Pastor Eric Chang | Paskah |

Di pesan ini saya ingin menjelaskan makna dari kebangkitan Yesus untuk kita. Apakah makna penting dari kebangkitan Kristus? Yesus telah bangkit dari antara orang mati, dan itu merupakan hal yang baik karena dia tidak perlu terus mati. Akan tetapi apa hubungannya dengan saya? Apakah hubungannya dengan Anda? Apa itu kebangkitan? Apakah hubungan antara kematian dan kebangkitan Yesus dengan setiap dari kita?

Fakta Yesus telah bangkit dari antara orang mati, secara historis, adalah pokok yang tidak dapat disangkal oleh pakar. Akan tetapi persoalannya adalah, bagaimana peristiwa itu menjadi nyata bagi kita? Bagi mereka yang ingin mempelajari latar belakang sejarah peristiwa ini, ada beberapa buku yang bagus untuk dipelajari. Sebagai contoh, buku yang berjudul Who Moved the Stone? (Siapa Yang Memindahkan Batu itu?) karya Frank Morrison. Morrison awalnya menyusun buku ini untuk menyangkal peristiwa kebangkitan. Dia bukanlah seorang Kristen, dan akhirnya dia malah menghasilkan buku yang membuktikan kebangkitan, dan buku semacam ini sangatlah layak untuk dibaca.

Namun, tetap saja buku ini tidak mengungkapkan apa kaitan langsung antara kebangkitan Yesus dengan kita. Bagaimana peristiwa itu memberi keyakinan bagi kita bahwa kita akan bangkit kembali?

Apakah makna penting dari kebangkitan?


Apakah Yesus perlu bangkit untuk menjadi Juruselamat?

Saya ingin berkata bahwa: Yesus tidak harus bangkit dari antara orang mati untuk menjadi Juruselamat. Apakah hal ini mengejutkan Anda? Jika Yesus telah mati bagi kita, dan dia tidak bangkit dari antara orang mati, apakah dia tidak akan menjadi Juruselamat?

Saya akan menggambarkan dengan cara ini: Anggaplah kita sedang berada dalam keadaan perang, peluru berterbangan kemana-mana. Ada yang melihat bahwa senapan sedang membidik ke arah saya, dan dengan segera, pada saat itu juga, dia melompat dan menahan peluru itu dan terbunuh, dan karena itu saya terselamatkan. Apakah fakta bahwa dia telah mati, dan tidak bangkit kembali, membuatnya tidak bisa dikatakan sebagai penyelamat saya? Dia tetap penyelamat saya. Dia tidak perlu bangkit dari kematian untuk membuktikan bahwa dia telah menyelamatkan saya. Hidup saya diselamatkan karena dia mati. Bukankah kematiannya, walaupun tanpa kebangkitan, tetap membuatnya menjadi penyelamat saya?

Dapatkah Anda memahami apa yang saya maksudkan? Yesus tidak perlu bangkit kembali dari antara orang mati untuk menjadi Juruselamat kita. Sekalipun dia tidak pernah bangkit dari antara orang mati, dia akan tetap menjadi Juruselamat kita. Dia tetap telah mati bagi dosa-dosa kita, tanpa harus bangkit dari antara orang mati. Bukankah hal ini sangat jelas?

Jika Anda terjebak dalam rumah yang terbakar, dan ada orang yang menerobos masuk ke dalam rumah dan menyelamatkan Anda, tetapi dia sendiri gagal meloloskan diri serta terbakar tewas dalam upayanya menyelamatkan Anda, Anda akan berkata, “Dia telah menyelamatkan saya, dia adalah penyelamat saya, saya hidup karena kematiannya”? Apakah dia harus bangkit dari kematian untuk membuktikan diri sebagai penyelamat Anda? Tentu saja tidak! Kedudukannya sebagai penyelamat tidak berkurang hanya karena dia tidak bangkit dari kematian.

Satu lagi ilustrasi: Jika saya dihukum mati oleh karena perbuatan saya, dan seseorang mengambil alih tempat saya, dan dihukum mati menggantikan saya. Sekalipun orang itu tidak bangkit dari antara orang mati, apakah kedudukan orang itu sebagai penyelamat berkurang? Akankah begitu? Dia tetap mengambil alih hukuman atas perbuatan saya. Anggaplah, saya sedang menunggu giliran untuk dieksekusi, saat saya berdiri untuk digantung seseorang datang sambil berkata, “Tidak, bebaskan dia. Aku akan menggantikannya.” Dengan demikian, orang itu digantung menggantikan saya. Sekalipun orang tersebut tidak bangkit dari antara orang mati, apakah dia bukan penyelamat nyawa saya? Dia tetap penyelamat saya. Dia tetap mati bagi saya. Saya tetap menyebut dia sebagai penyelamat saya. Dia tidak perlu bangkit dari antara orang mati untuk menjadi penyelamat saya. Bukankah begitu? Lalu apakah arti penting dari kebangkitan?


Kita diselamatkan oleh Hidup Kebangkitan Kristus

Saat saya masih orang Kristen yang baru, saya tidak dapat memahami apa arti penting kebangkitan bagi saya. Maksud saya, memang sungguh bagus jika Yesus tidak perlu tetap berada di dalam kubur. Saya senang akan hal itu. Namun tampaknya peristiwa itu hanya berkaitan dengan dirinya sendiri saja, tidak ada hubungannya dengan saya. Dengan kata lain, kematian Yesus memang bagi saya, sedangkan kebangkitan adalah buat dia sendiri. Yesus telah mati bagi saya, dan dengan demikian dia adalah Juruselamat saya. Dia telah bangkit kembali dan itu bagus buat dia; peristiwa itu tidak ada kaitannya dengan keselamatan saya. Apakah pemikiran saya ini benar atau salah?

Saya mau menekankan bahwa kebangkitan Kristus tidak sekadar menyangkut dirinya sendiri, tetapi juga diri  kita. Menurut ajaran Alkitab, tanpa kebangkitan Yesus, maka kita tidak punya harapan pada keselamatan. Hal inilah yang ingin saya buktikan hari ini, untuk menunjukkan tentang hubungan antara kebangkitan Yesus dengan kita. Kebangkitan Yesus sangatlah penting bagi kita.

Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus di Roma 5:10:

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupnya!

‘Hidupnya’ adalah hidup kebangkitannya. Kita diselamatkan bukan oleh kematiannya; kita diselamatkan oleh hidup kebangkitannya. Perhatikan dengan baik kata-kata, “pasti akan diselamatkan oleh hidupnya“. Kita selalu mengira bahwa kita diselamatkan oleh kematiannya, padahal Paulus berkata bahwa hidupnya lebih berperan dalam keselamatan kita.

Apakah hasil dari kematiannya? Ayat ini memberitahu kita, kematian Yesus memperdamaikan kita dengan Allah, yaitu, kematian Kristus menyingkirkan kesalahan akibat dosa; dosa yang menghadang di antara kita dengan Allah. Yesus menyingkirkan hal tersebut lewat kematiannya, pengganggu di antara Allah dengan Anda, dosa yang menghadang di antara Allah dengan kita, itu sudah ditiadakan. Itulah perdamaian.

Namun, keselamatan lebih dari sekadar perdamaian. Perdamaian hanya langkah awal dari keselamatan. Makna keselamatan jauh lebih luas daripada perdamaian. Perdamaian adalah pengampunan dosa-dosa. Dosa-dosa Anda diampuni, tetapi itu masih belum bisa dikatakan sebagai keselamatan. Keselamatan jauh melampaui sekadar pengampunan dosa-dosa. Inilah hal yang gagal dipahami oleh sebagian besar orang Kristen. Mereka mengira, karena Anda telah diampuni, maka Anda telah diselamatkan. Itu hanya langkah awal dari keselamatan, saudara-saudariku, saya ingin agar Anda memahami hal ini. Kita diselamatkan oleh hidup Kristus.

Sebentar lagi, kita akan melihat apa yang dimaksudkan dengan ‘lebih-lebih (much more = jauh melampaui)”. “Pembenaran”, istilah yang digunakan oleh Paulus, jauh melampaui pengampunan. Pembenaran mencakup pengampunan, namun pembenaran jauh melampaui pengampunan. Sangatlah penting untuk memahami hal ini. Menjadi seorang Kristen bukan sekadar berkata, “Dosa-dosaku sudah diampuni.” Itu hanya langkah awalnya saja. Menjadi seorang Kristen lebih dari sekadar diampuni.


Yesus tidak dapat menjadi Tuan kita tanpa Kebangkitan

Saya kembali pada poin di bagian awal tadi: Yesus bisa saja menjadi Juruselamat kita tanpa harus bangkit dari antara orang mati. Yesus tetaplah Juruselamat kita yang sesungguhnya, akan tetapi dia tidak bisa menjadi Penguasa (Lord) ke atas hidup kita tanpa kebangkitan dari antara orang mati.

Orang yang mati demi saya dengan menahan peluru di depan saya, orang yang mati bagi saya dengan menyelamatkan saya dari rumah yang terbakar, jelaslah merupakan penyelamat saya karena dia telah mati untuk menyelamatkan saya. Akan tetapi, dia bukanlah ‘Lord‘ saya. Dia tidak bisa menjadi pemilik atau tuan atas kehidupan saya. Dia sudah mati. Hanya orang yang hidup yang bisa menjadi Lord Anda. Dan itulah sebabnya kita menyebut Yesus sebagai, “Lord Jesus”. Kita tidak bisa memanggil Yesus, “Lord” jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati. Kata ‘Lord’ hanya akan menjadi gelar kosong. Akankah Anda memanggil orang yang telah mati bagi Anda sebagai ‘Lord’? Apakah ada artinya? Tentunya sekadar suatu basa-basi saja.

Hal apakah yang secara khusus diterapkan atas kebangkitan Yesus itu? Kedaulatan (hak sebagai penguasa) hanya bisa diterapkan dengan kebangkitannya. Yesus tidak bisa menjadi Penguasa saya, dia tidak bisa memiliki saya, dia tidak bisa mengendalikan kehidupan saya jika dia mati. Jika Yesus bukan Lord Anda, dia tidak bisa menyelamatkan Anda. Dan ini adalah pokok yang ingin saya bahas hari ini. Banyak orang mengira bahwa karena mereka percaya bahwa Yesus telah mati bagi mereka, maka hal itu sudah cukup buat mereka. Hal ini tidak cukup bagi keselamatan. Itu hanya langkah pertama dari keselamatan, akan tetapi belum memadai. Jika Yesus tidak menjadi Penguasa/Lord di dalam hidup Anda (apakah artinya itu, akan kita lihat nanti) –  maka dia tidak akan menjadi Juruselamat Anda. Kita diselamatkan bukan sekadar oleh kematiannya, tetapi lebih-lebih lagi oleh hidupnya. Ingatlah selalu pada Roma 5:10, “lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupnya!


Bagaimana Hidup Kebangkitan Yesus menyelamatkan kita?

Dengan cara bagaimana hidup Kristus menyelamatkan kita? Inilah persoalannya. Saya sudah menguraikan bagaimana cara kematiannya menyelamatkan kita. Kita mengerti bagaimana Yesus dapat menyelamatkan saya dengan kematiannya. Namun, kecuali Anda mengerti juga bagaimana kita dapat diselamatkan oleh hidupnya, maka Anda tidak akan mengerti apa makna keselamatan itu.

Bagaimana kita diselamatkan oleh hidupnya? Ini adalah hal yang penting untuk dipahami. Saya akan menguraikan hal ini dengan tiga pokok dari Firman Tuhan.


1. Kuasa Kebangkitan adalah Kuasa yang menjadikan kita Manusia Baru

Kuasa Allah yang membangkitkan Yesus adalah kuasa yang sama yang menjadikan kita manusia baru. Apakah Anda sudah menjadi manusia baru? Jika Anda berkeyakinan bahwa hanya dengan mempercayai Yesus telah mati bagi Anda, Anda diselamatkan, Anda belum mencapai keselamatan sesuai dengan makna Alkitab. Hidup Yesuslah yang akan menyelamatkan Anda. Tanpa kuasa Allah yang membangkitkan Yesus itu bekerja di dalam diri Anda dan menjadikan Anda manusia baru, maka Anda tidak akan diselamatkan.

Menjadi orang Kristen bukan persoalan reformasi; kekristenan adalah masalah penciptaan ulang, kebangkitan atau kelahiran kembali. Kita memiliki banyak ‘orang Kristen yang direformasi’ sekarang ini. Yang saya maksudkan adalah orang yang menjadi Kristen karena menginginkan reformasi moral. Mereka berkata, “Tidaklah baik menjadi orang nakal, jahat, bejat dan tanpa etika. Jadi aku akan membenahi moralku. Dari sekarang, aku ingin menjadi orang baik.” Ini hal yang sangat bagus, dan memang sangatlah bagus memiliki hasrat seperti itu, akan tetapi makna Kristen bukan seperti itu. Menjadi seorang Kristen berarti Allah menjadikan Anda sebagai manusia baru lewat kuasa kebangkitan-Nya.

Saya bacakan 1 Petrus 1:3. Bagaimana kita dilahirkan kembali? Bagaimana kita ‘lahir baru’?

Terpujilah Allah dan Bapa Tu(h)an kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.

Dengan cara apa Anda lahir baru? Allah telah melahirkan kita kembali lewat kebangkitan Yesus Kristus. “Melahirkan kita kembali’ berarti menjadikan kita manusia baru lewat kebangkitan kembali dari antara orang mati. Kebangkitan harus menjadi realitas di dalam kehidupan Anda sekarang ini, jika tidak maka Anda tidak akan diselamatkan pada masa yang akan datang.  

Apakah yang terjadi saat baptisan? Saat dibaptis Anda mati bersama Kristus. Anda dikuburkan bersama dia saat Anda masuk ke dalam air, dan Anda bangkit kembali dalam hidup yang baru. Tidaklah cukup dengan hanya mati bersama dengan Kristus. Bagaimana kita menjadi manusia baru? Oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Ini berarti tanpa kebangkitan Yesus, maka tidak akan ada hidup kebangkitan; tak akan ada hidup yag baru. Tanpa kebangkitan Yesus Kristus, kita tidak akan memiliki hidup yang baru, hidup kebangkitan atau kekuatan untuk mematahkan kuasa dosa di dalam kehidupan kita ini. Itulah poin yang pertama.

Menjadi seorang Kristen berarti diubah, bukan diperbaiki; kita bukan menjadi ‘orang Kristen yang diperbaiki’ melainkan menjadi ‘orang Kristen yang diubah/transformasi’; suatu manusia baru yang punya dinamika hidup yang baru. Menjadi orang baik itu bagus, tetapi kuasa Allah tidak ada di dalamnya. Menjadi orang Kristen bukan sekadar menetapkan untuk menjadi orang yang baik. Seorang perampok bank bisa saja menetapkan bahwa merampok bank itu tidak baik. Dia sudah bosan merampok bank. Mulai saat ini, dia tidak mau lagi merampok bank. Ini adalah suatu keputusan moral, keputusan yang bagus, akan tetapi itu tidak membuatnya menjadi orang Kristen. Dia baru menjadi Kristen saat kuasa hidup kebangkitan Yesus masuk ke dalam dirinya dan menjadikan dia manusia baru. Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati bersama-sama dengan Kristus. [Dengan demikian, kuasa Allah telah masuk ke dalam kehidupannya untuk mematahkan kuasa dosa yang telah memperbudaknya.] Itulah poin yang pertama. Demikianlah, kita melihat dari Kitab Suci bahwa kelahiran kembali berkaitan dengan kebangkitan Kristus, bukan dengan kematian Kristus.


2. Yesus Dibangkitkan agar Hidupnya tersalurkan pada kita

Hal yang kedua merupakan kelanjutan dari poin pertama. Allah tidak sekadar membangkitkan kita untuk masuk ke dalam hidup yang baru kemudian membiarkan kita. Kita tidak dibiarkan berjuang sendiri. Allah tidak berkata, “Baik, sekarang kamu adalah manusia baru. Aku telah memberikan hidup kebangkitan (resurrected life)  kepadamu. Sekarang kamu harus berjuang sendiri.” Jika Anda hanya dibiarkan sendiri, apakah yang akan terjadi? Anda akan seperti baterai yang terisi, tetapi semakin lama akan makin kehilangan kekuatannya. Hal ini terjadi pada banyak orang Kristen. Mereka memulai dengan sangat baik. Mereka datang kepada Tuhan, mereka mendapatkan isi ulang rohani, kemudian baterainya melemah dan semakin melemah… pada akhirnya, apakah yang terjadi? Tak ada lagi sisanya. Akhirnya, suatu hari, terangnya padam, beterainya mati dan berakhirlah sudah.

Yang lebih buruk lagi adalah, baterai itu sangat berat. Yang tadinya diharapkan untuk menjadi sumber kekuatan malah menjadi beban. Pernahkah Anda mencoba mengangkat aki mobil? Saya sering memperbaiki sendiri mobil saya karena sangatlah mahal menggunakan jasa bengkel. Suatu hari, aki mobil saya mati. Sangatlah merepotkan jika aki mobil mati. Mobil sama sekali tidak berfungsi; mesin tidak mau menyala, lampu juga demikian dan mobil tidak  bisa bergerak sama sekali! Tak ada yang bisa berfungsi tanpa aki itu. Jadi saya harus mengangkat aki itu keluar, dan rasa sakit punggung nyaris tak tertahankan ketika saya mencoba mengangkat keluar aki yang sangat berat itu. Jika Anda ingin berlatih angkat besi, angkatlah aki mobil setiap hari. Saya nyaris saja terjatuh di atas mesin ketika mencoba mengangkat aki tersebut. Benda ini berat sekali. Demikianlah, apa yang diharapkan untuk menjadi sumber tenaga ternyata malah menjadi beban berat. Barang yang diharapkan bisa menghidupkan mobil, akhirnya malah menjadi beban berat. Dan banyak orang Kristen yang seperti ini. Mereka seolah-olah diisi dengan suatu kekuatan; suatu hidup yang baru, tetapi selanjutnya mereka membiarkan segala sesuatunya menjadi berantakan.


Yesus adalah Pokok dan kita adalah Cabang-cabangnya

Menjadi seorang Kristen berarti bersatu sedemikian rupa dengan Kristus sehingga hidupnya secara terus menerus mengalir ke dalam Anda. Itulah makna menjadi orang Kristen. Bukan sekadar persoalan memutuskan bahwa menjadi orang jahat itu tidak baik, dan sekarang Anda ingin menjadi orang baik. Bukan sekadar masalah moral dan etika; ini adalah masalah rohani. Ini adalah masalah hidup Kristus, hidup kebangkitan Kristus yang secara terus menerus mengalir ke dalam diri Anda setiap saat. Yesus menggambarkan poin ini di Yohanes 15:5 dengan berbicara tentang pokok anggur:

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam aku dan aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Itulah makna menjadi orang Kristen. Jika saya dibiarkan menjadi orang baik dengan kekuatan saya sendiri, saya tidak yakin bahwa saya akan bisa bertahan lama. Apakah insentif, dinamika, atau kuasa yang akan menggerakkan Anda dari dalam? Yang menggerakkan kita adalah kuasa dari hidup kebangkitan Kristus.


Yesus adalah Kepala dan Kita adalah Tubuhnya

Atau, dengan kata lain, rasul Paulus gemar menggunakan gambaran tentang tubuh. Selama tangan saya masih tersambung dengan tubuh saya, maka ia akan menyerap kehidupan dari tubuh saya, kehidupan akan mengalir ke dalam tangan saya. Segera setelah tangan ini terpisahkan dari tubuh saya, entah oleh penyakit atau oleh kecelakaan atau oleh apa pun itu, tangan itu akan segera mati. Sekalipun dia pernah hidup, ia akan mati karena kehidupan tidak mengalir lagi ke dalamnya. Saat ada pasokan darah mengalir tangan Anda akan hidup. Jika tidak ada aliran darah,  tangan Anda mati. Tanpa pasokan gizi dan aliran kehidupan, secara perlahan-lahan, ia akan menjadi daging mati, mulai membusuk, dan mati.

Menjadi seorang Kristen bukan sekadar mengetahui bahwa Yesus telah mati bagi Anda. Bukan sekadar mengetahui bahwa Anda telah menjadi manusia baru. Seorang manusia baru adalah orang yang bergantung setiap saat padanya. Sekarang Anda mengerti apa yang dimaksudkan oleh Paulus di Roma 5:10 “lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupnya!”  Kata ‘lebih-lebih’ ini berarti, yang jauh lebih penting. Artinya: yang jauh lebih penting setelah diperdamaikan dengan Allah adalah kita secara terus menerus bergantung pada Kristus untuk hidup, seperti ranting bergantung pada pokok. Hidup Kristus itu terus menerus mengalir ke dalam diri Anda. Itulah rahasia menjadi orang Kristen.

Begitulah cara Paulus memahaminya dengan benar. Di Galatia 2:20 (19b-20), dia berkata:

Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan dirinya untuk aku.

Dia berkata, “Secara jasmani aku hidup, itu memang benar, akan tetapi itu bukan hal yang penting. Yang penting adalah bahwa Kristus hidup di dalam aku. Hidup kebangkitannya selalu mengalir ke dalam diriku dan melalui diriku.” Itulah dinamika kehidupan Kristen! Ini hal yang sangat penting untuk dipahami karena saya melihat begitu banyak orang Kristen yang terkalahkan dan lemah. Saya kuatir kalau-kalau mereka itu ternyata hanyalah ‘orang Kristen yang direformasi’, bukannya ‘orang Kristen yang ditransformasi’. Apakah Anda adalah termasuk ‘orang Kristen yang direformasi’ atau ‘orang Kristen yang ditransformasi’? Termasuk yang manakah Anda?

Orang Kristen yang direformasi adalah orang yang menjadi Kristen karena ingin membuang sifat jahat, karena menyadari bahwa dosa itu tidak baik. Dan dia melakukan perbaikan, dan berusaha menjadi orang baik. Itu sangat berat. Tak heran jika orang-orang terus saja berkata, “Sungguh berat. Aku tak bisa melakukannya.” Tentu saja, Anda tidak akan bisa. Itulah persoalan yang menimpa ‘orang Kristen yang direformasi’. Yang Anda perlukan adalah menjadi ‘orang Kristen yang ditransformasi’, orang Kristen yang telah mati pada manusia lama dan sekarang hidup Kristus mengalir ke dalam dirinya. Untuk inilah kita diselamatkan oleh Allah lewat kuasa kebangkitan-Nya.


3. Kristus Dibangkitkan untuk menjadi Pengantara bagi Anda dan saya

Mari kita masuk ke poin yang ketiga. Hidup Kristus mengalir di dalam diri kita; Kristus hidup di dalam kita dan karena itu kita menjadi perwujudan Kristus di dunia. Saat orang lain mengamati kita, mereka memikirkan tentang Kristus. Segala kesalahan yang kita perbuat sebagai seorang Kristen, akan mempermalukan nama Kristus. Inilah alasan mengapa dulunya untuk waktu yang lama saya tidak mau menjadi orang Kristen; karena saya melihat perilaku orang Kristen yang sangat menjijikkan menurut saya.

Jika Anda menjadi orang Kristen, ingatlah ini, Kristus yang hidup di dalam diri Anda, Anda membawa nama Kristus. Anda bisa saja membuat orang lain tidak mau menjadi orang percaya. Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab akibat membuat orang lain tidak mau datang kepada Kristus? Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab jika ada orang lain yang akhirnya tak pernah masuk ke dalam hidup yang kekal karena melihat teladan buruk Anda? Sanggupkah Anda memikul tanggung jawab tersebut? Saya harap jika Anda tidak akan berminat untuk menjadi ‘orang Kristen yang sekadar direformasi’. Sudah cukup banyak orang yang telah mempermalukan nama Yesus di mata dunia, Anda tidak perlu menambahkan nama Anda di dalam daftar tersebut. Cukup sudah tindakan-tindakan yang mempermalukan nama Kristus.


Kasih yang Sempurna hanya mungkin bagi yang Telah Lahir Baru

Apakah standar yang ditetapkan bagi orang Kristen? Standarnya tidak kurang dari kesempurnaan. Bukan saya yang mengatakan hal itu; Yesus yang mengatakannya. Di Matius 5:48, Yesus berkata,

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Ini bukan suatu anjuran. Ini adalah suatu perintah. Menjadi sempurna bukan berarti dalam sekejap semua kelemahan moral Anda langsung lenyap.

Menjadi sempurna di sini berarti, kesempurnaan di dalam kasih Anda, di dalam komitmen Anda kepada Allah dan kepada sesama manusia. Anda akan berkata, “Itu sangat susah.” Memang benar, bukan saja susah tetapi malah mustahil! Inilah alasannya mengapa saya katakan bahwa Anda tidak akan bisa menjadi Kristen tanpa pertama-tama dilahirkan kembali oleh hidup kebangkitan Kristus; dibangkitkan kembali dari antara orang mati. Anda tidak akan bisa menjadi Kristen jika hidup Kristus tidak terus mengalir ke dalam diri Anda.

Dapatkah Anda saling mengasihi dengan sempurna? Dapatkah saya mengasihi Anda dengan kekuatan saya sendiri? Itu mustahil. Bukan sekadar susah, ini adalah persoalan yang bahkan tak terbayangkan. Oleh sebab itu hidup kebangkitan Kristus sangat mutlak perlu bagi keselamatan kita. Saya tidak bisa hidup sebagai orang Kristen tanpa kuasa yang datang dari Allah.


Mendekatlah kepada Allah, Yesus selalu siap menjadi Pengantara Anda

Namun, bagaimana dengan saat-saat kita gagal? Apakah itu berarti bahwa setiap kali Anda gagal untuk sempurna, maka di saat itu Anda bukanlah orang Kristen? Jadi, pada satu saat Anda adalah orang Kristen, dan pada saat berikutnya, Anda bukan orang Kristen. Pada akhirnya, Anda berkata, “Lima menit yang lalu, aku orang Kristen karena aku mengasihi sesamaku manusia. Namun sekarang, aku bukan orang Kristen karena aku lupa mengasihi dia.” Jadi, bagaimana pada saat Anda gagal? Padahal kita gagal setiap hari. Apakah itu berarti bahwa Anda berhenti menjadi orang Kristen? Tentu saja tidak.

Hal yang ketiga adalah Kristus hidup untuk menjadi Pengantara bagi kita. Jika dia tidak hidup, jika dia sekadar mati bagi dosa-dosa saya, hal itu hanya akan menghapus dosa-dosa masa lalu saya. Bagaimana dengan dosa-dosa saya hari ini? Bagaimana dengan dosa-dosa saya besok? Dia telah menghapuskan dosa-dosa masa lalu saya, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa saya yang sekarang? Di sinilah Anda membutuhkan Pengantara, Yesuslah yang menjadi Pembela perkara Anda, dia yang akan membela dan melindungi Anda di sini dan sekarang juga. Inilah gambaran yang sangat indah.

Ibrani 7:25 adalah salah satu ayat yang sangat berharga:

Karena itu ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh dia datang kepada Allah. Sebab ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Perhatikan bahwa ayat 23 dan 24 berbicara tentang kematian. Para imam mencurahkan darah bagi penghapusan dosa. Jika darah tidak dicurahkan secara terus menerus sebagai persembahan, penghapusan dosa itu tidak tersedia bagi kita. Selain itu, para iman juga berdoa syafaat untuk kita. Bukan sekadar kematian itu yang penting, tetapi juga syafaat atau pengantaraan. Kematian korban itu sendiri tidak menyelamatkan Anda. Pengantaraan atau syafaat bagi Anda, atas dasar darah yang dicurahkan, itulah yang menyelamatkan Anda.

Hal ini tidak sulit dipahami. Sama seperti orang lain, saya adalah orang yang, dalam kehidupan sehari-hari, tidak selalu sesuai dengan standar Allah. Mungkin Anda berpikir bahwa saya hidup sesuai dengan standar Allah, tetapi saya tahu di mata Allah, saya tidak selalu hidup sesuai dengan standar itu. Setiap kali saya tidak bertenggang rasa kepada seseorang, berarti saya telah gagal. Mungkin tak ada orang yang mengetahui hal itu, tetapi Allah melihat kegagalan saya. Setiap hari saya gagal di hadapan Allah. Ini adalah suatu proses melangkah maju menuju standar tinggi yang menjadi panggilan Allah buat saya. Itu sebabnya, saya perlu seseorang yang selalu bersyafaat buat saya karena saya selalu saja gagal.

Yesus terus menerus bersyafaat bagi kita. Hal ini sangat penting bagi keselamatan kita. Jika dia tidak hidup sekarang ini, bagaimana dia bisa bersyafaat bagi saya? Namun karena dia telah bangkit dari antara orang mati, maka dia bisa selalu bersyafaat untuk saya supaya saya boleh diampuni hari ini. Inilah poin kita yang ketiga.

Pengampunan bukan sekadar perkara mengucapkan kata maaf kepada Allah. Tidak sesederhana itu. Kita terlalu memandang enteng dosa. Syafaat yang terus menerus dari Yesus yang membuat darahnya efektif bagi kita saat kita bertobat sekarang dan hari ini. Poin ini sangatlah penting sehingga diulang berkali-kali dalam Kitab Suci. Roma 8:34 mengatakan hal yang sama,

“Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.”

Kristuslah, yang berdasarkan kematiannya, membela kita pada masa ini. Ini berarti bahwa saya tidak harus berada dalam keadaan tanpa harapan. Saya menyadari bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak mampu untuk selalu hidup sesuai dengan panggilan surgawi kita, bukan karena kita tidak menginginkannya, melainkan karena kadang kala kita memang gagal. Dan Yesus ada untuk membela. Dia menaungi saya dengan sayapnya, dia menjadi tempat saya berteduh, sehingga saya tetap berada dalam pengampunan.

Ada tiga alasan mengapa kematian Yesus dan terlebih lagi hidup Yesus menyelamatkan saya.

Saya akan merangkumnya secara singkat. Pertama, Yesus hidup untuk menanamkan hidup kebangkitannya pada diri kita supaya kita menjadi manusia baru. Dan kedua, Kristus hidup bukan sekadar untuk memberikan kita suatu peristiwa kelahiran baru, melainkan untuk terus menerus mengalirkan hidupnya kapada kita. Dan ketiga, setiap kali saya gagal untuk memanfaatkan sepenuhnya hidup itu di dalam diri saya, Yesus membela saya. Jadi secara terus menerus Yesus menjamin keselamatan saya. Itulah sebabnya 1 Yohanes 2:1 berkata bahwa kita memiliki Pengantara pada Bapa. Setiap kali kita berbuat dosa, Yesus selalu membela kita.


Kebangkitan Rohani pada masa kini, Kebangkitan Jasmani pada masa depan

Alkitab berbicara tentang kebangkitan di dalam dua bentuk kata, yaitu di dalam bentuk kini dan bentuk yang akan datang. Kebangkitan harus menjadi realitas pada masa kini, jika ingin dijadikan realitas pada masa depan. Apakah makna keselamatan itu? Makna keselamatan adalah, karena saya sekarang merdeka dari kuasa dosa dan tuntutan atas dosa-dosa masa lalu, maka saya juga akan memiliki hidup yang kekal. Itu berarti, saya akan dibangkitkan dari antara orang mati.

Kebangkitan Yesus adalah buah sulung dari kebangkitan menyeluruh semua orang yang menjadi miliknya. Sungguh indah! Anda dan saya akan bangkit kembali dari antara orang mati. Jika Anda adalah milik Yesus, Anda akan bangkit dari antara orang mati. Maut tidak akan bisa menahan kita. Renungkanlah prospek yang mulia ini – Anda dan saya akan bangkit dari antara orang mati!

Saat saya datang dari Hong Kong dengan menumpang kapal laut bertahun-tahun yang lalu, ada seorang penumpang lain, seorang dokter, [yang memberitahu saya bahwa ada sesuatu yang dia lihat berbeda di dalam hidup saya]. Saya menyampaikan hal ini bukan karena suatu kesombongan atau apa pun itu. Ingatlah, yang dia lihat itu bukan saya, tetapi Kristus yang hidup di dalam diri saya, itulah yang  penting. Dan dokter ini, dia berusia 60-an tahun, adalah orang yang sangat kaya, dan penuh dosa, dan kadang kala kami berdua berkumpul bersama. Dia sudah cukup tua dan layak menjadi kakek saya. Saat itu saya baru sekitar dua puluhan tahun. Namun, saya hidup mengandalkan hidup Kristus yang mengalir di diri saya. Orang ini, yang membanggakan dosa-dosanya kepada saya, suatu hari, entah bagaimana, merasa sangat tertusuk hatinya. Saya tidak menginjilinya. Hidup itulah yang menjamahnya. Suatu hari dia datang kepada saya, ketika saya sedang berada di anjungan kapal, sambil mengamati haluan kapal membelah air laut, lalu dia berkata, “Apakah kamu benar-benar percaya pada kebangkitan dari antara orang mati, bahwa seseorang bisa bangkit dari kematian secara jasmani?”

Saya katakan, “Tentu saja.”

Dia berkata, “Ajaib sekali! Mengapa kamu percaya pada kebangkitan orang mati? Bagaimana kamu sampai percaya bahwa tubuh yang pernah mati dan dikuburkan ini bisa bangkit kembali?”

Jawaban saya sederhana, “Karena saya telah mengalami kebangkitan.”

Dia bertanya, “Kamu pernah mengalaminya? Maksudmu, kamu pernah dikuburkan dan bangkit kembali?”

Saya menjawab, “Bukan, bukan. Saya telah mengalami kuasa kebangkitan di dalam hidup saya, di sini dan sekarang ini.”

Dia bertanya, “Maksudmu, kamu bisa mengalaminya sekarang ini juga?”

Jawab saya, “Sudah pasti Anda bisa.”

Saya sekadar menerapkan prinsip dari Kitab Suci. Bagaimana Anda bisa tahu, dan kepastian apa yang dapat Anda pegang, bahwa suatu hari Anda nanti Anda akan bangkit dari antara orang mati jika Anda tidak mengalami kebangkitan itu sekarang? Maksud saya, hal ini hanya akan menjadi khayalan saja, semacam mimpi indah. Bagaimana Anda tahu, bagaimana Anda bisa yakin, bagaimana Anda meyakini bahwa suatu hari nanti, Anda akan bangkit dari antara orang mati? Apa dasarnya? Apakah karena Anda berkata, “Yah, aku percaya akan hal itu karena aku mempercayainya. Aku tidak tahu mengapa aku percaya, tetapi Yesus telah bangkit dari antara orang mati, jadi aku juga akan bangkit dari antara orang mati.”

Apa hubungannya? Yesus telah bangkit dari antara orang mati, tetapi hal itu tidak menjamin bahwa Anda akan bangkit dari antara orang mati. Satu-satunya jaminan yang bisa Anda pegang adalah sekarang ini Anda telah mengalami kuasa kebangkitan Allah di dalam diri Anda. Jika Anda tidak mengalami kebangkitan itu sekarang, jangan berharap untuk mengalami kebangkitan pada masa depan.

Mari kita pahami perbedaan antara iman dengan asumsi. Sangatlah jauh perbedaan keduanya. Anda hanya berasumsi atau menganggap bahwa Anda akan bangkit, atau berharap bahwa Anda akan bangkit. Itu bukanlah iman. Iman berkaitan dengan kuasa. Saya tahu bahwa saya akan bangkit dari antara orang mati, mengapa? Karena saya telah mengalami kuasa kebangkitan Allah di sini dan sekarang juga.

Kedua poin yang saya sebutkan di sini adalah:

(1)  Kita mengalami kebangkitan pada masa kini dan kita juga mengalami kebangkitan pada masa depan.

(2)  Satu-satunya jaminan bahwa Anda akan mengalami kebangkitan pada masa depan adalah bahwa Anda telah mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang ini.

Bukankah kedua hal itu sangat benar? Bahkan secara logika, kedua poin itu pasti benar. Namun, yang lebih penting dari logika, Kitab Suci memberitahu kita bahwa jika Anda tidak mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang, harapan Anda untuk mengalami kuasa kebangkitan Allah pada masa depan hanya sekadar khayalan belaka. Jika Anda tidak mengalami kuasa Allah sekarang, berdasarkan apa Anda bisa mengalami kuasa Allah pada masa depan? Apakah dasar dari jaminan semacam itu?

Alkitab berkata kepada kita bahwa, jika Anda mengalami kuasa kebangkitan Allah sekarang, kuasa yang mengubah hidup Anda dari dalam –  perubahan itu merupakan suatu proses, tetapi Anda sudah mulai mengalami proses itu –  maka Anda akan mengalami kuasa kebangkitan Allah pada masa depan. Kita mengalami kebangkitan secara rohani pada masa kini, dan itulah jaminan bahwa kita akan mengalami kebangkitan secara jasmani pada masa depan.

 

Berikan Komentar Anda: