, Allah telah menaburkan benih Injil ke dunia. Untuk apakah itu? Supaya ladang menjadi penuh dengan tanaman hijau? Tentu tidak! Dia menginginkan buah yang bisa Dia panen. Namun, melihat cara Injil diberitakan sekarang ini, anda akan berpikir bahwa yang Allah inginkan ialah ladang yang dipenuhi oleh tanaman yang menghijau saja. Sepertinya itulah hal terpenting yang akan didapat jika anda menaburkan benih di ladang, anda mendapatkan tanaman yang bertumbuh. Tak jadi soal apakah tanaman itu berbuah atau tidak; jika gandum itu tidak menghasilkan buah, tidak jadi persoalan. Selama anda memiliki tanaman yang menghijau, tidak ada masalah. Mungkin anda pernah menyuruh seseorang menanam sebatang pohon buah, dan untuk apakah anda menanam pohon buah tersebut? Entah anda menanam anggur atau pohon ara, untuk apakah anda menanamnya? Apapun alasan penanamannya, yang jelas anda pasti punya alasan. Anda bukan sekedar menginginkan agar pohon itu tumbuh saja, tetapi anda ingin menikmati sesuatu dari pohon tersebut. Demikianlah, lewat gambaran yang sama di dalam Alkitab, kita sebagai orang-orang Kristen, digambarkan seperti pohon anggur. Jemaat digambarkan seperti pohon anggur yang menghasilkan buah anggur. Kadang kala juga digambarkan sebagai pohon ara.

Jadi, dari sini, anda bisa lihat betapa pentingnya bagi Allah untuk memperoleh buah. Bahkan lebih dari itu! Alkitab memberitahu kita bahwa Dia tidak sekedar mengharapkan buah dari kehidupan kita, Dia menuntut buah dari hidup kita! Ini adalah kewajiban mutlak! Dia tidak berkata, “Nah, jika ada buah saja sudah cukup menyenangkan. Kalau memang tidak ada buah, tidak jadi masalah, yang penting masih ada tanaman di ladang ini.” Alkitab menjelaskan kepada kita dengan sangat gamblang bahwa Allah menuntut adanya buah.

Di sini, kita akan melihat seluruh proses keselamatan. Pertama-tama, kita melihat bahwa benih Injil itu ditabur di dalam hidup kita. Di mana ada kehidupan, di sana ada pertumbuhan. Jika tidak ada kehidupan, tidak ada pertumbuhan. Yang mati tidak akan bertumbuh. Namun, anda mungkin berkata, “Yah, kalau begitu, jika ada pertumbuhan berarti itu sudah cukup bagus.” Tidak, hal itu masih belum cukup bagus bagi Allah. Mungkin cukup bagus bagi kita, tetapi masih belum cukup bagus bagi Allah. Dari hidup harus ada pertumbuhan, dan dari pertumbuhan harus ada buah. Saya ingin tunjukkan kepada anda betapa mendasarnya arti penting dari buah itu. Saya ingin menyampaikan semua bukti-bukti kepada anda, dan saya akan memulai dari Paulus, untuk menunjukkan kepada anda bahwa Paulus tidak menyampaikan hal yang berbeda dari Yesus. Paulus berkata di dalam Roma 7:4,

Karena itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi Hukum Taurat melalui tubuh Kristus supaya kamu menjadi milik yang lain, yaitu dia yang telah dibangkitkan dari kematian sehingga kita dapat menghasilkan buah bagi Allah.

Dia telah mati dan bangkit kembali supaya kita bisa menjadi miliknya, supaya kita bisa berbuah bagi Allah. Angkatan yang sesatlah yang akan membaca ayat ini, tetapi mengabaikan kata-kata yang terakhir: sehingga kita dapat menghasilkan buah bagi Allah. Justru kalimat yang terakhir inilah yang menjelaskan seluruh tujuan mengapa Kristus telah mati dan bangkit kembali.

Pertama-tama, saya ingin memberitahu anda bahwa kata ‘buah’ ini mengacu pada berbagai macam hal di dalam Perjanjian Baru. Saya sudah menyebutkan tadi bahwa semua buah berasal dari sesuatu yang hidup. Itu sebabnya di dalam Alkitab, kata ‘buah’ dipakai dalam kaitannya dengan tanaman atau binatang. Akan tetapi, kata ini juga dipakai dalam kaitannya dengan manusia. Orang-orang adalah buah. Jadi, Alkitab juga berbicara tentang ‘buah kandungan’, yang mengacu pada anak-anak. Demikianlah, orang-orang juga dirujuk sebagai buah, misalnya, di Lukas 1:42, dan juga di Kisah 2:30 (dalam terjemahan KJV). Saya ingin menyajikan bukti-bukti yang cermat kepada anda. Saya harap anda tidak menjadi bosan karena saya menyajikan rujukan-rujukan ayat kepada anda. Sangatlah penting bagi anda untuk mengetahui bahwa yang disampaikan ini adalah Firman Allah dan bukannya pendapat saya. Dengan demikian, saya harap anda memeriksa rujukan-rujukan tersebut untuk memastikan apakah ayat-ayat tersebut memang menyatakan hal seperti yang saya sampaikan. Saya tidak mau orang menerima rujukan ini karena yang berkata adalah Eric Chang. Apa yang disampaikan Eric Chang pastilah benar. Bukan begitu, anda boleh menerimanya jika memang Firman Allah menyatakan demikian, bukan karena saya berkata demikian.


EMPAT JENIS BUAH

Terdapat empat macam tingkatan yang berkaitan dengan buah ini, empat tingkatan yang berkaitan dengan 4 jenis orang yang berbeda. Apakah anda akan masuk ke dalam salah satu dari keempat kategori itu?


1) BUAH YANG BURUK

Kategori yang pertama berkaitan dengan buah yang buruk — yakni orang-orang yang menghasilkan buah yang buruk. Mereka memiliki buah, tetapi buah tersebut buruk. Ini yang disebut oleh Paulus di dalam Roma 7:5, “menghasilkan buah bagi maut”. Dia berkata bahwa jika anda hidup di dalam daging, buah macam apakah yang akan anda hasilkan? Anda akan menghasilkan buah yang membawa maut. Ini adalah buah maut. Di Matius 7:17-20, seluruh ayat-ayat tersebut berbicara tentang hal menghasikan buah. Di Matius 12:33, Yesus berbicara lagi tentang perbedaan antara buah yang baik dengan yang buruk. Apa yang terjadi dengan pohon yang menghasikan buah yang buruk, yang tidak baik? Anda tahu bahwa ada pohon-pohon jenisnya baik, tetapi kemudian mereka menghasikan apel atau buah pir yang sangat kecut sehingga tidak bisa anda makan. Malahan, buahnya begitu pahit atau kecutnya; anda tidak bisa memakan buah yang seperti itu. Apa yang akan anda perbuat dengan pohon yang semacam itu? Anda menebangnya! Itulah hal yang sejak awal disampaikan oleh Yohanes Pembaptis kepada orang-orang Israel. Dia berkata,

Bahkan, sekarang, kapak diletakkan di akar pohon-pohon, dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik ditebang dan dilemparkan ke dalam api.  (Matius 3:10)

Orang-orang Israel melakukan kesalahan yang sama dengan yang diperbuat oleh orang-orang Kristen zaman sekarang. Ketika nabi besar Yohanes Pembaptis datang dan menyerukan pertobatan serta kekudusan hidup, orang-orang Israel berkata, “Tak masalah, kami anak-anak Abraham.” Apa maksud mereka dengan ucapan itu? Maksud mereka sama dengan maksud sebagian orang Krsiten zaman sekarang ini, “Sekali selamat tetap selamat”. “Kami adalah anak-anak Abraham; tak ada sesuatu hal pun yang bisa terjadi pada diri kami.” Sungguh mengherankan melihat orang-orang Kristen bisa membaca ayat-ayat ini di dalam Kitab Suci dan membacanya dengan memakai penutup mata, dengan mata yang buta! Mereka bahkan tidak tahu apa makna ayat-ayat tersebut. Itulah sebabnya mengapa Yohanes Pembaptis berkata kepada orang-orang Yahudi,

8  Karena itu, hasilkanlah buah-buah yang sebanding dengan pertobatan,
9  dan jangan berpikir untuk berkata kepada dirimu sendiri, ‘Kami mempunyai Abraham, bapak leluhur kami,’ karena aku mengatakan kepadamu bahwa dari batu-batu ini Allah sanggup membangkitkan anak-anak untuk Abraham!

Dengan kata lain, dia menyatakan, “Jangan membual karena statusmu. Statusmu itu tidak lebih berharga daripada batu-batu di tanah ini! Jangan berkata pada dirimu, ‘Siapa yang memerlukan kekudusan? Abraham adalah bapa kami. Kami baik-aik saja. Kami adalah anak-anak perjanjian!'”

Yohanes Pembaptis berkata kepada mereka, “Kamu harus bertobat dan menghasilkan buah pertobatan. Kalau kamu tidak menghasilkan buah yang baik, kuberitahu kamu apa yang akan Allah perbuat padamu, hai anak-anak Abraham, yang menyombongkan diri sedemikian rupa, Dia akan menebangmu!” Kemudian dia melanjutkan, “Kuberitahu bahwa setelah Dia menebangmu, kalau-kalau nanti kamu berpikir, ‘Yah, Dia memang akan menebangku, tetapi Dia akan menegakkanku lagi. Jadi, aku akan baik-baik saja!’ Dia akan membuangmu ke dalam api!” Lalu, dia menyampaikan gambaran yang lain. Dia berkata,

Alat penampi ada di tangan-Nya, dan Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya, dan akan mengumpulkan gandum ke dalam lumbung. Namun, Ia akan membakar sekamnya dengan api yang tidak dapat dipadamkan.” (Matius 3:12)

Buah yang buruk menghasikan bencana!


2) TIDAK MENGHASILKAN BUAH SAMA SEKALI

Lalu, bagaimana jika anda tidak menghasilkan buah yang buruk? Ini merupakan tahapan yang lebih baik, yaitu anda tidak menghasilkan buah sama sekali! Anda mungkin akan memuji diri dan berkata, “Tak masalah, aku tidak menghasilkan buah yang buruk. Aku tidak berbuat ini, aku tidak berbuat itu seperti si anu… Ini keadaan yang tidak jelek; aku tidak menghasilkan apa-apa.” Jika anda berpikir seperti itu, Kitab Suci juga sudah mencegat anda di sana. Sebagai contoh, anda bisa lihat di perumpamaan tentang penabur benih di Matius 13:22,

Benih yang jatuh di tengah semak-semak duri adalah orang yang mendengar firman itu, kemudian kekhawatiran dunia dan tipu daya kekayaan mendesak firman itu sehingga tidak berbuah.

Apakah gandum itu memiliki hidup? Sudah pasti, gandum itu memiliki hidup. Apakah dia bertumbuh? Tentu saja, ia bertumbuh. Akan tetapi, ia tidak menghasilkan buah. Apa yang terjadi padanya? Ia mati tercekik.

Sekedar untuk memastikan agar kita menangkap pokok ini dengan jelas, Yesus memberi tindakan perlambang yang sangat mengerikan bagi  kita. Di Matius 21:19 kita temukan perumpamaan yang terkenal di mana Yesus mengutuk sebatang pohon ara. Mengapa Dia mengutuk pohon ara itu? Oleh karena sangat banyak daunnya! Terlihat sangat indah — penuh dengan daun! Lebatnya daun ini memberikan janji akan banyaknya buah karena pohon itu terlihat sangat subur. Saat pohon ara mulai berdaun lebat, seharusnya ia juga berbuah banyak. Sekalipun saat itu bukanlah musim buah ara, tetapi pohon yang satu ini merupakan pengecualian karena ia sudah berdaun lebat. Jika belum musimnya, daunnya akan sangat jarang karena daun dan buahnya muncul berbarengan. Namun, pohon ara yang satu ini daunnya lebat sekali sehingga Yesus berharap untuk bisa mendapatkan banyak buah di sana. Namun, ketika dia sampai di sana, yang dia dapati hanyalah daun saja, tak ada buahnya. Pohon ini ternyata memanfaatkan semua energi yang dia peroleh untuk menghasikan daun saja, tak ada lagi energi tersisa untuk menghasikan buah. Anda harus memangkas cabang-cabang dan daun-daunnya supaya sebatang pohon bisa menghasikan lebih banyak buah dan tidak terlalu banyak daun.

Pohon ini sama seperti kebanyakan orang yang rajin menjalankan ibadah agama, tetapi mereka tidak menghasikan buah yang rohani. Itulah perkara yang dibenci oleh Allah: agama tanpa kerohanian. Itulah persoalan yang melanda orang-orang Farisi. Mereka penuh dengan peribadatan. Mereka sangat gemar peribadatan! Akan tetapi, di mana buah rohani yang memberi kemuliaan bagi Allah serta berkat bagi orang lain? Tak heran jika Allah mengutuk pohon ara tersebut! Yesus berkata, “Biarlah kamu tidak berbuah lagi,” dan pohon ara itu menjadi layu dan mati. Dia binasakan pohon ara itu. Jangan memuji diri anda atas kelimpahan daun anda. Tak ada petani yang menanami ladangnya hanya untuk memandangi dedaunan saja. Dia menanam pohon tersebut untuk menikmati buahnya.

Yesus, seolah-olah kuatir kalau kita masih belum paham akan maksudnya, juga menyampaikan sebuah perumpamaan di Lukas 13:6-9, yakni perumpamaan tentang pohon yang tidak menghasilkan buah. Perumpamaan ini tentang seseorang yang menanam sebatang pohon, lalu dia datang setiap tahunnya, hendak mencari buah dari pohon itu. Perhatikan bahwa orang ini menginginkan buah. Dia mencari buah, tetapi dia tidak mendapatkannya. Kemudian, dia berkata kepada orang yang merawat pohon itu, “Tebang pohon ini! Pohon ini menghabiskan tempat di kebunku. Aku menanam pohon bukan untuk melihat daunnya. Tebanglah dia!” Lalu, orang yang merawat pohon itu berkata, “Biarlah dia tumbuh setahun lagi. Mari kita beri dia waktu setahun lagi. Jika pada akhir tahun tersebut, dalam kesempatan terakhirnya, ia tidak berbuah juga, kita tebang saja dia.”

Saya harap pesan tersebut bisa anda tangkap dengan jelas. Allah mencari buah di dalam kehidupan anda dan Dia tidak akan menunggu berlama-lama. Jika buah tidak dihasilkan, pohon tersebut akan ditebang.

Yesus menyampaikan hal yang bermakna sama persis di Yohanes 15:2.

Setiap ranting padaku yang tidak berbuah, dibuang-Nya dan …

Injil Yohanes pasal 15 sangatlah penting berkenaan dengan pokok bahasan ini. Kata ‘buah’ muncul sebanyak 7 kali dalam rentang 11 ayat pertama. Di ayat 2, Yesus mengatakan hal ini: “Setiap ranting padaku yang tidak berbuah, dibuang-Nya.” Kata ‘buang (takes away)’ kedengarannya tidak terlalu keras, tetapi saya beritahu anda, ini merupakan kata yang sangat keras dan menakutkan di dalam Perjanjian Baru. Kata tersebut dipakai di Yohanes 19:15, di mana orang banyak berteriak-teriak, “Enyahkan dia! Enyahkan dia!” yang berarti “Salibkan dia!” Sekeras itulah makna kata ini. Teriakan mereka, “Enyahkan dia! Enyahkan dia!” itu berkaitan dengan Yesus. Jika diterjemahkan secara harafiah dari naskah Yunani, hanya merupakan dua kata, “Jauhkan! Jauhkan!” Kata ini tepat sama dengan kata yang digunakan di Yohanes 15:2. Kata yang sama muncul lagi di Matius 24:39. Di sana kata ini mengacu kepada masyarakat di zaman Nuh saat air bah melenyapkan mereka semua karena mereka tidak menghasilkan buah pertobatan. Saya harap anda bisa mulai melihat bahwa kata ‘dibuang’’ merupakan ungkapan yang sangat keras. Kamus bahasa Yunani karangan Arndt and Gingrich menerjemahkan kata Yunaninya dengan ungkapan ‘cut off (potong)’.

Demikianlah, kita lihat bahwa jika kita tidak menghasilkan buah, kita akan mengalami  kebinasaan karena Allah tidak akan mendiamkan keadaan seperti itu. Saya harap agar anda perhatikan bahwa mereka yang tidak menghasilkan buah itu sama saja dengan mereka yang menghasilkan buah yang buruk — keduanya dipotong! Apakah anda memperhatikan hasil yang sama dari keduanya?


3) MENGHASILKAN BUAH, TETAPI TIDAK BANYAK

Selanjutnya, kita sampai pada situasi yang ketiga, yakni jenis yang menghasilkan buah, tetapi tidak banyak. Hal ini juga terlihat di Yohanes 15:2, jika pembacaan ayat itu dilanjutkan,

… dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ranting itu berbuah lebih banyak.

Allah membersihkan ranting tersebut, “supaya ranting itu berbuah lebih banyak“. Jenis yang ketiga ini menghasilkan buah, hanya saja buah yang mereka hasilkan tidak banyak. Mereka ini juga akan merasakan tajamnya pelatihan dari Allah. Pelatihan ini disebut ‘pemangkasan’ oleh Allah. Allah akan membersihkan mereka. Saya yakin anda tahu apa arti dari ‘pembersihan’ itu. Banyak pohon yang menghasilkan banyak daun. Hanya jadi tontonan saja. Namun, Allah akan memangkas anda, supaya anda menghasikan sedikit daun dan banyak buah. Sekarang ini, jika Allah mengamati gereja-Nya, apakah yang akan dilihatNya? Yang Dia lihat ialah banyaknya pohon tanpa buah yang menunggu untuk ditebang. Namun, selanjutnya Dia melihat pohon-pohon yang memang menghasilkan buah dan betapa Dia sangat mengasihi mereka. Oleh karena Dia mengasihi mereka, maka Dia memangkas mereka. Saat Dia mengerjakan pemangkasan ini, Dia tidak bermaksud melukai anda. Ini harus dilakukan supaya anda menghasikan lebih banyak buah.

Di Ibrani 12:11, kita temukan sesuatu yang persis seperti ini. Di sini, si penulis memberitahu kita bahwa ketika Dia memangkas kita, Dia memperlakukan kita seperti anak-Nya sendiri. Sebenarnya, seluruh bagian bacaan ini mencakup ayat 3-11. Sang penulis sedang mendorong semangat orang-orang Kristen yang telah menghasilkan beberapa buah. Kita akan baca ayat yang terakhir saja, yakni ayat 11 yang berkata,

Semua didikan, pada saat diberikan, memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Akan tetapi, sesudah itu akan menghasilkan buah kebenaran yang memberi damai sejahtera kepada mereka yang telah dilatih oleh didikan itu. 

Demikianlah, setiap kali anda menghadapi pengalaman buruk sebagai seorang Kristen, yaitu, jika anda masuk ke dalam berbagai macam kesukaran, janganlah kuatir. Itu hanya sekadar proses pelatihan di mana Dia membantu anda untuk menghasilkan buah kebenaran.

Kata terakhir dari ayat ini, “dilatih oleh”, sangatlah menarik. Kata ini berasal dari kata Yunani gymnazo, yang menjadi asal mula kata gymnastic (latihan badan) dalam bahasa Inggris. Demikianlah, kata gymnastic ini berkaitan dengan hal pelatihan badan. Apakah gunanya latihan badan? Apakah untuk membuat anda letih, membuat anda sakit? Tentu saja tidak, latihan ini untuk membuat anda menjadi lebih kuat, lebih sehat. Dengan demikian, apakah tujuan dari pemangkasan? Apakah untuk melemahkan tanaman tersebut? Membuatnya sakit? Tujuannya adalah agar anda menghasilkan banyak buah.


4) MENGHASILKAN BUAH SECARA KELIMPAHAN

Selanjutnya, jenis yang keempat ialah orang yang menghasilkan banyak buah, buah yang berkelimpahan. Yesus berkata,

Bapaku akan dimuliakan dengan hal ini, yaitu jika kamu berbuah banyak… (Yohanes 15:8)

Kita bisa melihat bahwa ternyata ada empat jenis orang. Termasuk jenis orang yang manakah anda? Orang Kristen macam apakah anda? Perhatikan jenis yang keempat ini. Bukankah sungguh indah bisa masuk ke dalam jenis yang keempat? Mereka adalah orang-orang Kristen yang menikmati persekutuan yang manis dan indah bersama Allah. Mereka tidak perlu dipangkas dan dididik seperti anak kecil yang tidak mau mendengar. Di dalam Perjanjian Lama, Allah berkata kepada Israel, “Janganlah jadi seperti keledai atau bagal, yang harus dicambuk, harus ditarik dengan kekang…”

Saya pernah sampaikan kisah ini kepada seseorang sebelumnya, yakni tentang kuda tunggangan yang pernah saya lihat di Shanghai. Anda tidak perlu memukulnya; anda tidak perlu menghentaknya. Saya melihat orang yang menunggang kuda tersebut berbisik di telinga kudanya. Sungguh indah! Kuda itu tahu apa yang diperintahkan. Peristiwa itu menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Kuda yang bagus ini benar-benar sangat terlatih, dan wanita yang menungganginya cukup berbisik di telinga kudanya, kemudian kuda itu berlari dengan anggunnya. Saya melihat inilah seharusnya gambaran bagi seorang Kristen. Mengapa Allah sampai harus menarik tali kekang, atau mencambuk agar kita mau bergerak? Seharusnya itu tidak diperlukan! Kalau saja kita mau mendengar! Inilah harmoni yang sempurna.


BUAH YANG HARUS DIHASILKAN

Ada beberapa hal lagi yang perlu kita renungkan, sebelum kita tutup, yakni apakah buah yang harus kita hasilkan itu? Apakah hal-hal yang dimaksudkan itu? Kita tahu seperti apa buah yang terdapat di pohon, tetapi apakah buah yang dihasilkan di dalam kehidupan Kristen? Apakah yang seharusnya kita hasilkan?


1) KARAKTER DAN KEHIDUPAN YANG SERUPA DENGAN KRISTUS

Pertama, ‘buah’ berarti karakter, yaitu kualitas Kristus di dalam hidup kita. Buah yang ini disebut ‘buah Roh’ di Galatia 5:22. Sungguh gambaran yang indah!

Akan tetapi, buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, keramahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Ada sembilan pokok yang dia sebutkan di sini. Bayangkan! Coba anda pikirkan — seorang Kristen dengan semua ciri buah ini ada di dalam hidupnya. Sungguh kecantikan yang luar biasa! Kecantikan yang luar biasa! Ini perlu saya sampaikan kepada para saudari seiman: anda tidak perlu kuatir dan berlangganan ke salon kecantikan dan menyuruh mereka berbuat sesuatu dengan wajah anda. Saya beritahu anda, jika anda memiliki buah Roh, hal ini akan sangat luar biasa! Kecantikan anda pasti sangat memesonakan! Demikian pula halnya dengan para pria, saya beritahu anda bahwa anda tidak perlu kuatir memilih-milih dasi apa yang akan anda kenakan. Maksud saya, dasi memang membantu penampilan anda. Akan tetapi, jika anda memiliki buah Roh di dalam hidup anda, hal itu akan sangat luar biasa! Saya pikir jika Allah menatap ke bawah, ke tengah jemaat ini, dan menemukan adanya buah Roh — oh, sungguh indah sekali. Dalam Perjanjian Lama, hal ini disebut dengan ungkapan “berhiaskan kekudusan” (1Taw 16:29). Anda mungkin bertanya, “Mengapa Allah menghendaki buah?” Saya akan balik bertanya kepada anda, “Apakah anda mau memiliki keluarga yang buruk?” Siapa yang mau memiliki keluarga yang tidak baik? Allah ingin agar umat-Nya menjadi cantik. Akan tetapi, sebagian orang Kristen justru jelek sekali — maksud saya, perilaku mereka buruk sekali. Saya beritahu anda, jika seseorang memiliki kecantikan batin, hal itu akan memancar keluar dari diri orang tersebut sehingga anda akan mengabaikan penampilan jasmani orang tersebut. Saya pernah ceritakan kepada anda sebelumnya, saya pernah kenal seseorang di Shanghai, dan orang ini secara jasmani sangat jelek. Akan tetapi, perempuan ini memiliki kecantikan batiniah sehingga ketika anda bercakap-cakap dengannya, anda tidak akan pedulikan penampilan fisiknya. Dia terlihat sangat cantik.

Pernahkah anda perhatikan ketika anda membaca kitab Wahyu bahwa segala sesuatu yang terdapat di dalam Kerajaan Allah itu indah? Sungguh indah! Segala sesuatu yang Allah ciptakan itu sempurna. Kita tahu dari kitab Kejadian bahwa segala sesuatu yang Dia ciptakan, semuanya baik! Sangat indah! Kadang-kadang, saya mencoba untuk membayangkan Adam dan Hawa. Saya pikir mereka pastilah orang-orang yang paling cantik dan tampan yang pernah ada di muka bumi ini. Bisakah anda membayangkan Adam? Orang ini diciptakan langsung oleh tangan Allah! Dapatkah anda membayangkan ketampanan orang ini? Jika anda pernah membayangkan seperti apa cantiknya Hawa, yang ini juga ciptaan langsung dari Allah! Semua yang dibuat oleh Allah sangatlah indah! Namun, ketika dosa masuk, segala sesuatu menjadi jelek dan buruk. Namun, ketika kita diselamatkan, Allah menjadikan kita ciptaan baru. Saya beritahu anda, Dia ingin agar ciptaan baru-Nya itu cantik! Paulus mengucapkan hal yang sama. Dia berkata bahwa suatu hari nanti, gereja, mempelai Kristus, akan dibawa ke hadapannya tanpa cacat cela, sempurna dalam kecantikannya.

Demikianlah, Dia menjadikan kita indah dengan perhiasan buah Roh. Dia mengubah kita, mentransformasi kita! Itulah “buah kekudusan” dan “buah kebenaran”, dua ungkapan yang sering muncul dalam Alkitab. Apakah anda pikir Dia ingin meninggalkan kita tetap di dalam keburukan kita yang lama? Demikianlah, kita dapati bahwa hal pertama yang bisa kita sebutkan adalah buah Roh. Yaitu, buah dari Allah di dalam hidup kita.

Namun, saya harap anda memperhatikan bahwa buah ini, sekalipun dihasilkan oleh kuasa Allah, bukan berarti kita tidak perlu mengeluarkan upaya untuk menumbuhkannya. Janganlah mengikuti kesalahan yang lazim kita dengar di gereja-gereja. Saya sering mendengar pernyataan yang keliru dan sesat yang mengatakan bahwa buah Roh itu ditumbuhkan tanpa adanya upaya dari pihak kita, dan oleh karena itu, buah Roh ini secara alami akan muncul dari dalam kehidupan seorang Kristen. Seandainya saja semudah itu! Kita tidak boleh jatuh ke dalam pandangan yang keliru ini karena kita tidak sama dengan pohon. Pohon tidak memiliki kehendak. Namun kita, sebagai manusia, memiliki kehendak. Oleh karena kita memiliki kehendak, kita bisa mendukakan hati Roh Allah, kita bisa memadamkan Roh Allah, selanjutnya, kita tidak menghasilkan buah Roh.

Buah tersebut dihasilkan oleh kuasa Allah yang bekerja di dalam diri kita, tetapi bukan dalam pengertian bahwa ia akan muncul secara otomatis, melainkan kita harus bekerjasama dengannya. Untuk alasan ini, rasul Petrus menyusun daftar yang mirip dengan buah Roh di Galatia pasal 5, tetapi dia membalikkan urutannya. Kita bisa temukan hal itu di 2 Petrus 1:5-8. Di sana, kita temukan urutannya dibalik: buah itu munculnya terakhir, dan pengendalian diri, yang berada di urutan terakhir di Galatia, ditempatkan pada urutan pertama di sini. Di ayat 5, Petrus memulai dengan berkata: “berusahalah dengan sungguh-sungguh”. Perhatikan bahwa buah Roh itu dihasikan oleh kuasa Allah, tetapi kita harus sungguh-sungguh berusaha bekerjasama dengan kuasa ini.

Jadi, makna buah yang pertama kita dapatkan ialah kualitas kehidupan yang kita jalani, yang membuat kita menjadi serupa dengan Kristus di dalam keindahannya.


2) PERBUATAN BAIK

Makna kedua dari buah menurut Alkitab, dalam kaitannya dengan kehidupan kita, ialah bahwa buah itu berarti perbuatan baik. Berulang kali di dalam Alkitab, kata ‘buah’ dan ‘perbuatan baik’ merupakan kata-kata yang saling mengganti. Yang perlu kita perhatikan ialah bahwa perbuatan baik atau amal tidak boleh mendahului keselamatan. Kita tidak menyelamatkan diri kita dengan amal baik. Namun, ketika kita diselamatkan, maka amal baik itu harus muncul. Ia harus muncul mengikuti keselamatan!

Sebagai contoh, kita temukan di Galatia 5:19 Paulus berbicara tentang “perbuatan daging”. Namun, di Roma 7:5, dia juga berbicara tentang buah dari daging. Hal ini sekedar menunjukkan bahwa kata ‘perbuatan’ dan kata ‘buah’ itu bisa saling menggantikan atau dipertukarkan.

Di Titus 3:14, kita melihat bahwa pekerjaan baik adalah lawan dari keadaan tidak berbuah. Dengan demikian, keadaan berbuah itu digambarkan dalam istilah pekerjaan yang baik.

Di Kolose 1:10, rasul Paulus mengatakan ini: “… menghasilkan buah dalam setiap pekerjaan baik”. Bagaimana cara menghasilkan buah? Kita menghasilkan buah dengan menghasilkan segala macam jenis pekerjaan yang baik.

Di Roma 6:22, Paulus berkata, “kamu memperoleh buah atas kesucian”. Artinya buah anda yang diungkapkan dalam kesucian. Apakah hasil dari beroleh buah yang membawa pada kesucian ini? Di sana dikatakan bahwa hasilnya adalah hidup yang kekal. Hidup yang kekal adalah akhirnya, hasil dari beroleh buah kesucian.

Di Efesus 5:9, dia berbicara tentang buah dari terang.

Dan demikianlah seterusnya, ada begitu banyak referensi tentang hal ini.

Jadi, kita telah lihat bahwa poin kedua dari buah ini ialah bahwa kita menghasilkan perbuatan atau amal baik di dalam kehidupan kita. Apakah perbuatan baik itu? Saya harap orang-orang Kristen setidaknya tahu apa artinya perbuatan baik. Setidaknya kita harus tahu sebanyak itu. Makna perbuatan baik, di antaranya, ialah membantu orang yang memerlukan pertolongan, tetapi di atas itu semua, memperhatikan saudara dan saudari seiman. Segala sesuatu yang menyatakan kasih Allah dalam wujud yang nyata adalah perbuatan atau pekerjaan baik.


3) MEMBERIKAN HIDUP KEPADA ORANG LAIN

Makna yang ketiga dari buah adalah memberi hidup kepada orang lain. Di dalam Alkitab, kita sering menemukan bahwa buah mengacu pada orang-orang.

Demikianlah, di Yohanes 12:24, misalnya, Yesus berkata,

24  Dengan sesungguhnya, aku mengatakan kepadamu, kecuali biji gandum jatuh ke tanah dan mati, biji itu tetap satu saja; tetapi jika biji itu mati, ia menghasilkan banyak buah.
25  Orang yang mencintai nyawanya, akan kehilangan nyawanya, tetapi orang yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini, akan memeliharanya untuk hidup kekal.

Dalam penerapan awalnya, pernyataan ini berlaku pada diri Yesus sendiri. Kita adalah buahnya. Namun, di ayat 25, dia menerapkan pernyataan itu kepada kita. Yakni melalui kematian kita — mati terhadap dosa, mati terhadap cara hidup yang lama — maka kita juga akan menghasilkan buah dalam arti membawa orang lain kepada Kristus melalui kita.

Demikian pula, rasul Paulus, dengan memakai gambaran yang sama di 1 Korintus 3:5-9, menyebut jemaat di Korintus sebagai ladang, sebagai hasil panen yang telah dia tanam.

Di Matius 9:37, Yesus berkata, “Gandum telah menguning.” Di sini, dia mengacu pada orang-orang.

Di 1 Korintus 4:15, kita melihat bahwa buah bisa mengacu pada anak-anak. Di sana Paulus berkata, “Aku telah melahirkan kamu lewat Injil. Kamu adalah anak-anakku. Aku adalah bapa rohanimu, kamu adalah buahku.”

Dengan demikian, kita telah memahami ketiga aspek dari buah itu dan semuanya ini harus ada di dalam kehidupan Kristen dalam satu bentuk atau yang lain.


BUAH MEMBUKTIKAN KITA SEBAGAI MURID-MURIDNYA

Kita telah melihat bahwa jika kita tidak menghasilkan buah, Kitab Suci memberitahu kita bahwa Allah akan menebang kita. Tidak berbuah membuktikan bahwa hidup Allah tidak ada di dalam diri kita. Kita harus membuktikan bahwa kita ini adalah murid-murid Yesus.

Percuma saja mengaku sebagai seorang Kristen. Orang lain harus bisa melihat bahwa kita adalah orang Kristen. Kita adalah terang dunia dan orang harus bisa melihat terang itu. Kita adalah garam dunia dan orang lain bisa merasakan garam tersebut. Di bagian akhir dari Yohanes 15:8, Yesus berkata,

“… yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian, kamu adalah murid-muridku.”

Buah membuktikan bahwa kita adalah murid-muridnya. Buah merupakan bukti bahwa kita benar-benar miliknya. Tanpa bukti tersebut, anda boleh mengklaim apa saja. Klaim tersebut tidak akan menunjukkan apa-apa.

Demikianlah, sebagai rangkumannya, kita harus memiliki ketiga aspek dari buah tersebut di dalam kehidupan kita untuk memuliakan Allah.

Pertama, kita harus menjadi indah, seindah Kristus. Itulah hal yang sangat membangkitkan semangat! Jemaat yang cantik, yang menyatakan kasih Kristus di dalam kehidupannya! Hal ini terkait secara langsung dengan poin yang kedua bahwa buah tersebut menemukan perwujudannya dalam bentuk pekerjaan baik, karena kasih tidak sekedar mempercantik diri kita, melainkan juga untuk menolong orang lain. Poin ini terkait dengan poin yang ketiga. Oleh karena anda menolong orang lain, maka anda memuliakan Allah di mata mereka. Dengan demikian, banyak dari mereka yang akan datang kepada Tuhan, dan mereka yang datang kepada Tuhan ini adalah buah bagi anda.


KITA AKAN BERBUAH JIKA KRISTUS HIDUP DI DALAM KITA

Kita semua harus paham bahwa tak satupun dari antara kita yang mampu menghasilkan buah tersebut dengan kekuatan kita sendiri. Hidup Allah yang bekerja di dalam diri saya dan anda itulah yang menghasilkan buah tersebut. Sama seperti yang dikatakan oleh Yesus,

“Sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Tidak menghasilkan apa-apa sama sekali! Namun, karena hidupnya ada di dalam diri saya, maka saya harus menghasilkan buah! Perhatikan bahwa kata ‘diselamatkan’ itu berkenaan dengan kehidupan, dan kehidupan itu berkenaan dengan keadaan kita yang terhubungan dengannya setiap saat. Jika anda putuskan hubungan tersebut, berakhirlah riwayat anda. Lampu bisa menyala karena terhubungan dengan sumber listrik. Jika anda putuskan aliran listriknya, matilah lampu tersebut. Kita menjadi terang dunia karena hidup Kristus mengalir melalui kita. Bagaimana saya bisa tahu bahwa di dalam lampu tersebut ada listriknya? Karena lampu itu menyala. Sangat sederhana. Dengan gambaran yang lain, karena anda menghasilkan buah. Itulah makna keselamatan — hidup Kristus bekerja di dalam diri saya, mengubah saya, menjadikan saya manusia baru, memancarkan terangnya.

Kita tentunya sekarang ini sudah dalam posisi yang lebih bagus untuk bisa memahami isi Filipi 2:12-13. Di sana, kita melihat kalimat:

… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Sebab, Allahlah yang bekerja di dalam kamu, baik untuk mengingini maupun untuk mengerjakan apa yang menyenangkan-Nya

Saya harap sekarang ini anda sudah memiliki pemahaman yang sempurna akan ayat ini. Ayat 13 berbunyi: Allahlah yang bekerja di dalam kamu menunjukkan bahwa hidup Allah, Roh Allah bekerja di dalam jiwa saya. Namun, karena Dia yang bekerja di dalam diri saya, maka saya harus menghasilkan buah. Kalimat ‘kerjakanlah keselamatanmu’ dalam kata-kata yang sederhana berarti ‘hasilkanlah buah’. Kalimat ‘menghasilkan buah’ berarti beroleh buah hidup yang kekal, hal yang kita lihat di Roma 6:22. Hidup ini, setelah bekerja di dalam diri kita, dengan menghasilkan buah, memberi hasil hidup yang kekal. Ini berarti bahwa proses keselamatan telah dilengkapi, diakhiri dengan hidup yang kekal. Itulah yang inyatakan oleh Paulus di Roma 6:22.

Hidup yang kekal adalah hidup Allah yang bekerja di dalam diri saya sekarang ini. Hidup itu harus terus bekerja sampai menuju keselamatan yang penuh, sampai saat kita dipersembahkan tanpa noda di hadapan-Nya. Akhirnya, karya keselamatan itu akan utuh di dalam diri kita, pada saat yang dikatakan oleh rasul Yohanes, “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 Yoh 3:2).

Ditebang atau mengalami kuasa Allah?

Jadi, saya tanyakan kepada anda, saudara-saudari, apakah anda menghasilkan buah? Apakah anda sadar betapa pentingnya buah ini; bahwa buah ini vital di dalam proses keselamatan, dan tanpa buah ini, anda akan ditebang? Ini semua bukanlah ucapan saya, maafkan saya, semua ini adalah ucapan dari Kitab Suci. Mengapa tidak menjalani hidup yang menghasilkan buah? Bagaimanapun juga, sangatlah tidak memuaskan menjalani kehidupan Kristen yang tidak menghasilkan buah.

Terakhir, perhatikan juga, bahwa saat anda menghasilkan buah, maka anda akan mengalami kuasa Allah bekerja melalui diri anda. Saya dapati ada begitu banyak orang Kristen yang belum mengalami sukacita saat Allah, melalui mereka, memunculkan buah hidup kekal dalam diri orang lain — yaitu memenangkan jiwa bagi Kristus. Namun, jika anda telah membawa orang lain untuk hidup di dalam Kristus, pernahkah anda menyadari bagaimana anda mengalami untuk pertama kalinya kepuasan mengalami karya kuasa Allah bekerja melalui diri anda? Namun, anda tidak bisa melakukan hal itu sebelum anda melalui tahapan-tahapannya, mengalami munculnya keindahan Kristus di dalam hidup anda. Kiranya Allah menggenapi rencana-Nya di dalam diri kita!

 

Berikan Komentar Anda: